Anda di halaman 1dari 28

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU DENGAN

MODEL MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI
SISWA KELAS X SMAN 8 MALANG

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

OLEH
YULI RATNA SARI
NIM 133128703888

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU
PENDIDIKAN BIOLOGI
JUNI 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menjadikan
manusia yang berilmu, berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi
tantangan masa datang. Pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta
didik yang cerdas serta mempunyai kompetensi dan skill untuk
dikembangkan ditengah-tengah masyarakat. Untuk mewujudkan hal demikian
tidak terlepas dari faktor penentu dalam keberhasilan peserta didik dalam
pendidikan. Salah satu faktor utamanya adalah kemampuan guru mengunakan
model pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran di SMA Negeri 8 Malang, guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Guru telah mengajar sesuai
dengan kurikulum 2013, menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan materi
pelajaran dan media yang menunjang proses pembelajaran. Hal ini dilakukan
dengan harapan peserta didik dapat berperan aktif dan tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat tercapai.
Adapun data yang diperoleh dengan menggunakan model pelajaran
yang biasa dilakukan guru, yaitu pada beberapa pokok bahasan, nilai peserta
didik rata-rata baik. Namun, hal itu akan berbeda ketika para peserta didik
diberikan soal dengan tingkatan kognitif yang lebih tinggi. Pada umumnya,
peserta didik akan kesulitan menjawab pada soal-soal dengan tingkatan
kognitif yang tinggi. Contohnya pada pokok bahasan tentang virus yaitu pada
KD yang berisi tentang menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan

tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat.
Pada KD ini peserta didik selalu memiliki standar nilai yang rendah ketika
diberikan soal dengan tingkatan koginitif yang tinggi. Hal ini dikarenakan
pemahaman peserta didik terkait materi tersebut sangat kecil. Kebanyakan
peserta didik hanya menghafal, tidak memahami isi dari materi. Kurangnya
pemahaman peserta didik ini ternyata akibat, kurang adanya kebebasan
peserta didik dalam berpikir, maksudnya adalah semua pengetahuan yang
diberikan selama ini merupakan hasil asupan dari guru, bukan merupakan
hasil dari pencarian peserta didik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan masalah utama
yaitu, kurangnya kebebasan peserta didik dalam berkreasi, sehingga hasil
yang selama ini didapatkan, bukan merupakan hasil dari pemahaman peserta
didik, namun merupakan hasil dari hafalan peserta didik. Selain itu, timbul
pula kejenuhan peserta didik terhadap pelajaran biologi, karena sebagian
besar peserta didik terlanjur menganggap bahwa ilmu biologi adalah ilmu
yang menghafal, dan sulit untuk dibayangkan. Sehingga membuat peserta
didik malas untuk belajar biologi.
Tindakan yang dipilih adalah penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dipadu dengan mind mapping. PBL adalah salah satu
model pembelajaran yang membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari
peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yag mandiri (Arends, 2008:
43). Sedangkan mind mapping adalah cara untuk memvisualisasikan
informasi dan ide yang dimiliki oleh seseorang (Beavers, 2014: 1).

Pemilihan tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan gairah peserta


didik dalam belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman peserta didik
karena peserta didik akan merasa tertantang untuk memecahkan masalah yang
benar-benar ada di kehidupannya dan mereka memiliki kebebasan untuk
berkreasi ketika membuat mind mapping. Selain itu, dengan diberikannya
masalah ini, guru dapat mengetahui lebih mendalam tentang kemampuan
analisa peserta didik serta pemahaman peserta didik mengenai materi
seberapa dalam melalui mind maping yang telah dibuatnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan rumusan
masalah yaitu.
1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dipadu dengan mind mapping dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas X SMAN 8 Malang pada mata pelajaran
biologi?
2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dipadu dengan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas X SMAN 8 Malang pada mata pelajaran biologi?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik kelas X SMAN 8 Malang pada
mata pelajaran biologi.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Malang ini memiliki
beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi peneliti penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan
sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dipadu dengan mind mapping.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru dalam memecahkan
masalah nyata yang terjadi di dalam kelas.
3. Bagi peserta didik, dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran biologi.

