Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KERANGKA TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Membaca (Qiraah)
a. Definisi Membaca (Qiraah)
Membaca (Qiraah) adalah Kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai,
menganalisis dan memecahkan masalah.1 Menurut Nur Hadi membaca adalah Suatu
keterampilan setiap orang berbeda kemampuan membacanya, tetapi yang jelas semua
dapat meningkatkan kemampuan membacanya itu.2




3

Sebagaimana pendapat Kloker yang dikutip J.Sutarjo bahwa :




4

Menurut Tarigan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis.5 Sementara Burn, Roe dan Ross menyatakan bahwa
: Membaca adalah suatu proses kegiatan berbahasa untuk memahami dan menerima
1

Radliyah Zaenuddin, Metode & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta, Pustaka
Rihlah Group, 2005, h.71
2
Nur Hadi, Bagaimana Meningkatkan Membca?, Bandung, Sinar Baru Al-gesindo, 2004, h. 26
3
Mahmud Kamil An-Naqoh, Talimul Lughoh Al-Arobiyah, Makkah, Jamiah Umul Quro, 1985, h. 185186
4
J. Sutarjo, Tarqiyatu Maharotil Qiroah Al-Fahmiyah At-Tafsiriyah Fil Lughoh Al-Arobiyah Bi
TatbiqiIstirojiyah (SQ3R), UIN Malang, Tesis, 2007, h. 12.
5
Fahcri, Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman, dalam http://fahcriguru.blogspot.com,
diakses tanggal 19 Juni 2014

isi bacaan yang disampaikan oleh penulis melalui tulisan dan wujud isi pesan berupa
fakta, gagasan, pendapat, dan ungkapan perasaan.6 Sementara Crawley dan Mountain
menjelaskan

bahwa

membaca

pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual
membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata
lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktifitas mengenal kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan
kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.
Bedasarkan beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan, bahwa membaca
adalah suatu keterampilan berbahasa dalam memahami dan menerima pesan isi yang
disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Membaca
keterampilan berbahasa arab selain

keterampilan

merupakan salah satu

berbicara (kalam), menulis

(kitabah) dan mendengar (istima), dalam bahasa arab dikenal 2 cara membaca yaitu
Membaca keras (Qoriah- Aj-Jahriyah) dan membaca diam pemahaman (Qoriah
As-Shomitah). Bertolak dari uraian diatas, ada tiga tingkatan kemampuan membaca
yaitu kemampuan membaca literal, kritis dan kreatif.7

b. Karakteristik Membaca

Dandea, Membaca Pemahaman Literal, dalam http://dandea.blogspot.com, 2009, diakses tanggal 19


Juni 2014
7
Mahmud Kamil An-Naqoh, Talimul Lughoh Al-Arobiyah, Jamiah Umul Quro, Makkah, 1985, h. 186187.

Karakteristik membaca ada 2 yaitu :


1) Sebagai mekanisme yang mencakup sisi psikologi sebagai isyarat penulisan yaitu
untuk mengetahui kata-kata dan pengucapannya.
2) Sebagai proses kerja akal yang mencakup pemahaman arti dan penjelasannya serta
menerima pesan penulis dan mengaitkan dengan pengalaman yang dimiliki
pembaca (skemata) serta mengambil kesimpulannya. 8

c. Pembagian Membaca

:
:
-
-
:
-
-
:

Mahmud Kamil An-Naqoh, Talimul Lughoh..., h. 190-191.

-
-
:
-

-

-
-

Selanjutnya, dalam membaca dibagi beberapa aspek yaitu :
1)

Aspek minat/keinginan Pembaca


a)

Membaca keras

b)

Membaca diam/pemahaman

2)

Aspek tujuan umum Pembaca :


a)

Membaca Mendengar

b)

Membaca pelajaran dan menganalisis

3)

Aspek tujuan khusus Pembaca


a)

Membaca untuk mengisi waktu luang

b)

Membaca untuk memperoleh pengetahuan tertentu

c)

Membaca untuk menghasilkan unsur detail

d) Membaca untuk memperhatikan, menganalisis, membuat inti sari.


4)

Aspek proses Pembelajarannya


a) Membaca seperti mengetahui bentuk-bentuk suara yaitu memperhatikan caracara membaca
b) Membaca dari segi pemahaman yaitu membaca yang terkait dengan makna

c) Membaca analisis yaitu proses yang berhubungan dengan ungkapan bahasa


pemikiran dan kebudayaan.
d) Urgensi dan tujuan Membaca intensif yaitu proses membaca untuk belajar dan
memperoleh hasil.9
d. Urgensi Membaca dalam Konteks Pembelajaran Bahasa Arab
Sholah Abdul Majid Al-Arobi mengemukakan, bahwa











10

Berdasarkan teks diatas, konteks pembelajaran bahasa Arab, membaca memiliki


urgensi tersendiri yakni :
1) Membaca

merupakan

kunci

untuk membuka khazanah pengetahuan dan

kebudayaan Islam.
2) Long Life Education tidak akan terwujud jika yang melakukannya tidak dapat
membaca, dan
3) Memahami khazanah intelektual klasik dan modern.11
9

Sholah Abdul Majid Al-arobi, Taalum al-Lughotilhayah wa at-Talimuha, Bairut, Maktabah


Libanon, 1981, h.100-101.
10
Radliyah Zaenuddin, Metode & Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab..., h. 71
11
Ahmad Murodi, Pembelajaran Bahasa Arab, 2009, http://idb2.wklspaces.com, Ahmad Murodi,
diakses tanggal 16 Juli 2014

e. Tujuan Membaca dalam Konteks Pembelajaran Bahasa Arab


Adapun tujuan membaca dalam konteks pembelajaran bahasa Arab adalah:
1)

Qiraah merupakan keterampilan dasar pertama dari keterampilan dasar yang


tiga yaitu : membaca, menulis, dan berhitung.

2)

Pendidikan berlangsung terus menerus dan belajar sepanjang hayat. oleh


kerenanya membaca merupakan kebutuhan pokok manusia baik secara kuantitas
maupun kualitas pada aspek membaca.

