Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU BEDAH

LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN

Oktober 2014

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MENINGOCELE LUMBALIS

DISUSUN OLEH:
Andi Reza Pawelloi
110 208 124

PEMBIMBING:
dr. Ferdinandes

SUPERVISOR :
Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama

: Andi Reza Pawelloi

NIM

: 110 208 124

Judul Presentasi Kasus

: Meningocele Lumbalis

Telah menyelesaikan tugas presentasi kasus dalam rangka kepaniteraan klinik


pada Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Oktober 2014

Supervisor

Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS

Pembimbing,

dr. Ferdinandes

BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama

: Nur Alia

Tanggal Lahir : 23/10/2013


Umur

: 11 bulan

RM

: 656478

MRS

: 08-09-2014

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Benjolan pada punggung bawah

Riwayat Perjalanan Penyakit


Dialami sejak lahir. Awalnya berupa benjolan kecil seperti kelereng, lalu
lama kelamaan benjolan menjadi semakin membesar, tetapi tidak disertai
dengan rasa nyeri. Warna benjolan hampir sama dengan sekitarnya.
Riwayat benjolan berdarah tidak ada. Riwayat benjolan mengeluarkan
nanah tidak ada. Riwayat kejang tidak ada, riwayat demam tidak ada,
riwayat kepala membesar tidak ada, riwayat penurunan berat badan tidak
ada. Riwayat ibu mengkonsumsi obat-obatan selama hamil tidak ada.
Riwayat ibu rutin kontrol kehamilan selama hamil ada. Riwayat keluarga
yang menderita penyakit yang sama tidak ada.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Sakit sedang/gizi cukup / sadar

Status Vitalis
Tekanan Darah

: 100/70mmHg

Pernafasan

: 22 x/menit

Nadi

: 96 x/menit

Suhu

: 36,7oC

Kepala
Konjungtiva

: Anemis tidak ada

Sklera

: Ikterus tidak ada

Bibir

: Tidak ada sianosis

Gusi

: Perdarahan tidak ada

Mata
pupil bulat, isokor, 2,5mm/2,5mm, RC +/+
Paru
Inspeksi

: Simetris kiri dan kanan

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan , tidak ada massa tumor, fokal


fremitus raba kiri=kanan

Perkusi

: Sonor R=L

Auskultasi

: Bunyi pernapasan bronkovesikuler R=L


Bunyi tambahan: ronkhi -/- Wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)

Perkusi

: Pekak, batas jantung kanan ICS 2 parasternalis kanan,


batas jantung kiri ICS VII 3 jari samping kiri linea
midclavicularis

Auskultasi

: S1/S2 reguler,tidak ada murmur

Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi

: datar, ikut gerak nafas, warna kulit sama dengan


sekitarnya, massa tumor tidak tampak.

Auskultasi

: peristaltik kesan normal

Palpasi

: massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada,


hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

:timpani, nyeri ketok (-)

Punggung
Inspeksi

: tampak massa ukuran 9x5 cm, warna kulit


tampak sama dengan sekitarnya

Palpasi

: konsistensi padat kenyal, tidak mobile, tidak nyeri

D. FOTO KLINIS

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (22/9/2014)

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

WBC

12,78

4,00-10,0

RBC

4,58

4,00-6,00

HGB

10,1

12,0-16,0

HCT

32,0

37,0-48,0

PLT

470

150-400

Ureum

13

10-50

Kreatinin

0,27

L(<1,3);
P(<1,1)

SGOT

40

< 38

SGPT

15

< 41

HbSAg

0,00

Non reactive

Foto thorax AP (2/9/2014)

Posisi asimetris, kondisi film cukup, inspirasi cukup

Bercak-bercak infiltrat pada kedua lapangan paru

Tidak tampak pemadatan kedua hilus

Pelebaran mediastinum superior (thymus)

Kedua sinus baik

Kesan : Bronchopnemonia bilateral non spesifik


CT SCAN Kepala irisan axial (14/6/2014)

Hasil :
- Differensiasi grey dan white matter dalam batas normal
- Tidak tampak lesi hipo/hiperdens patologis intracranial
- Sulci dan gyri dalam batas normal
- Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid yang terscan dalam batas normal
- CPA, pons, dan cerebellum yang terscan dalam batas normal
- Sinus paranasalis dan aircell mastoid yang terscan dalam batas normal
- Kedua bulbus oculi dan ruang retrobulbar yang terscan dalam batas normal
- Tulang-tulang intak
Kesan :
Tidak tampak kelainan radiologik pada CT Scan kepala ini.

