Proposal PTK Uli
Proposal PTK Uli
OLEH
YULI RATNA SARI
NIM 133128703888
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menjadikan
manusia yang berilmu, berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi
tantangan masa datang. Pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta
didik yang cerdas serta mempunyai kompetensi dan skill untuk
dikembangkan ditengah-tengah masyarakat. Untuk mewujudkan hal demikian
tidak terlepas dari faktor penentu dalam keberhasilan peserta didik dalam
pendidikan. Salah satu faktor utamanya adalah kemampuan guru mengunakan
model pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran di SMA Negeri 8 Malang, guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Guru telah mengajar sesuai
dengan kurikulum 2013, menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan materi
pelajaran dan media yang menunjang proses pembelajaran. Hal ini dilakukan
dengan harapan peserta didik dapat berperan aktif dan tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat tercapai.
Adapun data yang diperoleh dengan menggunakan model pelajaran
yang biasa dilakukan guru, yaitu pada beberapa pokok bahasan, nilai peserta
didik rata-rata baik. Namun, hal itu akan berbeda ketika para peserta didik
diberikan soal dengan tingkatan kognitif yang lebih tinggi. Pada umumnya,
peserta didik akan kesulitan menjawab pada soal-soal dengan tingkatan
kognitif yang tinggi. Contohnya pada pokok bahasan tentang virus yaitu pada
KD yang berisi tentang menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan
tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat.
Pada KD ini peserta didik selalu memiliki standar nilai yang rendah ketika
diberikan soal dengan tingkatan koginitif yang tinggi. Hal ini dikarenakan
pemahaman peserta didik terkait materi tersebut sangat kecil. Kebanyakan
peserta didik hanya menghafal, tidak memahami isi dari materi. Kurangnya
pemahaman peserta didik ini ternyata akibat, kurang adanya kebebasan
peserta didik dalam berpikir, maksudnya adalah semua pengetahuan yang
diberikan selama ini merupakan hasil asupan dari guru, bukan merupakan
hasil dari pencarian peserta didik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan masalah utama
yaitu, kurangnya kebebasan peserta didik dalam berkreasi, sehingga hasil
yang selama ini didapatkan, bukan merupakan hasil dari pemahaman peserta
didik, namun merupakan hasil dari hafalan peserta didik. Selain itu, timbul
pula kejenuhan peserta didik terhadap pelajaran biologi, karena sebagian
besar peserta didik terlanjur menganggap bahwa ilmu biologi adalah ilmu
yang menghafal, dan sulit untuk dibayangkan. Sehingga membuat peserta
didik malas untuk belajar biologi.
Tindakan yang dipilih adalah penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dipadu dengan mind mapping. PBL adalah salah satu
model pembelajaran yang membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari
peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yag mandiri (Arends, 2008:
43). Sedangkan mind mapping adalah cara untuk memvisualisasikan
informasi dan ide yang dimiliki oleh seseorang (Beavers, 2014: 1).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan rumusan
masalah yaitu.
1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dipadu dengan mind mapping dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas X SMAN 8 Malang pada mata pelajaran
biologi?
2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dipadu dengan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas X SMAN 8 Malang pada mata pelajaran biologi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik kelas X SMAN 8 Malang pada
mata pelajaran biologi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Malang ini memiliki
beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi peneliti penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan
sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dipadu dengan mind mapping.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru dalam memecahkan
masalah nyata yang terjadi di dalam kelas.
3. Bagi peserta didik, dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran biologi.
4. Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional, yaitu
sebagai berikut.
Hasil belajar kognitif adalah berupa skor tes yang di peroleh siswa
selama pembelajaran. Aspek kognitif pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
II
III
IV
Sintaks
Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa
Perilaku guru
Guru
membahas
tujuan
pelajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi-masalah.
Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa untuk mendefiniskan dan
untuk meneliti
mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
terkait dengan permasalahannya.
Membantu investigasi
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan
mandiri dan kelompok
informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen,
dan mencari penjelasan dan solusi.
Mengembangkan dan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
mempresentasikan
menyiapkan produk-poduk yang tepat, seperti
artefak dan exhibit
laporan, rekaman video, dan model-model, dan
membantu mereka untuk menyampaika kepada
orang lain.
