Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan
perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang.
Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung
dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia
bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan
mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu
anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba
menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan.
Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang telah diusung
oleh lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat ini juga
menawarkan program asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, prinsip, dan manfaat dari asuransi?
2. Apa yang dimaksud dengan risiko, polis, premi, dan klaim asuransi?
3. Bagaimana penggolongan asuransi, pengaturan perasuransian di Indonesia,
dan perizinan pendirian perusahaan asuransi?
4. Apa pengertian dari asuransi syariah?
5. Apa perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui pengertian, prinsip, dan manfaat dari asuransi?

2. Mengetahui risiko, polis, dan premi asuransi?


3. Mengetahui penggolongan asuransi, pengaturan perasuransian di Indonesia,
dan perizinan pendirian perusahaan asuransi?
4. Mengetahui pengertian dari asuransi syariah?
5. Mengetahui perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Pengertian, Prinsip, dan Manfaat dari Asuransi

1.1. Pengertian Asuransi


Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau
perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko
kepada pihak lain. Berikut adalah beberapa definisi asuransi menurut
beberapa sumber :
a. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
sesorang penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu.
b. Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
c. Menurut Paham Ekonomi
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi
dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi
dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan perlindungan
atau proteksi atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan
oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious event).

1.2. Prinsip Asuransi


a. Insurable

Interest,

merupakan

hal

berdasarkan

hokum

untuk

mempertanggungkan suatu risiko berkaitan dengan keuangan, yang diakui


sah secara hokum antara tertanggung dan suatu yang dipertanggungkan
dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara hokum.
b. Utmost Good Faith atau Itikad Baik, merupakan suatu tindakan untuk
mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material
(material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur
menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi
dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang
jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
c. Indemnity atau ganti rugi, artinya mengendalikan posisi keuangan
tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya
kerugian tersebut.
d. Proximate Cause, adalah suatu sebab aktif, efisien yang berakibat
terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan dan intervensi
kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan
independen.
e. Subrogation merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti
rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan
kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.
f. Contribution suatu prinsip di mana penanggung berhak mengajak
penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk
ikut bersamam mebayar ganti rugi kepada seseorang tertanggung,
meskipun jumlah tanggungan masing-masing penanggung belum tentu
sama besarnya.
1.3. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara
lain:
a. Rasa aman dan perlindungan

Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman
dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian
tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai
kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara
tertanggung dan penanggung.
b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis
secara periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang
berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak
merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertangguangan,
semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.
c. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama
dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas
premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua
belah pihak).
e. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga
pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan.
f. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi

yang

dilakukan

oleh

para

investor

dibebani

dengan

risikokerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab


(pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).

2.

Risiko, Polis, Premi, dan Klaim Asuransi

2.1. Risiko
Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian

diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan


terjadinya kerugian. Berikut ini adalah jenis-jenis risiko:
1. Risiko murni
Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian
dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga
memberikan keuntungan.
2. Risiko spekulatif
Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu
kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk
mendapat kerugian.
3. Risiko individu
Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Risiko individu ini masih dipilah menjadi 3 jenis :
a. Risiko pribadi (personal risk)
Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
memperoleh manfaat ekonomi. Atau dengan kata lain risiko ini
berfungsi untuk menanggung dirinya sendiri atau orang yang ia
asuransikan.
b. Risiko harta (property risk)
Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak,
hilang atau dicuri. Dengan kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik
akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta yang
dimilikinya.
c. Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab
akibat kerugian atau lukanya pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi
oleh mandor bangunan kepada para pekerjanya.
Risiko

yang

dihadapi

perlu

ditangani

dengan

baik

untuk

mempertimbangkan kehidupan perekonomian di masa mendatang. Dalam


menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat dilakukan,
antara lain:
a) Menghindari risiko (risk avoidance)

Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang


mungkin timbul sebelum kita melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah
mengetahui risiko yang mungkin timbul kit bisa menetukan apakah
aktivitas tersebut bisa kita lanjutkan atau kita hentikan.
b) Mengurangi risiko (risk reduction)
Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin
terjadi.
c) Menahan risiko (risk retention)
Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut.
Risiko tersebut dapat ditahan karena secara ekonomis biasanya
melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan kadang-kadang orang tidak sadar
akan usaha menahan risiko ini.
d) Membagi risiko (risk sharing)
Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi
risiko.
e) Mentransfer risiko (risk transferring)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia
serta mampu memikul beban risiko.
2.2. Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi
perjanjian antara edua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum.
Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan
nomor polisi, nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.

2.3. Premi Asuransi


Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara
periodik. Jumlah premi tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan
tinggi rendahnya tingkaat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Jangka
waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah
dituangkan dalam polis asuransi.
Premi biasanya ditetapkan perseratus jumlah tertentu dari jumlah uang yang
dijamin, didasarkan

pula statistik masa lalu oleh perusahaan Asuransi.