E. Keterbatasan dan Ruang Lingkup Penelitian


1. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama akan
dilaksanakan pada materi virus, yaitu KD 3.3. menerapkan pemahaman
tentang virus tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan
masyarakat; KD 4.3. menyajikan data tentang ciri, replikasi, dan peran
virus dalam aspek kesehatan dalam bentuk model/charta. Sedangkan pada
siklus kedua akan dilaksanakan pada materi archaebacteria, yaitu KD 3.4.
menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan archaebacteria dan
eubacteria berdasarkan ciri-ciri dan bentuk melalui pengamatan secara
teliti dan sistematis serta KD 4.4 menyajikan data tentang ciri-ciri dan

peran archaebacteria dan eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil


pengamatan dalam bentuk laporan tertulis.
2. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA kelas X.
3. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel bebas: metode pembelajaran Problem Based Learning dan


Mind Mapping

Variabel terikat: kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa

4. Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional, yaitu
sebagai berikut.

PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pembelajaran yang


menggunakan masalah yang nyata dalam kehidupan sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kritis dalam
memecahkan suatu masalah (Suwono, 2012).
Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL):
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
c. Membimbing penyelidikan (individu atau kelompok)
d. Mengembangkan dan menyajikan karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Mind mapping adalah suatu cara untuk menampilkan seluruh persepsi,


ide-ide tentang suatu materi secara sistematis dan menarik.

Berpikir kritis adalah kemampuan bagi peserta didik untuk dapat


memahami, menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Hasil belajar kognitif adalah berupa skor tes yang di peroleh siswa
selama pembelajaran. Aspek kognitif pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang
menggunakan masalah yang terdapat pada dunia nyata sebagai bahan untuk
belajar tentang cara berfikir kritis, memecahkan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari suatu materi
pembelajaran (Suwono, 2012: 21).
1) Sintaks
Menurut Richard, I (2008: 57) sintaks dari model pembelajaran PBL
dapat dijabarkan sebagai berikut.
Fase
I

II

III

IV

Sintaks
Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa

Perilaku guru
Guru
membahas
tujuan
pelajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi-masalah.
Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa untuk mendefiniskan dan
untuk meneliti
mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
terkait dengan permasalahannya.
Membantu investigasi
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan
mandiri dan kelompok
informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen,
dan mencari penjelasan dan solusi.
Mengembangkan dan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
mempresentasikan
menyiapkan produk-poduk yang tepat, seperti
artefak dan exhibit
laporan, rekaman video, dan model-model, dan
membantu mereka untuk menyampaika kepada
orang lain.
Menganalisis dan
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses
terhadap investigasinya dan proses-proses yang
mengatasi-masalah
mereka gunakan.

2) Karakteristik PBL
Menurut Suwono (2012), model pembelajaran PBL memiliki
beberapa karakteristik yang menunjukkan ciri-ciri pengajaran berdasarkan
masalah sebagai berikut.
a. Pengajuan pertanyaan yang berupa masalah
Pada metode pembelajaran ini para peserta didik akan
dihadapkan pada situasi kehidupan nyata yang sebenarnya, yang perlu
dicari berbagai macam solusi permasalahan tersebut.
b. Melibatkan penyelidikan dan keterkaitan antar disiplin ilmu
Pada metode pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
diharuskan melakukan investigasi atau penyelidikan mengenai masalah
yang diberikan untuk mencari penyelesaian nyata masalah tersebut. Pada
proses penyelidikan ini, peserta didik harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Dengan
demikian, dapat pula dikatakan dalam proses penyelidikan peserta didik
tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu, tetapi banyak disiplin ilmu,
misalnya pertanian, ilmu social, matematika, fisika, dll.
c. Menghasilkan produk atau karya serta memamerkannya
Pada pembelajaran berbasis masalah juga menuntut peserta didik
untuk menghasilkan suatu produk atau karya yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

d. Kolaborasi
Pada pembelajaran berbasis masalah juga terdapat fase saat
peserta didik satu dengan yang lain saling berkolaborasi, sehingga pada
saat itu peserta didik dapat saling memberikan motivasi dan saling
memberikan kesempatan untuk tukar pendapat. Jadi, ketika PBM
berlangsung terjadi tidak hanya terjadi proses membangun berpikir
kritis, tetapi juga terjadi proses membangun keterampilan sosial.
Pernyataan tersebut diatas didukung dengan pernyataan dari Arends
(2008) tentang fitur-fitur dalam PBL meliputi pertanyaan atau masalah
perangsang, fokus interdispliner, investigasi autentik, membuat dan
memamerkan produk dan kolaborasi.