3)

Membaca dengan pemahaman yang luas guna memperoleh informasi yang luas
pula. Dengan keterampilan membaca yang dimiliki siswa memungkinkan mereka
mengkaji materi-materi bahasa Arab.

4)

Dengan keterampilan membaca yang dimiliki siswa memungkinkan mereka


mencapai tujuan-tujuan praktis belajar bahasa Arab. Seperti memahami budaya,
ekonomi, politik dan lain sebagainya.

5)

Dengan keterampilan membaca yang dimiliki siswa memungkinkan mereka


membaca buku-buku fiksi dan santai dan lain sebagainya. 12

1.

Pengertian Kemampuan Membaca Literal


Kemampuan membaca literal adalah Kemampuan pembaca mengenal dan
menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya pembaca
hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam
bacaan. Informasi itu ada pada baris-baris bacaan (reading lines).29
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Tesis J.Sutarjo:

12
29

Nur Hadi, Nur Hadi, Bagaimana Meningkatkan Membca..., h. 57.


J. Sutarjo, Tarqiyatu Maharotil Qiroah ..., h. 19.


.

.
. :
Sebagaimana yang dikutip J. Sutarjo, Syafii berpendapat bahwa membaca
pemahaman literal adalah memahami apa yang dikatakan oleh pengarang dalam
teks yang dapat menghasilkan arti kata dan kalimat serta makna suatu paragraf yang
terdapat dalam teks. Sejalan dengan hal tersebut, untuk membangun pemahaman
literal yaitu siswa menggunakan kata berbentuk pertanyaan seperti : apa, siapa,
kapan, bagaimana, dan kenapa.30
Sedangkan menurut burn Reo dan Ross menyatakan bahwa: Membaca
pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang
apa yang disebutkan dalam teks tersurat.31
Berdasarkan pendapat di atas penulis berasumsi bahwa membaca literal
merupakan kegiatan membaca pemahaman yang menuntut kemampuan memahami
dan menangkap isi bacaan dalam teks tersurat. Adapun ciri-ciri literal adalah sebagai
berikut :
1) Merupakan jenis kemampuan membaca yang paling rendah.
2) Ketika proses membaca berlangsung, pembaca tidak melibatkan aspek berfikir
kritis.
3) Pembaca hanya menerima apa adanya tentang apa-apa yang dikatakan
pengarang.
4) Saat berakhirnya kegiatan membaca, pembaca hanya mengingat kembali apa
yang dikatakan pengarang.
3 29

J. Sutarjo, Tarqiyatu Maharotil Qiroah ..., h. 19.


30
Dandea, Membaca Pemahaman Literal, dalam http://dandea.blogspot.com, 2009, diakses
tanggal 19 Juni 2014
31
Nur Hadi, Bagaimana Meningkatkan Membaca..., h. 27
3

5) Pembaca bersikap pasif.


6) Pemahaman membaca literal hanya terbatas pada aspek wacana yang tersurat.
7) Keterbatasan membaca diukur dari kemampuan berapa banyak mengingat
kembali apa yang dikatakan pengarang yaitu pertanyaan: apa, siapa, kapan,
dimana, persis apa kata pengarang.13

2. Keterampilan-keterampilan Membaca Literal


Kegiatan yang dilakukan dalam membangun pemahaman literal, siswa
diberikan panduan pertanyaan arahan seperti yang dikemukakan oleh Burn, Roe
dan Ross yaitu : (1) siapa, untuk menyatakan orang/binatang atau tokoh di dalam
wacana, (2) apa, untuk menanyakan barang, dan peristiwa, (3) dimana, untuk
menayakan tempat, (4) kapan, untuk menanyakan waktu, (5) bagaimana, untuk
menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan untuk sesuatu dan (6) Mengapa
untuk menanyakan sesuatu sebagaimana disebutkan di dalam bacaan.
Sehingga dalam rangka meningkatkan

kemampuan

membaca,

ada

beberapa sub keterampilan yang perlu dilatihkan. Adapun yang termasuk dalam
keterampilan literal, antara lain:
1) Keterampilan mengenal kata-kata.
2) Keterampilan mengenal kalimat
3) Keterampilan mengenal paragraf
4) Keterampilan mengenal unsur detail
5) Keterampilan mengenal unsur perbandingan
6) Keterampilan mengenal unsur urutan
7) Keterampilan mengenal unsur hubungan sebab akibat
8) Keterampilan menjawab pertanyaan : apa, siapa, kapan, dan dimana.
9) Keterampilan menyatakan kembali unsur perbandingan
10) Keterampilan menyatakan kembali unsur urutan
13

19 Juni 2014

Dandea, Membaca Pemahaman Literal, dalam http://dandea.blogspot.com, 2009, diakses tanggal

11) Keterampilan menyatakan kembali unsur sebab akibat.14


2. Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning Method)
a. Definisi Metode Pembelajaran Kooperatif
Guru yang
menghadapi

bijaksana

akan

bemacam- macam

kelas. Selanjutnya dalam

menentukan

strategi yang

tepat

untuk

masalah dalam pembelajaran yang di hadapi di

sebuah proses

pembelajaran,

guru

tidak

dapat

mengandalkan satu model saja, karena hal tersebut dapat menjenuhkan siswa
bahkan mengakibatkan siswa tidak mampu memahami materi yang diajarkan,
dengan demikian guru di tuntut untuk mengembangkan model pembelajaran lain.
Mengembangkan model pembelajaran berarti mengembangkan keluwesan dalam
pemilihan

model yang terbaik untuk di terapkan di kelas. Salah

satu

model

pembelajaran tersebut adalah model cooperative learning.