Masing- masing asuransi memiliki cara/tabel besaran premi yang harus


dibayar yang berbeda tergantung karakteristik/sifat perusahaan Asuransi.
Pertimbangan besar kecilnya premi berdasarkan Buku Tarip yang dibuat oleh
Dewan Asuransi Indonesia, untuk menetapkan besarannya diperlukan survey
atau peninjauan lokasi.
2.4. Klaim
Klaim atau santunan pada asuransi adalah tuntutan dari pihak tertanggung
kepada pihak penanggung sesuai dengan perjanjian yang tertulis pada polis.
Langkahlangkah

yang

harus

dilakukan

tertanggung

dalam

rangka

mengajukan suatu klaim kepada Perusahaan asuransi sebagai berikut:


a. Segera melaporkan kepada Perusahaan asuransi paling lambat 72 jam
setelah terjadinya musibah.
b. Melengkapi dokumen sebagai berikut:
a) Mengisi formulir kerugian yang disediakan Perusahaan asuransi
b) Mengambil/meminta berita acara dari kepolisian (jika diperlukan) atau
instansi terkait tentang terjadinya musibah tersebut
c) Menyiapkan Polis asli dan kwitansi-kwitansi premi asli
d) Mengajukan surat rincian tentang jumlah kerugian yang dituntut
e) Menyiapkan /melengkapi dokumen pendukung lainnya sekiranya
diperlukan untuk menguatkan tuntutan, misalnya: copy kapasitas muat
barang, kwitansi-kwitansi biaya-biaya yang telah dikeluarkan dll yang
diperlukan.

Dalam hal ini Perusahaan Asuransi akan memberitahukan tentang besarnya


ganti kerugian yang akan diterima setelah Perusahaan Asuransi meninjau
lokasi kejadian untuk memperkirakan besarnya kerugian , selanjutnya
pembayaran ganti kerugian akan diberikan sesuai yang telah disepakati.

3.

Penggolongan Asuransi, Pengaturan Perasuransian di Indonesia, dan


Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi

3.1. Penggolongan Asuransi


a. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a) Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan
semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan
terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan.
b) Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak
terkait

yang pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.


b. Menurut Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha
perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :
a) Usaha Asuransi
o Asuransi kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan
risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dn tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yag tidak pasti.
Usaha asuransi kerugian ini dapat dipilah sebagai berikut:
- Asuransi kebakaran adalah asuransi

yang menutup risiko

kebakaran.
- Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung
atau perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami
tertanggung akibat

terjadinya kehilangan atau kerusakan saat

pelayaran.

- Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat


digolongkan kedala kedua asuransi diatas, missal : asuransi
kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, dan lain sebagainya.
o Asuransi jiwa (life insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan

risiko

yang

dikaitkan

dengan

jiwa

atau

meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa


memberikan:
-

Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan

Santunan bagi tertanggung yang meninggal

- Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh


meninggalnya orang kunci
-

Penghimpunan dana untuk persiapan pensiun

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3,


yaitu :
-

Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)


Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai
tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan,
triwulanan, semesteran, dan tahunan).

Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)


Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan
medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di
mana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat
partisipasi.

Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance)


Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu.
Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah
pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent.

o Reasuransi (reinsurance)
Adalah

pertanggungan

ulang

atau

pertanggungan

yang

dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah


suatu system penyebaran risiko dimana penanggung menyebarkan

10

seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada


penanggung yang lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan
dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi
adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu
objek asuransi. Sedangkan reasuransi adalah proses untuk untuk
mengasuransikan

kembali

pertanggung

jawaban

pada

pihak

tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :


a) Meningkatkan kapasitas akseptasi.
b) Alat penyebaran risiko.
c) Meningkatkan stabilitas usaha.
d) Meningkatkan kepercayaan.
Mekanisme untuk reasuransi antara lain:
a) Treaty dan facultative reinsurance
Dalam

model

ini,

reasuradur

memberikan

sejumlah

pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan


reasuradur harus menerima jumlah yang ditawarkan.
b) Reasuransi proporsional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur
dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang
telah ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang
ditahan atau ditanggung oleh ceding company.
c) Reasuransi nonproporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak
membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada
di

treaty.

Treaty

dalam

mekanisme

reasuransi

adalah

pertanggungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan


dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu perjanjian antara
ceding

company

dan

reasuradur

yang

mana

reasuradur

mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang


diberikan oleh ceding company.
o Usaha Penunjang

11

- Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan


dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
- Pialang

reasuransi

adalah

usaha

yang

memberikan

jasa

keperantaraan dalam penetapan reasuransi dan penanganan ganti


rugi reasuransi dewan bertindak untuk kepentingan perusahaan
asuransi.
- Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa
penilaian

terhadap

kerugian

pada

objek

asuransi

yang

dipertanggungkan.
- Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan
aktuaria.
- Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan
dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama
penanggung.