B. Mind Mapping
Mind mapping menurut Beavers (2014) adalah cara untuk
menyampaikan informasi atau ide. Adapun menurut Davies (2011) dalam
Beavers (2014) menyatakan bahwa sebuah mind mapping merupakan suatu
cara secara spontan untuk menunjukkan hubungan antara ide satu dengan ide
yang lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa mind mapping adalah suatu cara untuk
menyampaikan berbagai informasi atau ide yang saling berhubungan yang
disajikan dalam satu bagan yang berhubungan secara sistematis, sehingga
orang lain yang melihatnya dapat langsung mengetahui keteraitan antara satu
ide dengan ide lain pada suatu topik.

C. Kemampuan Berpikir Kritis


Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat
penting. Hal ini di seperti yang diungkapkan oleh Soeprapto (2001) dalam
Liberna (2012) Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua
aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok
dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu,
telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir. Jadi dapat
dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting
bagi kehidupan sehingga dijadikan sebagai tujuan pokok dalam pendidikan
Lee dalam Hasan (2014) menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan
yaitu mengajarkan peserta didik belajar untuk berpikir. Berpikir adalah
kemampuan analisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan
penilaian seseorang. Adapun menurut Resnick (1987b) dalam Arends (2008),
berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang sering menimbulkan banyak
solusi yang kadang-kadang antara solusi satu dengan yang lain bisa
bertentangan dan juga terkadang bersifat tidak pasti. Maksud tidak pasti disini
yaitu tidak semua tugas yang akan ditangani telah diketahui sebelumnya, tugas
bisa berupa suatu hal yang sangat baru bagi siswa. Selain itu siswa dapat
dikatakan ia telah berpikir tingkat tinggi, apabila dalam menentukan solusi dari
suatu masalah, tidak ada campur tangan dari siswa lain dalam penentuan solusi
tersebut.
Berdasarkan definisi berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis tersebut,
terlihat bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir yang sangat

10

kompleks dan konstektual, sehingga diperlukan suatu cara yang dapat menggali
keterampilan siswa dalam mencari ide-ide baru untuk memecahkan suatu
masalah. Menurut Arends (2008), keterampilan dan proses berpikir tingkat
tinggi jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum yang
dikembangkan untuk mengajarkannya serupa dengan pendekatan problem
based learning (PBL).

D. Hasil Belajar Peserta Didik


Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil proses
belajar mengajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana: 2009). Perubahan
ini meliputi tiga ranah, yaitu ranah sikap, ranah pengetahuan yang juga dikenal
sebagai proses kognitif, serta ranah keterampilan. Pada penelitian ini fokus
terhadap proses kognitif atau ranah pengetahuan.
1) Ranah Kognitif
Bloom menyatakan daftar proses kognitif dan mengindikasikan jenisjenis perilaku peserta didik yang menunjukkan pencapaian tujuan belajar, yang
mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Proses kognitif Bloom tersebut kemudian di revisi oleh Anderson & Krathwolf
pada tahun 2001. Menurut Anderson & Krathwolf, pernyataan tujuan belajar
mencakup kata kerja dan kata benda. Kata kerja menunjukkan dimensi proses
kognitif dan kata benda menunjukkan dimensi pengetahuan.

11

a. Dimensi proses kognitif


Dimensi proses kognitif merupakan proses berpikir dalam
mengkonstruk/membangun pengetahuan yang meliputi mengingat
(remember), mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mengkreasi (create).
1. Mengingat (Cognitive-1, C1)
Mengingat merupakan proses perolehan pengetahuan yang
relevan dari memori jangka panjang. Agar proses belajar lebih
bermakna, maka peserta didik tersebut harus dapat mengintegrasikan
pengetahuan hasil mengingatnya dengan peristiwa lain untuk
membangun pengetahuan baru atau memecahkan masalah baru.
Dimensi kognitif proses mengingat melibatkan proses kognitif
mengidentifikasi (identifying) dan memanggil (recalling).
a. Proses kognitif mengidentifikasi merupakan proses menemukan
pengetahuan dalam memori jangka panjang (long-term memory)
yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan di pelajari.
b. Proses kognitif memanggil merupakan proses memanggil
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
2. Mengerti (Cognitive-2, C2)
Mengerti merupakan proses membangun makna dari informasi
yang diberikan melalui komunikasi lisan, tertulis dan gambar grafik.
Seseorang disebut mengerti atau memahami suatu pengetahuan jika
orang tersebut dapat membuat hubungan antara pengetahuan baru yang
diperolehnya dengan pengetahuan awalnya. Secara khusus,

