Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang, pangan, papan.
Tanpa hidup yang sehat, hidup manusia menjadi tanpa arti, sebab dalam keadaan sakit,
manusia tidak mungkin dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik atau seperti
keadaan yang normal. Di dalam pelaksanaan tindakan pelayanan kesehatan, tenaga medis,
yaitu dokter maupun perawat tidak menutup kemungkinan terjadi suatu kesalahan ataupun
kelalaian. Kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan dokter dalam melaksanakan tugas
profesinya dapat berakibat fatal baik terhadap badan maupun jiwa dari pasiennya (dalam
istilah medis / hukum kejadian ini disebut malpraktek) dan hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi pihak pasien sebagai korban malpraktek.
Untuk memperkecil risiko adanya malapraktik, dibuat beberapa ketentuan dan aturan
yang perlu dipatuhi sebagai seseorang yang berprofesi di bidang pelayanan kesehatan yaitu
etika kedokteran. Aspek etik kedokteran mencantumkan juga kewajiban yang memenuhi
standar profesi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak
dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya.
Berdasarkan hal-hal di atas, terdapat beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam
melakukan tindakan dalam kedokteran, yang biasanya disebut dengan prinsip-prinsip bioetika
kedokteran.

1.2 Skenario
Seorang penderita wanita bernama Aisyah, usia 40 tahun datang ke praktik dokter gigi
dengan keluhan gigi belakang bawah kanan sakit dan bengkak terutama kalau sedang
mengunyah sudah 5 hari. Hasil pemeriksaan klinis :
Adanya abses pada ginggiva regio gigi 16 dan abses berfluktuasi
Gigi 16 terdapat poket periodontal 6mm
Gigi 16 tidak ada lubang, hanya goyang derajat 2
Banyak karang gigi pada regio 15, 16 dan 17

Kemudian dokter gigi tersebut memberikan obat antibiotik Azitromisin 4x500mg dan
analgetik Natrium diclofenak 3x1 selama 7 hari.

Learning issue
-

Prinsip-prinsip bioetika / kaidah dasar bioetika :


a. Unsur-unsur

prinsip

bioetika

kaidah

dasar

bioetika:

beneficence,

nonmaleficence, autonomy, justice


b. Unsur turunan dari prinsip utama bioetika : veracity, fidelity, privacy /
confidentially, honesty
-

UU Kesehatan no.23 Tahun 1992

UU no.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

BAB II
PEMBAHASAN
1.3 Prinsip-prinsip bioetika / kaidah dasar bioetika
Menurut Samuel Gorovitz, bioetika adalah penyelidikan kritis tentang dimensidimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan
dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis.
Bioetika dalam definisi luas adalah cabang etika yang mempelajari masalah terkait
kedokteran dan biologi, termasuk masalah terapi, hak pasien, hak dokter, dan profesi
kesehatan lainnya, batasan-batasan terhadap interverensi medis seperti aborsi dan euthanasia,
serta ketepatgunaan penelitiaaan genetika dan aplikasinya.

Prinsip dasar bioetika


Menurut Beauchamp dan Childress (1994) ada empat kaidah dasar bioetika yaitu:
1. Prinsip Autonomy
Berasal dari Bahasa Yunani autos (sendiri) dan nomos (peraturan atau
pemerintahan atau hukum). Prinsip autonomy adalah suatu bentuk kebebasan
2

bertindak dimana seorang dokter mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang
ditentukan sendiri. Dalam prinsip ini, dokter diharapkan dapat menghormati
martabat manusia. Pertama, setiap pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri). Kedua, setiap manusia
yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
Ciri-ciri prinsip autonomy:
a. Menghargai hak menentukan nasib sendiri
b. berterus terang
c. menghargai privasi pasien
d. menjaga rahasia
e. melaksanakan informed consent
Penerapan prinsip autonomy:
Menyampaikan kebenaran atau berita yang sesungguhnya (tell the truth)
Menghormati hak pribadi orang lain (respect the privacy of others)
Melindungi informasi yang bersifat rahasia (protect confidential
information)
Mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien
Membantu orang lain dalam membuat keputusan penting
2. Tidak Merugikan (Non-Maleficence)
Prinsip ini melarang tindakan yang membahayakan atau memperburuk
keadaan pasien. Hipokrates berkata, saya akan menggunakan terapi untuk
membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan pendapat saya, tetapi saya
tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan atau mencelakakan
mereka.
Penerapan prinsip non-maleficene:

Tidak membunuh

Tidak menyebabkan sakit atau penderitaan yang lain

tidak menyebabkan orang lain menjadi tidak mampu atau tidak


berdaya

Tidak melukai perasaan orang lain

Tidak mencabut kebahagiaan orang lain

3. Berbuat baik (Beneficence)


Prinsip beneficence adalah kewajiban moral untuk melakukan suatu tindakan
demi kebaikan atau kemanfaatan orang lain (pasien). Kewajiban berbuat baik
menuntut bahwa seorang dokter harus membantu orang lain dalam memajukan
kepentingan mereka. Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya.
Beneficence terbagi menjadi dua yaitu:
1) General Beneficence, misalnya:
- Melindungi dan mempertahankan hak orang lain
- Mencegah terjadinya kerugian pada yang lain
- Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
2) Specific Beneficence, misalnya:
- Menolong orang cacat
- Menyelamatkan orang-orang dari bahaya
Ciri-ciri Beneficence:
Alturisme (tanpa pamrih)
Manfaat lebih besar dari pada kerugian
Menghargai hak pasien
Golden rule principle
4. Keadilan (Justice)
Prinsip ini mempunyai makna proporsional, sesuai dengan

fungsi dan

kebutuhan. . Prinsip justice lahir dari sebuah kesadaran bahwa jumlah benda dan
4

jasa (pelayanan) itu terbatas, sedangkan yang memerlukan seringkali melebihi


batasan tersebut.
Jenis-jenis keadilan antara lain:
1) Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
2) Distributif

(membagi

sumber),

kebaikan

membagi

sumber-sumber

kenikmatan dan beban bersama dengan cara merata, sesuai keselarasan sifat
dan tingkat perbedaan jasmani dan rohani
3) Sosial, kebijakan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama
4) Hukum (umum), pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk
kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.
Ciri-ciri:
- memperlakukan secara universal
- menghargai hak sehat pasien
- tidak membedakan pelayanan kesehatan yang diberikan

Prinsip turunan bioetika


1. Berani berkata benar / kejujuran (veracity) : truth telling
2. Kesetiaan (Fidelity) : keep promise
3. Privacy (dari otonomi dan beneficence), selain melindungi hal-hal yang bersifat
pribadi yang unik / otentik dari pasien, juga lebih mengutamakan /
memenangkan pasien dalam menjaga kerahasiaannya atau ketika berkonflik akan
membuka informasi dirinya kepada pihak lain.
4. Konfidensialitas, menghormati privasi pasien. Dengan ciri menyembunyikan
identitas pada presentasi kasus, tidak bergosip, membuka sebagian rahasia
kepada orang yang peduli seperti anggota keluarga, sahabat / kerabat, pers:
membiarkan informasi peka pada catatan medik, membuka demi pihak ketiga,
peringatan kepada partner, dll.
5. Menghormati kontrak (perjanjian)

6. Ketulusan (honesty), tidak menyesatkan informasi kepada pasien atau pihak


ketiga seperti perusahaan asuransi, pemerintah, dll.
7. Menghindari membunuh
1.4 UU Kesehatan no.23 Tahun 1992
Undang-undang ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mencapai derajat
kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota masyarakat. Ini berkaitan dengan sasaran
pembangunan disegala bidang, termasuk dibidang kesehatan dalam mencapai masyarakat
adil dan makmur. Bagaimanapun kesehatan manusia sebagai pelaku pembangunan harus
mendapat perhatian yang cukup. Seperti dijelaskan dalam pasal 3 UU Kesehatan, tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Beberapa Pengertian dalam Ketentuan Umum
Dibawah ini beberapa pengertian dan ketentuan umum, antara lain:
1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
2) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atu keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
4) Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan
5) Transpalantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh organ lain atau tubuh sendiri dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh yang tidak
berfungsi.
6) Implan adalah bahan berupa obat atau alat kesehatan yang ditanamkan ke dalam
jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan, pencegahan, dan penyembuhan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan atau kosmetika.
6

7) Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara obat, dan
pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
8) Kesehatan matra adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik
dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara
bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air.
Beberapa kutipan dari Undang-Undang Kesehatan
Asas (pasal 2)
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan

yang

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil, dan
merata, perikehidupan dalam keseimbangan; serta kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
Tujuan Pembangunan Kesehatan (Pasal 3)
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemuan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang gar terwujud derajat kesehatan masyarkat yang
optimal
Hak dan Kewajiban (Pasal 4 dan 5)
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungan.
Upaya Kesehatan
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peingkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan bereksinambungan (Pasal 10).

Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasl 10 dilaksanakan


melalui (Pasal 11): kesejahteraan keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan
minuman, kesejahteraan lingkungan, kesejahteraan kerja, kesejahteraan jiwa, pemberantasan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif,
kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan tradisional, kesehatan matra.
Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum
Pasal 53
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesi.
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
pprofesi dan menghormati hak pasien.
3. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
4. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diterapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 54
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud ayat 1
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
Pasal 55
1. Setiap orang berhak aatas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
2. Ganti rugi sebgaimana dimaksud ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

1.5 UU no.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Tujuan dari Undang-Undang Praktik Kedokteran (UUPK) (Pasal 3) menyatakan:
a. memberi perlindungan kepada pasien.
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi.

Pasal 34
Dokter atau dokter gigi yang telah memilki surat tanda registrasi mempunyai wewenang
melakukan praktik kedokteran sesuai denan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang
terdiri atas: mewawancarai pasien, memeriksa fisik dan mental pasien, menentukan
pemeriksaan

penunjang,

menegakkan

diagnosis,

menentukan

penatalaksanaan

dan

pengobatan pasien, melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, menulis resep obat
dan alat kesehatan, menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi, menyimpan obat
dalam jumlah dan jenis yang diizinkan, dan meracik dan menyerahkan obat kepada pasien
bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
Ketentuan Pidana
1. Tidak memiliki surat tanda registrasi dengan hukuman penjara 3 tahun, denda 100
juta.
2. Dokter atau dokter gigi asing tidak memiliki surat tanda registrasi, penjara 3 tahun,
denda 100 juta.
3. Tidak memiliki surat izin praktik, penjara 3 tahun, denda 100 juta.
4. Identitas (gelar atau bentuk lain) seolah-olah yang bersangkutan dokter atau dokter
gigi yang memiliki surat registrasi atau izin praktik. Penjara 5 tahun, denda 150 juta.
5. Tidak memasang papan nama, tidak membuat rekam medik, tidak memenuhi
kewajiban sebagai dokter / dokter gigi. Penjara 1 tahun, denda 50 juta.
6. Memperkerjakan dokter / dokter gigi yang tidak memiliki SIP. Penjara 10 tahun,
denda 300 juta.

BAB III
KESIMPULAN

Kasus malpraktik yang dilakukan oleh dokter semakin marak diketahui oleh
masyarakat. Mungkin hal ini dikarenakan semakin mengertinya masyarakat tentang hukum.
Akan tetapi pada kenyataannya hal ini tidak diimbangi dengan regulasi yang mengatur
9

tentang perbuatan tersebut. Sehingga, banyak kasus malpraktik. khususnya yang


menyebabkan kematian pasien hanya dituntut dengan pidana yang ringan (maksimal penjara
lima tahun dan kurungan maksimal satu tahun-menurut pasal 359 KUHP) karena adanya
unsur kelalaian dalam perbuatan tersebut.
Proses peradilan pidana juga banyak dipengaruhi oleh sistem sosial masyarakat yang
memandang status dokter sebagai status yang tinggi dan beranggapan dokter tidak pernah
salah. Selain itu, adanya solidaritas diantara para dokter dapat pula mengganggu pula proses
pembuktian kasus ini. Dituntut dari para pengguna jasa dokter dan kalangan medis lainnya
untuk lebih proaktif meminta informasi tentang segala hal berhubungan dengan penyakitnya,
kapabilitas dokter dan perawatan yang akan didapatkan, serta menghindari sikap pasrah dan
menyerahkan semua hal kepada dokter. Diharapkan kepada para dokter untuk lebih
mengedepankan rasa kemanusiaan dan keinginan untuk menolong orang lain, daripada
menangguk keuntungan atas ketidakmengertian orang, apalagi diatas penderitaan manusia
lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adira.

Laporab

Tutorial

Bioetika

Kedokteran.

13

Agustus

2012.

adirasoziety.blogspot.in/2012/08/laporan-tutorial-bioetika-kedokteran.html?m=1.

(3

Januari 2015).
2. Amir A, Hanafiah J. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. 4. Jakarta: EGC, 2007:
27- 40.
3. Sukri Q. Kejahatan oleh dokter: suatu tinjauan penegak hukum. Jurnal Kriminologi
Indonesia 2002, 2: 57-68.

10

Anda mungkin juga menyukai