Adapun falsafah yang mendasari adanya model pembelajaran cooperative
learning dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius

Kerjasama

merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. artinya tanpa
adanya kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah.15
Sementara untuk memahami model coopertive learning tersebut, terdapat
beberapa pandangan para ahli sebagai berikut:
Cooperative learning adalah metode pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil dengan jumlah siswa yang mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda- beda (heterogen) selain itu, cooperative learning adalah
sistem

14

pengajaran

yang

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

Dandea, Membaca Pemahaman Literal, dalam http://dandea.blogspot.com, 2009, diakses tanggal


19 Juni 2014
15
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas,
Jakarta, Grafindo, 2007, h. 27

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur.16 Menurut
Solihatin, cooperative learning sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok,

yang terdiri

dari

dua

orang

atau

lebih

dimana

keberhasilan

kerjasama sangat di pengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok


itu sendiri.17 Adapun menurut Slavin

adalah Incooperative Learning methode ,

student work together in four teams to master material initially presented by teacher.18
Sebagaimana Isjoni mengungkapkan bahwa Cooperative Learning berasal dari
kata Cooperative yang berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama yang lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim.19
Memahami beberapa uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). 20
Pembelajaran kooperatif secara ekstensif dievaluasi, dideskripsikan

sebagai

sekelompok orang yang terkait dengan kegiatan belajar, bekerjasama dengan orang
lain lebih baik dari pada belajar sendiri, tukar pengalaman, berbagi ide.21
Sejalan dengan penguraian diatas,

Djahiri K menyebutkan, bahwa

Cooperative Lerning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut di

16

Anita Lie. Cooperative learning : Mempraktikan Cooperative Learning di ruang- ruang Kelas ,
Jakarta: Gramedia , 2007 , h. 12
17
Etin Solihatin. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS , Jakarta : Bumi Aksara,
2008, h. 4
18
Slavin, Educational psychology theory and practice, Masschussets : Allyn and Bacon Publiser,
1970, h. 4
19
Isjoni, Cooperative Learning, Bandung, Alfabeta, 2009, h. 15
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta ,
Kencana,2009, h. 242.
21
Umi Machmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab,
Malang, UIN-Malang Press, 2008, h. 76

terapkannya pendekatan belajar siswa secara sentris, humanistik, dan demokratis yang
di sesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. 22 Pengertian
cooperative learning dikemukakan pula oleh Abdul Latif dengan definisi sebagai
berikut:

.."



5-3 6-2


23
"
.Metode cooperative learning adalah salah satu metode pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan akademik yang menguatkan perilaku
individu melalui kelompok belajarnya, Jumlah individu yang tergabung dalam
kelompok terdiri dari 2-6 orang, atau 3-5 orang, bagi kelompok cooperative learning
mengupayakan tercapainya tujuan kelompok, melalui tujuan-tujuan penting
pembelajaran yang diserahkan (dipercayakan) kepada kelompok tersebut.
Beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan metode pembelajaran yang diproses melalui sistem kelompok kecil yang
heterogen dan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain. Pembelajaran cooperative learning merupakan
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dalam rangka memecahkan
masalah dalam pembelajaran dengan cara saling membantu, mengisi pengetahuan
dalam proses pembelajaran dan didampingi oleh guru, sehingga dalam pembelajaran
cooperative learning guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam
kegiatan pembelajaran, seperti diskusi atau pembelajaran yang dilakukan oleh teman

22

Isjoni, Cooperative Learning, Bandung, Alfabeta, 2009, h. 19


Abdul Latif, bin Husain Farh, Turuq ad-Tadris fi al-Qurn al-Wahid wa al-Isyriin, Amman: Dar alMaisarah li Nasyri wa Tauzi`, 2005, h. 27
23

sebaya (peer teaching), atau merupakan kegiatan pembelajaran didominasi oleh siswa
dalam mencari informasi materi atau memecahkan masalah dengan siswa lainnya.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain, sehingga dengan perbedaan tersebut terdapat pada proses
pembelajarannya yang lebih menekankan kepada

proses

kerjasama

dalam

kelompok. Berkaitan dengan hal diatas, Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan


dari beberapa perspektif, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Slavin dalam Wina
Sanjaya diantaranya yaitu: perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif
perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya
bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan

setiap

anggota kelompok akan saling membantu, adapun perspektif sosial mengandung


arti bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar
karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
Sementara perspektif perkembangan kognitif, memiliki arti bahwa dengan adanya
interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk
berfikir mengolah berbagai informasi, sedangkan elaborasi kognitif artinya bahwa
setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk
menambah pengetahuan kognitifnya.24 Sebagaimana uraian diatas menyimpulkan,
bahwa karaktistik

dalam pembelajaran

kooperatif

secara rinci dapat diuraikan

sebagai berikut:
1) Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Untuk itulah, kriteria
keberhasilan tim (anggota kelompok). Setiap kelompok bersifat heterogen. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman,
24

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., h. 244

saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat


memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok,
yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol.
Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.
3) Kemampuan Untuk Bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama. Dengan demikian,
siswa perlu didorong mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain.25
Menurut Anita Lie tidak semua belajar kelompok termasuk pembelajaran
cooperative learning, melainkan harus memenuhi 5 (lima) unsur yaitu:
1)

Saling Ketergantungan Positif


Pembelajaran cooperative learning adanya struktur kelompok dan tugas-tugas
kelompok yang memungkinkan siswa belajar dan mengevaluasi dirinya bersama
teman sekelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami materi
pelajaran, Kondisi ini memungkinkan siswa tergantung secara positif pada anggota
kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru;
2)
Tanggung Jawab Perorangan
Setiap siswa mendapat tugas masing-masing dalam kelompok- nya, sehingga
secara individual siswa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik demi
keberhasilan dirinya dan kelompoknya;
3)
Tatap Muka
Setiap siswa diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini memberikan kesempatan siswa untuk membangun sinergi yang
menguntungkan antar anggota kelompok;
4)
Komunikasi Antar Anggota
Proses ini merupakan proses yang sangat barmanfaat untuk memperkaya
pengalaman belajar dan pembinaan mental emosional siswa;
5)
Evaluasi Proses Kelompok
Evaluasi dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja pada pembelajaran
dan dalam rangka perbaikan belajar selanjutnya.26
Mencermati uraian di atas, dapat dipahami bahwa pelaksanaan

metode

cooperative learning menekankan adanya partisipasi dan kerja sama siswa atau antar
25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., h. 246


Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 31

26

anggota kelompok, serta tanggung jawab dari masing-masing anggota dalam


menjalankan perannya. Dalam aspek yang lain, penghargaan kelompok diperoleh, jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Sedangkan keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli satu sama lainnya.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dalam pembelajaran

kooperatif

berbeda

dengan

kelompok

konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu di


orientasikan pada kegagalan orang lain. Adapun yang termasuk tujuan

dari

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu


di tentukan atau di pengaruhi oleh keberhasilan kelompok nya.27 Pada dasarnya,
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat di kembangkan untuk
mencapai setidaknya melalui tiga tujuan penting dalam pembelajaran, sebagaimana
yang di kemukakan oleh Isjoni sebagai berikut:

1) Hasil belajar akademik


Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keberagaman tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas- tugas akademis penting lainya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara
luas berdasarkan
perbedaan ras, budaya, kelas, sosial,
kemampuan. Selanjutnya pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja dengan saling
bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan akan
belajar saling menghargai satu sama lain
3) Pengembangan keterampilan sosial.
27

Slavin , Educational psychology theory and practice..., h . 26

Tujuan penting ketiga yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif adalah


mengajakan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak muda
masih kurang dalam keterampilan sosial.28
Sejalan dengan uraian diatas, terdapat empat prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1). Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat
tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh karena
itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas
kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota.
2). Tanggung jawab perseorangan (individual Accountablilit)
Tanggung jawab perseorangan merupakan konsekuensi dari prinsip yang
pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan
tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya.
3). Interaksi tatap muka (Face To Face Promation Interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling
membelajarkan
4). Partisiasi dan komunkasi (Participation Comunication)
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan dimasyarakat kelak.29
Berdasarkan uraian diatas menyimpulkan

bahwa

tujuan

utama

dari

model pembelajaran cooperative learning adalah untuk memperoleh pengetahuan


melalui sesama temannya (teman sebaya) dikelas, memberikan kesempatan kepada
teman (teman sekelas) yang lain untuk mengemukakan pendapat serta menghargai
pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu
sama yang lainya. Sehingga dengan cara menghargai pendapat orang lain dan
saling mencari jawaban yang tepat dan baik melalui sumber-sumber informasi
seperti

buku

bacaan (qiroah),

buku- buku

yang relevan dengan materi

pembelajaran yang diajarkan, maka pemahaman terhadap materi pelajaran yang di


ajarkan akan memiliki cakupan yang semakin luas dan penjabaran yang mendalam
terhadap suatu materi yang dipelajari.
28
29

Isjoni, Cooperative Learning ..., h.27


Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., h. 246-247

d. Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning terdapat beberapa
variasi atau model yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu: 1) Student team
achievement division (STAD), 2) Jigsaw, 3). Group investigation (G1). 4) Rotating
trio- eXIohange, dan 5) Group resume. Dari beberapa model pembelajaran tersebut
model yang banyak dikembangkan adalah model student team achievement divison
(STAD) dan Jigsaw.30 Sebagaimana halnya yang terdapat dalam buku active learning,
bahwa diantara macam-macam tipe atau model

dalam pembelajaran

kooperarif

adalah sebagai berikut: a) Student team acievement devision (STAD), b) Team


assisted individualization (TAI), c) Cooperative integreted reading and composition
(CIRC), d) Jigsaw, e) Belajar bersama (learning together) f) Penelitian kelompok
(Gorup investigation).31 Adapun menurut Trianto terdapat beberapa variasi dari
metode

pembelajaran cooperative learning yaitu: STAD, jigsaw, Investigasi

Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang
meliputi Think pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).32 Sementara
menurut Isjoni metode pembelajaran cooperative learning terdapat beberapa metode
yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achievement Division
(STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio EXIchange, dan Group
Resume.33
Jenis-jenis metode pembelajaran cooperative learning ini memiliki tahapan dan
pendekatan yang berbeda satu dengan lainnya. Pengetahuan tentang tahapan dan
karakterisitik jenis-jenis metode pembelajaran cooperative learning akan membantu
30

Isjoni, Cooperative Learning ..., h. 51


Umi Machmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, UINMalang Press, Malang, 2008, h. 76-8
32
Trianto, Model-ModelPembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007, h. 67-68
33
Isjoni, Cooperative Learning ..., h. 50
31

guru dalam memilih tipe pembelajaran cooperative learning yang sesuai untuk
diterapkan di kelas. Adapun macam-macam tipe dalam pembelajaran kooperatif
menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad sebagaimana yang terdapat dalam
tabel berikut:

Tabel I
Macam-macam Tipe dalam Pembelajaran Cooperative learning34

Investigasi
Kelompok
Informasi
akademik
tingkat tinggi
dan keterampilan inkuiri
Kerja sama
dalam
kelompok
kompleks
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 5-6
orang anggota
homogen
Biasanya guru

Pendekatan
Struktural
Informasi
akademik
sederhana

Siswa
Mempelajari
materi dalam
kelompok ahli
kemudian membantu
anggota kelompok
asal mempelajari
materi itu

Siswa
menyelesaikan
Inkuiri
kompleks

Siswa
menerjakan
Tugas-tugas
yang diberikan
secara sosial
dan kognitif

Bervariasi
dapat berupa
tes mingguan

Menyelesaikan Bervariasi
proyek dan
menulis
laporan, dapat

Aspek

Tipe STAD

Tipe Jigsaw

Tujuan
Kognitif

Informasi
akademik
sederhana

Informasi
akademik
sederhana

Tujuan
Sosial

Kerja
kelompok
dan kerja
sama
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
oranganggota

Kerja
kelompok dan
kerja sama

Struktur
Tim

Pemilihan
Topik
Tugas
Utama

Penilain

Biasanya
guru
Siswa dapat
Menggunaka
n lembar
kegiatan &
saling
membantu
untuk
menuntaskan
materi
belajarnya
Tes
mingguan

Kelompok belajar
heterogen dengan 56 orang anggota
menggunakan pola
kelompok asal &
kelompokahli.
Biasanya siswa

Keterampilan
kelompok &
keterampilan
sosial
Bervariasi,
berdua,bertiga,
kelompok
dengan 4-5
orang anggota
Biasanya guru

34
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi Aksara,
2011, cet ke-1, h. 121