12

pengetahuan baru diintegrasikan dengan struktur kognitif yang


dimilikinya.
Proses kognitif dalam dimensi mengerti terdiri dari
menginterpretasi, memberikan contoh, mengklasifikasi, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
a. Kemampuan menginterpretasi terjadi pada peserta didik jika ia
dapat mengubah informasi dari bentuk representasi yang satu ke
representasi yang lain.
b. Kemampuan memberikan contoh terjadi pada peserta didik jika ia
dapat memberikan contoh spesifik dari suatu konsep. Kemampuan
memberikan contoh melibatkan kemampuan mengenali ciri-ciri
dari suatu definisi atau konsep dan menggunakan ciri-ciri tersebut
untuk memilih contoh-contoh.
c. Kemampuan mengklasifikasi terjadi pada peserta didik jika ia dapat
menge-nali suatu contoh dan mengelompokkannya dengan katagori
tertentu. Kemampuan mengklasifikasi melibatkan kemampuan
mendeteksi ciri-ciri atau pola yang relevan yang sesuai, baik
dengan contoh maupun konsep.
d. Kemampuan merangkum terjadi pada peserta didik jika ia dapat
mengemukakan gagasan yang merepresentasikan informasi dengan
tema tertentu. Kemampuan merangkum melibatkan kemampuan
menyusun informasi seperti makna yang terkandung dalam
peristiwa alam.

13

e. Kemampuan menyimpulkan terjadi pada peserta didik jika ia dapat


mengabstraksi suatu konsep atau prinsip.
f. Kemampuan membandingkan terjadi pada peserta didik jika ia
dapat mendeteksi kesamaan dan perbedaan beberapa obyek,
peristiwa, gagasan, masalah, atau situasi. Kemampuan
membandingkan merupakan kemampuan yang melibatkan
menemukan hubungan dan kecenderungan (pola) dari suatu objek,
peristiwa, atau gagasan yang satu dengan objek, peristiwa, atau
gagasan yang lain.
g. Kemampuan menjelaskan terjadi pada peserta didik jika ia dapat
menyusun suatu penjelasan dengan kalimat sendiri dan
menggunakan hubungan sebab akibat.
3. Menerapkan (Cognitive-3, C3)
Menerapkan merupakan kemampuan menggunakan konsep atau
prosedur yang dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari atau
pemecahan masalah. Kemampuan menerapkan berkaitan dengan
pengetahuan prosedural. Kemampuan ini terdiri dari dua kategori
proses kognitif, yakni melakukan latihan dan memecahkan masalah.
a. Peserta didik dinyatakan melakukan latihan jika ia secara rutin
melakukan prosedur yang dipelajarinya dalam kehidupan seharihari sesuai dengan tugas-tugas yang telah dipelajarinya.
b. Peserta didik dikatakan memecahkan masalah jika ia memilih dan
menggunakan prosedur yang dipelajarinya dalam kehidupan seharihari pada konteks yang berbeda dengan tugas-tugas yang

14

dipelajarinya. Karena dalam memilih prosedur yang akan


digunakan, peserta didik tersebut harus memiliki pemahaman jenisjenis masalah yang dihadapinya.
4. Menganalisis (Cognitive-4, C4)
Menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi
atau konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Kemampuan
menganalisis merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang sangat
penting bagi peserta didik terutama bagi yang sudah dapat berpikir
abstrak. Peserta didik yang memiliki kemampuan menganalisis
diharapkan memiliki kemampuan membedakan fakta dari opini,
menghubungkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
mendukung kesimpulan tersebut, menunjukkan hubungan gagasan yang
satu dengan gagasan yang lain, dan membedakan konsep-konsep yang
relevan dengan yang tidak relevan.
Proses dimensi kognitif pada kemampuan menganalisis meliputi
kemam-puan membedakan, mengorganisasi, dan memberikan atribut.
a. Kemampuan membedakan terjadi pada peserta didik jika ia dapat
membedakan informasi-informasi yang relevan dan tidak relevan,
penting dan tidak penting, informasi yang relevan dan yang penting.
b. Kemampuan mengorganisasi terjadi jika peserta didik dapat
menyusun keterangan istilah-istilah dan kondisi yang mendasari
penggunaannya dalam sebuah tabel atau kesimpulan.

