Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan eksekutif

Mengingat kebijakan Pemerintah Indonesia untuk memperluas peran jasa keuangan mi


kro bagi perempuan dan isu-isu yang diangkat miskin internasional sekitar pengal
aman perempuan miskin dari keuangan mikro, sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Indonesia untuk menilai dan menganalisa lima program keuangan mikro
di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efekt
if program tersebut melayani kebutuhan perempuan miskin dan mengidentifikasi rek
omendasi tentang bagaimana mereka dapat ditingkatkan.
Makalah ini menyajikan temuan studi analisis dari lima program keuangan mikro In
donesia (PNPM Perdesaan dan PNPM Perkotaan, PUAP, KUBE dan PEKKA) pemberdayaan e
konomi perempuan. Untuk menilai program studi ini difokuskan pada isu-isu kunci
dari (i) anggaran dan cakupan, (ii) penargetan kemiskinan dan akses perempuan mi
skin, (iii) proses dan layanan bisnis yang disediakan, (iv) sumber daya manusia
dan fasilitasi, (v) monitoring dan evaluasi, (vi) dampak pemberdayaan ekonomi, d
an (vii) pemberdayaan sosial dan politik. Temuan utama dari kertas adalah sebaga
i berikut.
Menilai anggaran dan cakupan penting untuk memahami skala program untuk melihat
berapa banyak penerima manfaat mereka benar-benar mencapai. Pada masalah ini per
lu dicatat bahwa PNPM memiliki sejauh anggaran terbesar dari semua program, diik
uti oleh PNPM Perkotaan. KUBE jauh lebih kecil tapi jauh lebih besar dari PUAP.
PEKKA adalah program mikro gaya LSM dengan cakupan yang relatif minim.
PNPM Mandiri Perdesaan mencakup semua 34 provinsi di Indonesia. Pada tahun 2014
total alokasi PNPM Mandiri Perdesaan sebesar Rp 7,6 triliun. Total alokasi sejak
2009 telah Rp 62500000000000. PNPM Perkotaan mencakup 1.189 kecamatan dan 92 Ka
bupaten di 33 provinsi (PSF, 2014b). Pada tahun 2014 total alokasi PNPM Perkotaa
n Rp 1,38 triliun. KUBE diimplementasikan pada skala nasional di seluruh 34 prov
insi. Pada tahun 2012, 12.000 kelompok didukung dengan Rp 285 Miliar. PUAP dilak
sanakan secara nasional di seluruh 34 provinsi di Indonesia. Rp 4,3 miliar telah
dialokasikan untuk program PUAP sejak tahun 2008 ketika program dimulai. PEKKA
telah didanai oleh hibah sebesar $ US3.9 juta antara 2001-2009. Hal ini dilaksan
akan di 14 provinsi.
Dalam hal penargetan kemiskinan dan akses perempuan miskin, salah satu kritik ut
ama internasional dari program keuangan mikro adalah bahwa, terlepas dari tujuan
pengurangan kemiskinan program ', mereka cenderung untuk mengecualikan miskin p
erempuan. Mengenai lima program keuangan mikro Indonesia, WEE Studi menemukan be
rbagai pandangan di antara responden tentang topik ini. Semua program kecuali PU
AP dilakukan baik dalam hal termasuk perempuan sebagai kelompok (termasuk peremp
uan yang tidak miskin). PNPM Pedesaan dan PEKKA hanya dilayani perempuan. PNPM P
erkotaan dan KUBE terbuka untuk laki-laki dan perempuan, tetapi tampaknya masih
memiliki partisipasi yang tinggi dari perempuan. Memahami tingkat partisipasi pe
rempuan pada program rumit oleh fakta bahwa pada program-program terbuka untuk k
edua jenis kelamin ada fenomena umum di mana suami akan mendaftar tapi istri aka
n berpartisipasi dalam kegiatan. Skala kecil dari pinjaman membuat program yang
sesuai untuk mendukung usaha rumah tangga sekunder dijalankan oleh perempuan sep
erti katering, perdagangan, halaman belakang berkebun atau ternak.
Program-program yang muncul untuk tampil lebih baik di termasuk perempuan miskin
PNPM Perkotaan, KUBE dan PEKKA. PNPM Pedesaan dan PUAP tampaknya lebih eksklusi
f dari yang paling miskin. PNPM Mandiri Perdesaan dan PNPM Perkotaan keduanya me
miliki sistem manajemen yang sangat berorientasi mempromosikan pembayaran kembal
i pinjaman melalui insentif dan sistem hukuman di mana kelompok ini bertanggung
jawab untuk tindakan individu. Hasil ini dalam kecenderungan untuk mengecualikan
miskin karena persepsi risiko yang lebih tinggi dari default dengan anggota kel
ompok lainnya. Kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk pengecualian miskin a
dalah kebutuhan untuk telah memiliki perusahaan fungsional sebelum bergabung den

