Anda di halaman 1dari 5

Katalis Heterogen

Dalam ilmu kimia, katalis heterogen merujuk kepada katalis yang memiliki fase yang
berbeda dengan reaktan. Fase disini tidak hanya merujuk kepada padat, cair, dan gas, tetapi
juga merujuk kepada larutan yang tidak membentuk campuran homogen, seperti minyak dan
air. Katalis heterogen yang banyak digunakan dalam dunia industri biasanya memiliki fase
padat dengan mayoritas reaktan berfase gas atau cairan. Telah banyak diketahui mekanisme
reaksi pada area permukaan katalis, dimana hal tersebut bergantung kepada mekanisme
adsorpsi yang dipakai (Langmuir-Hinshelwood, Eley-Rideal, dan Mars-van Krevelen). Total
luas permukaan katalis padat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kecepatan reaksi.
Semakin kecil ukuran partikel katalis maka semakin besar area luas permukaan yang didapat.
Katalis heterogen biasanya disangga, yang berarti zat aktif katalis disebar
dipermukaan bahan kedua yang dapat meningkatkan efektivitas katalis atau dapat
mengurangi biaya pembuatannya. Penyangga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
proses penggumpalan dan

sintering pada partikel katalis yang berukuran kecil,

memungkinkan katalis untuk tetap memiliki area luas permukaan yang besar, menyebabkan
katalis berpenyangga memiliki nilai aktivitas spesifik (per gram) yang lebih besar. Bahan
penyangga biasanya material berporos dengan luas permukaan yang besar, bahan yang
digunakan biasanya alumina, zeolit, dan berbagai macam karbon aktif. Bahan penyangga
yang khusus digunakan untuk katalis terdiri dari silikon dioksida, titanium dioksida, kalsium
karbonat, dan barium sulfat.

Proses pembuatan katalis heterogen


Terdapat dua metode utama yang biasa digunakan untuk proses pembuatan katalis
berpenyangga. Yang pertama adalah metode impregnasi dan yang kedua adalah metode
kopresipitasi.
1. Metode impregnasi
Metode impregnasi merupakan metode yang paling mudah dalam proses
pembuatan katalis berpenyangga, dimana metode ini berhubungan erat dengan proses
pertukaran ion/adsorpsi dan cenderung memiliki interaksi yang dominan terhadap zat
penyangga. Dalam metode impregnasi, mekanisme penjerapan (adsorpsi) sangat

dipengaruhi oleh gaya elektrostatis, dimana gaya ini sendiri bergantung kepada
kondisi operasi yang digunakan.
Terdapat dua jenis metode impregnasi yang sering digunakan. Dimisalkan terdapat
larutan senyawa yang mengandung senyawa aktif katalis logam dipertemukan dengan
penyangga berpori-pori, apabila jumlah larutan yang digunakan sesuai dengan jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk mengisi seluruh pori-pori bahan penyangganya maka
proses tersebut disebut dengan impregnasi kering. Namun apabila jumlah larutan yang
digunakan lebih besar dibandingkan volume pori-pori bahan penyangganya maka
proses tersebut disebut impregnasi basah.
Berikut mekanisme yang terjadi dalam proses impregnasi:
a. Larutan yang mengandung senyawa aktif katalis disatukan dengan bahan
penyangga yang sebelumnya telah dikalsinasi atau dikeringkan
b. Terjadi proses impregnasi, dimana senyawa aktif katalis mulai menetap
pada permukaan katalis. Proses ini dapat berlangsung ketita terjadinya
proses pertukaran gugus OH- yang terdapat pada bahan penyangga atau
dengan proses adsorpsi.
c. Larutan lalu dibiarkan selama kurang lebih satu malam.
d. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan, kalsinasi, dan aktivasi
(misal dengan proses hidrogenasi menggunakan katalis logam).
Beberapa keuntungan proses impregnasi yaitu:
i. Tidak terbentuknya air limbah.
ii. Tidak ada bagian aktif katalis yang hilam selama proses berlangsung.
iii. Dapat digunakannya padatan penyangga yang sebelumnya sudah dibentuk.
Hal ini dapat menambah fleksibilitas desain luas permukaan katalis yang
hendak dibuat.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses impregnasi adalah
pentingnya proses pengeringan, dimana apabila proses ini tidak berjalan dengan
sesuai maka akan berakibat pada distribusi senyawa aktif katalis yang tidak merata.
Salah satu contoh penggunaan metode impregnasi dalam pembuatan katalis
terdapat dalam pembuatan katalis MoO3/Al2O3, dengan langkah sebagai berikut:
a. Disproporsionasi katalis
b. Impregnasi gamma-Al2O3 dengan larutan amoniak yang terdiri dari ammonium
dimolybdate (ADM).
c. Senyawa berubah menjadi basa, molekul MoO42- mulai bermunculan