15

c. Kemampuan memberikan atribut/sifat terjadi jika peserta didik dapat


menetapkan sifat yang berlaku pada suatu pernyataan atau
persamaan.
5. Mengevaluasi (Cognitive-5, C5)
Evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan keputusan berdasarkan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan. Kriteria yang sering digunakan
adalah kriteria berdasarkan kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria
tersebut berlaku untuk guru dan peserta didik. Proses kognitif pada
mengevaluasi terdiri dari pengecekan (checking) dan peninjauan
(critiquing).
a. Pengecekan merupakan pengujian terhadap
ketidakkonsistenan/kesalahan dalam suatu kegiatan/produk
pendidikan. Misal, pengecekan terjadi ketika peserta didik diuji
apakah ia dapat membuat kesimpulan berdasarkan data
pengamatan/tidak, atau apakah data yang diperoleh mendukung pada
hipotesis/sebaliknya.
b. Peninjauan merupakan pembuatan keputusan/proses penilaian
tentang produk atau kegiatan bedasarkan kriteria atau standar yang
diberikan secara eksternal. Pada saat peninjauan, peserta didik
mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk atau kegiatan,
kemudian membuat keputusan dengan memban-dingkan ciri-ciri
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan. Proses kognitif peninjauan
merupakan inti dari proses berpikir kritis . Dalam istilah lain,
peninjauan ini disebut juga dengan pemberian keputusan.

16

6. Mengkreasi (Cognitive-6, C6)


Mengkreasi merupakan proses kognitif yang melibatkan
kemampuan mewujudkan suatu konsep kedalam suatu produk. Peserta
didik dikatakan memiliki kemampuan pross kognitif mengkreasi jika ia
dapat membuat suatu produk baru yang merupakan reorganisasi dari
beberapa konsep. Kemampuan yang mendasari proses kognitif
menciptakan adalah kemampuan mengkoordinasi pengalaman belajar
peserta didik sebelumnya dan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir
kreatif dalam konteks ini merujuk pada kemampuan peserta didik
mengsintesis informasi atau konsep kedalam bentuk yang menyeluruh.
Proses kognitif pada mengkreasi meliputi penyusunan
(generating), perencanaan (planning), dan produksi (producing) masalah.
Proses berpikir kreatif dalam konteks ini terdiri dari tiga hal, yaitu
representasi masalah, perenca-naan penyelesaian masalah, dan
penyelesaian masalah.
a. Pada tahap representasi atau penyusunan masalah, peserta didik
berusaha untuk memahami tugas-tugasnya dan membuat dugaandugaan penyelesaian masalah.
b. Pada tahap perencanaan, peserta didik merencanakan kegiatan yang
dapat dilakukan untuk menguji dugaan-dugaan.
c. Pada tahap produksi, peserta didik melaksanakan rencana-rencana
yang sudah disusun dan menghasilkan suatu produk baru dengan
spesifikasi tertentu.

17

b. Dimensi pengetahuan
Dimensi pengetahuan merupakan pengetahuan yang diharapkan
didapatkan oleh peserta didik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan
metakognisi.
1. Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual merupakan unsur-unsur dasar (basic element)
yang harus dipahami peserta didik dari suatu disiplin ilmu. Pengetahuan
faktual meliputi 1) pengetahuan terhadap istilah, misal simbol-simbol dan
istilah-istilah ilmiah; dan 2) pengetahuan terhadap unsur-unsur yang
spesifik, misal sumber-sumber alam, sumber informasi, atau fakta-fakta
yang bersifat praktis.
2. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih
kompleks dan diorganisasi dari beberapa pengetahuan faktual.
Pengetahuan konseptual menyatakan hubungan antara pengetahuan faktual
berupa unsur-unsur dasar dengan struktur keilmuan yang lebih besar
sehingga memungkinkan terjadinya pengetahuan baru. Pengetahuan
konseptual meliputi 1) pengetahuan tentang klasifikasi dan katergori, misal
pengelompokan benda yang bersifat magnet dan bukan magnet; 2)
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, misal prinsip pesawat
sederhana dan hukum Newton; dan 3) pengetahuan tentang teori, model,

