Anda di halaman 1dari 36

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Nomor
: S-687 /MBU/10/2014
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal
: Penyampaian Pedoman Penyusunan SOP Transaksi
Lindung Nilai (Hedging)

17 Oktober 2014

Kepada Yth.
Direktur Utama Seluruh BUMN
di tempat

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor: PER-09/MBU/2013 tentang Kebijakan Umum Transaksi Lindung Nilai
Badan Usaha Milik Negara, maka dalam rangka melaksanakan Transaksi Lindung Nilai,
Direksi wajib menyusun Prosedur Operasional Standar untuk pelaksanaan Transaksi
Lindung Nilai.
2. Menindaklanjuti acara Peluncuran Pedoman Penyusunan SOP Transaksi Lindung Nilai
(Hedging) yang dilaksanakan di Kementerian Keuangan pada tanggal 16 Oktober 2014,
yang dihadiri oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus, Perwakilan Bareskrim POLRI, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Gubernur Bank Indonesia, dan Menteri Keuangan, bersama ini terlampir
kami sampaikan Pedoman Penyusunan SOP Transaksi Lindung Nilai (Hedging) dimaksud.
3. Pedoman tersebut dapat menjadi pertimbangan Saudara dalam menyusun SOP Transaksi
Lindung Nilai (Hedging) di lingkungan BUMN yang Saudara pimpin.
Demikian kami sampaikan, dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

GEDUNG KEMENTERIAN BUMN, LANTAI M, JL. MEDAN MERDEKA SELATAN NO. 13 JAKARTA 10110
TELEPON (021) 29935678, FAKSIMILI (021) 29935740, SITUS: www.bumn.go.id

201

PEDOMAN PENYUSUNAN
STANDARD OPERATING
PROCEDURE (SOP)

KEGIATAN LINDUNG
NILAI (HEDGING)

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN

I.

KONSIDERAN

II. PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP

A. Pengertian Umum

B. Ruang Lingkup

III. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, DAN KEWENANGAN PERANGKAT


HEDGING

A. Organisasi yang Menangani Hedging

B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Hedging

IV. TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI

10

A. Rencana Transaksi Hedging

10

B. Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging

11

C. Persiapan Kontrak Hedging

11

D. Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line

11

E. Penetapan Limit

12

V. TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI

13

A. Monitoring limit

13

B. Price checking

13

C. Eksekusi Transaksi

13

D. Konfirmasi Transaksi / Penandatanganan Kontrak

14

VI. TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI

14

A. Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging

14

B. Pelaksanaan Marking to Market

14
Hal. 1 dari 16

C. Setelmen Transaksi

15

VII. DOKUMENTASI

15

VIII. PELAPORAN DAN EVALUASI

15

A. Laporan Pelaksanaan Transaksi

15

B. Rekapitulasi Transaksi Hedging

15

C. Laporan Mark to Market

16

D. Laporan Hasil Monitoring Atas Mark to Market

16

E. Evaluasi Efektivitas Transaksi Hedging

16

F.

16

Evaluasi Berkala Terhadap Kecukupan SOP

Hal. 2 dari 16

RATA PENGANTAR

(Bagian ini berisi Keputusan Pimpinan Organisasi yang mengesahkan


dokumen ini sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum).

Hal. 3 dari 16

PENDAHULUAN

(Isi dari bagian ini antara lain mencakup: Ruang Lingkup SOP, menjelaskan
tujuan prosedur disusunnya SOP dan kebutuhan organisasi; Ringkasan,
memuat ringkasan singkat mengenai prosedur yang dibuat; dan hal-hal lain
terkait petunjuk bagaimana membaca dan menggunakan SOP ini)

Hal. 4 dari 16

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)


KEGIATAN LINDUNG IVILAI (HEDGING)

I. KONSIDERAN
Yang menjadi konsideran dalam SOP ini adalah:
A.

Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

B.

Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha


Milik Negara;

C.

Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/ MBU/2011 tentang


Penerapan tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) pada BUMN;

D.

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/2013


tentang Kebijakan Umum Transaksi Lindung Nilai Badan Usaha
Milik Negara;

E.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/ 8/ PBI/ 2013 tentang


Transaksi Lindung Nilai kepada Bank;

F.

Anggaran Dasar Perusahaan;

II. PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP


A. Pengertian Umum
1.

Transaksi lindung nilai adalah transaksi yang dilakukan


perusahaan kepada counterparty dalam rangka memitigasi
risiko atau melindungi nilai suatu aset, kewajiban,
pendapatan, dan/ atau beban perusahaan terhadap risiko
harga di masa yang akan datang.

2.

Transaksi Lindung Nilai Valuta Asing yang selanjutnya


disebut hedging adalah cara atau teknik untuk memitigasi
risiko valuta asing akibat perubahan nilai tukar melalui
transaksi derivatif.

3.

Transaksi derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu


kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan
Hal. 5 dari 16

turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku


bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang
diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau
instrumen.
4.

Transaksi Forward adalah transaksi jual/beli valuta asing


yang penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari
kerja setelah tanggal transaksi (deal date).

5.

Transaksi

Swap adalah transaksi jual/beli valuta asing

melalui pembelian/penjualan dengan penjualan/pembelian


kembali secara beriangka yang dilakukan secara simultan
dengan counterparty yang sama dan pada tingkat harga yang
ditentukan dan disepakati pada deal date.
6.

Transaksi Option adalah perjanjian untuk memberikan hak


dan bukan kewajiban dari penjual (option writer) kepada
pembeli (option holder) untuk membeli atau menjual sejumlah
nominal mata uang tertentu untuk masa yang akan datang
pada harga yang telah ditetapkan sebelumnya (strike price)
pada atau sebelum waktu tertentu (expiry date).

7.

Counterparty adalah lembaga keuangan baik bank maupun


bukan bank, yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang
memadai yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu.

8.