gan program yang miskin dianggap sebagai biasanya tidak memiliki. Kecenderungan
ini meskipun, komentar dari peserta survei menunjukkan bahwa program PNPM Perkot
aan lebih ketat dalam penggunaan data kemiskinan (dari Kementerian Pekerjaan Umu
m database) dalam strategi penargetan dan calon tanpa suatu perusahaan dilatih s
ebelum mengakses pinjaman daripada dikecualikan. Program PNPM Perdesaan memiliki
struktur serupa tetapi banyak respndents mengatakan mereka yang tidak suatu per
usahaan cenderung dikecualikan.
Adapun KUBE, proses bisnis biasanya melibatkan pembentukan kelompok usaha berdas
arkan hibah Program (meskipun ada juga pilihan untuk anggota kelompok untuk menj
alankan usaha perorangan) yang berarti bahwa calon tidak harus memiliki bisnis s
ebelumnya. Hal ini tampaknya menghasilkan penargetan yang lebih efektif dari mas
yarakat miskin meskipun beberapa non-miskin seringkali masih berakhir didanai, t
erutama untuk program KUBE utama (bukan program Fakir Miskin). Program KUBE juga
menggunakan data kemiskinan dari Kementerian Sosial untuk program utama KUBE da
n dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk program Fakir Miskin. Yang terakhir khu
susnya tampaknya efektif dalam menargetkan masyarakat miskin. Fasilitator KUBE m
emang mengatakan, bagaimanapun, bahwa itu perlu untuk melibatkan beberapa non-mi
skin di kelompok lain kelompok akan cenderung untuk membubarkan. The non-miskin
cenderung memiliki lebih dari kepemimpinan dan keterampilan bisnis, kepercayaan
diri dan motivasi yang diperlukan untuk kelompok berfungsi.
PUAP cenderung untuk menargetkan "kelas menengah ke bawah", bukan orang miskin.
Banyak responden mengaku bahwa cakupan miskin dengan program rendah yang sebagia
n karena takut sendiri miskin hutang dan kebutuhan untuk memiliki sebuah perusah
aan sebelum bergabung dengan program ini.
Kelompok sasaran untuk program PEKKA adalah perempuan kepala rumah tangga (WHH)
yang cenderung termasuk orang miskin. Non-WHH juga dapat berpartisipasi dalam pr
ogram ini. Hal ini tidak perlu untuk memiliki sebuah perusahaan untuk mengikuti
program ini dan program ini berfokus pada membangun kapasitas peserta sebelum me
nyediakan mereka dengan pinjaman. Partisipasi PEKKA adalah diri memilih. Fokus p
ada pemberdayaan dan pelatihan selama beberapa bulan sebelum pengenalan keuangan
mikro ternyata banyak orang. Fasilitator juga mengatakan bahwa PEKKA membutuhka
n lebih banyak sosialisasi untuk meningkatkan take up.
Sehubungan dengan proses bisnis dan layanan yang disediakan pada program studi i
ni menemukan bahwa semua program yang dilakukan cukup baik dalam hal efisiensi d
an transparansi proses pembayaran, meningkatkan kenyamanan bagi peserta dalam me
ngakses jasa keuangan dan tingkat suku bunga yang lebih rendah daripada pemberi
pinjaman uang lokal. Pada sisi negatifnya untuk semua program peserta menyesalka
n fakta bahwa mereka tidak menerima banyak pelatihan termasuk pelatihan bisnis a
tau pelatihan teknis dan juga jumlah uang yang tersedia pada pinjaman kecil diba
ndingkan dengan kebutuhan modal mereka.
Semua program menggunakan kelompok sebagai dasar untuk penyediaan layanan keuang
an mikro. Program PNPM SPP melibatkan pinjaman kepada kelompok-kelompok perempua
n dari 5-10 anggota. Jumlah pinjaman biasanya memulai sekitar Rp 1 juta. Grup me
netapkan suku bunga mereka sendiri. Setelah mereka telah melunasi pinjaman SPP d
apat mengajukan permohonan untuk pendanaan baru melalui proses yang sama dan tid
ak ada batasan yang telah ditetapkan pada jumlah pinjaman. Peserta menghargai ke
nyataan bahwa, tergantung pada kinerja pembayaran mereka, mereka bisa meminjam j
umlah yang tidak terbatas kali. Sebagian besar kegiatan manajemen difokuskan pad
a memaksimalkan tingkat pengembalian. Sistem insentif diaktifkan oleh fakta bahw
a, tidak seperti PUAP dan KUBE, PNPM menawarkan pinjaman berturut-turut. Beberap
a responden berpendapat bahwa sistem kelompok tidak adil dan harus diubah. Terle
pas dari sistem dimasukkan ke dalam tempat untuk mempromosikan pembayaran kembal
i pinjaman masih banyak kasus Less Pinjaman (kredit macet).
PNPM Perkotaan mirip dengan Pedesaan kecuali bahwa ada batas pada jumlah pinjama

