Anda di halaman 1dari 13

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BADAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Republik Indonesia mengenal adanya lembaga-lembaga eksekutif, legislatif,
dan yudikatif dan lembaga lainnya dalam UUD 1945 dengan melaksanakan pembagian
kekuasaan (the distribution of power) antara lembaga-lembaga negara. Kekuasaan lembagalembaga negara tidak diadakan pemisahan yang kaku dan tajam, tetapi ada koordinasi yang
satu dengan yang lainnya.
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan struktur politik
(Political Structure, 2001) menjadi enam bidang yang memiliki kedudukan sejajar kecuali
Wantipres. Keenam bidang tersebut yaitu :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002
kekuasaan tertinggi ditangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002, hanya memiliki kekuasaan
melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta
memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan atau jika
melanggar suatu konstitusi.
2. Bidang Legislatif bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
3. Bidang Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang
Eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya.
4. Bidang Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun
unsur yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi
(MK).
5. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang telah digantikan oleh Dewan Pertimbangan
Presiden (Wantipres). Berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2006, Dewan Pertimbangan
Presiden (Wantimpres) adalah lembaga pemerintah yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
Undang Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Wantimpres
1

berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden


(http://www.indonesia.go.id/in/penjelasan-umum).
6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga
yang bebas dan mandiri.
Makalah ini berfokus hanya kepada pembahasan tentang tugas dan fungsi Badan
Legislatif dan Eksekutif. Jadi dalam perumusan masalah, akan dibahas mengenai tugas dan
fungsi Badan Legislatif dan Eksekutif beserta hak dan kewajiban yang menempel pada kedua
badan yang telah disebutkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tugas dan fungsi Badan Legislatif dan Eksekutif?
2. Bagaimana hak dan kewajiban Badan Legislatif dan Eksekutif ?
3. Bagaimana Badan Kelengkapan Legislatif dan Eksekutif?
4. Bagaimana mekanisme kerja dan hubungan Legislatif dan Eksekutif ?
5. Bagaimana dasar hukum Legislatif dan Eksekutif ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tugas dan fungsi Badan Legislatif dan Eksekutif.
2. Mengetahui hak dan kewajiban Badan Legislatif dan Eksekutif.
3. Mengetahui Badan Kelengkapan Legislatif dan Eksekutif.
4. Mengetahui cara mekanisme kerja dan hubungan Legislatif dan Eksekutif.
5. Mengetahui bagaimana dasar hukum Legislatif dan Eksekutif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Tugas Pokok dan Fungsi Eksekutif dan Legislatif


Pemikiran tentang pemisahan kekuasaan dipengaruhi oleh teori John Locke (1632-

1704) seorang filosof Inggris yang pada tahun 1690 menerbitkan buku Two Treaties on Civil
Government. Dalam bukunya itu John Locke mengemukakan adanya tiga macam kekuasaan
di dalam negara yang harus diserahkan kepada badan yang masing-masing berdiri sendiri,
yaitu kekuasaan legislative (membuat Undang-Undang), kekuasaan eksekutif (melaksanakan
Undang-Undang atau yang merupakan fungsi pemerintahan) dan kekuasaan federatif
(keamanan dan hubungan luar negeri).
Negara republik indonesia mengenal adanya lembaga-lembaga eksekutif, legislatif,
dan yudikatif dalam UUD 1945 dengan melaksanakan pembagian kekuasaan (the distribution
of power) antara lembaga-lembaga negara. Kekuasaan lembaga-lembaga negara tidaklah di
adakan pemisahan yang kaku dan tajam, tetapi ada koordinasi yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias politika. Trias
politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang memiliki
kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :
1. Legislatif bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif
adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang membantunya.
3. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Diatas itu merupakan penjabaran dari tugas pokok dari tiap-tiap lembaga yang ada di
Indonesia.
Berikut ini merupakan penjelasan secara jelas tentang fungsi-fungsi dari kedua badan yaitu
Legislatif dan Eksekutif:
2.1.1 Fungsi-fungsi legislatif
Di Indonesia lembaga legislatif lebih dikenal dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
3

tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.
Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
a. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
b. jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak
100 orang;
c. jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak- banyaknya
50 orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu
kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung
dalam sidang paripurna DPR.
Lembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga legislatif mempunyai fungsi
berikut ini :
1. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang.
2. Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan
terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi
kehidupan masyarakat.
2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan
tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam
negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR
maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra
kerja.

