Tugas Pokok Dan Fungsi Eksekutif
Tugas Pokok Dan Fungsi Eksekutif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
1704) seorang filosof Inggris yang pada tahun 1690 menerbitkan buku Two Treaties on Civil
Government. Dalam bukunya itu John Locke mengemukakan adanya tiga macam kekuasaan
di dalam negara yang harus diserahkan kepada badan yang masing-masing berdiri sendiri,
yaitu kekuasaan legislative (membuat Undang-Undang), kekuasaan eksekutif (melaksanakan
Undang-Undang atau yang merupakan fungsi pemerintahan) dan kekuasaan federatif
(keamanan dan hubungan luar negeri).
Negara republik indonesia mengenal adanya lembaga-lembaga eksekutif, legislatif,
dan yudikatif dalam UUD 1945 dengan melaksanakan pembagian kekuasaan (the distribution
of power) antara lembaga-lembaga negara. Kekuasaan lembaga-lembaga negara tidaklah di
adakan pemisahan yang kaku dan tajam, tetapi ada koordinasi yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias politika. Trias
politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang memiliki
kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :
1. Legislatif bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif
adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang membantunya.
3. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Diatas itu merupakan penjabaran dari tugas pokok dari tiap-tiap lembaga yang ada di
Indonesia.
Berikut ini merupakan penjelasan secara jelas tentang fungsi-fungsi dari kedua badan yaitu
Legislatif dan Eksekutif:
2.1.1 Fungsi-fungsi legislatif
Di Indonesia lembaga legislatif lebih dikenal dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
3
tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.
Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
a. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
b. jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak
100 orang;
c. jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak- banyaknya
50 orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu
kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung
dalam sidang paripurna DPR.
Lembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga legislatif mempunyai fungsi
berikut ini :
1. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang.
2. Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan
terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi
kehidupan masyarakat.
2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan
tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam
negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR
maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra
kerja.
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil
Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan
kelembagaan negara Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan
DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar Undang-Undang maupun Undang-Undang
Dasar, maka DPR dapat melakukan Impeachment.
2.1.3 Kewajiban Legislatif
Badan legislatif yang sering juga disebut DPR atau parlemen berfungsi antara lain
sebagai berikut (Sukonto, 2009):
mengontrol badan Eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan badan
eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
Badan legislatif di Indonesia atau representatives bodies adalah struktur politik yang
mewakili rakyat Indonesia dalam menyusun undang-undang serta melakukan pengawasan
atas implementasi undang-undang oleh badan eksekutif di mana para anggotanya dipilih
melalui Pemilihan Umum. Struktur-struktur politik yang termasuk ke dalam kategori ini
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat I dan
Tingkat II, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Daerah.
Eksekutif adalah struktur politik (Political Structure, 2001) yang melaksanakan
substansi undang-undang yang telah disahkan oleh lembaga legislatif. Di Indonesia, lembaga
eksekutif terdiri atas 2 bagian yaitu Governing Bodies dan Support Bodies. Governing Bodies
adalah struktur politik yang menjalankan fungsi pemerintahan harian negara secara langsung.
Sementara itu Support Bodies, berada di bawah lembaga Presiden, dan menjalankan fungsi
dukungan terhadap Governing Bodies.
Menurut UUD 1945, untuk menjalankan mekanisme pemerintahan di negara Republik
Indonesia, maka di dirikan satu lembaga tertinggi negara dan lima lembaga tertinggi negara
yang merupakan komponen yang melaksanakan atau meyelenggarakan kehidupan negara.
Lembaga tertinggi negara ialah majelis permusyawaratan rakyat MPR sebagai penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dan pelaksana
dari kedaulatan rakyat.
Lembaga-lembaga
tinggi
negara
adalah
aparat-aparat
negara
utama
yang
kedudukannya adalah dibawah MPR, sesuai dengan urutan-urutan yang terdapat dalam UUD
1945, lembaga-lembaga tinggi negara adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Mahkamah Agung
e.