CT SCAN Lumbal (25/3/2014)

Tampak defek pada corpus bagian posterior CV L1 dan bagian posterior


CV L2 s/d CV L5 disertai herniasi thecal sac
Tampak pula penebalan jaringan lemak pada daerah setinggi CV L1 s/d
L5

Hepar: Ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal, permukaan


reguler, tip tajam, tidak tampak SOL. Sistem vaskular dan bile duct
tidak dilatasi.
GB : tidak dilatasi, dinding tidak menebal, tidak tampak densitas batu
Pankreas : ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal, tidak
tampak

dilatasi

ductus

pankreatikus.

Tidak

tampak

densitas

masss/cyst.
Lien : ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal Tidak tampak
SOL
Kedua ginjal Ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal, tidak
tampak densitas batu/masss/cyst PCS tidak dilatasi.
VU : dinding reguler, mukosa tidak menebal, tidak tampak densitas
batu maupun mass.
Tidak tampak densitas cairan bebas pada peritoneum
Kesan :
Meningocele regio lumbalis

F. RESUME
Seorang anak perempuan usia 10 bulan dibawa oleh orangtuanya datang ke
rumah sakit dengan keluhan benjolan pada punggung bawah, Dialami sejak lahir.
Awalnya berupa benjolan kecil seperti kelereng, lalu lama kelamaan benjolan
menjadi semakin membesar, tetapi tidak disertai dengan rasa nyeri. Warna
benjolan hampir sama dengan sekitarnya. Riwayat benjolan berdarah tidak ada
Riwayat benjolan mengeluarkan nanah tidak ada. Riwayat kejang tidak ada,
riwayat demam tidak ada, riwayat kepala membesar tidak ada, riwayat penurunan
berat badan tidak ada. Riwayat ibu mengkonsumsi obat-obatan selama hamil tidak
ada. Riwayat ibu rutin kontrol kehamilan selama hamil ada. Riwayat keluarga
yang menderita penyakit yang sama tidak ada.
Dari hasil pemeriksaan fisis pasien datang dengan status general sakit sedang,
gizi cukup, dan compos mentis. Tekan darah 100/70 mmHg, nadi 96 kali
permenit, pernafasan 22 kali permenit, dan suhu afebris.

Pada pemeriksaan abdomen ditemukan inspeksi dan auskultasi dalam


batas normal. Pada pemeriksaan perkusi dalam batas normal, palpasi ditemukan
adanya massa dengan konsistensi padat di area punggung bagian bawah. Pada CT
scan abdomen ditemukan kesan meningocele regio lumbalis.

G. DIAGNOSIS KERJA
Meningocele regio lumbalis

H. PENATALAKSANAAN
Repair meningocele lumbalis

BAB II
DISKUSI
Dari hasil anamnesis pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan benjolan
pada punggung bawah yang dialami sejak lahir. Awalnya berupa benjolan kecil,
lalu lama kelamaan benjolan menjadi semakin membesar, tetapi tidak disertai
dengan rasa nyeri. Warna benjolan hampir sama dengan sekitarnya. Riwayat
benjolan berdarah tidak ada. Riwayat benjolan mengeluarkan nanah tidak ada.
Riwayat kejang tidak ada, riwayat demam tidak ada, riwayat kepala membesar
tidak ada, riwayat penurunan berat badan tidak ada. Riwayat keluarga yang
menderita penyakit yang sama tidak ada.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien terdapat benjolan pada
punggung bawah yang dialami sejak lahir dan semakin membesar, namun
benjolan tersebut tidak terasa nyeri. Dari hasil pemeriksaan CT- scan abdomen
ditemukan adanya