Exposure adalah posisi yang masih efektif berjalan pada sisi


aset maupun kewajiban dan berpotensi menimbulkan
kerugian karena adanya ketidakpastian nilai akibat perubahan
nilai tukar.

9.

Mark to market adalah perhitungan nilai wajar dari kontrak


yang sedang berjalan dibandingkan dengan suatu harga acuan
yang transparan, akurat,

reliable dan konsisten dengan

laporan keuangan.
10. Tanggal transaksi (Deal date) adalah tanggal dimana terjadi
kesepakatan/kontrak transaksi hedging valuta asing dengan
counterparty.

Hal. 6 dari 16

11.

Deal confirmation adalah konfirmasi kesepakatan/kontrak


yang meliputi antara lain nilai kurs transaksi , volume
transaksi dan delivery/ settlement date.

12. Tanggal settlement (settlement date) adalah tanggal jatuh


tempo

kesepakatan/ kontrak

dimana

terjadi

penyerahan/penyelesaian dana sesuai deal confirmation.


13.

Forex line atau treasury line adalah besarnya jumlah transaksi


valas, termasuk didalamnya transaksi lindung nilai, yang
dapat dilakukan dengan counterparty.

14.

Underlying adalah kegiatan yang mendasari pelaksanaan


suatu kegiatan hedging.

15. Beban/ penerimaan hedging adalah be ban / penerimaan yang


timbul akibat selisih kurs dan pembayaran premi.
16.

Premi adalah selisih antara kurs kontrak dengan kurs spot


pada tanggal transaksi. Pada transaksi option, premi
merupakan jumlah yang harus dibayarkan/diterima dalam
rangka kontrak Option.

17. Selisih kurs transaksi hedging adalah besaran selisih antara


kurs forward/ swap kontrak dengan kurs spot pada saat
tanggal jatuh tempo kontrak dikalikan dengan

notional

amount.
B. Ruang Lingkup
1.

Hedging dilakukan melalui pelaksanaan transaksi derivatif


valuta asing yang meliputi transaksi Forward, Swap, dan
Option.

2.

Objek

hedging

perusahaan berupa aset dan liabilitas

perusahaan dalam bentuk valuta asing.


3.

Hedging wajib didukung dokumen underlying ekonomi yang


dapat dipertanggungjawabkan.

4.

Nilai nominal transaksi hedging paling banyak sebesar nilai


underlying kegiatan ekonomi.

Hal. 7 dari 16

5.

Jangka waktu transaksi hedging maksimum sama dengan


jangka waktu underlying.

6.

Pelaksanaan transaksi hedging dilakukan dengan atau melalui


lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank yang
memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai.

7.

Segala biaya yang timbul dari selisih kurang transaksi hedging


menjadi beban anggaran perusahaan sedangkan selisih
lebihnya menjadi pendapatan perusahaan.

III. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, DAN KEWENANGAN PERANGKAT


HEDGING
A. Organisasi yang Menangani Hedging
Organisasi yang menangani transaksi hedging meliputi:
1.

Komite Hedging terdiri dari Top Level Management antara lain:


Direktur Utama, Direktur yang bertanggung jawab atas
keuangan dan anggaran perusahaan, Direktur yang
bertanggung jawab atas manajemes risiko dan kepatuhan.

2.

Supporting hedging terdiri dari seluruh pimpinan Divisi yang


terkait dengan pelaksanaan transaksi hedging, antara lain:
pimpinan yang membawahi Divisi Manajemen Risiko,
pimpinan yang membawahi Divisi Perbendaharaan, pimpinan
yang membawahi Divisi Keuangan dan Operasional
Pelaksanaan Transaksi hedging, pimpinan yang membawahi
Divisi Perencanaan dan Pengendalian Anggaran, serta
pimpinan yang membawahi Divisi Akuntansi, Pajak dan
Asuransi yang dikoordinir oleh pimpinan Divisi Manajemen
Risiko.

3.

Pelaksana

Hedging

terdiri dari pelaksana pada Divisi

Perbendaharaan.

Hal. 8 dari 16

B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Hedging


1. Tugas dan Kewenangan Komite Hedging:
a)

Melakukan

review

rencana transaksi

dan pembahasan atas usulan


hedging

yang diajukan oleh

Supporting Hedging.
b) Memberikan keputusan atas usulan rencana strategi
transaksi

hedging

jumlah/proporsi

yang meliputi antara lain:

hedging,

jenis instrumen, tenor

maksimal, level nilai tukar sebagai indikator masuk


pasar, dan hal-hal lain yang perlu ditetapkan.
c)

Berdasarkan laporan dari

Supporting Hedging,

melakukan monitoring atas efektivitas jalannya


transaksi hedging yang telah dilakukan.
2. Tugas dan Kewenangan Supporting Hedging:
a)

Menyiapkan kajian usulan rencana kegiatan hedging.

b)

Melakukan analisa data dan informasi untuk


menentukan struktur hedging baik jumlah, instrumen,
maupun tenor yang akan digunakan.

c)

Memastikan ketersediaan dan kesiapan infrastruktur


serta kegiatan pendukung pelaksanaan hedging antara
lain penetapan daftar eligible counterparties, penetapan
dan monitoring limit, pelaksanaan proses akuntansi,
pelaksanaan proses monitoring efektivitas transaksi
hedging,

memastikan keabsahan kontrak, dan

pelaksanaan kegiatan pendukung transaksi hedging


lainnya.
d)

Memastikan setiap tahapan pelaksanaan transaksi


hedging dilakukan berdasarkan SOP yang tersedia.

3. Tugas dan Kewenangan Pelaksana Hedging:


a) Melaksanakan transaksi

hedging

berdasarkan

keputusan strategi lindung nilai yang telah ditetapkan.

Hal. 9 dari 16

b) Memastikan ketersediaan informasi yang reliable untuk


mark to market (mtm) secara periodik.