3.2. Pengaturan Perasuransian di Indonesia


Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar
acuan pembinaan dan pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia saat
ini :
1. UU no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
2. PP no.73 tahun 1002 tentang usaha perasuransian
3. Keputusan menteri keuangan, antara lain:
a. Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
b. No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
c. No.225/KMK.017/1993

tanggal

26

Februari

1993

tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asurasni dan Reasuransi


d. No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha
Asuransi

12

3.3. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi


Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian
menurut PP Nomor 73 Tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
a. Persetujuan Prinsip
Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian
suatu perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, dimana batas
waktu persetujuan prinsip dibatasi selama-lamanya satu tahun.
b. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan
pendirian selesai, dimana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin
usaha telah dipenuhi.

4.

Pengertian Asuransi Syariah


Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/
peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya
sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari danadana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran
terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan
bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya : "Dan saling tolong menolonglah

13

dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam
dosa dan permusuhan"

5.

Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah


Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu
pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung
sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung
kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan dana pun
berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.
Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Akad (Perjanjian)
Setiap

perjanjian

transaksi

bisnis

di

antara

pihak-pihak

yang

melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk


mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa
mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang
menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal
tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah.
Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad
jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau
perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas
adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan.
Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam asuransi
konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan
barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat
dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh
peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena
hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan
membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan tetapi
jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung
usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun

14

apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka


perusahaan akan rugi. Dengan demikian menurut pandangan syariah
terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang
akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk saving) atau berapa
besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-saving).
c. Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya
tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan
tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia
tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan
Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi
ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung
merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya,
perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial.
Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama
masing-masing pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan
jangka waktu pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan
ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para
ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat
secara hukum.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu
suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan
mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling
selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah
yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan
asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang
terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi
syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi milik perusahaan.
d. Tabarru dan Tabungan

15

Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya


sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri
(dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan
secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta
asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh
karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada
yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening
tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong.
Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah
sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang
sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist
Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan
memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).
Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka
dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana
tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang digunakan sebagai dana
investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada asuransi kerugian
syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada unsur saving. Hasil
dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika
peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan
dikembalikan kepada peserta secara penuh.
e. Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orang-orang
yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah

perbuatan-perbuatan

itu

agar

kamu

mendapatkan

keberuntungan."
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional
terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar.
Sedangkan al qimar sama dengan al maisir. Muhammad Fadli Yusuf
menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya
unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang

16

polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis


asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka ahliwaris akan
menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari
mana

dan

bagaimana

cara

perusahaan

asuransi

konvensional

membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena


keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh
perusahaan yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan,
tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut
judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan
banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan
asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang
dibayarkannya.
f. Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya
dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal
demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan
dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional
mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada
jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas
yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis
investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dan KMK dilakukan
berdasarkan sistem bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bank yang berdasarkan syariat
Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi
lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT
berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat berlipat
ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi

17

makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka


semua sama."(HR Muslim)
g. Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang
peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum
masa reversing period. Sementara ia telah beberapa kali membayar premi
atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka
dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada
asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan
tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi
milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan
menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi
mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi
peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan jika ia tidak
melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini
mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita
saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan
dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus,
karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi.
Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri
maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali
kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana
kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika
selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah
akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil
60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi
yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke
peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat
investasinya.
h. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah

18

tergantung dari hasil

Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan


sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein
dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun
atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh
suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama
memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi pada
anggotanya. Untuk kepentingan itu masing-masing anggota membayar
iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul akan terus dikembangkan,
sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan
untuk kepentingan badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian
badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya
sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah tolong-menolong seperti
yang diajarkan Islam.
i. Dewan Pengawas Syariah
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah
Nasional (DSN), baik dari segi operasional perusahaan, investasi maupun
SDM. Kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan setara
dengan dewan komisaris.

19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak
tertanggung, antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan,
sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi
dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan dan
sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu
meningkatkan kegiatan usaha.
Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga
keuangan, dalam usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah.
Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan
asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan
kepada perusahaan.

B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program ini
memiliki banyak manfaat bagi pihak tertanggung, seperti yang telah kami
uraikan dalam materi makalah ini.
2. Bagi masyarakat muslim, asuransi syariah dapat dijadikan alternatif
pilihan proteksi yang menawarkan program asuransi sesuai syariat Islam.

20

DAFTAR PUSTAKA

Risjawan, Henry.2007. Bedanya Asuransi Syariah Dengan Konvensional.


http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626 (diunduh pada
10 Mei 2014)
______________.2009.

Sistem

Asuransi

Syariah

Memiliki

Keunggulan.

http://asuransisyariah.net/
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta : Salemba Empat.

21

Anda mungkin juga menyukai