n dari tiga (3) dan batas atas Rp 3 juta juga suku bunga ditetapkan sebesar 1,5%
.
Proses bisnis KUBE dimulai dengan pemilihan calon oleh fasilitator program disku
si tentang apa yang perusahaan anggota kelompok akan berusaha untuk menerapkan d
iikuti dengan pengajuan proposal untuk Produktif Usaha Ekonomi (UEP) dan kemudia
n pelaksanaan UEP. Dana tersebut disimpan di rekening bank yang dimiliki oleh ke
lompok. Sebagian kelompok mengatakan bahwa mereka menerima pembayaran sebesar Rp
20.000.000 untuk sekelompok 5-10 anggota. Ada biasanya hanya maksimal dua pemba
yaran. Setelah transfer telah dibuat, manajemen bisnis kelompok dan keuangan mer
eka termasuk suku bunga dan jangka waktu pembayaran yang tersisa untuk grup. Ban
tuan tersebut bisa untuk bisnis kelompok atau usaha perorangan antara anggota ke
lompok. Meskipun pembayaran adalah hibah, hal ini dimaksudkan bahwa dana akan be
rtindak sebagai pinjaman dalam kelompok, dengan anggota kelompok meminjam dana d
an kemudian membayar mereka untuk kelompok berikut mendapatkan keuntungan di per
usahaan mereka.
KUBE penerima menghargai kenyataan bahwa prosedur tidak terlalu rumit. Transpara
nsi dan efisiensi proses pembayaran dipandang sebagai cukup baik. Beberapa pelat
ihan disediakan tapi biasanya minimal dalam durasi dan lingkup dan konsisten ant
ar kabupaten. Tidak semua peserta memahami bahwa "hibah" kelompok tidak harus di
distribusikan sebagai hibah kepada anggota kelompok tetapi digunakan sebagai das
ar untuk mengembangkan bisnis mereka. Hal ini mengakibatkan kelompok bubar sebag
ai dana bergulir tidak berkembang.
Dalam program PUAP, dana yang disediakan untuk kelompok petani yang dikenal seba
gai Gapoktan (kelompok kolektif petani). Ada satu Gapoktan diperbolehkan per des
a biasanya dengan sekitar 75-100 anggota. The Gapoktan terdiri dari kumpulan Pok
tan biasanya dengan sekitar 10-15 anggota. Kelompok Tani Wanita dikenal sebagai
KWT - Kelompok Wanita Tani. Gapoktan berhak mendapatkan satu kali pembayaran Rp
100 juta hibah. Setiap Gapoktan bertanggung jawab untuk menyiapkan sistem sendir
i biaya, agunan, jadwal pembayaran dan tingkat suku bunga. Jika mereka berfungsi
secara efektif dan memenuhi persyaratan tertentu, Gapoktan dapat menjadi terdaf
tar sebagai lembaga keuangan mikro formal (LKMA) di bawah Departemen Koperasi. P
eserta menghargai kemudahan meminjam dari PUAP dibandingkan dengan meminjam dari
bank yang memiliki lebih banyak prosedur dan persyaratan yang sulit dipenuhi. P
rogram ini juga membantu untuk memutuskan hubungan antara petani dan rentenir ya
ng tertangkap petani dalam lingkaran setan utang bunga tinggi karena suku bunga
program yang jauh lebih rendah. Tingkat pengembalian dari penerima yang rendah y
ang sering memimpin Gapoktan untuk berhenti berfungsi. Pelatihan teknis minimal
yang diberikan kepada anggota Gapoktan.
Program PEKKA melibatkan pembentukan kelompok dan periode simpan pinjam sebelum
pinjaman. Ini memiliki tingkat bunga yang sangat rendah dari 1,5% per tahun. Pin
jaman awal biasanya sekitar Rp 1 juta dan, setelah pembayaran berhasil, tahapan
selanjutnya yang tersedia hingga sekitar Rp 4 juta. Bantuan juga diberikan kepad
a anggota dalam memperoleh dokumen-dokumen hukum seperti akta kelahiran, perkawi
nan dan akta cerai. Fasilitator dan kader juga link dengan lembaga lokal untuk m
enyelenggarakan pelatihan teknis bagi para wanita untuk membantu pengembangan us
aha mereka. Wanita yang berasal dari keluarga miskin juga dapat mengakses bantua
n seperti sepatu, tas, dan seragam sekolah. Ada juga skema asuransi sosial. Pese
rta menghargai berbagai komprehensif dukungan pemberdayaan dan pelatihan dan ren
dah tertarik tapi mengeluh tentang jumlah kecil modal yang tersedia.
Dalam hal sumber daya manusia dan dukungan fasilitasi yang diberikan pada progra
m, di semua program fasilitator merasa mereka dibayar, terutama dalam hal tunjan
gan untuk biaya operasional, terlalu banyak bekerja dan menerima pelatihan memad
ai.
Pada program PNPM Pedesaan staf UPK dan fasilitator merasa mereka kekurangan dan

a, di bawah dilatih dan di bawah didukung. Beberapa juga mengatakan bahwa mereka
tidak memiliki dukungan dari pemerintah daerah. Penerima program pemandangan ku
alitas fasilitator di PNPM dicampur. Pada program PNPM Perkotaan fasilitator men
gatakan mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan yang berkaitan dengan perencan
aan bisnis dan topik lainnya. Pada PUAP fasilitator merasa bahwa ada beban kerja
terlalu tinggi, mereka tidak mendapatkan pelatihan yang cukup dan mereka dibaya
r, terutama dalam hal tunjangan untuk menutupi biaya operasional mengingat tingg
inya jumlah kelompok mereka bertugas mengelola dan jarak besar mereka harus menu
tupi. Mereka juga mengatakan bahwa operasi program tersebut akan ditingkatkan ji
ka ada beberapa remunerasi bagi manajer Gapoktan. Pada PEKKA, fasilitator mengat
akan bahwa mereka merasa tidak didukung, dana operasional mereka tidak memadai,
giliran wilayah cakupan mereka terlalu besar dan staf terlalu sering terjadi.
Dalam hal efek dari program pemberdayaan ekonomi perempuan miskin, peserta dalam
penelitian ini mengidentifikasi banyak manfaat positif dan dampak ekonomi terha
dap kesejahteraan rumah tangga mereka dari program. Namun, untuk semua program b
anyak penerima merasa masih ada kekurangan seperti ukuran cukup dari hibah / pin
jaman dan kurangnya pelatihan dan dukungan teknis.
Sehubungan dengan penerima program PNPM SPP mengatakan bahwa program ini membant
u perempuan untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk mengorganisir diri dan kep
ercayaan diri mereka untuk menjalankan bisnis dan contoh kesejahteraan ekonomi r
umah tangga yang jelas. Pinjaman SPP juga membantu dengan konsumsi smoothing. Na
mun, pembayaran tenggat waktu menciptakan stres. Dibandingkan dengan program lai
n, lebih banyak peserta merasa lebih puas dengan jumlah dana yang tersedia pada
program SPP tetapi beberapa peserta masih merasa dana yang tidak mencukupi. Ada
permintaan yang kuat untuk pelatihan teknis yang tidak disediakan pada program.
Peserta juga berharap untuk akses yang lebih baik ke pasar. Beberapa UPK mencoba
pendekatan inovatif untuk meningkatkan akses pasar termasuk menghubungkan denga
n program lain. Sejumlah dampak ekonomi yang positif juga diidentifikasi oleh re
sponden mengenai program PNPM Perkotaan. Namun, perempuan masih menghadapi banya
k tantangan di perusahaan mereka.
Beberapa responden mengatakan bahwa ada dampak minimal dari program PUAP banyak
peserta yang gagal untuk membayar pinjaman mereka. Karena dana PUAP tidak cukup
untuk sebuah perusahaan ukuran yang layak, mereka cenderung akan digunakan untuk
sebuah perusahaan sisi kecil untuk rumah tangga seperti membeli dan menjual bar
ang-barang di pasar. Banyak penerima ingin memperluas usaha mereka, tetapi dana
yang tersedia melalui program PUAP tidak cukup untuk memfasilitasi mereka untuk
melakukan hal ini. Responden menyebutkan bahwa PUAP berguna bagi mereka untuk me
ngelola siklus pertanian sebagai petani. Peran fasilitator adalah faktor kunci d
alam keberhasilan atau kelompok PUAP. Dimana fasilitator memberikan dukungan dek
at dan bimbingan kelompok lebih mungkin untuk berhasil. Banyak responden mencata
t sedikit peningkatan kesejahteraan ekonomi rumah tangga mereka.
Sehubungan dengan dampak program KUBE pada perbaikan ekonomi perempuan ada berba
gai pandangan yang diungkapkan oleh peserta. Beberapa responden melihat bahwa KU
BE tidak memiliki banyak manfaat karena banyak kelompok KUBE cepat menjadi tidak
aktif sebagai anggota kelompok gagal untuk membuat pembayaran. Lainnya berpikir
tidak ada banyak kesempatan untuk keuntungan ekonomi yang positif karena fakta
bahwa jumlah hibah itu terlalu kecil untuk mendukung start up dari bisnis yang s
ukses. Ada, Namun, penerima manfaat yang telah membangun bisnis yang sukses dari
hibah KUBE, terutama di katering dan ternak babi. Pilihan untuk kelompok perusa
haan, yang tidak ditawarkan oleh program lain, memiliki keuntungan khusus bagi a
nggota masyarakat miskin. Banyak responden menyatakan bahwa perusahaan KUBE, yan
g sering dijalankan oleh perempuan, mewakili perusahaan sekunder (ternak) dengan
aktivitas ekonomi utama rumah tangga (pertanian). Responden luas berpendapat ba
hwa mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan teknis dan bisnis untuk meningkatk
an usaha mereka.

