Anda di halaman 1dari 28

Pengembangan Budidaya Udang Galah

Skala Rumah Tangga


1. DASAR PEMIKIRAN
Budidaya perikanan memiliki potensi dan peluang usaha menjanjikan
keuntungan, selain finansial juga berdampak terhadap pembangunan daerah
cukup besar, antara lain:
1 Pertumbuhan ekonomi di daerah sentra produksi.
.
2 Penyerapan tenaga kerja
.
3 Pendapatan Daerah seperti PAD dan devisa negara dapat meningkat
.
4 Pemanfaatan lahan dapat maksimal
.
5 Memacu perkembangan sektor lain seperti perkembangan pemukiman
. penduduk dan Pariwisata
6 Dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya
.
Namun demikian perlu penanganan yang serius dari pemerintah, dukungan
perbankan dan Pelaku perikanan (Pembudidaya ikan: Inti dan plasma)
2.

PELUANG PENGEMBANGAN

Budidaya udang galah saat ini memiliki prospek peluang menguntungkan untuk
dikembangkan
Untuk memenuhi kebutuhan local khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta masih
kekurangan, baik jumlah, ukuran dan kontinyuitasnya.
Permintaan ekspor belum mampu dipenuhi, karena ketersediaan udang galah yang
diperoleh dari alam sudah sedikit dan hasil budidaya jumlahnya masih sangat terbatas.
Tehnik budidaya udang galah, sederhana dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat luas,
baik dikolam pekarangan, maupun di kolam sawah.
Margin keuntungan hasil budidaya udang galah masih lumayan jika dibandingkan
dengan keuntungan dari hasil budidaya ikan air tawar yang lain seperti: lele, gurame,
nila, mas, dan tawes.
Potensi Sumberdaya alam untuk ketersediaan lahan pengembangan di negara Indonesia
terbentang sangat luas

3. PERMASALAHAN

UMUM

YANG

ADA

DI

MASYARAKAT

PEMBUDIDAYA
1. Penguasaan dan aplikasi tehnologi budidaya oleh masyarakat pembudidaya
ikan masih lemah
2. Inovasi atau Proses alih tehnologi lambat
3. SDM trampil terbatas
4. Ketersediaan benih/ikan konsumsi disuatu wilayah pada umunya masih
banyak yang didatangkan dari luar daerah, akibatnya biaya transport dan
mortalitas selama pengangkutan menambah beban cost produksi
5. Harga pakan pabrik dipasaran relatif mahal dan cenderung naik hingga tak

seimbang dengan pendapatan petani (+ 60 % beban biaya produksi adalah


pembelian pakan)
6. Pengelolaan usaha budidaya perikanan oleh petani kebanyakan masih
tradisional dan bersifat sambilan
7. Pemasaran hasil produksi masih sering mengalami kesulitan karena pada
umumnya belum terbentuk jaringan pasar yang jelas
8. Pengembangan budidaya perikanan budidaya air tawar pada umumnya belum
terkonsentrasi,

mengakibatkan

beberapa

kesulitan:

tranfer

tehnologi,

penanganan pasca panen, dan pemasaran


4. VISI
Memasyarakatkan budidaya udang galah untuk memberdayakan ekonomi rakyat
melalui optimalisasi pemanfaatan lahan (lahan sawah, lahan marginal atau lahan
pekarangan).

5. TUJUAN
1. Memberdayakan lahan Sawah, lahan marginal atau lahan pekarangan,
sekaligus menciptakan model pengembangan untuk meningkatkan pendapatan
rakyat dengan berbudidaya ikan/udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
2. Meningkatkan komoditas perikanan kualitas ekspor, baik penyediaan benih
dan konsumsi
3. Mendukung pengembangan wisata mina dengan kegiatan: Pusat jajan serba
ikan, pemancingan dan wisata air
4. Mendukung pengembangan kegiatan pertanian terpadu
5. Mengajak kelompok pembudidaya ikan/udang ketingkat usaha yang
professional dan berbadan hukum (minimal tergabung dalam koperasi)

6.

