PENDAHULUAN
Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari vena-vena
hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan
hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan,
maka hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul di
sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik vena hemoroidalis.1
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk, baik
pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Gejala yang
dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar, pendarahan, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya hanya
memerlukan perawatan ringan dan perubahan gaya hidup.2
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat
oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan
pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh
kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan.3
Insidensi hemoroid meningkat dengan bertambahnya usia. Mungkin sekurang-kurangnya
50% orang yang berusia lebih dari 50 tahun menderita hemoroid dalam berbagai derajat. Namun
demikian tidak berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang tua saja. Hemoroid dapat mengenai
segala usia, bahkan kadang-kadang dapat dijumpai pada anak kecil. Walaupun hemoroid tidak
mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Hanya
apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau penyulit, maka dilakukan tindakan. 1,4,5,6,7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI RECTUM DAN ANUS
Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm,
sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka
pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfee berbeda, demikian pula epitel yang
menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus, sedangkan kanalis analis oleh
endoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum
dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar
sekitarnya kaya akan persarafan sensorik somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri,
sedangkan muosa rektum mempunyai persarafan ototnom dan tidak peka terhadap nyeri.
Daerah vena diatas garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal
dari anus dialirkan ke sistem cava melalui cabang vena iliaka. Sistem limfee dari rektum
mengalirkan isisnya melalui pembuluh limfee sepanjang pembuluh hemoroidalis superior
kearah kelenjar limfee paraaorta melalui kelenjar limfee iliaka interna, sedangkan limfee
yang berasal dari kanalis anals mengalir kearah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. sumbunya mengarah ke
ventrokranial yaitu kearah umbilicus dan membentuk sudut ke dorsal dengan rektum dalam
keadaan istirahat. Pada saat defekasi, sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis
analis disebut garis anorektum, garis mukokuta, linea pektinata, dan linea dentata. Di
daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi
yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.
Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba didalam kanalis analis sewaktu melakukan
rectal toucher, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis
Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari sfingter analis dan terdiri dari sfingter interna dan
sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna,
otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter
eksternus. M.sfingter internus terdiri dari serabut otot polos, sedangkan m.sfingter eksterna
terdiri dari serabut otot lurik.
radikal rectum atau uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan
gangguan fungsi seksual.
2.2. FISIOLOGI
Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal adalah untuk menghantarkan massa feses
yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan cara
terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses pencernaan, selain
hanya dapat menyerap sedikit cairan. Selain itu, sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan
mucus yang berfungsi sebagai pelicin keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian diakibatkan
adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid junction kirakira 20cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga member tambahan
penghalang masuknya feses ke rektum. Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong
feses ke arah rektum, secara normal hasrat untuk defekasi akan timbul, yang ditimbulkan
oleh reflex kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara
terus menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter
ani interna dan eksterna.
Defekasi.
Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid kedalam
rektum kadang-kadang ditentukan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi sigmoid masuk
ke dalam rektum, dirasakan oleh rektum dan menimbulkan keinginan defekasi.
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan
berarti. Defekasi terjadi akibat refleks peristaltic rektum, dibantu oleh mengedan, dan
relaksasi sfingter ani eksternus.
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan
persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.
2.3. DEFINISI
Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran darah
(haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang mengalir keluar.
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga
diperlukan tindakan.
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas.1,2,4,6
2.4. FAKTOR RESIKO1,2,4,5,7
1) Anatomik
: pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
: orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang
: pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
hepatis.
2.5. PATOFISIOLOGI
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu risiko untuk
terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu beristirahat akan
menurunkan venous return sehingga vena membesar dan merusak jar. ikat penunjang
Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami konstipasi,
feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang menyebabkan vena-vena
dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid masih belum jelas hubungannya.
Berdarah
(+)
(+)
(+)
(+)
Hemoroid Interna
Menonjol
(-)
(+)
(+)
Tetap
Reposisi
(-)
Spontan
Manual
Tidak dapat
b) Hemorrhoid Eksterna1,2,4,5
Sedangkan hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior,
terletak di sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit.
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.7. GEJALA KLINIS
Banyak kasus anorectal , termasuk fissura, fistulae, abses, atau iritasi dan gatal
(pruritus ani), memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah diagnosa
hemorrhoid yang keliru. Hemorrhoids biasanya tidak berbahaya.Tetapi pada kenyataanya
pasien dapat megalami perdarahan yang terus menerus sehingga dapat menimbulkan
anemia bahkan kematian
1) Hemorrhoid Eksterna1,2,3
Pada fase akut, hemorrhoid eksterna dapat menyebabkan nyeri, biasanya
berhubungan dengan adanya udem dan terjadi saat mobilisasi.Hal ini muncul sebagai
akibat dari trombosis dari v.hemorrhoid dan terjadinya perdarahan ke jaringan
sekitarnya. Beberapa hari setelah timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan
berkembang menjadi ulkus., akibatnya dapat timbul perdarahan.
Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami thrombus tadi dapat
mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag .
Akibatnya dapat timbul rasa mengganjal, gatal dan iritasi.
2) Hemorrhoid Interna1,3,4,5,7
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya.
Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata.
Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah
segar tanpa nyeri perrektum selama atau setelah defekasi.
10
hemorrhoid
interna
sendiri
biasanya
sedikit
saja
yangmenimbulkan
nyeri.Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid yang
terjepit oleh spincter ani (strangulasi).
d. Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, secret yang menjadi lembab
sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan
penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.