Ada beberapa bukti dampak positif dari program PEKKA. Peserta menghargai kesempa
tan untuk jaringan. Program ini juga membantu meningkatkan kesejahteraan rumah t
angga. Responden juga mengatakan bahwa pelatihan dalam disiplin pengelolaan keua
ngan diuntungkan wanita dan rumah tangga mereka .. Namun, wanita lain mengatakan
bahwa program itu tidak berguna karena jumlah dana yang diberikan tidak cukup u
ntuk mengembangkan usaha mereka. Perempuan juga menghadapi banyak tantangan ekst
ernal dalam membangun busineses mereka seperti akses miskin untuk tenaga kerja,
teknologi, infrastruktur dan pasar. Masalah lain yang dikutip mentalitas peniru
perempuan miskin.
Mengenai pemberdayaan sosial dan politik di kalangan perempuan miskin dari progr
am keuangan mikro seperti yang diidentifikasi oleh (2011) model konseptual Mayou
x tentang bagaimana akses ke keuangan mikro bagi perempuan miskin dapat mencipta
kan siklus berbudi luhur pemberdayaan ekonomi, kesejahteraan rumah tangga dan pe
mberdayaan sosial dan politik, sejumlah efek terlihat di seluruh program. Banyak
komentar dibuat tentang pengaruh partisipasi dalam PNPM Perdesaan dan Perkotaan
pada kesejahteraan sosial dan politik mereka. Beberapa responden mengatakan bah
wa tidak ada efek besar pada kepercayaan diri perempuan. Peserta lain mengatakan
bahwa perempuan telah meningkat kemerdekaan mereka dengan memulai untuk mendapa
tkan uang mereka sendiri. Ada juga beberapa efek sosial negatif dari program. Ta
nggung jawab bersama untuk pinjaman dapat menciptakan konflik di antara anggota
kelompok. Juga beberapa responden dikutip cemburu atas nama laki-laki karena fak
ta bahwa hanya perempuan bisa mengakses SPP. Pada PUAP beberapa responden mengat
akan bahwa hal terbaik tentang program ini adalah kesempatan untuk bersama-sama
dengan anggota masyarakat lainnya. Pada KUBE anggota menghargai rasa kebersamaan
yang datang dengan menjadi bagian dari kelompok. Beberapa responden juga merasa
bahwa belajar untuk mengorganisir diri mereka meningkat kepercayaan diri dan ke
mampuan untuk memberikan kontribusi terhadap kehidupan desa. Namun, beberapa jug
a menyebutkan dampak sosial negatif dari partisipasi dalam program KUBE atau tid
ak melihat efek sosial yang positif. Bekerja dalam kelompok perusahaan dapat men
yebabkan ketegangan sosial.
Pada PEKKA penelitian menunjukkan manfaat yang cukup besar dalam hal pemberdayaa
n sosial dan politik perempuan miskin. Perempuan menjadi lebih terlibat dalam ma
syarakat dan kegiatan politik. Penelitian sebelumnya dari program PEKKA telah be
rfokus pada perannya dalam hak-hak hukum dan pemberdayaan keadilan ketimbang pem
berdayaan ekonomi dan ini ada beberapa bukti dari peran yang PEKKA bermain di pe
mberdayaan sosial dan politik. Galuh (2012) melakukan Acak Kontrol Pengadilan pe
serta PEKKA membandingkan kelompok perlakuan (peserta PEKKA) dengan kelompok kon
trol (non partisipan) dan menemukan bahwa peserta PEKKA lebih aktif dalam masyar
akat setempat dan kegiatan politik. Pengetahuan perempuan tentang hak-hak mereka
membaik. Pada penelitian ini hampir semua responden mengatakan mereka berpikir
bahwa peserta PEKKA telah sangat meningkat dalam kepercayaan diri untuk berbicar
a tentang kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan masyarakat. Kesempatan u
ntuk jejaring sosial meningkatkan rasa perempuan kesejahteraan. Ada juga dampak
sosial negatif dari program terutama bahwa beberapa suami dari perempuan (dari m
ereka yang menikah) menjadi cemburu keterlibatan mereka dalam PEKKA. Efek negati
f lain pada kesejahteraan sosial rumah tangga dikutip adalah peningkatan pekerja
anak.
Sehubungan dengan meningkatkan program rekomendasi berikut dibuat dalam laporan.
Dengan pengecualian dari PNPM, program harus ditingkatkan. KUBE dan PUAP perlu
memperkuat pengawasan pengelolaan keuangan. Ada kebutuhan untuk pelatihan lebih
untuk fasilitator dan manajemen kinerja lebih dekat, pemantauan, remunerasi, duk
ungan operasional pada semua program. Program harus lebih intensif menargetkan m
asyarakat miskin melalui lebih pemberdayaan dan peningkatan kapasitas layanan te
rmasuk pengawasan, pemberdayaan, pelatihan keterampilan dan pelatihan bisnis. Tr
ansformasi unit program 'ke lembaga keuangan mikro independen (LKMA) harus insen
tif sehingga mereka dapat mengakses pendanaan grosir dari sumber lain. Hal ini a
kan membantu untuk meningkatkan dana yang tersedia untuk peserta dan juga memper