defek pada corpus bagian posterior CV L1 dan bagian

posterior CV L2 s/d CV L5 disertai herniasi thecal sac, sehingga pasien tersebut


dapat didiagnosa dengan meningocele regio lumbalis.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN
Meningocele dianggap lebih ringan daripada myelomeningocele karena
medulla spinalis tidak meninggalkan neural tube. Masih ditemukan sack di
belakang, tetapi saraf dari medulla spinalis tidak berada di dalamnya. Saraf tetap
terproteksi, maka dari itu kerusakan yang terjadi tidak begitu parah. Seseorang
dengan meningocele biasanya lebih memiliki perkembangan fisik dan kontrol
terhadap kandung kemih dan pencernaan yang lebih baik. 1
Meningocele terjadi jika bagian luar vertebra tidak menutup secara
sempurna, dan meninggalkan bagian yang terbuka. Medulla spinalis sendiri
mungkin tidak terkena, tetapi penutupnya (meninges) rusak dan keluar melalui
bagian yang terbuka. Pada meningocele, medulla spinalis tetap ada di belakang
dimana seharusnya terletak. Hal ini berarti banyak anak-anak dengan
meningocele tetap memiliki pergerakan normal pada kaki dan betisnya.2
Meningocele adalah suatu perpanjangan dari kanalis spinalis, tanpa
adanya medulla spinalis atau saraf spinalis di dalamnya, umumnya terjadi pada
regi lumbal, dan biasanya dihubungkan dengan spina bifida. Sarafnya normal
dan tidak memiliki kelainan neurologik. 3
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI MEDULLA SPINALIS
Medulla spinalis adalah suatu silinder panjang langsing jaringan saraf
yang berjalan dari batang otak. Struktur ini memiliki panjang 45cm dan garis
tengah 2cm.
Medulla spinalis, yang keluar melalui sebuah lubang besar di dasar
tengkorak, dibungkus oleh kolumna vertebralis protektif sewaktu turun melalui
kanalis vertebralis. Dari medula spinalis keluar pasangan-pasangan nervus
spinalis melalui ruang yang terbentuk antara lengkung tulang berbentuk sayap
vertebra-vertebra yang berdekatan. Nervus spinalis diberi nama sesuai bagian

dari kolumna vertebralis tempat keluarnya. Terdapat 8 pasang nervus servikalis,


12 pasang nervus torakalis, 5 pasang nervus lumbalis, 5 pasang nervus sakralis,
dan 1 pasang nervus koksigeus.

C. EPIDEMIOLOGI
Spina bifida adalah salah satu malformasi serius pada struktur manusia
yang paling sering terjadi. Pada saat kelahiran, lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Saat ini, prevalensi spina bifida bervariasi
tergantung waktu, daerah, dan ras maupun etnik.4
D. FAKTOR RESIKO
1. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan spina bifida atau anensefal adalah salah satu
faktor resiko terbesar untuk kelainan ini. Resiko untuk menderita spina
bifida atau anensefal, atau keduanya, pada anak yang bersaudara yang
menderita spina bifida berkisar 3% hingga 8% dan lebih tinggi
dibandingkan populasi pada umumnya. Peningkatan resiko spina bifida
juga dilaporkan terjadi pada keluarga yang lebih jauh dari individu yang

terkena. Suatu studi menunjukkan bahwa resiko memiliki anak dengan


spina bifida atau defek pada neural tube dapat meningkat pada pasangan
yang memiliki anak dengan Sindrom Down, dan resiko memiliki anak
dengan sindrom ini dapat meningkat pada pasangan yang telah memiliki
anak dengan defek pada neural tube. Namun, penelitian ini belum
dikonfirmasikan secara lebih jelas.4
2. Asam Folat
Telah diketahui bahwa konsumsi folat alami yang tidak adekuat,
atau folat sintetis seperti asam folat, sebelum dan selama masa kehamilan
dihubungkan dengan meningkatnya resiko spina bifida dan anensefal.
Terlebih lagi, resiko memiliki anak yang terkena defek neural tube secara
tidak langsung berhubungan dengan konsumsi folat selama masa
kehamilan.
Mekanisme yang menghubungkan antara defek pada neural tube
dan folat belum diketahui secara pasti. Namun, folat berpartisipasi dalam
jalur metabolik, yang jika terganggu, dapat memiliki efek samping pada
perkembangan embrio. Salah satu jalur yang penting untuk sintesis asam
nukleat, dan yang satunya yaitu reaksi metilasi. Gangguan pada
metabolisme folat juga dapat berakibat pada meningkatnya homosistein,
yang teratogenik pada neural tube. Nutrisi selain folat, yaitu B12, juga
dapat dihubungkan dengan adanya defek pada neural tube. 4
3. Diabetes maternal
Wanita dengan diabetes progestasi memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk memiliki anak dengan spina bifida dan defek lain pada
kelahiran.Mekanisme yang mendasari hal ini tidak diketahui secara pasti,
tetapi jelas berhubungan dengan kontrol metabolik maternal. 4