18

dan struktur, misal teori evolusi dan teori atom, model lapisan tanah,
struktur tubuh hewan dan tumbuhan.
3. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Perolehan
pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan
dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, teknik, dan metode,
serta kriteria tertentu.
4. Pengetahuan metakognisi
Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan tentang kognisi
(pikiran) secara umum, misal dalam hal kesadaran dan pengetahuan
tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan metakognisi meliputi a)
pengetahuan strategi, misal pengetahuan tentang strategi
perencaan/heuristic untuk memecahkan masalah; b) pengetahuan tentang
tugas-tugas kognisi yaitu pengetahuan kontekstual dan kondisional, misal
pengetahuan tentang jenis-jenis tes, pengetahuan tentang perintah kognitif
untuk tugas yang berbeda; dan c) pengetahuan peserta didik sendiri (selfknowledge), misal pengetahuan tentang cara mengkritisi kelemahan dan
kelebihan pengetahuan sendiri. Pengetahuan metakognisi biasanya muncul
pada peserta didik yang sudah berpikir abstrak, sehingga untuk peserta
didik SD belum dituntut untuk menguasai pengetahuan ini, tetapi sebagai
guru dari peserta didik SD guru seharusnya sudah memiliki kemampuan
metakognisi ini.

19

BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif digunakan karena data yang diperoleh dalam
penelitian dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa
menggunakan teknik statistik. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang analisis data dalam penelitiannya, hanya sampai pada deskripsi
variabel satu demi satu. Penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang mendeskripsikan apa yang terjadi san memahami dampak
dari suatu tindakan (Susilo, 2009).
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui teknik-teknik
pengajaran yang tepat sesuai dengan masalah dan tingkat perkembangan
peserta didik. Menurut Kemmis dan McTaggart (1990) dalam Susilo
(2009), prosedur pelaksanaan PTK dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan,
dan 4) refleksi. Proses pelaksanaan penelitian ini merupakan suatu
rangkaian siklus yang berkelanjutan. Jika hasil perbaikan yang diharapkan
belum tercapai pada siklus I, maka diperlukan langkah lanjutan pada
siklus selanjutnya (Susilo, 2008: 36).

20

b. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Malang yang terletak
di Jl. Veteran No. 37 Malang. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA
1 dengan materi virus dan archaebacteria pada semester ganjil tahun
2014-2015.

c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2014.

d. Data dan Sumber Data


Data dan sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
No.
Masalah
1 Keterampilan
berpikir kritis

Hasil belajar

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data


Data
Keterampilan berpikir kritis peserta
didik terhadap pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran
Problem Based Learning dipadu
dengan Numbered Heads Together
Hasil tes peserta didik siklus I dan
siklus II

Sumber data
Angket observasi

Tes akhir siklus

e. Langkah-langkah Penelitian
a. Siklus I
Rencana tindakan
-

Menyiapkan angket pra penelitian

Mengidentifikasi masalah

Merumuskan hipotesis

Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan


bahan ajar berupa handout.

21

Menyiapkan format observasi pembelajaran

Menyiapkan lembar evaluasi

Pelaksanaan tindakan: pelaksanaan kegiatan belajar mengajar


dilakukan oleh guru dan dalam pelaksanaannya mengacu pada RPP
yang telah dirancang.
Pengamatan: pengamatan (observasi) dalam penelitian ini dilakukan
bersamaan dengan pembelajaran. Dalam hal ini pengamat bertugas
mengamati dan mengisi lembar observasi yang telah dirancang sesuai
petunjuk.
Refleksi: dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran
didapatkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan pelaksanaan
tindakan pembelajaran yang dilakukan. Hasil refleksi ini dijadikan
pedoman oleh guru dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan dari
pelaksanaan tindakan 1 yang akan dilaksanakan pada pelaksanaan
tindakan 2.
b. Siklus II
Rencana tindakan
-

Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan


bahan ajar berupa handout.