luas cakupan program. Untuk meningkatkan jangkauan layanan yang tersedia bagi pe
rempuan miskin untuk mengembangkan usaha mereka, program harus memperkuat hubung
an dengan provider lain termasuk di luar pemerintah terutama yang difokuskan pad
a pendekatan rantai nilai.
Pengertian dari PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan)
5:53 AM Pertanian No comments
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)
PUAP merupakan program merupakan program kementerian pertanian bagi petani di pe
rdesaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan
dengan memberikan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani p
enggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu me
mberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani anggota Gapoktan. Struktur PUA
P terdiri dari Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani sehingga me
mberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan
usaha agribisnis.
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pe
laksana PUAP tentunya menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberh
asilan program PUAP itu sendiri. Pelaksanaan PUAP diharapkan dapat menjadi jalan
tumbuh dan berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang dimilik
i dan dikelola oleh Gapoktan di pedesaan.
Tujuan dilaksanakannya PUAP adalah 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran mel
alui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai d
engan potensi wilayah, 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengur
us Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, 3.Memberdayakan kelembagaan petan
i dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, 4. Meningk
atkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keua
ngan dalam rangka akses ke permodalan.
Sasaran PUAP adalah 1. Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin yang terja
ngkau sesuai dengan potensi pertanian desa, 2. Berkembangnya Gapoktan yang dimil
iki dan dikelola oleh petani, 3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani mi
skin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani, dan
4. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, min
gguan, maupun musiman.
Kriteria dan penentuan desa calon lokasi PUAP adalah 1. Desa miskin yang terjang
kau, 2. Mempunyai potensi pertanian, 3. Memiliki Gapoktan, dan 4. Belum memperol
eh dana BLM-PUAP. Gapoktan calon penerima dana BLM-PUAP harus berada pada desa c
alon lokasi PUAP yang memenuhi kriteria sebagai berikut (a) memiliki sumber daya
manusia (SDM) untuk mengelola usaha agribisnis, (b) mempunyai kepengurusan yang
aktif dan dikelola oleh petani,
(c) pengurus Gapoktan adalah petani dan bukan aparat desa/ kelurahan, (d) tercat
at sebagai Gapoktan binaan dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Pelaksanaan PUAP di Waykanan
Gapoktan Waykanan terima dana PUAP Rp2,5 miliar
Jumat, 5 Oktober 2012 21:50 WIB
Masing-masing gapoktan mendapatkan Rp 100 juta. Sebanyak 25 gabungan kelompok ta
ni atau gapoktan di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, menerima dana Pengemba
ngan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sebesar Rp 2,5 miliar. Masing-masing gapokta
n mendapatkan Rp 100 juta , kata kepala bidang pelaksana penyuluhan pada Badan Ket

ahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, Sumanto, jumat di Blambangan Umpu, Wayka
nan saat dihubungi dari Bandar Lampung.
Sebanyak 25 gapoktan tersebut, ujar dia menjelaskan berasal dari sejumlah kecam
atan di daerah itu, yakni Blambangan Umpu sebanyak 12 gapoktan, lalu Rebangtangk
as, Gununglabuhan, Negarabatin dan Buayhuga masing-masing satu Gapoktan. Kemudia
n Banjit, Bahuga, dan Baradatu masing-masing tiga gapoktan. Penyaluran dana ters
ebut langsung ke rekening masing-masing kelompok gapoktan. Termasuk pengunaannya
, juga berdasarkan musyawarah Gapoktan itu sendiri.
PUAP merupakan modal awal bagi gapoktan yang diharapkan bisa diputar kembali. Ka
mi tidak terlibat dalam urusan tersebut, ujar Sumanto lagi. Pemerintah, katanya m
enjelaskan memberikan PUAP dengan harapan di tahun pertama digunakan Gapoktan un
tuk budidaya, lalu tahun kedua untuk simpan pinjam, dan tahun ketiga diharapkan
bisa membentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA).
Sejumlah gapoktan di daerah itu yang telah menerima PUAP menurut Sumanto bisa di
katakan sukses. Salah satu contohnya gapoktan di Kampung Sumamukti, kecamatan Bah
uga, mereka menggunakannya untuk menyediakan pupuk bagi petani karet setempat, d
ana tersebut akhirnya berputar dan terus bertambah , ia menjelaskan.
Kesimpulan :
PUAP atau Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan merupakan program merupakan pro
gram Kementerian Pertanian bagi petani di perdesaan dalam rangka meningkatkan ku
alitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan dengan memberikan fasilitasi bantua
n modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah ta
ngga tani.
Pelaksanaan PUAP di Waykanan sudah baik dan agar lebih baik lagi masing-masing g
apoktan harus menaati aturan-aturan, antara lain tidak diperkenankan mengalirkan
dana kepada kelompok secara tunai, melainkan harus berbentuk barang kebutuhan m
asing-masing kelompok. Terkecuali, pada kelompok yang dituju terdapat usaha peda
gang bakulan. Itupun diatur bentuk pinjaman dana tunainya hanya sebesar minimal
Rp500 ribu dan maksimal Rp1 juta. Termasuk bunga pinjamannya, yang dibatasi hany
a sebesar 0,28%.
Salah satu contohnya gapoktan di Kampung Sumamukti, kecamatan Bahuga, mereka men
ggunakannya untuk menyediakan pupuk bagi petani karet setempat, dana tersebut ak
hirnya berputar dan terus bertambah. Jika aturan-aturan tersebut dilaksanakan de
ngan baik diharapkan pelaksanaan PUAP tahun berikut dan seterusnya akan menjadi
lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
PEKKA adalah sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan kepala keluarga, yang mulai
digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin
mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia
melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban
konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan
ekonomi dan traum
a mereka. Semula upaya ini diberi nama Widows Project yang
sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui
Trust Fund Bank Dunia. KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat
Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), m
embentuk Sekretaris Nasional (Seknas)
PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini.
Widows Project di transformasi
menjadi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) oleh Nani Zulminarni yang
kemudian menjadi Koordinator Nasional (Kornas) nya.