d. Dengan adanya proses pengeringan, amonia bebas, pH dalam pori mulai turun, ion
heptamolybdate (HM):
7MoO42- + 4H2O Mo7O246- + 8OHe. Ion HM bereaksi dengan gugus permukaan zat penyangga

2. Metode kopresipitasi
Dalam ilmu kimia, kopresipitasi merupakan proses pengendapan senyawa
yang biasanya terlarut apabila dihadapkan pada kondisi normal. Dalam metode
kopresipitasi, lebih dari satu logam diendapkan bersama dengan zat penyangga atau
senyawa aktif katalis.
Berikut mekanisme yang terjadi dalam proses impregnasi:
a. Persiapan logam super jenuh yang terdapat dalam larutan garam.
b. Terjadi proses presipitasi secara fisis yang dapat disebabkan oleh
evaporasi ataupun presipitasi kimia yang disebabkan oleh penambahan
agen pengendap berupa basa.
c. Terbentuk endapapan.
d. Dengan proses penyaringan, didapatkan senyawa aktif katalis yang sudah
kering.
e. Untuk proses selanjutnya, terdapat dua opsi:
-

Dibentuk dahulu, kemudian dikalsinasi hingga terbentuk katalis


berpenyangga, dan

Dikalsinasi dahulu hingga terbentuk katalis aktif, kemudian


dibentuk sesuai kebutuhan, dan jadilah katalis berpenyangga

Salah satu contoh penggunaan metode kopresipitasi dalam pembuatan katalis


terdapat dalam pembuatan katalis alumina, dengan langkah sebagai berikut:
a. Persiapan reaktan dalam larutan garam
-

Aluminium sulfat dan amonium hidroksida

Presipitasi dan kristalisasi Al(OH)3, proses ini sangat dipengaruhi pH, suhu,
dan waktu proses.
o Dengan pH 7-12
o Suhu dinaikkan, pH meningkat, terbentuk bayerite (Al(OH)3)
o Apabila pH turun, maka akan terbentuk senyawa pseudoboehmite dan
apabila kondisi ini terus berlanjut maka akan terbentuk larutan
boehmite (AlOOH)

b. Hidrolisis aluminium alcoholates


-

Al(OR)3 + (2+x)H2O 3 ROH + AlOOH.xH2O

Didapat Pseudoboehmite dengan kemurnian tinggi

c. Pengeringan
d. Kalsinasi

Daftar pustaka

Helmut Knzinger, Karl Kochloefl "Heterogeneous Catalysis and Solid Catalysts" in


Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry 2002, Wiley-VCH, Weinheim.
L. Keith Hudson, Chanakya Misra, Anthony J. Perrotta, Karl Wefers, F. S. Williams
Aluminum Oxide in Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry 2002,
Wiley-VCH, Weinheim.
Patnaik, P. Dean's Analytical Chemistry Handbook, 2nd ed. McGraw-Hill, 2004.

Anda mungkin juga menyukai