2.1.2 Fungsi-fungsi eksekutif


Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana
Menteri. Chief of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri
merupakan kepala suatu negara, simbol suatu negara. Di Indonesia sendiri lembaga eksekutif
dipegang penuh oleh seorang presiden. Presiden adalah lembaga negara yang memegang
kekuasaan eksekutif yaitu presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.
Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara (Budiardjo, 2008)
Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen 2002
(Kaelan, 2010) adalah sebagai berikut :
Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara
pemerintahan Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara,
kekuasaan dan tanggung jawab ada ditangan Presiden (Concentration of power
responsibility upon the president) .
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara
pemerintahan tertingggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh
rakyat (UUD 1945 Pasal 6A ayat (1)).
1. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR
Menurut UUD 1945 sebelum amandemen menjelaskan :
Di samping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus
mendapat persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat
(1) dan untuk menetapkan anggaran pendapatan anggaran pendapatan dan belanja Negara
(Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal 23.
2. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Menurut Bedjo (2009), sistem ini dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun
dalam penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :
Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri
Negara (Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan
memberhentikan Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen
2002).
1. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas
Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002
dan masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :
5

Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil
Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan
kelembagaan negara Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan
DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar Undang-Undang maupun Undang-Undang
Dasar, maka DPR dapat melakukan Impeachment.
2.1.3 Kewajiban Legislatif
Badan legislatif yang sering juga disebut DPR atau parlemen berfungsi antara lain
sebagai berikut (Sukonto, 2009):

menentukan kebijaksanaan dan membuat undang-undang. Untuk itu Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) diberikan hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen
terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh pemerintah, dan hak budget
(anggaran).

mengontrol badan Eksekutif dalam arti menjaga supaya semua tindakan badan
eksekutif sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

2.1.4 Kewajiban Eksekutif


Badan Eksekutif merupakan pihak yang amat menentukan keberlangsungan program
sesuatu negara. Di negara-negara demokratis, badan Eksekutif terdiri dari kepala negara
seperti raja atau presiden beserta menteri-menterinya. Dalam arti luas, badan Eksekutif
mencakup juga pegawai negeri sipil dan militer. Dalam sistem negara presidentil, para
menteri merupakan pembantu presiden dan langsung dipimpin oleh presiden. Sedangkan
dalam sistem parlementer, Perdana Menteri beserta menteri-menterinya dinamakan bagian
dari badan eksekutif yang bertanggung jawab. Sedangkan raja dalam sistem monarkhi
konstitusionil dinamakan bagian dari badan eksekutif yang tidak dapat diganggu gugat
(Harsoyo, 1982).
Secara singkat, badan Eksekutif berwewenang sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.
2. Melaksanakan undang-undang serta peraturan-lain dan menyelenggarakan
administrasi negara.
3. Mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang serta keamanan serta
pertahanan negara.
4. Memberi grasi, amnesti dan sebagainya.
5. Merencanakan rancangan undang-undang dan membimbingnya dalam badan
perwakilan rakyat sampai menjadi undang-undang

Badan legislatif di Indonesia atau representatives bodies adalah struktur politik yang
mewakili rakyat Indonesia dalam menyusun undang-undang serta melakukan pengawasan
atas implementasi undang-undang oleh badan eksekutif di mana para anggotanya dipilih
melalui Pemilihan Umum. Struktur-struktur politik yang termasuk ke dalam kategori ini
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat I dan
Tingkat II, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Daerah.
Eksekutif adalah struktur politik (Political Structure, 2001) yang melaksanakan
substansi undang-undang yang telah disahkan oleh lembaga legislatif. Di Indonesia, lembaga
eksekutif terdiri atas 2 bagian yaitu Governing Bodies dan Support Bodies. Governing Bodies
adalah struktur politik yang menjalankan fungsi pemerintahan harian negara secara langsung.
Sementara itu Support Bodies, berada di bawah lembaga Presiden, dan menjalankan fungsi
dukungan terhadap Governing Bodies.
Menurut UUD 1945, untuk menjalankan mekanisme pemerintahan di negara Republik
Indonesia, maka di dirikan satu lembaga tertinggi negara dan lima lembaga tertinggi negara
yang merupakan komponen yang melaksanakan atau meyelenggarakan kehidupan negara.
Lembaga tertinggi negara ialah majelis permusyawaratan rakyat MPR sebagai penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dan pelaksana
dari kedaulatan rakyat.
Lembaga-lembaga

tinggi

negara

adalah

aparat-aparat

negara

utama

yang

kedudukannya adalah dibawah MPR, sesuai dengan urutan-urutan yang terdapat dalam UUD
1945, lembaga-lembaga tinggi negara adalah sebagai berikut:
a.

Majelis Permusyawaratan Rakyat

b.

Dewan Perwakilan rakyat

c.

Presiden dan Wakil Presiden

d.

Mahkamah Agung

e.

Mahkamah konstitusi

f.