Transf
ormasi ini diharapkan
membuat PEKKA menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan
janda lebih pada kedudukan, peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
.
Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial deng
an
mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai
Stereotype
negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau
disingkat Program PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menamai inisiat
if
baru ini. Sel
anjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat
istilah Perempuan Kepala Keluarga (Pekka).
15
2.
MENGAPA PEKKA?
Data Susenas Indonesia tahun 2001 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang
dikepalai perempuan mencapai 13%, dan pada tahun
2007 naik menjadi 13.6%,
kemudian pada tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 14%, yang menunjukkan
kecenderungan peningkatan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata
rata 0.1%
per tahun. Padahal Undang
Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 mengatakan
ba
hwa, kepala keluarga adalah suami atau laki
laki. Oleh karena itu keberadaan
perempuan sebagai kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui baik dalam sistem huku
m
yang berlaku maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya
perempuan kepala keluarg
a menghadapi diskriminasi hak dalam kehidupan sosial
politiknya.
3.
SIAPA PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)?
Kepala Keluarga adalah Pencari nafkah dalam keluarga atau seseorang yang dianggap
sebagai kepala keluarga (Badan Pusat Statistik
BPS).
Definisi
Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) menurut Seknas PEKKA adalah
perempuan
yang melaksanakan peran dan tanggungjawab sebagai pencari nafkah, pengelola
rumah tangga, dan pengambil keputusan dalam keluarganya
.
Hal ini mengantarkan Seknas PEKKA pada komunitas
dampingan yang mencakup:
?
Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup oleh suaminya
?
Perempuan yang suaminya meninggal dunia
?
Perempuan yang membujang atau tidak menikah

?
Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat
menjalankan fungsinya s
ebagai kepala keluarga
?
Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin karena
suaminya bepergian lebih dari satu tahun.
4.
BAGAIMANA PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA YANG
DIDAMPINGI SEKNAS PEKKA?
Rumah tangga yang dikepalai perempuan
umumnya miskin dan merupakan kelompok
termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait denga
n kualitas
sumberdaya perempuan kepala keluarga (Pekka) yang rendah. Data dasar Sekretariat
Nasional PEKKA di 19 Provinsi menunjukkan bahw
a Pekka merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang miskin di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh indikator
sosial
ekonomi dan kemiskinan seperti pendapatan, pekerjaan dan pendidikan
APA SAJA KEGIATAN PE
MBERDAYAAN YANG DILAKUKAN SEKNAS
PEKKA?
a.
Pemberdayaan Ekonomi;
Pengembangan
sumberdaya keuangan bersama Pekka
melalui kegiatan simpan pinjam dengan
sistem koperasi serta peningkatan
sumber pendapatan keluarga Pekka
melalui pengembangan usaha individu
dan
usaha bersama
b.
Pendidikan Sepanjang Hayat;
Pemberantasan buta huruf dan angka
bagi keluarga Pekka melalui kelas
keaksaraan fungsional dan akses program
Penyetaraan Pendidikan serta akses
pendidikan yang murah dan berkualitas
termasuk akses beasiswa bagi an
ak
anak Pekka yang putus sekolah 9 tahun,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan mengorganisir Kelas Belajar anak
anak Pekka.
c.
Pemberdayaan Hukum;
Kegiatan penyadaran tentang hak dan perlindungan hukum
bagi Pekka, melatih kader Pekka menjadi Kader Hukum agar
mampu mendampingi
akses proses hukum yang adil bagi Pekka dan keluarganya dalam penyelesaian kasus
kekerasan dalam rumah tangga serta advokasi reformasi hukum dan proses hukum
yang adil gender
d.
Pemberdayaan Politik;
Penyadaran kritis akan hak politik Pekka
, mengorganisir