Pengakuan

Lembar
pengetahuan
& publikasi
lain

Publikasi lain

menggunakan
tes essay
Lembar
pengakuan &
publikasi lain

Bervariasi

3.Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)


a.Deskripsi Kooperatif Tipe CIRC
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan
program pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada
siswa kelas dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah
menengah.35 Sementara itu CIRC merupakan kepanjangan dari Cooperative
Integrated Reading and Composition yakni; merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif dan komposisi terpadu membaca dan menulis secara
kooperatif (kelompok), yakni membaca materi yang diajarkan dari berbagai sumber
dan selanjutnya menuliskannya kedalam bentuk tulisan yang dilakukan secara
kooperatif.36 Sejalan dengan uraian diatas, CIRC sebagaimana yang dilansir dalam
www.howard health counts adalah;
Cooperative Integrated Reading and Composition is a school based program
that targets reading, writing, and language arts in grades 2 through 6, The
three principle program elements are direct instruction in reading
comprehension, story-related activities, and integrated language arts/writing
instruction. Each student is paired with another student and then assigned to a
group of students at the same or different reading level. These learning teams
work cooperatively on program-related activities.37
Berdasarkan pendefinisian diatas menyimpulkan bahwa program sekolah yang
mendasarkan pengajarannya pada aspek membaca dan menulis, pembelajaran
35

Slavin, Robert, Cooperative Learning: Teori, h. 8


Suyatno, Memjelajahi Pembelajaran Inovatif, Jatim: Masmedia Buana Pustaka, 2009, h. 68
37
http://www.howardhealthcounts.org/modules.php, diakses tanggal 30 September 2014
36

kooperatif tipe CIRC memiliki tiga prinsip dasar yaitu; kemampuan membaca
pemahaman, membaca lisan, dan integrasi seni berbahasa/menulis, sehingga antara
siswa yang satu dengan siswa lain kemudian bergabung dalam satu tim atau kelompok
yang heterogen.
Beberapa pendefinisian pembelajaran kooperatif tipe CIRC diatas dapat
disimpulkan bahwa, CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
merupakan sebuah alat (metode) dari metode pembelajaran kooperatif (cooperative
learning methood) yang memadukan antara kegiatan pembelajaran dalam membaca
dan menulis secara kelompok (cooperative), dalam hal ini pembelajaran kooperatif
tipe CIRC merupakan tipe yang digunakan dalam pembelajaran, adapun pembelajaran
yang dimaksud yaitu pembelajaran bahasa Arab pada materi (Qiraah) literal kelas XI
MA Darul Amal Kota Metro.

b. Kegiatan Pokok Pembelajaran Tipe CIRC


Beberapa kegiatan yang terdapat dalam pokok pembelajaran model/tipe dalam
metode kooperatif atau penekanan utama dan fokus utama dari kegiatan-kegiatan
CIRC para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini,
yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat
memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang lain seperti pemahaman membaca, kosakata,
pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama
lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi (pengenalan) lainnya yang didasarkan
pada pembelajaran seluruh anggota tim.38

38

Slavin Robert, Cooperative Learningh. 201

Sedangkan kegiatan

pokok model

pembelajaran

CIRC

yaitu untuk

menyelesaikan soal dalam pemecahan masalah yang meliputi rangkaian kegiatan


bersama yang spesifik dan bertujuan untuk mencapai tujuan yang di harapkan dalam
pembelajaran. Sebagaimana hal tersebut terdapat dalam beberapa kegiatan
pembelajaran tipe CIRC sebagai berikut:
a) Membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang secara heterogen
b) Guru memberikan wacana sesuai topik pembelajaran
c) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok serta
memberikan tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas
d) Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok
e) Guru Membuat kesimpulan pembelajaran.39
Berkaitan dengan kegiatan pokok dalam menyelesaikan soal dalam pemecahan
masalah diatas, pembelajaran tipe CIRC juga meliputi kegiatan lainya, diantaranya
yaitu: (1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2) Membuat
prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu
variabel, (3) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah,
(4) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, (5) Saling merevisi
dan mengedit pekerjaan/penyelesaian.40
Mencermati dari beberapa uraian diatas, kegiatan pembelajaran tipe CIRC
dapat disimulasikan pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa
dalam bentuk tim/kelompok yang sifatnya heterogen, kegiatan pembelajaran
mengikuti siklus, melibatkan guru dalam presentasi, latihan tim, latihan independen,
pra penilaian teman, latihan tambahan, dan tes. Adapun yang menjadi unsur utama
39

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan Dalam
implementasi Pembelajaran yang Efektif, Jakarta: Kencana, 2009, h. 28
40
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran ..., h. 283