Badan Pemeriksa Keuangan

2.2 Hubungan lembaga eksekutif dan legislatif di indonesia


Dalam konstitusi pra-amandemen negara ini, kedaulatan negara berada ditangan
rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Dari MPR
inilah, kedaulatan rakyat dibagi secara vertikal ke lembaga tinggi negara dibawahnya. Prinsip
yang dianut adalah pembagian kekuasaan (division or distribution of power). Akan tetapi
dalam konstitusi pasca-amandemen, kedaulatan rakyat itu ditentukan dibagikan secara
7

horizontal dengan cara memisahkannya (separation of power) menjadi kekuasaan-kekuasaan


yang dinisbatkan sebagai fungsi lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling
mengendalikan satu sama lain berdasarkan prinsip checks and balances (saling imbang dan
saling awas).
Posisi antara legislatif (MPR/DPR) dan eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dalam
konstitusi pasca-amandemen adalah sejajar. Berbeda dengan konstitusi pra-amandemen,
legislatif (MPR) berada diatas ekeskutif (Presiden), walau pada kenyataannya eksekutiflah
yang sebenarnya berada diatas dan mengendalikan legislatif. Posisi yang sejajar dalam
konstitusi pasca-amandemen juga menimbulkan hubungan baru antara lembaga legislatif
dengan lembaga eksekutif, berbeda dengan hubungan antar-keduanya dalam konstitusi praamandemen.
Dari studi singkat terhadap kontitusi (UUD NRI 1945), ditemukan beberapa bentuk
hubungan antara legislatif dan eksekutif tersebut misalnya dalam bidang,pertama, kekuasaan
legislasi (membuat undang-undang). Terdapat dalam Pasal 5 ayat (1) Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 20 ayat (2)
Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapatkan persetujuan bersama.
Kedua pasal ini mensuratkan adanya pengurangan kekuasaan legislasi Presiden.
Presiden dikembalikan ke posisi sebagai pelaksana undang-undang, bukan pembentuk
undang-undang dan DPR sebagai lembaga pembuat undang-undang. Posisi DPR sebagai
pembuat undang-undang ini semakin diperkuat oleh konstitusi dengan Pasal 20 ayat (5):
Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan
oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut
disetujui,

rancangan

undang-undang

tersebut

menjadi

undang-undang

dan

wajib

diundangkan. Pada bidang kekuasaan legislasi, pemisahaan kekuasaan (separation of power)


dalam konstitusi pasca-amandemen (UUD NRI 1945) telah diakomodir.
Kedua, kekuasaan administratif dan kelembagaan. Terdapat dalam Pasal 7A Presiden
dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Dan Pasal 7C Presiden tidak
dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.

Posisi Presiden/Wakil Presiden dikontrol oleh DPR melalui mekanisme pemakzulan


(impeachment process) serta posisi DPR sama kuat dengan Presiden, karena Presiden tidak
dapat membubarkan DPR. Sepertinya pada bidang kekuasaan ini, kekuasaan DPR lebih besar
dari Presiden, karena DPR bisa mengkontrol Presiden lewat mekanisme pemakzulan. Prinsip
saling awas (checks) bersifat searah dan cenderung legislative heavy.
Ketiga, kekuasaan militer dan diplomatik. Terdapat dalam Pasal 11 ayat (1) Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain. Ayat (2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan
undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Dan Pasal 13 ayat (2)
Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat. Ayat (3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden hanya memperhatikan pertimbangan DPR apabila mengangkat duta besar
dan menerima penempatan duta besar negara lain. Kata memperhatikan disini berarti bukan
sebuah keharusan? Kata memperhatikan adalah sebuah bentuk saling imbang (balances)
antara DPR (legislatif) dengan Presiden (eksekutif).
Keempat, kekuasaan yudikatif. Terdapat dalam Pasal 14 ayat (2) Presiden memberi
amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal
ini jelas mensuratkan adanya prinsip saling imbang (balances) antara DPR dengan Presiden.
2.3 Pengertian Hukum Dasar
Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara. Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup hanya
menyelidiki

pasal-pasal UUD nya

saja,

akan

tetapi

harus

menyelidiki

juga

bagaimana prakteknya dan suasana kebatinannya dari UUD itu.


Hukum dasar tertulis (UUD) merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badanbadan pemerintah suatu negara dalam menentukan mekanisme kerja badan-badan tersebut
seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif.Undang-Undang Dasar RI 1945 merupakan hukum
dasar yang tertulis, kedudukan dan fungsi dari UUD RI 1945merupakan pengikat bagi
pemerintah, lembaga negara, maupun lembaga masyarakat, sebagai warga negara Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD RI 1945 memuat normat-norma atau aturan-aturan yang harus
diataati dan dilaksanakan. Istilah konstitusi mempunyai 2 ( dua ) pengertian yaitu :

1. Konstitusi dalam arti luas : adalah keseluruhan dari ketentuan ketentuan dasar atau
disebut juga hukum dasar,baik hukum dasar tertulis maupun hukum dasar tidak
tertulis.
2. Konstitusi dalam arti sempit : Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-undang
dasar. Di Indonesia disebut juga dengan UUD RI 1945.

