Oleh:
Dina Nurpita Suprawoto
NIM. 120070300011090
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) KELUARGA
MELATIH HAL POSITIF PADA DIRI: MENGHIAS TOPLES LEBARAN
UNTUK PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI DESA BANDUNGREJO KECAMATAN BANTUR
Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN
Oleh:
Dina Nurpita Suprawoto
NIM. 120070300011090
Perseptor Klinik
Perseptor Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, tidak hanya keadaan
tanpa penyakit atau kelemahan, sehingga secara menyeluruh kesehatan jiwa merupakan
bagian dari kesehatan yang tidak dapat dipisahkan. Dari studi pendahuluan dan pengkajian
yang telah diakukan, didapatkan data bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh klien
adalah harga diri rendah yang membuat klien malu berinteraksi dengan orang lain sehingga
membuat klien cenderung menyendiri di rumah tanpa adanya kegiatan yang bermakna. Hal
ini mendorong kelompok untuk melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) keluarga yang
merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan untuk mendukung dan mengoptimalkan
intervensi yang telah dilakukan oleh perawat.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik
yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
Dalam kegiatan aktivitas kelompok. Tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan masalah
yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak dapat diatasi dengan
pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri rendah
adalah terapi aktivitas kelompok keluarga dengan stimulasi persepsi: harga diri rendah
dengan melatih hal positif pada diri yaitu dengan menghias toples lebaran. Pembuatan
toples hias akan mengembangkan kemampuan positif pada pasien dengan harga diri
rendah. Sehingga pada proposal ini kelompok berkeinginan mengajukan TAK menghias
toples lebaran untuk pasien harga diri rendah sebagai terapi modalitas untuk merangsang
kembali kemampuan positif klien dan dapat meningkatkan
aktivitas pada pasien harga diri rendah di Desa Bandungrejo Kecamatan Bantur.
1.2
Tujuan
Tujuan umum TAK menghias toples lebaran untuk pasien harga diri rendah sebagai
terapi modalitas untuk merangsang kembali kemampuan positif klien dan dapat
meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas. Tujuan khususnya adalah:
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih
Manfaat
Manfaat Bagi Klien
merangsang
kembali
kemampuan
positif
klien
dan
dapat
1.3.3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tibatiba, misal : harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban
perkosaan, dituduh, korupsi, kolusi, nepotisme, dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah berlangsung lama sebelum sakit atau
dirawat, klien mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
b. Faktor Predisposisi
1) Penolakan orang tua.
2) Harapan orang tua yang tidak realistis.
3) Kegagalan berulang kali.
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
5) Ketergantungan pada orang lain.
6) Ideal diri yang tidak realistis.
c. Komplikasi
1) Isolasi sosial: menarik diri.
2) Timbulnya masalah persepsi sensori halusinasi dengar, lihat, raba, cium dan lain-lain.
Respon adaptif
positif
Respon maladaptif
Harga diri
rendah
Kerancuan Deporsonalisasi
identitas
(Stuart and Sundeen 1998)
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan,
maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain.
a. Anti Psikosis
1. Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
2. Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk pengobatan
psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang
berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan
muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma,
hamil dan menyesui, efek samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah,
konstipasi, diare, hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
a. Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk parkinsonisme.
Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung, asma, ulserasi,
duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi,
ortostatik, foto sensitivitas, penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi,
frekuensi/retansi urin.
2) Pengobatan Somatik
a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang menghasilkan
efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja
belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat
memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan
orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum
berhasil (gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi
bunuh diri, psikosis akut, skozoprenia.
b. Pengekangan Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk pergelangan
tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di Rumah sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan
tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapi Modalitas
Terapi Okupasi:
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisifasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.
2.1.5 Terapi
Memberi layanan pembelajaran pada anak dengan retardasi mental tentunya
banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara yang bisa dicoba untuk
memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan menggunakan terapi permainan. Ada
beberapa peran terapi permainan dalam pembelajaran, yaitu (Mulya, 2011):
a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah kesulitan,
menambah masalah, dan mencegah terhambatnya proses pembelajaran.
b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi
permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi sosial, melatih
komunikasi, dan lain-lain.
c. Terapi permainan sebagai saranan untuk mempertajam penginderaan.
Misalinya permainan sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian.
d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya anak perempuan.
Menurut Sutini dkk (2009), penyuluhan kesehatan untuk keluarga berisi
tentang perkembangan anak untuk tiap tahap usia didukung keterlibatan orang tua
2.2
terapi
kelompok
adalah
membuat
sadar
diri
(self-awareness),
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari
kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. mencegah masalah kesehatan
b. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3.
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
2. Tugas Fasilitator
-
3. Tugas Klien
-
Tema
Sasaran
: 45 menit
Tempat
Terapis
:
1. Leader
: Dina Nurpita S
2. Co Leader
: Pramudyani Van T
3. Fasilitator 1
: Dina Nurpita S
4. Fasilitator 2
: Pramudyani Van T
Tahapan Sesi:
A.
B.
Tujuan
Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C.
- Adi
(Suami klien)
- Sukatemi
(Ibu Klien)
D. Setting
E. MAP
L
K
F
K
K
O
K
Keterangan :
L : Leader
F.
C: Co Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
Alat
-
Kertas
- Lem
Pena
- Benang
Toples plastik
- Jarum
Gunting
- Pita
Kain Flanel
G. Metode
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri
3. Tahap kerja
SESI 1
a. Peserta menyebutkan daftar kemampuan diri yang dapat dilatih
b. Memberi pujian untuk tiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan
SESI 2
a. Membuat pola untuk motif hiasan toples dipersiapkan untuk peserta
b. Tiap fasilitator membawa gunting yang akan digunakan untuk menggunting pola
c. Lalu klien dibimbing untuk menggunting, dan menempelkan kain flanel menutupi
toples
d. Fasilitator mengecek kerapian dan ketepatan penempelan kain flanel
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan klien
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien dan keluarga melakukan kegiatan tersebut secara berkala
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya
Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi Hasil
a. Kemampuan verbal
No.
Aspek yg dinilai
Menyebutkan kemampuan
Nama klien
b. Kemampuan nonverbal
No.
Aspek yg dinilai
Kontak mata
Duduk tegak
Nama klien
Jumlah
Aspek yg dinilai
Membuat pola dasar toples dan motif hiasan
pada kain flanel
Nama klien
Sinta
BAB IV
HASIL EVALUASI
a. Kemampuan verbal
No.
Aspek yg dinilai
Nama klien
Sinta
Menyebutkan kemampuan
Jumlah
b. Kemampuan nonverbal
No.
Aspek yg dinilai
Nama klien
Sinta
Kontak mata
Duduk tegak
Jumlah
Aspek yg dinilai
Membuat pola dasar toples dan motif hiasan
Nama klien
Sinta
v
Jumlah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari segi kemampuan verbal dan psikomotor klien sudah mampu mencapai nilai
sempurna. Namun, untuk segi kemampuan nonverbal klien masih terdapat adanya
tanda-tanda harga diri rendah.
5.2 Rencana Tindak Lanjut
Melihat perkembangan kemampuan nonverbal pasien yang telah di TAK
Perseptor Klinik
DAFTAR RUJUKAN
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan
Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang
Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon
Masalah Keperawatan,