IV. TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI


A. Rencana Transaksi Hedging
1. Supporting Hedging menyusun usulan rencana transaksi
hedging yang mencakup antara lain:
a)

Membuat kajian/analisa trend dan volatilitas nilai


tukar serta proyeksi ke depan dengan berbagai metode
yang didukung oleh analisa teknikal dan fundamental.
Kajian / analisa tersebut didukung dengan analisa
kondisi ekonomi baik global, regional, dan domestik
serta faktor lain yang berdampak terhadap pergerakan
nilai tukar.

b) Menganalisa jumlah kebutuhan hedging berdasarkan


underlying

dan eksposur valuta asing yang dimiliki

sesuai dengan jumlah kewajiban/aset dalam valuta


asing.
c)

Membuat asesmen dampak pelaksanaan

hedging

terhadap pendapatan/beban perusahaan


d) Menganalisa dan mengusulkan alternatif proporsi
hedging

berdasarkan jumlah

underlying

dengan

mempertimbangkan biaya dan risiko yang dapat


diserap oleh perusahaan.
e)

Mengusulkan jenis dan tenor instrumen hedging yang


akan digunakan berdasarkan hasil asesmen
perkembangan pasar dan karakteristik underlying.

f)

Mengusulkan indikator timing masuk pasar (hedging


trigger point) yang berupa rentang nilai tukar tertentu,
termasuk kisaran harga (premi).

g) Menyusun analisa sensitivitas

Hal. 10 dari 16

2.

Supporting Hedging menyampaikan usulan rencana transaksi


lindung nilai kepada Komite Hedging.

B. Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging


1.

Komite Hedging melakukan review atas semua usulan strategi


hedging

dan kemudian menentukan keputusan strategi

hedging

yang akan dilakukan antara lain terkait

jumlah/proporsi hedging, jenis instrumen, tenor maksimal,


dan rentang level nilai tukar sebagai indikator masuk pasar,
termasuk kisaran harga (premi).
2.

Komite Hedging menandatangani dokumen keputusan strategi


hedging yang disampaikan oleh Supporting Hedging. Dokumen
keputusan ditandatangani sekurang-kurangnya oleh dua
orang anggota Komite Hedging.

3.

Keputusan Strategi Hedging tersebut selanjutnya diserahkan


kepada Supporting Hedging dan Pelaksana Hedging sebagai
acuan pelaksanaan transaksi hedging.

C. Persiapan Kontrak Hedging


1.

Pelaksana

Hedging

mempersiapkan dokumen kontrak

transaksi hedging. Adapun hal-hal yang disepakati di dalam


kontrak antara lain harga kontrak (termasuk biaya premi),
volume/nilai kontrak, jangka waktu kontrak, tanggal
transaksi, dan tanggal settlement.
2.

Supporting Hedging (Divisi Hukum/Legal) memastikan bahwa


setiap kontrak transaksi hedging yang digunakan dalam
transaksi adalah benar dan sah secara hukum.

D. Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line


1. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) menetapkan
kriteria calon counterparty dengan pertimbangan antara lain:
external rating, internal rating, kerja sama perusahaan, dan
ketersediaan forex line.

Hal. 11 dari 16

2.

Supporting Hedging (Divisi

Risk Management)

melakukan

review dan asesmen atas setiap calon counterparty yang


mengajukan permohonan kerjasama sebagai
kepada Komite Hedging. Selanjutnya,

counterparty

Supporting Hedging

(Divisi Risk Management) mengajukan usulan daftar eligible


counterparties kepada Komite Hedging.
3.

Komite

Hedging

counterparties

menyetujui/ menolak usulan

eligible

untuk dimasukkan ke dalam Daftar

Counterparties.
4.

Supporting Hedging (Divisi Risk Management) secara berkala


melakukan

review atas daftar eligible counterparties dan

mengusulkan

perubahan

apabila

terdapat

penambahan/ pengurangan eligible counterparty.


5.

Supporting Hedging melakukan proses pembukaan forex line


dengan counterparties termasuk kesepakatan standar format
kontrak

pelaksanaan

transaksi,

serta

melakukan

penandatanganan ISDA Master Agreement apabila diperlukan.


E. Penetapan Limit
1. Supporting Hedging (Divisi Risk Management) mengusulkan
besaran limit transaksi hedging yang meliputi:
a)

Limit

transaksi

hedging

perusahaan

secara

keseluruhan
b) Limit pengambil keputusan pada setiap level
manajemen terkait
c)

Limit kewenangan transaksi lindung nilai pada setiap


j enj ang pelaksana

d) Limit

Counterparty,

yang ditetapkan dengan

mempertimbangkan antara lain:


Asesmen atas kualitas counterparty berdasarkan
external maupun internal rating dan informasi lain
yang dapat mendukung asesmen dimaksud.

Hal. 12 dari 16

Besaran Forex Line yang diberikan counterparty


kepada perusahaan untuk melakukan transaksi
hedging.
2. Komite Hedging menetapkan limit transaksi hedging dengan
mempertimbangkan usulan dari Supporting Hedging (Divisi
Risk Management).

V. TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI


A. Monitoring limit
1.

Pelaksana Hedging melakukan monitoring atas ketersediaan


limit.

2.

Supporting Hedging (Divisi

Risk Management)

melakukan

monitoring atas pelanggaran limit.


B. Price checking
Pada hari yang sama sebelum pelaksanaan transaksi, Pelaksana
Hedging melakukan kegiatan sebagai berikut:
I.

Melakukan survey harga pada beberapa eligible counterparty.

2. Menganalisa kewajaran kuotasi harga yang diperoleh dari


eligible counterparties melalui perbandingan dengan harga
yang diperoleh dari sumber lain, seperti : Bloomberg, Reuters,
dan sumber informasi lainnya.
C. Eksekusi Transaksi
Pelaksana Hedging melakukan transaksi hedging apabila pergerakan
nilai tukar dan basil price checking berada pada kisaran yang
ditetapkan Komite Hedging, dengan mengacu kepada best price dan
kecukupan limit.