10

BAB III
PENUTUP

3.1 . Kesimpulan
Secara sederhana dapat diketahui bahwa penyelenggaraan kekuasaan negara dijalankan
oleh 2 (dua) lembaga yakni legislatif dan eksekutif. Legislatif berfungsi membuat undangundang (legislate). Menurut teori kedaulatan rakyat, maka rakyatlah yang berdaulat
(Schmandt, 2002). Rakyat yang berdaulat ini mempunyai kemauan (Rousseau menyebutnya
dengan Volonte Generale atau Generale Will). Rakyat memilih beberapa orang untuk duduk
di lembaga legislatif sebagai wakil rakyat guna merumuskan dan menyuarakan kemauan
rakyat dalam bentuk kebijaksanaan umum (public policy). Lembaga ini mempunyai
kekuasaan membentuk undang-undang sebagai cerminan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum tadi. Lembaga ini sering disebut sebagai dewan perwakilan rakyat atau parlemen.
Lembaga penyelenggara kekuasaan negara berikutnya adalah lembaga eksekutif yang
berfungsi menjalankan undang-undang. Di negara-negara demokratis, secara sempit lembaga
eksekutif diartikan sebagai kekuasaan yang dipegang oleh raja atau presiden, beserta menterimenterinya (kabinetnya). Dalam arti luas, lembaga eksekutif juga mencakup para pegawai
negeri sipil dan militer. Oleh karenanya sebutan mudah bagi lembaga eksekutif adalah
pemerintah.Lembaga eksekutif dijalankan oleh Presiden dan dibantu oleh para menteri.
Jumlah anggota eksekutif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah anggota legislatif,
hal ini bisa dimaknai karena eksekutif berfungsi hanya menjalankan undang-undang yang
dibuat oleh legislatif. Pelaksanaan undang-undang ini tetap masih diawasi oleh legislatif.
Selain melaksanakan undang-undang, Eksekutif juga mempunyai tugas untuk
melaksanakan:
1. Kekuasaan diplomatik, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan hubungan luar negeri;
2. Kekuasaan administratif, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang dan
administrasi negara;
3. Kekuasaan militer, yaitu berkaitan dengan organisasi angkatan bersenjata dan
pelaksanaan. perang;
4. Kekuasaan yudikatif (kehakiman), yaitu menyangkut pemberian pengampunan,
penangguhan hukum dan sebagainya terhadap pelaku kriminal atau narapidana;
5. Kekuasaan legislatif, yaitu berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang
dan mengatur pengesahannya menjadi undang-undang.

11

Sistem pelaksanaan kerja dan pertanggungjawaban ekesekutif (pemerintah) didasarkan


atas dua model sistem pemerintahan, sistem pemerintahan presidensiil dan sistem
pemerintahan parlementer. Sistem pemerintahan presidensiil (fixed executive) atau (nonparlementary executive) adalah apabila ekesekutif bertanggung jawab secara langsung
dengan periode waktu tertentu kepada suatu badan yang lebih luas dan tidak terikat pada
pembubaran oleh tindakan parlemen (legislatif).

12

DAFTAR PUSTAKA
Bedjo, Z.A. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Banjarmasin:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat.
Budiardjo, M. (2008).Dasar-dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) (diakses pada tanggal 1 Januari 2015) dari:
http://www.indonesia.go.id/in/penjelasan-umum
Harsoyo, WP.(1982). Pendidikan Moral Pancasila. Solo: Tiga Serangkai.
Kaelan, A. Z. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Locke, J. (1680-1690). Two Treatises on Government (diakses pada tanggal 1 Januari 2015)
dari:http://lonang.com/library/reference/locke-two-treatises-government/
Political Structure - Committee Against Torture, Consideration of reports submitted by States
Parties under article 19 of the Convention, Indonesia, U.N. Doc. CAT/C/47/Add.3
(2001). Dari The University of Minnesota http://www1.umn.edu/humanrts/cat/indonesia2001.html (diakses pada tanggal 1 Januari
2015)
Schmandt, H, J.(2002). A History of Political Philosophy, Terjemahan,. Ahmad Baidhowi,
(Pustaka Pelajar, Yogyakarta).
Sukonto, B. P. (2009). Panduan Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Primagama.
UU Nomor 19 Tahun 2006
UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008
UUD 1945 hasil Amandemen 2002

13

Anda mungkin juga menyukai