Mahkamah konstitusi
f.
rancangan
undang-undang
tersebut
menjadi
undang-undang
dan
wajib
saja,
akan
tetapi
harus
menyelidiki
juga
1. Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan ketentuan dasar atau
disebut juga hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak
tertulis.
2. Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang
dasar. Di Indonesia disebut juga dengan UUD RI 1945.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 . Kesimpulan
Secara sederhana dapat diketahui bahwa penyelenggaraan kekuasaan negara dijalankan
oleh 2 (dua) lembaga yakni legislatif dan eksekutif. Legislatif berfungsi membuat undangundang (legislate). Menurut teori kedaulatan rakyat, maka rakyatlah yang berdaulat
(Schmandt, 2002). Rakyat yang berdaulat ini mempunyai kemauan (Rousseau menyebutnya
dengan Volonte Generale atau Generale Will). Rakyat memilih beberapa orang untuk duduk
di lembaga legislatif sebagai wakil rakyat guna merumuskan dan menyuarakan kemauan
rakyat dalam bentuk kebijaksanaan umum (public policy). Lembaga ini mempunyai
kekuasaan membentuk undang-undang sebagai cerminan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum tadi. Lembaga ini sering disebut sebagai dewan perwakilan rakyat atau parlemen.
Lembaga penyelenggara kekuasaan negara berikutnya adalah lembaga eksekutif yang
berfungsi menjalankan undang-undang. Di negara-negara demokratis, secara sempit lembaga
eksekutif diartikan sebagai kekuasaan yang dipegang oleh raja atau presiden, beserta menterimenterinya (kabinetnya). Dalam arti luas, lembaga eksekutif juga mencakup para pegawai
negeri sipil dan militer. Oleh karenanya sebutan mudah bagi lembaga eksekutif adalah
pemerintah.Lembaga eksekutif dijalankan oleh Presiden dan dibantu oleh para menteri.
Jumlah anggota eksekutif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah anggota legislatif,
hal ini bisa dimaknai karena eksekutif berfungsi hanya menjalankan undang-undang yang
dibuat oleh legislatif. Pelaksanaan undang-undang ini tetap masih diawasi oleh legislatif.
Selain melaksanakan undang-undang, Eksekutif juga mempunyai tugas untuk
melaksanakan:
1. Kekuasaan diplomatik, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan hubungan luar negeri;
2. Kekuasaan administratif, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang dan
administrasi negara;
3. Kekuasaan militer, yaitu berkaitan dengan organisasi angkatan bersenjata dan
pelaksanaan. perang;
4. Kekuasaan yudikatif (kehakiman), yaitu menyangkut pemberian pengampunan,
penangguhan hukum dan sebagainya terhadap pelaku kriminal atau narapidana;
5. Kekuasaan legislatif, yaitu berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang
dan mengatur pengesahannya menjadi undang-undang.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Bedjo, Z.A. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Banjarmasin:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat.
Budiardjo, M. (2008).Dasar-dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) (diakses pada tanggal 1 Januari 2015) dari:
http://www.indonesia.go.id/in/penjelasan-umum
Harsoyo, WP.(1982). Pendidikan Moral Pancasila. Solo: Tiga Serangkai.
Kaelan, A. Z. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Locke, J. (1680-1690). Two Treatises on Government (diakses pada tanggal 1 Januari 2015)
dari:http://lonang.com/library/reference/locke-two-treatises-government/
Political Structure - Committee Against Torture, Consideration of reports submitted by States
Parties under article 19 of the Convention, Indonesia, U.N. Doc. CAT/C/47/Add.3
(2001). Dari The University of Minnesota http://www1.umn.edu/humanrts/cat/indonesia2001.html (diakses pada tanggal 1 Januari
2015)
Schmandt, H, J.(2002). A History of Political Philosophy, Terjemahan,. Ahmad Baidhowi,
(Pustaka Pelajar, Yogyakarta).
Sukonto, B. P. (2009). Panduan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Primagama.
UU Nomor 19 Tahun 2006
UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008
UUD 1945 hasil Amandemen 2002
13