Menyiapkan angket respon siswa terhadap model pembelajaran


yang dilakukan

Menyiapkan format observasi pembelajaran

Menyiapkan lembar evaluasi

22

Pelaksanaan tindakan: pelaksanaan kegiatan belajar mengajar


dilakukan oleh guru dalam pelaksanaannya mengacu pada RPP yang
telah dirancang.
Pengamatan: pengamatan (observasi) dalam penelitian ini dilakukan
bersamaan dengan pembelajaran. Dalam hal ini pengamat bertugas
mengamati dan mengisi lembar observasi yang telah dirancang sesuai
petunjuk.
Refleksi: dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran
didapatkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan pelaksanaan
tindakan pembelajaran yang dilakukan. Hasil refleksi ini dijadikan
pedoman oleh guru dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan dari
pelaksanaan tindakan 2 yang akan dilaksanakan pada pelaksanaan
tindakan 3.

B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
meliputi lembar angket, lembar observasi, assesmen kognitif dan lembar
evaluasi.
a. Angket pra penelitian dan angket respon siswa terhadap metode
pembelajaran
Angket pra penelitian dan angket respon siswa terhadap metode
pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap metode pembelajaran sebelum dan
sesudah perlakuan.

23

b. Lembar observasi
Lembar observasi ini digunakan untuk menilai aktivitas yang dilakukan
siswa selama kegiatan uji coba berlangsung.
c. Assesmen kognitif
Assesmen kognitif berupa soal yang berkaitan dengan materi yang
dikerjakan secara individu untuk mengetahui tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa.
C. Teknik Analisis
a. Analisis data angket pra penelitian dan angket respon siswa terhadap
model pembelajaran
Data angket pra penelitian dengan responden siswa pada awal
penelitian akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan
memberikan gambaran pengetahuan siswa terhadap model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dipadu dengan mind
mapping. Sedangkan data angket respon siswa dianalisis secara
deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakan persentase. Persentase
dari angket respon siswa diperoleh berdasarkan rumus:
=


100%

Hasil perhitungan persentase dari angket respon siswa tehadap


model pembelajaran diinterpretasikan ke dalam kriteria pada tabel
berikut:

24

Tabel 1.1
Kriteria Model Pembelajaran Berdasarkan Persentase Angket Respon
Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Persentase
Kriteria
0% - 20%
Sangat Lemah
21% - 40%
Lemah
41% - 60%
Cukup
61% - 80%
Baik
81% - 100%
Sangat baik

b. Analisis Data Lembar Observasi


Data yang diperoleh dengan menggunakan angket pasca
penelitian untuk siswa dan hasilnya akan dianalisis secara deskriptif
kuantitatif yaitu dengan menggunakan persentase. Persentase dari data
lembar observasi diperoleh berdasarkan perhitungan skor pada tabel
berikut:
Tabel 1.2
Kriteria Kelancaran Proses Belajar Mengajar Setelah Penerapan Model
Pembelajaran Berdasarkan Lembar Observasi Siswa yang Diisi Oleh
Pengamat
Kriteria
Nilai/Skor
Sangat Baik (SB)
4-5
Baik (B)
3
Tidak Baik (TB)
2
Sangat Tidak Baik (STB)
1

c. Analisis Data Tes Hasil Belajar


Data hasil belajar diperoleh dari hasil assesmen kognitif yang
diberikan pada akhir pembelajaran. Assesmen kognitif diberikan pada
saat siswa telah diberi tindakan refleksi pembelajaran. Data nilai
assesmen kognitif yang diperoleh dianalisis dengan rumus:
=


100

25

Ketuntasan belajar kelas diperoleh dengan rumus:


100

26

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach, Belajar untuk mengajar, Penerjemah


Helly Prajitno dan Sri Mulyantini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2008. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Beavers, Karen. 2014. Tips and Trends, Mind and Concept Mapping. Association
of College and Research Libraries and American Library Association.
Hasan, Said. 2014. Keberhasilan Proses Belajar Biologi dan Pemberdayaan
Keterampilan Berpikir Tinggi. Jurnal Pendidikan Biologi UM, 5 (2): 186193
Liberna, Hawa. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Melalui Penggunaan Metode Improve pada Materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel. Jurnal Formatif, 2 (3): 190-197.
Subiantoro, A.W dan Bahrudin. F. 2009. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
dalam Pembelajaran Biologi Menggunakan Media Koran. JPMS UNY
vol.14 (2) November 2009, halaman 111-114
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Susilo, Herawati, Husnul Chotimah dan Yuyun Dwita Sari. 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Malang: Bayumedia Publishing
Suwono, Hadi. 2012. Modul Pengembangan Materi Umum Biologi. Malang: PSG
Rayon 115.

27

Anda mungkin juga menyukai