Anda di halaman 1dari 2

Pemilihan Benih Udang Windu(Penaeus monodon)

dalam menunjang keberhasilan budidayanya di


tambak
ABSTRAK
Benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat memegang peranan penting
dalam menunjang keberhasilan budidaya udang windu (Penaeus monodon) di
tambak.Banyaknya jumlah pembenih udang windu, menyebabkan tingginya variasi benih yang
diproduksi. Faktor yang paling berpengaruh adalah rendahnya harga benur, sehingga
pembenih berusaha sehemat mungkin dalam perhitungan biaya opersionalnya. Pakan buatan
maupun artemia sebagi pakan alami secara keseluruhan lebih dari 60 % biaya operasional,
sehingga disinilah pembenih berusaha banyak menghemat dengan menurunkan standar
kualitas pakan atau dosis penggunaannya.Dengan kondisi seperti itu, maka kualitas benih akan
menjadi sangat variatif. Petani tambak harus jeli dalam memilih benih yang baik.

Kata-kata kunci: pengamatan, pengujian, pengiriman, pemanenan

Lahan budidaya yang begitu ideal yang disertai pengelolaan yang sangat intensif akan
sia-sia jika tanpa diimbangi dengan pemilihan benih yang baik. Dengan demikian
teknik/prosedur memilih benih udang windu yang balk harus banyak diketahui secara benar
oleh pembudidaya atau petani tambak.Petani tambak kebanyakan mengandalkan feeling dalam
memilih benih udang yang akan ditebar, sehingga tidak ada ukuran-ukuran yang secara
kualitatif dan kuantitatif bisa dipakai sebagai acuan dalam membuat keputusan yang standar
antara petani satu dengan yang lainnya.
Pada tulisan ini akan mencoba merumuskan secara sederhana beberapa tahap dalam
memilih benih udang windu yang secara teknis memungkinkan dilakukan oleh kebanyakan
petani. Tahap pertama: Mengamati penampilan benih secara langsung di bak produksi benih.
Tahap kedua: Mengamati penampilan sampel benih di waskom putih dan beaker glass. Tahap
ketiga: Melakukan uji daya tahan dengan test formalin shock salinitas. Tahap keempat:
Melakukan pengiriman sampel benih terpilih ke laboratorium uji.

Empat tahap memilih benih Udang windu (Penaeus monodon) berupa benur dapat
disusun berdasar tingkat kesederhanaan dalam melakukan pengamatan di masing-masing
tahapan. Tujuan dari dilakukannya pemilihan benih ini adalah agar budidaya Udang windu
(Penaeus monodon) di tambak tidak banyak mengalami kegagalan. Tahap-tahap tersebut yaitu:
1. Mengamati penampilan benih secara langsung di bak produksi benih. Pada tahap ini yang
perlu diamati adalah ukuran, jumlah, gerakan dan kondisi air media.Ukuran: seragam, relatif
panjang (>1,0 cm), stadia >PL12, uropoda telah mengembang (mengalami pigmentasi), banyak
menempel di dinding.Jumlah : mencukupi kebutuhan, populasi di bak pemeliharaan termasuk
padat (menunjukkan SR tinggi). Kriteria mencukupi kebutuhan diusahakan bisa dipenuhi dari
satu sumber, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya variasi pertumbuhan udang di
tambaknya. Gerakan : aktif, resposifterhadap arah cahaya (bersifat fototaksis positif), jika diberi
pakan menunjukkan respon yang sangat bagus (mendatangi di daerah yang banyak pakan).
Benih yang sehat akan banyak bergerombol dengan gerakan yang atraktif sekali di daerah
dekat permukaan air pada posisi arah datangnya cahaya. Kondisi Air Media Pemeliharaan :
plankton hidup, masir, bersih dan tidak berbau busuk, tidak banyak kotoran yang menempel
baik di dinding maupun di dasar bak. Banyaknya kotoran di dinding atau dasar bak
menunjukkan pengelolaan yang kurang baik. 2. Mengamati penampilan benih di waskom putih
dan beaker glass. Pada tahap ini yang perlu diamati adalah : warna tubuh, keseragaman
ukuran, gerakan, warna mata dan makro parasit (parasit yang berukuran besar). Dengan
waskom putih maka kecenderungan penampilan keseragaman benih. Kekuatan benih akan
lebih jelas terlihat dari pada melihat di bak tanpa alat bantu. Saat diputar air dalam waskom,
maka benih yang sehat akan cepat berpencar dan berenang menentang arus air. Warna tubuh
benih tergantung dari warna plankton dominan yang tumbuh dan warna dinding bak, pada
umumnya benih berwarna coklat-kehitaman transparan (bening). Ukuran relatif panjang dan
seragam. Mata tidak berwarna putih perak, benih dengan mata berwarna putih perak
merupakan salah satu indikator benih dalam kondisi lemah, sensitif terhadap perubahan
lingkungan. 3. Melakukan uji daya tahan dengan test formalin dan shock salinitas. Uji daya
tahan/stress test ini yang mudah dilakukan di lapangan adalah dengan perendaman formalin
dan shock salinitas. Uji daya tahan terhadap formalin ini penting dilakukan karena nanti saat
panen benur harus dilakukan skrinning secara total sebelum dipacking. Jika pada uji daya tahan
terhadap formalin dengan skala sampel menunjukkan SR yang rendah (misalnya kurang dari
90%), maka akan sangat beresiko pada skrinning masalnya. 4. Melakukan pengiriman sampel
benih terpilih ke laboratorium uji. Pengamatan secara laboratorium bertujuan untuk memberikan
data secara kualitatif maupun kuantitatif yang secara standar nasional dan atau internasional
telah diakui keakuratannya.
Pada saat memanen benih, harus dilakukan pemilahan. Benih yang dipacking dipastikan
yang telah lolos pada perendaman formalin 200 ppm selama 30 menit. Jika terjadi perbedaan
salinitas antara air tambak dengan air di bak pemeliharaan benih, maka perlu diupayakan untuk
disesuaikan salinitasnya secara perlahan-lahan.

Anda mungkin juga menyukai