Hal. 13 dari 16

D. Konfirmasi Transaksi / Penandatanganan Kontrak


1.

Pelaksana Hedging menghubungi counterparty terpilih untuk


mengkonfirmasi pelaksanaan transaksi.

2.

Pelaksana Hedging melakukan pengesahan kontrak transaksi


hedging dengan counterparty terpilih. Kontrak transaksi dapat
berupa dokumen kontrak resmi yang ditandatangani oleh
Pejabat Pelaksana Hedging maupun berupa Deal Confirmation.

3.

Segera setelah transaksi dilaksanakan, Pelaksana Hedging


mengirimkan bukti pelaksanaan transaksi (kontrak atau deal
confirmation)

kepada

Management dan Divisi

Supporting Hedging
Accounting)

(Divisi

Risk

untuk ditindaklanjuti

sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masingmasing Divisi.


4.

Pada hari yang sama, Pelaksana Hedging menyusun Laporan


Pelaksanaan Transaksi yang ditandatangani oleh Pejabat
Pelaksana Hedging.

VI. TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI


A. Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging
1.

Supporting Hedging (Divisi Accounting)

melakukan proses

pencatatan transaksi hedging secara konsisten sesuai dengan


sistem akuntansi yang disepakati.
2.

Selisih kurang transaksi hedging dan/atau premi option


dicatat sebagai biaya

hedging

pada beban anggaran

perusahaan. Sedangkan selisih lebih transaksi lindung nilai


dicatat sebagai pendapatan selisih kurs pada penerimaan
anggaran perusahaan.
B. Pelaksanaan Marking to Market
1. Supporting Hedging (Divisi Accounting) melakukan mark to
market secara periodik dengan menggunakan kurs acuan yang
disepakati secara konsisten.
Hal. 14 dari 16

2.

Supporting Hedging (Divisi Risk Management) menetapkan kurs


acuan untuk kebutuhan mark to market.

C. Setelmen Transaksi
Pelaksana

Hedging

melakukan setelmen transaksi

hedging

berdasarkan dokumen transaksi dan sesuai dengan Standar Proses


Setelmen yang ditetapkan.
VII. DOKUMENTASI
Masing-masing Divisi yang terkait dengan pelaksanaan hedging wajib
mendokumentasikan berbagai dokumen yang terkait dengan bidang
tugasnya antara lain:
1.

Dokumen rencana transaksi lindung nilai dan underlying

2.

Hasil price checking

3.

Keputusan Strategi Pelaksanaan Lindung Nilai

4.

Bukti transaksi

5.

Laporan Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai

6.

Rekapitulasi Transaksi Lindung Nilai Harian

7.

Laporan Mark to Market

VIII. PELAPORAN DAN EVALUASI


A. Laporan Pelaksanaan Transaksi
Setelah melakukan transaksi, Pelaksana Hedging menyampaikan
Laporan Pelaksanaan

Hedging

kepada Komite

Hedging

dan

Supporting Hedging. Laporan Pelaksanaan Hedging melampirkan


Bukti Transaksi (kontrak atau deal confirmation) dan Hasil Price
Checking.
B. Rekapitulasi Transaksi Hedging
Pelaksana Hedging melakukan Rekapitulasi Transaksi Hedging
secara periodik yang disampaikan kepada Supporting Hedging.

Hal. 15 dari 16

C. Laporan Mark to Market


Berdasarkan Rekapitulasi Transaksi Hedging

yang disampaikan

oleh Pelaksana Hedging, Divisi Accounting membuat Laporan Mark


to Market secara berkala dan dikirimkan kepada Divisi Risk
Management.
D. Laporan Hasil Monitoring Atas Mark to Market
Berdasarkan Monitoring atas Laporan
dikirimkan oleh Divisi

Accounting,

Mark to Market yang

Divisi

Risk Management

melakukan asesmen secara berkala untuk menilai potensi dampak


keuangan yang mungkin ditimbulkan oleh transaksi hedging serta
menentukan strategi berikutnya.
E. Evaluasi Efektivitas Transaksi Hedging
Supporting Hedging (Divisi Accounting dan

Risk Management)

melakukan asesmen atas efektivitas transaksi

hedging yang

dilengkapi dengan dampak selisih kurs terhadap keuangan


perusahaan, terutama terkait pembebanan biaya dan penambahan
penerimaan. Laporan tersebut selanjutnya disampaikan kepada
Komite Hedging sebagai pertimbangan dalam menetapkan strategi
hedging berikutnya.
F.

Evaluasi Berkala Terhadap Kecukupan SOP


Supporting Hedging melakukan evaluasi terhadap SOP Pelaksanaan
Transaksi Hedging secara berkala ataupun sewaktu-waktu apabila
dibutuhkan.

Hal. 16 dari 16

0
CONTOH STANDARD OPERATING
PROCEDURE (SOP)

, KEGIATAN DIED
(LINDUNG 1\TILAI)

(NAMA INSTITUSI)
2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Bagian Pertama: KONSIDERAN

Bagian Kedua: PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP

A.

Pengertian Umum

B.

Ruang Lingkup

Bagian Ketiga: STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS 8v KEWENANGAN PERANGKAT


KEGIATAN HEDGING

A.

Struktur Organisasi yang Menangani Kegiatan Hedging

B.

Tugas dan Kewenangan Perangkat Kegiatan Hedging

Bagian Keempat: TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI

A.

Rencana Kegiatan Hedging

B.

Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging

10

C.

Persiapan Kontrak Transaksi Hedging

10

D.

Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line

11

E.

Penetapan Limit

11

Bagian Kelima: TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI

12

A.

Monitoring Limit

12

B.

Price checking

12

C.

Konfirmasi Transaksi/Penandatanganan Kontrak

12

Bagian Keenarn: TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI

13

A.

Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging

13

B.

Pelaksanaan Mark To Market (mtm)

13

C.

Setelmen Transaksi

13

Bagian Ketujuh: DOKUMENTASI

14

A.