4. Obat-obatan
Banyak obat antikonvulsan yang diketahui memiliki efek
teratogenik. Namun, anti konvulsan yang berbeda dihubungkan dengan
malformasi yang berbeda juga. Peningkatan resiko spina bifida
dihubungkan dengan pajanan in-utero terhadap asam valproat atau
carbamazepine, atau kombinasi dengan anti konvulsan lain.4
E. PATOFISIOLOGI
Spina bifida kadang disebabkan oleh gagalnya penutupan neural tube
pada bulan pertama dari perkembangan embrio (sering terjadi bahkan
sebelum seseorang tahu jika dirinya hamil). Beberapa bentuk terjadi dengan
kondisi primer yang menyebabkan tekanan sistem saraf pusat, yang
meningkatkan kemungkinan dual patogenesis.
Pada keadaan normal, penutupan neural tube terjadi pada sekitar hari ke23
dan ke27 setelah pembuahan. Namun, jika sesuatu terjadi dan neural tube
gagal untuk menutup sempurna, maka defek neural tube akan terjadi. Obatobatan seperti antikonvulsan, diabetes, memiliki keluarga dengan spina
bifida, dan meningkatnya suhu tubuh akibat demam atau akibat paparan dari
luar dapat meningkatkan resiko bayi dengan spina bifida. 5
F. KLASIFIKASI
Ada 3 tipe spina bifida, yaitu spina bifida occulta, meningocele,
myelomeningocele.
\Spina bifida occulta
Spina bifida occulta terjadi ketika bagian luar dari vertebra tidak bersatu, dan
sehingga tidak menutup. Pada tipe ini, medula spinalis dan menings tidak
terganggu dan tidak menonjol keluar melalui celah. Dapat ditemukan cekungan,
rambut, tanda lahir, atau tonjolan pada area yang terkena. Tipe ini tidak dapat
dideteksi sebelum kelahiran.

Meningocele
Meningocele terjadi jika bagian luar dari vertebra tidak menutup secara sempurna,
dan meninggalkan sebuah celah. Medula spinalis mungkin tidak terkena, tetapi
penutupnya atau meningsnya rusak dan keluar melalui celah. Pada meningocele,
medula spinalis tetap berada di tempat seharusnya berada. Hal ini berarti bahwa
anak-anak dengan meningocele akan memiliki pergerakan yang normal pada kaki
dan betisnya.
Myelomeningocele
Myelomeningocele terjadi jika bagian luar dari vertebra tidak menutup secara
sempurna, dan meninggalkan celah yang abnormal. Pada myelomeningocele, baik
penutup medula spinalis (menings) dan medula spinalis sendiri keluar melalui
celah. Biasanya keluar dan terbungkus oleh kantung yang berisi cairan dan
memiliki membran yang sangat tipis dan dapat dengan mudah pecah,
mengeluarkan isinya. Ini adalah bentuk yang paling serius dari spina bifida.

Karena bagian dari medula spinalis keluar ke kantung, kebanyakan anak-anak


dengan penyakit ini akan memiliki pergerakan yang abnormal pada kaki mereka. 2

G. PENATALAKSANAAN
Dengan terapi pembedahan, meningocele dan myelomeningocele dapat
diperbaiki.
Sac tidak boleh berada di luar tubuh untuk waktu yang lama. Karena bisa
robek dan terinfeksi. Tujuan operasi yaitu untuk menutup kulit dan mencegah
infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada medula spinalis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Meningocele. Spina Bifida & Hydrocephalus Association of Canada. 2000.


Available from : http://www.sbhac.ca/pdf/Meningocele.pdf
2. Douglas, Mary. Drake, James. Et. Al. Spina Bifida: Myelomeningocele and
Meningocele.

2009.

Available

from

http://www.aboutkidshealth.ca/en/healthaz/conditionsanddiseases/brainandne
rvoussystemdisorders/pages/spina-bifida-myelomeningocele-andmeningocele.aspx
3. Primary Surgery: Volume One: Non-trauma. Chapter 15. Paediatric surgery.
Melbourne University.
4. Mitchell, Laura. Adzick, Scott. Melchionne, Jeanne. Et.al.

Spina bida.

November 2004.
5. T. Lissauer, G. Clayden. Illustrated Textbook of Paediatrics (Second Edition).
Mosby, 2003.

Anda mungkin juga menyukai