CIRC terdiri dari: kelompok membaca, tim, kegiatan-kegiatan yang berhubungan


dengan cerita, pemeriksaan oleh pasangan, dan tes. Semua

kegiatan

mengikuti

siklus regular yang melibatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan
tambahan, dan tes. Unsur utama dari CIRC adalah sebagai berikut:
1. Kelompok membaca
Para siswa di bagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga
orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, atau jika tidak, diberikan
pengajaran kepada seluruh kelas.
2. Tim
Para siswa dibagi ke dalam pasangan kelompok membaca mereka, dan
selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari
pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca. Misalnya, sebuah tim bisa saja
terdiri dari dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa
dari kelompok tingkat rendah. Anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja
individual mereka pada semua kuiz, karangan, dan buku laporan, dan poin-poin
inilah yang membentuk skor tim. Tim-tim yang memenuhi criteria rata-rata sebesar
90 persen pada semua kegiatan pada minggu bersangkutan akan meraih Tim
Super dan berhak menerima sertifikat menarik, mereka yang memenuhi kriteria
rata-rata sebesar 80 persen meraih gelar Tim Sangat Baik dan menerima sertifikat
yang lebih kecil.
3. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita
Para siswa menggunakan bahan bacaan baik berupa bahan bacaan dasar
maupun novel cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok
membaca yang diarahkan guru yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit
tiap harinya. Dalam kelompok-kelompok ini, guru menentukan tujuan membaca,
memperkenalkan kosa kata baru, mengulang kembali kosa kata lama,
mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membacanya. Diskusi
mengenai cerita disusun untuk menekankan kemampuan-kemampuan tertentu
seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasi masalah dalam
bentuk narasi. Setelah cerita diperkenalkan, para siswa diberikan paket cerita,
yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk mereka lakukan dalam timnya saat
mereka sedang tidak bekerja besama guru dalam kelompok membaca. Tahap-tahap
kegiatannya adalah sebagai berikut:
4. Membaca Berpasangan
Para siswa membaca ceritanya dalam hati dan kemudian secara
bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama pasangannya, bergiliran
untuk tiap paragraf. Pendengar mencatat tiap kesalahan yang dibuat oleh
pembaca, guru memberi penilaian kepada kinerja siswa dengan cara berkeliling
dan mendengarkan saat para siswa saling membaca satu sama lain.
5. Menulis Cerita yang Bersangkutan dan Tata Bahasa Cerita
Para siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan tiap cerita yang
menekankan tata bahasa cerita-struktur yang digunakan pada semua narasi.
Setelah mencapai setengah dari cerita, mereka diminta untuk menghentikan
bacaan dan diminta untuk mengidentifikasi karakter, latar belakang kejadian,dan
masalah dalam cerita tersebut, dan untuk memprediksi bagaimanamasalah
tersebut akan diselesaikan. Pada akhir cerita para siswa meresponscerita

secara keseluruhan dan menulis beberapa paragraf mengenai topik yangberkaitan


dengan itu (misalnya, mereka bisa saja diminta untuk menulis akhir cerita yang
berbeda untuk cerita tersebut).
6. Mengucapkan Kata-kata Dengan Keras
Para siswa diberikan daftar kata-kata baru atau sulit yang terdapat dalam
cerita, mereka harus belajar membaca kata-kata tersebut dengan benar supaya tidak
ragu atau salah mengucapkannya. Para siswa berlatih mengucapkan daftar
kata-kata bersama pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka
bisa membacanya dengan benar.
7. Makna Kata
Para siswa diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru dalam
kosa kata bicara mereka dan diminta untuk melihat kata-kata tersebut di
dalam kamus, menuliskan definisinya dengan cara yang lebih mudah
dipahami, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna kata tersebut.
8. Menceritakan Kembali Cerita
Setelah membaca cerita dan mendiskusikannya dalam kelompok membaca
mereka, para siswa merangkum poin-poin utama dari cerita tersebut untuk
pasangannya.
9. Ejaan
Para siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata satu sama lain tiap
minggunya, selanjutnya selama kegiatan program minggu tersebut saling
membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut. Para siswa
menggunakan strategi daftar yang hilang, dimana mereka membuat daftar baru
dari kata-kata yang hilang tiap kali selesai melakukan penilaian daftar itu habis,
kemudian mereka bisa kembali membuat daftar baru, mengisi daftar tersebut,
mengulang prosesnya sampai tak ada lagi kata-kata yang hilang.
10. Pemeriksaan oleh Pasangan
Jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka
memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah
menyelesaikan dan memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut. Para siswa
diberikan sejumlah kegiatan-kegiatan harian yang diharapkan bias diselesaikan,
tetapi mereka boleh mengerjakannya sesuai kemampuan mereka dan boleh juga
menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut lebih awal jika mereka mau, dimana
ini memberikan waktu tambahan untuk membaca secara independen (akan dibahas
secara singkat)
11. Tes
Pada akhir dari tiga periode kelas, para siswa diberikan tes pemahaman
terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk
tiap kosa kata, dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras
kepada guru. Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan salin membantu. Hasil
tes dan evaluasi dari menulis cerita yang bersangkutan adalah unsur utama dari
skor tim mingguan siswa. Setelah cerita diperkenalkan, para siswa diberikan
paket cerita yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk mereka lakukan
dalam timnya saat mereka sedang tidak bekerja bersama guru dalam kelompok
membaca.41

41

Slavin Robert, Cooperative Learning...h. 204-2012

Berdasarkan beberapa kegiatan pokok pembelajaran tipe CIRC sebagaimana


yang diuraikan diatas, maka dalam hal ini kegiatan yang dilakukan penulis merupakan
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Arab kelas XI A dan XI B MA
Darul Amal Kota Metro pada Materi (Qiraah).

c. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe CIRC


Langkah-langkah

pembelajaran

dilakukan

untuk

mewujudkan

tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, tipe CIRC, sebagaimana tipe atau model yang
digunakan dalam tipe pembelajaran lainnya, adapun langkah-langkah dalam tipe
pembelajaran CIRC

sebagaimana yang telah diuraikan oleh Suprijono, bahwa

langkah-langkah CIRC terdiri dari: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri


dari 4 (empat) orang secara heterogen; 2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai
dengan topik pembelajaran; 3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan
menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis
pada lembar kertas; 4) Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok; 5) Guru
membuat kesimpulan bersama; 6) Penutup.42
Berkaitan dengan langkah-langkah Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) digunakan untuk menanamkan pembelajaran koperatif untuk
program keterampilan membaca dan menulis, dalam metode CIRC mempunyai tiga
unsur utama, yaitu: aktifitas dasar, pemahaman membaca, dan menulis integral.
Aplikasi metode ini dalam pembelajaran bahasa Arab dapat digunakan pada
pencapaian keterampilan membaca (qiraah) dan menulis (kitabah), dengan langkah
sebagai berikut:
1. Aktifitas dasar
42
Agus, Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2010, h. 130

Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 6 orang, masingmasing di


minta bercerita tentang apa yang diketahui, dialami, dirasakan oleh masing-masing
siswa berkaitan dengan tema pelajaran, semua yang disampaikan siswa di catat dan
dijadikan referensi awa.
2. Pemahaman membaca
Dalam pemahaman terhadap suatu materi bacaan, Guru memberikan terkait
dengan beberapa bahan bacaan sesuai dengan tema pelajaran dan meminta masing
masing kelompok agar setiap siswa dapat membaca dengan benar, mengetahui isi
bacaan, dan dapat menarik kesimpulan dari semua bahan bacaan yang diberikan.
3. Menulis integral
Dalam hal ini, cerita yang disampaikan oleh setiap siswa dan bahan bacaan
yang diberikan guru kemudian dijadikan sebagai referensi untuk dijadikan sebuah
rangkaian cerita baru dan dipresentasikan di muka kelas untuk mendapatkan
evaluasi.43
d. Keunggulan Pembelajaran Tipe CIRC
Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah
sebagai berikut:
1) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah
2) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang
3) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok
4) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya
5) Membantu siswa yang lemah
6) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk
pemecahan masalah
7) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak;
8) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar
anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
9) Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi
guru lebih dalam.44
e.Kelemahan Pembelajaran Tipe CIRC
Adapun kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah
sebagai berikut:
1) Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa pandai/ pintar
yang secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
43

Khoirul Huda, http://jatim1.kemenag.go.id/file/dokumen/281edukasi2.pdf, diakses tanggal 17


September 2014
44
Tri Indah Setyorini, http://indahstyrnii.blogspot.com/2013/01/makalah-model-pembelajarancirc.html, diakses tanggal 17 September 2014

2) Siswa yang pasif akan merasa bosan.45

3. Pembelajaran Tipe Jigsaw


a. Definisi Pembelajaran Tipe Jigsaw
Pembelajaran tipe Jigsaw pertama kalinya dikembangkan oleh Elliot Aronson
dan teman-temannya di Universitas Texas, yang kemudian diadaptaasi oleh Slavin,
selanjutnya jigsaw sebagai bagian model dari metode cooperative learning yang
secara teknik dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan
ataupun berbicara.46 Sedangkan beberapa ahli dalam Slavin terkait dengan
pendefinisian tipe Jigsaw sebagaimana uraian berikut: 47 Jigsaw adalah salah satu
pendekatan dalam pembelajaran cooperative learning di mana dalam penerapannya
siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari tim ahli sesuai
dengan pertanyaan yang disiapkan oleh guru.48 dalam pengertian yang lain model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai metode pembelajaran kooperatif yang
menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. 49
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut
kepada anggota lain dalam kelompoknya. Merupakan model kooperatif, dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan
bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas

45

TriIndahSetyorini,http://indahstyrnii.blogspot.com/2013/01/makalah-model-pembelajaran-circ.html, diakses tanggal 17 September 2014


... h. 27
47
Slavin, Educational Psychology Theory and Practice, h. 27
48
Kunandar, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Sukses dalam Sertifikasi
Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 110
49
Rusman, Model Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2012, h. 218
46 Slavin, Educational Psychology Theory and Practice,

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari, dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Sejalan dengan uraian diatas, Jigsaw di rancang untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajrannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain.
Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus
bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Adapun
dasar pemikiran dalam model pembelajaran model tipe jigsaw yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar
oleh rekan sesama, dalam hal ini merupakan bagian penting dalam proses
pembelajaran sekaligus menjadi sosialisasi yang berkesinambungan.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe Jigsaw


Pada model pembelajaran tipe jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok
ahli, kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Adapun
kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok

asal

yang bebeda, yang di tugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu
dan

menyelesaikan

tugas- tugas yang berhubungan

dengan

topik nya untuk

kemudian di jelaskan kepada anggota kelompok asal. Sehingga dalam penerapan


model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, di perlukan adanya perencanaan dalam
pembelajaran sistematis yang di rancang oleh guru sebelum mengadakan kegiatan

pembelajaran dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam model pembelajaran


kooperatif tipe jigsaw.
Adapun langkah- langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1). Kelompok cooperative awal
a) Siswa dibagi dalam kelompok kecil 3-6 siswa
b) Bagikan wacana atau tugas akademik sesuai dengan yang diajarkan
c) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau dalamnya.
2). Kelompok Ahli
a.Kumpulkan masing-masing siswa yang memliki wacana atau tugas yang sama
dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau
tugas yang diberikan
b .Dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi
ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memamahami dan untuk
menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau tugas yang telah
dipahami kepada kelompok koperatif (kelompok awal).
c.Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing
siswa kembali ke kelompok awal.
d.Beri kesesmpatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk hasil dari tugas
kelompok ahli. Apabila kelompok sudah menyelsaikan tugasnya secara
keseluruhan masing-masing kelompok menyampakan tugasnya, guru memberikan klarifikasi.50
Berdasarkan langkah- langkah penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan tipe jigsaw kutipan di atas dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw setiap anggota kelompok ditugaskan untuk
mempelajari

materi

tertentu.

Kemudian

siswa-siswa

atau

perwakilan

dan

kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan kelompok lain


yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan
mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan
tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut. Kemudian dari masingmasing perwakilan kelompok tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau
kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut menjelaskan pada
50

Kunandar, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 365

teman atau kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi
yang ditugaskan guru.
Sementara itu, langkah- langkah dalam penerapan model jigsaw menurut
Isjoni adalah sebagai berikut: 51
1) Siswa dikelompokan dalam bentuk kelompok- kelompok kecil . pembentukan
kelompok- kelompok

siswa

tersebut

dapat dilakukan

guru berdasarkan

pertimbangan tertentu. Siswa dihimpun dalam satu kelompok terdiri 4-6 orang
lebih. Setiap anggota kelompok di tugaskan untuk mempelajari materi tertentu .
kemudian siswasiswa

atau perwakilan

dan kelompoknya masingmasing

bertemu dengan anggotaanggota dan kelompok lain yang memepalajari materi


yang sama. Selanjutnya, materi tersebut didiskusikan

mempelajari

serta

memahami setiap masalah yang di jumpai sehingga perwakilan tersebut dapat


memahami dan menguasai materi tersebut.

2) Setelah masing- masing perwakilan tesebut dapat menguasai materi yang di


tugaskanya, kemudian masing masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok
masing- masing atau kelompok asalnya . Selanjutnya, masing masing anggota
tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompok nya sehingga teman satu
kelompok nya dapat memahami materi yang di tugaskan guru.
3) Pada tahap selanjutnya, siswa di beri pertanyaan , hal tersebut di lakukan untuk
mengetahui apakah siswa dapat memahami suatu materi.
Mencermati beberapa uraian diatas, disimpulkan bahwa dalam penerapan
metode cooperative learning tipe jigaw terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari
pembentukan kelompok, pemberian materi yang berbeda kepada kepada setiap
kelompok, pembentukan tim ahli yang terdiri dari wakil-wakil kelompok, diskusi,
51

Isjoni, Cooperative Learning..., h. 54

presentasi,

pembahasan,

dan

diakhiri

dengan

penutup.