Dokumen Rencana Transaksi Hedging dan Underlying

14

B.

Dokumen Hasil Price Checking

14

Hal. 1 dari 17

C.

Dokumen Keputusan/Arahan Manajemen Strategi Pelaksanaan


Lindung Nilai

14

D.

Dokumen Bukti transaksi

15

E.

Laporan clan Hasil Review Terkait Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai 15

Bagian Kedelapan: PELAPORAN DAN EVALUASI

15

A.

Laporan Pelaksanaan Transaksi

15

B.

Laporan Rekapitulasi Transaksi Hedging (Periodik)/Harian

16

C.

Laporan Mark to Market

16

D.

Laporan Hasil Monitoring atas Mark to Market

16

E.

Laporan Efektivitas Transaksi Hedging

16

F.

Evaluasi Berkala terhadap Kecukupan SOP

16

LAMPIRAN: CONTOH SOP TRANSAKSI LINDUNG NILAI

17

Hal. 2 dari 17

KATA PENGANTAR
Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Kegiatan
Hedging ini disusun berdasarkan hasil koordinasi Tim Teknis yang terdiri dari
perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kejaksaan Agung Republik
Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Bank Indonesia, Kementerian
Keuangan, dan Kementerian Negara BUMN dengan tujuan memberikan
panduan bagi BUMN/Kementerian/Lembaga Negara dalam menyusun SOP
kegiatan hedging yang memenuhi kaidah good governance.
Kegiatan hedging merupakan upaya untuk melakukan mitigasi atas
risiko atau melindungi nilai suatu aset, kewajiban, pendapatan dan/atau
beban BUMN / Kementerian/ Lembaga Negara atas risiko yang berasal dari
fluktuasi nilai tukar. Oleh sebab itu, ruang lingkup yang diatur dalam SOP ini
hanya mencakup pengaturan transaksi hedging melalui instrumen transaksi
derivatif seperti FX Forward, FX Swap maupun FX Option.
Untuk mencapai tujuan dari kegiatan hedging serta menghindari adanya
potensi moral hazard yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan hedging
dimaksud, pedoman ini memberikan panduan mengenai pokok-pokok
pengaturan yang harus terdapat dalam SOP kegiatan hedging. Penyusunan
pedoman SOP ini juga mempertimbangkan beberapa SOP kegiatan hedging
yang telah dimiliki oleh BUMN, lembaga perbankan domestik, maupun
institusi asing.
Berdasarkan hasil pembahasan Tim Teknis dan dengan mengacu kepada
beberapa SOP tersebut di atas, pokok-pokok pengaturan dalam SOP kegiatan
hedging adalah sebagai berikut:
1. Adanya konsideran berupa UU, PBI, PP, PerMen maupun peraturan
internal institusi terkait dengan kegiatan hedging yang menjadi rujukan
atau dasar hukum bagi SOP.

Hal. 3 dari 17

2. Pengertian umum dan ruang lingkup dari SOP untuk memberikan


kejelasan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam
pelaksanaan kegiatan hedging.
3. Struktur Organisasi, Tugas dan Kewenangan Perangkat Kegiatan
Hedging yang mengatur jenjang, organ dan fungsi organisasi di institusi
yang akan menangani kegiatan hedging.

Dalam pengaturan ini juga

ditetapkan kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing


jenjang/pelaksana fungsi dimaksud.
4. Pengaturan kegiatan hedging yang meliputi tahap persiapan transaksi,
tahap pelaksanaan transaksi dan tahap monitoring transaksi hingga
penyelesaian transaksi.
5. Sebagai bagian dari penerapan good governance, SOP juga perlu
mencantumkan pengaturan mengenai dokumentasi kegiatan, pelaporan
dan evaluasi.
Dalam penyusunan SOP di masing-masing institusi, pedoman dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, dan kemampuan dari masingmasing institusi dengan tetap memenuhi prinsip-prinsip good governance.
Adapun format penyusunan SOP dapat mengacu kepada Peraturan Menteri
PAN dan RB Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Operasional Pro sedur Administrasi Pemerintahan.

Jakarta, 17 September 2014

Hal. 4 dari 17

PEDOMAN PENYUSUNAN
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING)

Bagian Pertama: KONSIDERAN


Bagian ini memuat berbagai regulasi/ketentuan yang menjadi rujukan dalam
penyusunan SOP Kegiatan

Hedging

seperti misalnya Undang-Undang,

Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan


Anggaran Dasar.
Bagian ini sekurang-kurangnya merujuk kepada: Undang-undang tentang
Keuangan Negara, Undang-undang tentang Badan Usaha Milik Negara atau
Kementerian/Lembaga Negara terkait, Peraturan Bank Indonesia tentang
Transaksi Lindung Nilai kepada Bank, dan Anggaran Dasar masing-masing
Institusi.

Bagian Kedua: PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP


Bagian ini memuat pengertian umum dari berbagai istilah/terminologi yang
digunakan dalam SOP dan ruang lingkup yang merupakan batasan-batasan
dari SOP. Secara lebih rinci adalah sbb:
A.

Pengertian Umum
Pengertian umum adalah definisi/penjelasan dari term/istilah pokok dan
sering digunakan dalam SOP.
Contoh:

Definisi hedging

Definisi Instrumen FX Forward

Definisi Selisih Kurs


Hal. 5 dari 17

B.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup menjelaskan cakupan unsur atau kegiatan yang menjadi
bagian dari transaksi hedging, termasuk penentuan batasan-batasan
yang terdapat pada unsur atau kegiatan tersebut.
Contoh:

Cakupan Risiko yang akan di-hedge

Cakupan Instrumen yang digunakan

Bagian Ketiga: STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS & KEWENANGAN


PERANGKAT KEGIATAN HEDGING
Bagian ini memuat mengenai struktur fungsi dan kewenangan baik dalam
kebijakan maupun pelaksanaan hedging, termasuk dukungan kompetensi
sumber daya manusia yang memadai. Hal-hal tersebut meliputi:
A.