Menganalisis dan
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses
terhadap investigasinya dan proses-proses yang
mengatasi-masalah
mereka gunakan.
2) Karakteristik PBL
Menurut Suwono (2012), model pembelajaran PBL memiliki
beberapa karakteristik yang menunjukkan ciri-ciri pengajaran berdasarkan
masalah sebagai berikut.
a. Pengajuan pertanyaan yang berupa masalah
Pada metode pembelajaran ini para peserta didik akan
dihadapkan pada situasi kehidupan nyata yang sebenarnya, yang perlu
dicari berbagai macam solusi permasalahan tersebut.
b. Melibatkan penyelidikan dan keterkaitan antar disiplin ilmu
Pada metode pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
diharuskan melakukan investigasi atau penyelidikan mengenai masalah
yang diberikan untuk mencari penyelesaian nyata masalah tersebut. Pada
proses penyelidikan ini, peserta didik harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Dengan
demikian, dapat pula dikatakan dalam proses penyelidikan peserta didik
tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu, tetapi banyak disiplin ilmu,
misalnya pertanian, ilmu social, matematika, fisika, dll.
c. Menghasilkan produk atau karya serta memamerkannya
Pada pembelajaran berbasis masalah juga menuntut peserta didik
untuk menghasilkan suatu produk atau karya yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
d. Kolaborasi
Pada pembelajaran berbasis masalah juga terdapat fase saat
peserta didik satu dengan yang lain saling berkolaborasi, sehingga pada
saat itu peserta didik dapat saling memberikan motivasi dan saling
memberikan kesempatan untuk tukar pendapat. Jadi, ketika PBM
berlangsung terjadi tidak hanya terjadi proses membangun berpikir
kritis, tetapi juga terjadi proses membangun keterampilan sosial.
Pernyataan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Arends
(2008) tentang fitur-fitur dalam PBL meliputi pertanyaan atau masalah
perangsang, fokus interdispliner, investigasi autentik, membuat dan
memamerkan produk dan kolaborasi.
B. Mind Mapping
Mind mapping menurut Beavers (2014) adalah cara untuk
menyampaikan informasi atau ide. Adapun menurut Davies (2011) dalam
Beavers (2014) menyatakan bahwa sebuah mind mapping merupakan suatu
cara secara spontan untuk menunjukkan hubungan antara ide satu dengan ide
yang lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa mind mapping adalah suatu cara untuk
menyampaikan berbagai informasi atau ide yang saling berhubungan yang
disajikan dalam satu bagan yang berhubungan secara sistematis, sehingga
orang lain yang melihatnya dapat langsung mengetahui keteraitan antara satu
ide dengan ide lain pada suatu topik.
10
kompleks dan konstektual, sehingga diperlukan suatu cara yang dapat menggali
keterampilan siswa dalam mencari ide-ide baru untuk memecahkan suatu
masalah. Menurut Arends (2008), keterampilan dan proses berpikir tingkat
tinggi jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum yang
dikembangkan untuk mengajarkannya serupa dengan pendekatan problem
based learning (PBL).
11
12
13
14
15
16
17
b. Dimensi pengetahuan
Dimensi pengetahuan merupakan pengetahuan yang diharapkan
didapatkan oleh peserta didik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan
metakognisi.
1. Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual merupakan unsur-unsur dasar (basic element)
yang harus dipahami peserta didik dari suatu disiplin ilmu. Pengetahuan
faktual meliputi 1) pengetahuan terhadap istilah, misal simbol-simbol dan
istilah-istilah ilmiah; dan 2) pengetahuan terhadap unsur-unsur yang
spesifik, misal sumber-sumber alam, sumber informasi, atau fakta-fakta
yang bersifat praktis.
2. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih
kompleks dan diorganisasi dari beberapa pengetahuan faktual.