2.8. DIAGNOSA
Diagnosis dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan:
1. Anamnesa1,2,3,4
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk
berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan
umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain
seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi
apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan
yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta
mengejan.
11
2. Pemeriksaan Fisik1,2,3,4,5
a) Inspeksi
Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di region anal
yang dapat ditegakkan dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat
benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang
tertutup kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama,
kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang kecil terletak
diantara ketiga posisi tersebut. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera
dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian
lainnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan
atau merah.
b) Palpasi
Hemoroid interna pada stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak
dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah
hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat
mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba.
3. Pemeriksaan Tambahan
a) Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum. 5
b) Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
12
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan. 4,5
c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
2.9. DIAGNOSA BANDING1,3
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna.
2.10. KOMPLIKASI1,2,3,6,7
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah
terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
13
2.11. PENATALAKSANAAN
1. Hemorrhoid externa 1,2,3,4,7
Trombosis akut pada hemorrhoid eksterna merupakan penyebab nyeri yang konstan
pada anus. Penderita umumnya pederita berobat kedokter pada fase akut ( 2- 3 hari
pertama). Jika keluhan belum teratasi, dapat dilakukan eksisi dengan local
anestesi.Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena
trombosis biasanya meliputi satu pleksus pembuluh darah. Insisi mungkin tidak
sepenuhnya mengevakuasi bekuan darah dan mungkin menimbulkan pembengkakan
lebih lanjut dan perdarahan dari laserasi pembuluh darah subkutan . Incisi tampaknya
lebih sering menimbulkan skin tag daripada eksisi.
2. Hemorrhoid Interna
a) Non InvasiveTreatment1,2,3,4,5
Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal. Yang disampaikan meliputi :
Nasehat
Obat-obatan vasostopik
Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan dikatakan dapat mengurangi
edema dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang
bekerja pada vascular dan mikro sirkulasi dikatakan dapat
menurunkan
14
dan meninggalkan parut pada hemorrhoid. Secara teoritis, teknik ini bekerja dengan
cara mengoblitersi pembuluh darah
anorektal untuk mencegah prolaps. Terapi ini cocok untuk hemorrhoid interna grade
I yang disertai perdarahan> Kontra indikasi teknik ini adalah pada keadaan
inflammatory bowel desease, hipertensi portal, kondisi immunocomprommise,
infeksi
anorectal,
atau trombosis
hemorrhoid
yang prolaps.
Komplikasi
sklerotherapy biasanya akibat penyuntikan cairan yang tidak tepat atau kelebihan
dosis pada satu tempat. Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan
mukosa, kadang bisa menimbulkan abses.4
2. Infrared Coagulation
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah dengan lampu
tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan hemorrhoid dari reflector plate emas
melalui tabung polymer khusus. Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus
jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi,
destruksi jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi local
anestesi terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa
koagulasi pada daerah yang tidak tepat.1,4,5,6
3. Bipolar Diatheraphy
Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi pada ujung
cauter. Cara ini efektif untuk hemorrhoid derajat III atau dibawahnya.1,3,4
4. Cryotheraphy
Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan yang secara teori
menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk jaringan parut.1,4,5
5. Rubber Band Ligation
Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada
hemorrhoid derajat III. Hemorrhoid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat
diatasi dengan ligasi menurut Baron ini.
Dengan bantuan anoskop, mukossa diatas hemorrhoid yang menonjol dijepit
dan ditarik atau dihisap kedalam lubang ligator khusus. Rubber band didorong dan
ligator ditempatkan secara rapat
15
Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama rubber band
akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkalnya. Komplikasi
yang sering terjadi berupa edema dan trombosis.
Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation adalah
cara terpilih di AS untuk terpi hemorrhoid internal. Prosedur ini , jaringan
hemorrhoid ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk menempatkan karet
disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu, jaringan dibawahnya akan
mengecil.1,4,5,6
c) Surgical Approach
1. Hemorrhoidectomy
Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada penderita
yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan cara
lain.Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis
dan nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip yang harus
diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu spincter ani.1,2,3,4
Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama operasi dan
hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi radikal. Jaringan yang
patologis diangkat. Spincter dengan hati-hati diekspos dan ditinggalkan selama
pengankatan hemorrhoid. Kepastian hemostasis harus benar-benar diperhatikan.1,4,5
Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan Heaton lebih
dikenal karena
16
lebih nyaman
17
Posisi LLD
Kulit diatas analverge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan hemorrhoid
Ligasi dengan cat gut 2 0 atau 3 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 0 dengan
vicril2
18
a)
b)
c)
d)
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
2. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.
hal 587-90.
3. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.
4. Diagnosing Hemorrhoid Types and Rectal Prolaps, http:\\ www.pph.com Ethicon EndoSurgery, Inc. 2003-2005. This site is published by Ethicon Endo-Surgery, Inc. and is
intended for U.S. audiences only.
5. Lohsiriwat, Varut. 2009. Hemorrhoids : From basic pathophysiology to clinical
manangement. World Jounal of Gastroenterology. Available at http://wjgnet.com//
6. Suprijono, Moch. Agus. 2009. Hemorroid. Department Patologi Anatomi Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Makasar.
7. Anonym. Hemorroid. Available at http://adulgopar.files.wordpress.com/wasir-hemorrhoid.
20