Struktur Organisasi yang Menangani Kegiatan Hedging


Struktur Organisasi merupakan bagan jenjang/hirarki dari organisasi
yang menangani dan/ atau yang mempunyai hubungan dengan kegiatan
hedging,

dari tingkatan pengambil keputusan sampai tingkatan

pelaksana kegiatan hedging.


Organisasi yang menangani transaksi hedging meliputi:
1. Fungsi yang melakukan pengambilan keputusan (Fungsi Pengambil
Keputusan)
Fungsi pengambil keputusan dapat dilakukan oleh:
a) 1 (satu) orang pejabat pada level tertentu yang disesuaikan dengan
fungsi serta level kewenangan yang telah ditetapkan, atau
b) Komite, yang terdiri dari beberapa Top Level Management dari
masing-masing fungsi pada institusi yang terkait dengan
pelaksanaan transaksi hedging.
Hal. 6 dari 17

2. Fungsi Supporting Hedging


Fungsi supporting hedging terdiri dari seluruh fungsi yang terkait
dengan pengajuan usulan strategi kegiatan hedging yang dapat
meliputi antara lain: fungsi manajemen risiko, fungsi akuntansi,
fungsi anggaran, dan fungsi hukum/legal.
3. Fungsi Pelaksana Hedging
Fungsi pelaksana hedging terdiri dari fungsi yang melaksanakan
transaksi hedging.
B. Tugas dan Kewenangan Perangkat Kegiatan Hedging
Tugas adalah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
organ /jabatan / pemangku jabatan dalam proses pelaksanaan transaksi
hedging. Tugas ini mencakup tanggung jawab yang terkait pada seluruh
tahapan pelaksanaan hedging, mulai perencanaan, persiapan sebelum
transaksi, pelaksanaan transaksi dan monitoring serta evaluasi
transaksi.
Kewenangan

adalah

kekuasaan

yang

diberikan

kepada

organ/jabatan/pemangku jabatan untuk menangani dan bertanggung


jawab atas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
hedging. Kewenangan yang diberikan ini berlaku pada tahapan-tahapan
kegiatan hedging seperti: perencanaan, persiapan sebelum transaksi,
pelaksanaan transaksi dan monitoring serta evaluasi transaksi. Dalam
kewenangan ini juga diatur mengenai besar tanggung jawab dari
organ / jabatan / pemangku jabatan.
Contoh:

Tugas dan wewenang Pengambil Keputusan, Pelaksana


Kegiatan, dan Supporting

Limit jumlah transaksi hedging pada setiap jenjang jabatan.

Hal. 7 dari 17

Bagian Keempat: TAHAP PERSIAPAN TRANSAKSI


Bagian ini memuat mengenai tahap awal dari kegiatan hedging yang meliputi:
A.

Rencana Kegiatan Hedging


Rencana kegiatan hedging memuat kegiatan-kegiatan yang diperlukan
sebelum kegiatan hedging dilakukan, yang meliputi antara lain: analisis
pasar, penentuan jumlah kebutuhan

hedging,

penetapan proporsi

hedging, pemilihan instrumen hedging, analisis biaya hedging, dan


penetapan timing.

1. Analisis Pasar
Analisis pasar adalah suatu kegiatan untuk menilai potensi hasil, baik
keuntungan atau kerugian, yang dapat timbul dari pelaksanaan
kegiatan

hedging dan rencana mitigasi risikonya. Analisis pasar

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terkait strategi


hedging berdasarkan analisa perkembangan kondisi pasar serta
asesmen risiko yang antara lain meliputi:
Analisa trend dan volatilitas nilai tukar serta proyeksi ke depan
dengan berbagai metode yang didukung oleh analisa teknikal
dan fundamental
Monitoring perkembangan kondisi ekonomi global, regional, dan
domestik yang berdampak terhadap pergerakan nilai tukar
Dampak pelaksanaan

hedging terhadap beban/pendapatan

institusi
dll
Analisis pasar mencakup pula uji prospektif yang didasarkan pada
berbagai skenario kondisi ekonomi. Uji prospektif adalah kegiatan
melakukan analisis risiko, manfaat, dan biaya dari instrumen lindung
nilai melalui analisis skenario dan/atau sensitivitas keluaran (output).

Hal. 8 dari 17

2 Penetapan Jumlah Kebutuhan Hedging


Penetapan Jumlah Kebutuhan

Hedging adalah kegiatan untuk

menetapkan jumlah kebutuhan hedging berdasarkan net exposure


valas yang dihadapi oleh institusi. Net exposure Valas adalah selisih
bersih aktiva/tagihan valas dan pasiva/kewajiban valas dalam neraca.
3. Penetapan Proporsi Hedging
Penetapan Proporsi Hedging adalah kegiatan penentuan persentase
dari total

net exposure valas yang akan

di-hedge.

Penentuan

persentase tersebut mempertimbangkan efektivitas hedging, biaya,


risiko yang mampu diserap oleh institusi, serta

risk appetite

manajemen / pelaksana.
4. Pemilihan Instrumen dan Tenor Hedging
Pemilihan Instrumen Hedging merupakan kegiatan penetapan jenis
transaksi derivatif yang akan digunakan dalam rangka hedging.
Dalam hal ini, jenis instrumen hedging yang dapat digunakan adalah
FX Forward, FX swap, atau FX Option.
Tenor hedging adalah jangka waktu kontrak dari instrumen hedging
yang ditetapkan.
Penetapan instrumen dan tenor
karakteristik

hedging dilakukan berdasarkan

underlying yang akan

di-hedge,

kondisi likuiditas

institusi, dan risk appetite.