Pengetahuan konseptual menyatakan hubungan antara pengetahuan faktual
berupa unsur-unsur dasar dengan struktur keilmuan yang lebih besar
sehingga memungkinkan terjadinya pengetahuan baru. Pengetahuan
konseptual meliputi 1) pengetahuan tentang klasifikasi dan katergori, misal
pengelompokan benda yang bersifat magnet dan bukan magnet; 2)
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, misal prinsip pesawat
sederhana dan hukum Newton; dan 3) pengetahuan tentang teori, model,
18
dan struktur, misal teori evolusi dan teori atom, model lapisan tanah,
struktur tubuh hewan dan tumbuhan.
3. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Perolehan
pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan
dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, teknik, dan metode,
serta kriteria tertentu.
4. Pengetahuan metakognisi
Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan tentang kognisi
(pikiran) secara umum, misal dalam hal kesadaran dan pengetahuan
tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan metakognisi meliputi a)
pengetahuan strategi, misal pengetahuan tentang strategi
perencaan/heuristic untuk memecahkan masalah; b) pengetahuan tentang
tugas-tugas kognisi yaitu pengetahuan kontekstual dan kondisional, misal
pengetahuan tentang jenis-jenis tes, pengetahuan tentang perintah kognitif
untuk tugas yang berbeda; dan c) pengetahuan peserta didik sendiri (selfknowledge), misal pengetahuan tentang cara mengkritisi kelemahan dan
kelebihan pengetahuan sendiri. Pengetahuan metakognisi biasanya muncul
pada peserta didik yang sudah berpikir abstrak, sehingga untuk peserta
didik SD belum dituntut untuk menguasai pengetahuan ini, tetapi sebagai
guru dari peserta didik SD guru seharusnya sudah memiliki kemampuan
metakognisi ini.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif digunakan karena data yang diperoleh dalam
penelitian dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa
menggunakan teknik statistik. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang analisis data dalam penelitiannya, hanya sampai pada deskripsi
variabel satu demi satu. Penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang mendeskripsikan apa yang terjadi san memahami dampak
dari suatu tindakan (Susilo, 2009).
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui teknik-teknik
pengajaran yang tepat sesuai dengan masalah dan tingkat perkembangan
peserta didik. Menurut Kemmis dan McTaggart (1990) dalam Susilo
(2009), prosedur pelaksanaan PTK dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan,
dan 4) refleksi. Proses pelaksanaan penelitian ini merupakan suatu
rangkaian siklus yang berkelanjutan. Jika hasil perbaikan yang diharapkan
belum tercapai pada siklus I, maka diperlukan langkah lanjutan pada
siklus selanjutnya (Susilo, 2008: 36).
20
b. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Malang yang terletak
di Jl. Veteran No. 37 Malang. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA
1 dengan materi virus dan archaebacteria pada semester ganjil tahun
2014-2015.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2014.
Hasil belajar
Sumber data
Angket observasi
e. Langkah-langkah Penelitian
a. Siklus I
Rencana tindakan
-
Mengidentifikasi masalah
Merumuskan hipotesis
21
22
B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
meliputi lembar angket, lembar observasi, assesmen kognitif dan lembar
evaluasi.
a. Angket pra penelitian dan angket respon siswa terhadap metode
pembelajaran
Angket pra penelitian dan angket respon siswa terhadap metode
pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap metode pembelajaran sebelum dan
sesudah perlakuan.
23
b. Lembar observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk menilai aktivitas yang dilakukan
siswa selama kegiatan uji coba berlangsung.
c. Assesmen kognitif
Assesmen kognitif berupa soal yang berkaitan dengan materi yang
dikerjakan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa.
C. Teknik Analisis
a. Analisis data angket pra penelitian dan angket respon siswa terhadap
model pembelajaran
Data angket pra penelitian dengan responden siswa pada awal
penelitian akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan
memberikan gambaran pengetahuan siswa terhadap model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dipadu dengan mind
mapping. Sedangkan data angket respon siswa dianalisis secara
deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakan persentase. Persentase
dari angket respon siswa diperoleh berdasarkan rumus:
=
100%
24
Tabel 1.1
Kriteria Model Pembelajaran Berdasarkan Persentase Angket Respon
Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Persentase
Kriteria
0% - 20%
Sangat Lemah
21% - 40%
Lemah
41% - 60%
Cukup
61% - 80%
Baik
81% - 100%
Sangat baik
100
25
100
26
DAFTAR PUSTAKA
27