Pekka untuk terlibat dan mengawasi proses pengambilan keputusan di berbagai


tingkatan dan terlibat dalam proses politik di berbagai tingkatan
e.
Hak Kesehatan Sepanjang Masa;
Gerakan hidup sehat dan berkualitas melalui
kegiatan penyadaran krit
is akan hak dan kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi; mengembangkan kader
kader kesehatan dari kalangan Pekka agar dapat
mengorganisir akses pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, advokasi
kebijakan terkait hak pelayanan kesehatan yang mudah,
murah dan berkualitas bagi
masyarakat miskin
f.
Media Komunitas;
Sistem pendukung kegiatan pengorganisasian Pekka dan
memperjuangkan hak akses teknologi informasi bagi masyarakat miskin, melatih dan
mengembangkan kader
kader pengelola dan pengembang media ra
kyat termasuk
radio komunitas, video komunitas, fotografi, dan penulisan, mengembangkan
penggunaan media komunitas untuk kegiatan pendidikan bagi rakyat, kampanye
perubahan sosial, dan advokasi kebijakan
Dr. Oetami Dewi
Kementerian Sosial Republik Indonesia RI
Masalah sosial yang selalu dihadapi bangsa dan negara ini sejak dulu adalah ke
miskinan dan kebijakan yang diambil untuk mengatasinya melalui program penanggu
langan kemiskinan. Apapun nama programnya yang terpenting adalah mampu memenuhi
kebutuhan sosial dasar masyarakat miskin. Sejak tahun 1970-an pemerintah menggu
lirkan program penanggulangan kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita), khususnya Repelita I-IV dilalui melalui program sektoral dan region
al. Keberadaan lembaga koordinasi penanggulangan kemiskinan diawali dari program
-program penanggulangan kemiskinan yang bersifat sektoral, seperti Kelompok Usah
a Bersama atau KUBE dari Kementerian Sosial yang dulu bernama Departemen Sosial.
KUBE dimulai sejak tahun 1982, kemudian Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga S
ejahtera dari BKKBN, dan Program Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil ata
u P4K dari Departemen Pertanian. Pada tahun 1990 dimunculkan Program Pengembanga
n Wilayah (PPW). Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1990, PPW
adalah program pengembangan wilayah yang dilaksanakan secara terpadu dengan pen
dekatan perwilayahan dan ditujukan untuk mengembangkan wilayah yang bersifat khu
sus secara lintas sektoral dan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masy
arakat di wilayah yang bersangkutan. Pendekatan PPWT ini pada hakekatnya merupak
an upaya penanggulangan di wilayah-wilayah khusus di perdesaan dan permukiman ku
muh perkotaan yang bersifat lintas sektoral dan sekaligus untuk meningkatkan kes
ejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di daerah-daerah yang relati
f tertinggal. Kebijakan khusus melalui Program Pengembangan Wilayah (PPW), dikem
bangkan lagi menjadi Pembangunan Kawasan Terpadu (PKT), Program Pengembangan Kaw
asan Khusus (PPKK), dan program-program penanggulangan kemiskinan seperti Progra
m Inpres Desa Tertinggal (IDT) di desa-desa tertinggal. Saat ini ada keberpihakk
an khususnya untuk didaerah perbatasan.
Program Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial
Sejak tahun 2006, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial mencoba menyempurn

akan pendekatan dan penyelenggaraan Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Jika
pada tahun 2005, penyaluran bantuan kepada KUBE bersifat natura, melalui peranta
ra, top down, terpusat, tanpa pendampingan, maka mulai tahun 2006 sudah dilakuka
n perubahan dan penyempurnaan. Pada tahun 2007, penyempurnaan program terus dila
kukan melalui kerjasama dengan pihak PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Mulai tahun 2
007, program Pemberdayaan Fakir Miskin yang telah disempurnakan akan mulai dilak
ukan. Salah satu perubahan nyata yang telah dilakukan adalah penyaluran bantuann
ya dilakukan langsung kepada KUBE dan melalui mekanisme perbankan (bekerjasama d
engan PT BRI Tbk). Bantuan tidak lagi bersifat natura (barang) yang harus disedi
akan oleh Pemerintah Pusat melalui pihak ketiga, namun disediakan sendiri oleh a
nggota KUBE.
Mekanisme Penyaluran Bantuan
Pengadaan barang dan jasa secara partisipatif akan dilakukan oleh anggota KUBE s
endiri Kementerian Sosial memandang perlunya merumuskan langkah-langkah yang tep
at agar tujuan penyaluran Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) dapat dila
kukan secara tepat dan dimanfaatkan secara efektif oleh KUBE. Pada tahun 2007, K
ementerian Sosial melakukan pembaharuan internal kementerian atau yang dikenal d
engan reinventing Kemensos. Adapung reinventing itu sendiri bahwa Kemensos akan
melakukan perubahan dalam bentuk: (1) reorientasi kebijakan pada pembangunan man
usia, (2) restrukturisasi organisasi untuk menjalankan dan mencapai tujuan kebij
akan secara efektif, (3) pengembangan aliansi strategis dengan mitra kerja yang
mempunyai kapasitas sesuai bidangnya, (4) perbaikan tata kelola pelaksanaan kebi
jakan, (5) penilaian kinerja program, setiap rupiah yang dibelanjakan harus meng
hasilkan kesempatan kerja, keuntung bagi yang bekerja, dan akumulasi tabungan ba
gi yang bekerja dan menabung.
Pembaharuan program tersebut merupakan upaya Kementerian Sosial untuk menjadika
n institusinya sebagai excellent ministry atau Kementerian unggulan (Pedum Tim K
oordinasi BLPS, 2007:3). Dan untuk menjadi Kementerian unggulan tersebut, maka K
emensos perlu semakin terbuka untuk bekerjasama dengan semua mitra pembangunan,
baik dari kalangan dunia usaha/swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyara
kat, para cendekiawan dan praktisi untuk bersama-sama mengembangkan Kemensos seb
agai ujung tombak pencapaian target pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Kementerian Sosial menyelenggarakan program penanggulangan kemiskinan dulu diken
al dengan: pengentasan kemiskinan- melalui program Kelompok Usaha Bersama atau K
UBE. Program KUBE merupakan pengejawantahan Instruksi Presiden tentang Gerakan T
erpadu Pengentasan Kemiskinan atau Gerdu Taskin. Pola pemberdayaan KUBE yang dit
erapkan oleh Kementerian Sosial selama ini sangat seragam, kurang menekankan pad
a unsur-unsur lokal setempat. Jumlah kelompok sebanyak 10 Kepala Keluarga. Bantu
an yang diberikan tidak dalam bentuk uang tetapi berupa paket usaha yang disedia
kan oleh pihak ketiga, seperti peralatan bengkel, ternak sapi, peralatan-peralat
an pertanian, dan lain-lain. Pemberian bantuan ini diawali dengan pembekalan pen
gembangan keterampilan usaha seadanya. Jenis paket usaha yang dikembangkan dianj
urkan untuk memilih jenis usaha sesuai dengan ketersediaan sumber-sumber di daer
ah masing-masing, namun pelaksanaannya lebih mengacu pada kondisi pengadministra
sian yang harus dipertanggung jawabkan.
Jenis Bantuan KUBE
Setiap kelompok mendapat 1 paket bantuan usaha, untuk KUBE yang berprestasi dapa
t diberikan bantuan pengembangan usaha tahap berikutnya. Bantuan yang sudah dite
rima harus digulirkan pada kelompok fakir miskin lainnya yang ada di sekitarnya.
Ada 10 indikator keberhasilan yang digunakan selama ini (Kemensos, 1994), yaitu
:
Perkembangan usaha ekonomis produktif keluarga