Underlying adalah objek transaksi hedging (item yang dilindungi)
berupa aset, kewajiban, pendapatan, dan/atau arus kas.
5. Analisis Biaya Hedging
Analisis Biaya Hedging adalah kegiatan perhitungan potensi beban
biaya yang timbul sebagai dampak risiko dari kegiatan hedging.
Perhitungan potensi biaya hedging diperlukan institusi terutama
terkait dengan penyusunan anggaran dan penetapan perkiraan Harga

Hal. 9 dari 17

Pokok Produksi (HPP). Selain perhitungan biaya, perlu juga diatur


terkait pos-pos beban/biaya untuk kepentingan akuntansi.
6. Penetapan Timing Hedging
Penetapan Timing Hedging adalah penentuan indikator yang akan
digunakan sebagai guidance waktu masuk pasar (trigger point).
Penetapan timing hedging diperlukan agar pelaksanaan kegiatan
hedging efektif dan efisien sejalan dengan strategi yang ditetapkan.
Indikator yang digunakan dapat berupa level/ kisaran nilai tukar atau
indikator lain yang ditetapkan.
B. Keputusan Strategi Pelaksanaan Hedging
Keputusan strategi pelaksanaan hedging adalah penetapan kebijakan
yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan hedging di level operasional.
Penetapan kebijakan dilakukan berdasarkan masukan yang dilakukan
pada rencana kegiatan hedging sebagaimana yang dijelaskan pada butir
A di atas. Dalam kegiatan ini, pengambil keputusan menetapkan untuk
menerima atau menolak usulan kegiatan hedging. Dalam hal usulan
kegiatan hedging diterima, keputusan strategi ini mencakup sekurangkurangnya proporsi hedging, instrumen, tenor, dan timing.
Keputusan strategi pelaksanaan hedging dituangkan dalam bentuk
dokumen yang dapat dipertanggung jawabkan seperti: disposisi, risalah
rapat, dan bentuk lainnya sesuai dengan dokumen yang berlaku pada
masing-masing institusi.
C. Persiapan Kontrak Transaksi Hedging
Persiapan Kontrak Lindung Nilai adalah kegiatan untuk mempersiapkan
kontrak kegiatan hedging yang meliputi:
1. Penetapan hal-hal yang disepakati antara lain harga kontrak
(termasuk biaya premi), volume/nilai kontrak, jangka waktu kontrak,
tanggal transaksi, dan tanggal settlement.
2. Review oleh biro/ bagian hukum terkait legalitas dan content kontrak.
Hal. 10 dari 17

Bagi institusi yang telah memiliki dealing system, kontrak lindung nilai
dapat dilakukan melalui dealing system (saat ini RMDS). Sementara itu,
bagi institusi yang tidak memiliki dealing system, kontrak transaksi
lindung nilai delakukan dengan dokumen resmi.
D. Penetapan Counterparts dan Pembukaan Forex Line
Penetapan

Counterparts

adalah kegiatan pemilihan

Counterparts

berdasarkan internal maupun external rating. Sementara pembukaan


Forex Line adalah kegiatan untuk memperoleh akses transaksi hedging
dengan counterpart. Penetapan counterparts mempertimbangkan antara
lain peraturan dalam ketentuan pengadaan barang dan jasa yang
berlaku bagi institusi.
E. Penetapan Limit
Penetapan Limit adalah kegiatan penentuan limit transaksi dan limit
counterp arty dalam kegiatan hedging. Penetapan limit diperlukan sebagai
salah satu upaya mitigasi risiko dan penerapan prinsip good governance.
Adapun penetapan limit meliputi:
1. Limit Transaksi, mencakup:
a)

Limit transaksi lindung nilai institusi secara keseluruhan

b)

Limit pengambil keputusan pada setiap level manajemen terkait

c)

Limit kewenangan transaksi lindung nilai pada setiap jenjang


pelaksana

2. Limit

Counterparty, yang ditetapkan dengan mempertimbangkan

antara lain:
a)

Asesmen atas kualitas


maupun

internal rating

counterparty

berdasarkan

external

dan informasi lain yang dapat

mendukung asesmen dimaksud.


b)

Besaran Forex Line yang diberikan counterparty kepada institusi


untuk melakukan transaksi hedging.

Hal. 11 dari 17

Bagian Kelima: TAHAP PELAKSANAAN TRANSAKSI


Bagian ini memuat mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah tahap
persiapan, yang meliputi:
A.

Monitoring Limit
Monitoring limit merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa limit
transaksi tersedia dan/atau tidak terjadi pelampauan limit sebagai salah
satu upaya mitigasi risiko. Monitoring terhadap limit perlu dilakukan
sebagai bagian dari

segregation of duty antara manajemen dan

pelaksana operasional. Kegiatan ini meliputi:


1. Monitoring atas counterparty limit, dealer limit, dan limit exposure
risiko institusi secara keseluruhan.
2. Penetapan besar nya limit dan monitoring atas compliance terhadap
limit dilakukan oleh fungsi risk management.
B. Price checking
Price checking adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi yang cukup dalam penentuan harga wajar dan terbaik sesuai
dengan perkembangan kondisi pasar. Hal ini juga dilakukan untuk
menghindari upaya cornering dari counterpart terhadap institusi serta
menghindari risiko adanya harga fiktif (hasil persekongkolan antara
pelaksana dengan Counterparts).
Price checking dilakukan antara lain melalui:
1. Cek kewajaran harga kuotasi yang disampaikan oleh counterparty
dengan harga pasar (berbagai sumber: Bloomberg, Reuters, inter-net)
2. Perbandingan harga antar counterparty.
C. Konfirmasi Transaksi/Penandatanganan Kontrak
Konfirmasi transaksi adalah kegiatan untuk memastikan adanya:
1. Deal Confirmation, apabila pelaksanaan transaksi dilakukan melalui
Dealing System, atau

Hal. 12 dari 17

2. Penandatanganan Kontrak, apabila pelaksanaan transaksi tidak


dilakukan melalui Dealing System.
Selain mencakup proses pengesahan transaksi, kegiatan ini juga
mencakup berbagai kegiatan yang hams dilakukan setelah pelaksanaan
transaksi, misalnya: pengiriman bukti transaksi kepada seluruh fungsi
terkait untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangan masing-masing
fungsi, dan penyusunan laporan pelaksanaan transaksi.