Selanjutnya

dalam

pembentukan kelompok guru hendaknya memperhatikan heterogenitas anggota


kelompok, baik dari segi akademik, sosial, maupun budaya. Hal ini bertujuan untuk
menghindarkan adanya pembentukan kelompok yang hanya diisi oleh siswa yang
pandai, atau dari kalangan sosial tertentu, sehingga proses pembelajaran menjadi
kurang kondusif.
c.

Keunggulan Pembelajaran Tipe Jigsaw


Menurut Johnson and Jhonson dalam Rusman pengaruh positif metode
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Meningkatkan hasil belajar.


Meningkatkan daya ingat
Dapat digunakan untuk me.ncapai taraf penalaran tingkat tinggi.
Mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik.
Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen tujuh .
Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
Meningkatkan harga diri anak
Meningkatkan prilaku penyesuaian sosial yang positif dan
Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong52
Mengacu kutipan di atas, dapat dipahami bahwa metode pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw memiliki banyak kelebihan, baik untuk


meningkatkan hail belajar, mendorong tumbuhnya motivasi siswa, melatih
keterampilan siswa dalam berhubungan sosial,

maupun meningkatkan

kepercayaan diri siswa dengan adanya penerimaan dari anggota kelompok lain.
Kelebihan lain dari metode cooperative learning tipe jigsaw adalah
membangun sikap positif, baik antara sesama siswa, maupun antara siswa dengan
guru, dan melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam rangka
mencapai tujuan kelompok. Dengan demikian siswa dilatih untuk tidak bersikap
individualis, dan mementingkan keinginan pribadi.
d. Kelemahan Pembelajaran Tipe Jigsaw
52

. Rusman, Model Model Pembelajaran ..., h. 219

Menurut Dess yang dikutip oleh Ainun Rofiq, kelemahan dari metode
pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut:
a) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target
kurikulum,
b) Membutuhkan waktu yamg lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak
mau menggunakan strategi kooperatif,
c) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan atau menggunakan strategi belajar kooperatif, dan
d) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.53
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan kekurangan model
pembelajaran cooperative learning yaitu: membutuhkan waktu yang lama bagi
siswa, guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, dan kurang efektif bagi siswa yang
tidak terampil dalam bekerja sama dengan siswa lain, atau memiliki kendala
psikologis ketika berinteraksi dengan anggota kelompoknya.

B. Kerangka Berfikir dan Paradigma


1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat
dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang di teliti ,
yang dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran di harapkan dapat
membuat siswa melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran .
Sejalan dengan uraian tersebut, konseptual dalam Pembelajaran tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan program sekolah yang
mendasarkan pengajarannya pada aspek membaca, menulis dan seni berbahasa.
Sedangkan pembelajaran tipe Jigsaw yaitu salah satu model pembelajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
53

M. Nafiur Rofiq, Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Pengajaran Pendidikan


Agama Islam , dalam Jurnal Falasifa. Vol. 1 No. 1 Maret 2010, h. 10

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar


secara maksimal, baik berupa pengalaman pribadi (individu) maupun kelompok.
Berkaitan dengan pencapaian kemampuan membaca literal (Qirah) dalam
pembelajaran bahasa Arab, Muhaimin mengatakan, bahwa kompetensi dasar berisi
sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh mata
pelajaran PAI (al-Quran Hadits, Akidah/Akhlak, Fiqih, Sejarah dan Kebudayaan Islam,
serta Bahasa Arab). Selanjutnya kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat
kemampuan siswa.54
Mencermati dari beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memahami
kemampuan minimal yang harus dikuasai selama siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Arab.
Berdasarkan berbagai pendapat yang peneliti kumpulkan berkaitan dengan
variabel penelitian di atas yang telah berbentuk definisi serta berbagai hal yang
berkaitan, maka penulis menggambarkan paradigma berpikir sebagai berikut:

Gambar 1
Paradigma Pemikiran

Tipe CIRC
(X1)

Tipe Jigsaw
(X2)

Penggunaan waktu menjadi lebih


efektif
Koordinasi pembelajaran antar
kelompok secara heterogen
Wacana sesuai topik pembelajaran.
Mempresentasikan atau membacakan

Saling ketergantungan positif


Tanggung jawab perindividu
Melalui tatap muka
Komunikasi antar anggota
Evaluasi proses kelompok

Kompetensi
Membaca
Literal
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan
Pendidikan
Islam,
(Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia,
(Y)
2003), cet ke-1, h. 188
54

Tinggi
Sedang
Rendah

X1 Y

X2 Y

C. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan suatu pernyataan yang diajukan setelah
mengemukakan landasan teorik dan kerangka berpikir. Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitiaan yang telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan pada teori yang dianggap relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.55 Sejalan dengan penjelasan diatas,
hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. 56 Sedangkan dalam pengertian
lain, hipotesis disebut sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.57
Berdasarkan pendapat tersebut , peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1.Terdapat pengaruh positif penggunaan Metode pembelajaran Kooperatif

CIRC

terhadap kemampuan membaca literal (Qirah) dalam pembelajaran bahasa Arab


Siswa Kelas XI MA (Madrasah Aliyah) Darul Amal Kota Metro
2. Terdapat pengaruh positif penggunaan Metode pembelajaran Kooperatif

Jigsaw
55

terhadap

kemampuan

membaca

literal

(Qirah)

dalam

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Tesis..., h. 34-35


Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian Praktis, Jakarta, Ramayana Pers, 2005, h. 59
57
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta, h. 110.
56

tipe

pembelajaran bahasa Arab Siswa Kelas XI MA (Madrasah Aliyah) Darul


Amal Kota Metro

Anda mungkin juga menyukai