Perkembangan usaha ekonomis produktif kelompok


Kondisi kesejahteraan social Keluarga Binaan Sosial (KBS) secara keseluruhan
Sumbangan Sosial Wajib (SSW) / luran Kesejahteraan Sosial (IKS) dan pengemba
ngan gotong royong
Perkembangan koperasi kelompok
Pelaksanaan jaminan kesejahteraan sosial melalui embrio organisasi sosial
Perkembangan tabungan dan tabanas
Ikut sertanya KBS dalam program keluarga berencana, Posyandu dan wajib belaj
ar
Ada tidaknya partisipasi dalam kegiatan Karang Taruna
10. Dampak proyek bantuan kesejahteraan sosial dalam masyarakat
Pendekatan KUBE
KUBE dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para kelompok miskin, y
ang meliputi: terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari, meningkatnya pendapatan
keluarga, meningkatnya pendidikan, dan meningkatnya derajat kesehatan. Selain it
u, pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan dinamika kehidupan kelompok sosi
al, seperti: pengembangan hubungan yang semakin harmonis, pengembangan kreativit
as, munculnya semangat kebersamaan dan kesetiakawanan sosial, munculnya sikap ke
mandirian, munculnya kemauan, dan lain-lain, sehingga menjadi sumber daya manusi
a yang utuh dan mempunyai tanggung jawab sosial ekonomi terhadap diri, keluarga
dan masyarakat serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Melalui pendekatan K
UBE ini diharapkan juga kelompok sasaran mampu menggali dan memanfaatkan sumber
daya alam, sosial, ekonomi, sumber daya manusia dan sumber lingkungan serta sumb
er-sumber lainnya yang ada di sekitarnya untuk kepentingan pengembangan potensi
yang dimiliki, seperti: pemanfaatan lahan untuk pertanian, pemanfaatan air untuk
pengembangan usaha ternak ikan, pemanfaatan tenaga yang mengganggur untuk menja
di tenaga kerja di KUBE yang dikelola, dan lain-lain. Diharapkan dengan pola sep
erti ini, mereka akan mudah mengintegrasikan sumber-sumber tersebut ke dalam kep
entingan-kepentingan kelompok. Kelompok mempunyai wewenang untuk mengelola, men
gembangkan, mengevaluasi dan menikmati hasil-hasilnya. Pemerintah hanya memfasil
itasi agar KUBE dapat berhasil dengan baik. Dilihat dari komposisi ini, pendekat
an KUBE merupakan pendekatan yang relevan di dalam pemberdayaan kelompok miskin
tersebut.
Kendala dan Hambatan
Kenyataannya di lapangan tidaklah selalu indah karena berbagai kendala dan hamba
tan dihadapi. Proses pembentukan, pengelolaan dan pengembangannya sangat dipenga
ruhi oleh berbagai faktor, bagaimana bantuan yang diberikan, bagaimana pendampin
gan yang dilakukan, dan lain-lain. Sebagian KUBE terbentuk atas insiatif anggota
, sebagian karena gagasan atau bentuk aparat desa atau pihak lain yang berkepent
ingan. Dalam pengelolaannya juga demikian, ada KUBE yang memang murni dikelola o
leh anggota dan sebagian ada pihak yang terlibat karena ada kepentingan, dan mas
alah-msalah lainnya. Tetapi keberhasilan dan kegagalan KUBE tidak bisa hanya dil
ihat dari sisi sebelah mata, hanya menyalahkan pihak ekternal yang mungkin terli
bat, yaitu karena adanya campur tangan pihak luar. Namun masalah-masalah yang be
rsifat internal juga perlu dikaji dan dianalisis, seperti sifat dan unsur-unsur
yang ada dalam kelompok, seperti keanggotaan, struktur kelompok dan lain-lain.
Harapan kedepan untuk menjadikan KUBE sebagai suatu pendekatan dalam proses pem
berdayaan perlu dikaji kembali, sehingga benar-benar menjadi suatu pendekatan ya
ng dapat menjadi satu alternatif penanganan atau model di dalam pemberdayaan mas
yarakat miskin. Diamana upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian b
esar dari berbagai pihak yang tidak terbatas pada aspek pemberdayaan ekonomi sos
ial, tetapi juga menyangkut aspek pemberdayaan politik.
KUBE merupakan pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses bagi masy

arakat dalam memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidup
an ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab itu, pemberdayaan masyarakat amat pen
ting untuk mengatasi ketidak mampuan masyarakat yang disebabkan oleh keterbatasa
n akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, adanya kondisi kemiskinan yang
dialami sebagaian masyarakat, dan adanya keengganan untuk membagi wewenang dan s
umber daya yang berada pada pemerintah kepada masyarakat. Potensi masyarakat unt
uk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata telah meningkat akibat kemajua
n sosial ekonomi masyarakat. Pada masa depan perlu dikembangkan lebih lanjut pot
ensi keswadayaan masyarakat, terutama keterlibatan masyarakat pada berbagai kegi
atan yang dapat meningkatkan ketahanan sosial, dan kepedulian mayarakat luas dal
am memecahkan masalah kemasyarakatan

Anda mungkin juga menyukai