Bagian Keenam: TAHAP MONITORING s.d. PENYELESAIAN TRANSAKSI

Bagian ini memuat mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah tahap


pelaksanaan, yang meliputi:
A.

Pencatatan Akuntansi Transaksi Hedging


Pencatatan transaksi dapat dilakukan dengan menggunakan hedge
accounting ataupun tidak asalkan dilakukan secara konsisten dan
merujuk pada sistem akuntansi yang berlaku.

B.

Pelaksanaan Mark To Market (mtm)


Mark to market adalah hasil revaluasi atas harga kontrak melalui
perbandingan terhadap harga pasar secara berkala. Pelaksanaan mark to
market harus dilakukan secara konsisten dalam hal: metode, jenis
reference rate yang digunakan, sumber data, dll.

C.

Setelmen Transaksi
Proses penyerahan dana (setelmen) dilakukan dengan mengacu pada
Standar Proses Setelmen yang ditetapkan.

Hal. 13 dari 17

Bagian Ketujuh: DOKUMENTASI

Bagian ini memuat mengenai kegiatan-kegiatan pendokumentasian seluruh


tahapan kegiatan hedging, yang meliputi:
A. Dokumen Rencana Transaksi Hedging dan Underlying
Dokumen rencana transaksi hedging mencakup analisa/ asesmen terkait
kondisi pasar, jumlah kebutuhan hedging berdasarkan underlying dan
estimasi exposure risiko, usulan strategi hedging antara lain proporsi,
jenis instrumen, timing, dll.

Underlying perlu didokumentasikan untuk

mempermudah proses monitoring dan proses matching antara transaksi


dengan Underlying.
Dokumen Rencana Transaksi Lindung Nilai dan Underlying diperlukan
sebagai justifikasi dan guideline bagi pelaksana dalam melakukan
transaksi hedging.
Dalam kaitannya dengan kebutuhan audit, dokumen rencana transaksi
lindung nilai akan membantu tracking latar belakang penetapan strategi
hedging.
B. Dokumen Hasil Price Checking
Dalam hal ini, dokumentasi mencakup jalannya proses price checking
serta catatan/rekap hasil price checking.
C. Dokumen Keputusan/Arahan Manajemen Strategi Pelaksanaan Lindung
Nilai
Keputusan/arahan manajemen terkait strategi pelaksanaan hedging
mencakup informasi:
1. Melaksanakan hedging atau tidak
2. Jika ya, maka manajemen juga memutuskan strategi hedging yang
akan digunakan sebagai guidance pelaksana dalam melakukan
transaksi.
Hal. 14 dari 17

3. Dokumen pendukung pengambilan keputusan


Dokumen terkait hasil keputusan/arahan manajemen tersebut hams
berupa dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan seperti: disposisi,
risalah rapat, dan bentuk lainnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi.
Dokumen ini nantinya akan menjadi patokan untuk melihat kesesuaian
pelaksanaan hedging dengan hasil keputusan manajemen.
D. Dokumen Bukti transaksi
Bukti transaksi dapat berupa deal ticket dan/atau RMDS chat bagi
institusi yang telah menggunakan dealing system. Namun, bagi institusi
yang tidak memiliki dealing system, bukti transaksi adalah kontrak
standar transaksi hedging yang telah ditandatangani.
Bukti transaksi didokumentasikan dan direkapitulasi secara berkala.
E. Laporan dan Hasil Review Terkait Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai
Berbagai laporan terkait transaksi hedging perlu didokumentasikan
dengan baik sebagai bentuk pelaksanaan good governance.

Bagian Kedelapan: PELAPORAN DAN EVALUASI

Bagian ini memuat mengenai kegiatan-kegiatan pelaporan dan evaluasi terkait


kegiatan hedging, yang meliputi antara lain:
A.

Laporan Pelaksanaan Transaksi


Yaitu berisi latar belakang pelaksanaan transaksi dan informasi detail
transaksi seperti volume,

rate

dan premi,

counterparty,

tanggal

settlement, dll. Laporan pelaksanaan transaksi melampirkan Bukti


Transaksi (kontrak atau deal confirmation) dan Hasil price Checking.

Hal. 15 dari 17

B.

Laporan Rekapitulasi Transaksi Hedging (Periodik)/Harian


Yaitu berisi rekapitulasi posisi transaksi derivatif secara harian agar
para pihak dapat memonitor risiko yang mungkin dihadapi.

C.

Laporan Mark to Market


Yaitu berisi hasil mark to market harian yang dilakukan oleh fungsi
akuntansi dan disampaikan secara harian kepada risk management
team.

D.

Laporan Hasil Monitoring atas Mark to Market


Yaitu berisi hasil mtm dan dampaknya terhadap laporan keuangan,
proyeksi potensi dampak keuangan, serta usulan strategi ke depan. Hal
ini akan menjadi bahan pertimbangan manajemen untuk menilai
dampak keuangan yang ditimbulkan oleh transaksi derivatif serta
menentukan strategi hedging berikutnya.

E.

Laporan Efektivitas Transaksi Hedging


Yaitu evaluasi dan laporan atas efektivitas pelaksanaan kegiatan hedging
baik yang bersifat prospektif (sebelum pelaksanaan

hedging) dan

retrospektif (sesudah pelaksanaan hedging) berupa evaluasi/laporan


dampak selisih kurs terhadap keuangan institusi, terutama terkait
pembebanan biaya dan penambahan penerimaan.
F.

Evaluasi Berkala terhadap Kecukupan SOP


Yaitu upaya penyempurnaan SOP yang dilakukan secara berkala atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Hal. 16 dari 17

LAMPIRAN: CONTOH SOP TRANSAKSI LINDUNG NILAI

Hal. 17 dari 17

Anda mungkin juga menyukai