TAHAP PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR


(UDANG GALAH)
Untuk mendukung pengembangan budidaya perikanan air tawar berkualitas
ekspor, beberpa hal yang perlu ditempuh adalah:
1. Menentukan lokasi disetiap wilayah/daerah yang berpotensi perikanan sebagai
sentral untuk kegiatan budidaya air tawar: ikan, udang (Tugas Pemerintah)
2. Mempromosikan kepada investor untuk menanamkan modalnya sekaligus
sebagai inti pengembangan budidaya air tawar. Dan memberdayakan
kelompok masyarakat setempat untuk dididik/dilatih sebagai plasma
pembudidaya ikan/udang air tawar (Tugas Pemerintah)
3. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana budidaya air tawar, guna
mencukupi kebutuhan benih dan ikan/udang konsumsi dalam rangka
memenuhi pasar lokal, luar daerah maupun ekspor (Tugas Pemerintah dan
Investor)
4. Membentuk pola kerjasama antara Perbankan, Swasta sebagai perusahaan inti,
dan Koperasi kelompok masyarakat pembudidaya ikan/udang sebagai plasma.
5. Membentuk jaringan pemasaran baik dalam maupun luar negeri dengan MOU
(Tugas Pemerintah dan Investor)
6. Mengupayakan Penyediaan Benih ikan/udang dan pakan murah bagi
pembudidaya ikan/udang (Tugas Pemerintah dan Investor)
7. Penyediaan unit pelayanan kesehatan ikan.
a. Panti kesehetan ikan yang bertempat di daerah sentra produksi
b. Unit kesehatan ikan keliling (tugas pemerintah dan investor)

7.

POLA KERJASAMA INTI PLASMA

Pengembangan Usaha Budidaya Udang Galah Pola Inti Plasma, antara lain
melibatkan 4 pihak Perusahaan Inti, Pembudidaya ikan/udang sebagai plasma,
Koperasi Kelompok Pembudidaya ikan/udang, dan Bank pemberi kredit. Masingmasing pihak memiliki peran yang sesuai dengan bidangnya sebagai berikut :
a. Pembudidaya Plasma
1. Mengelola kolam yang telah dipersiapkan oleh perusahaan inti dengan
dana dari Bank/Pemerintah
2. Membeli benih udang dari perusahaan inti dan membeli pakan dari
Koperasi
3. Menebar dan memanen udang galah secara berkelompok.
4. Mengelola kolam mengikuti petunjuk dari konsultan perusahaan inti.
5. Hasil panen dari pembudidaya dijual kepada perusahaan inti pada tingkat
harga yang wajar sesuai dengan harga pasar yang disepakati. Hasil
penjualan, setelah dikurangi dengan pinjaman modal (Investasi dan modal
kerja) menjadi penerimaan pembudidaya. Sisa hasil penerimaan sebaiknya
disisihkan untuk ditabung sebagai dana pengembangan kolam (usaha)
6. Membayar kewajiban angsuran hutang dan bunga kepada Bank melalui
Koperasi.
b. Perusahaan Inti
1.
2.
3.
4.

Melakukan seleksi yang ketat terhadap calon pembudidaya plasma


Melaksanakan pelatihan terhadap calon pembudidaya yang terpilih
Menyediakan bibit udang yang berkualitas tinggi
Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap jalanya produksi

5.
6.
7.
8.

Menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman dalam budidaya ikan/udang


Membeli seluruh hasil produksi ikan/udang dari pembudidaya plasma
Membangun dan menyediakan sarana pendukung dan sosial lainnya
Membantu mencari dana pinjaman dari Bank untu operasional

Pembudidaya Plasma
9. Mencari pembudidaya
mengundurkan

diri

baru/pengganti

dari

kegiatan

jika

budidaya

pembudidaya

plasma

ikan/udang

sebelum

pinjamannya lunas terbayar.


c. Koperasi
1. Mengusahakan saprodi/bahan kebutuhan pokok dan menyalurkannya bagi
pembudidaya plasma
2. Bersama dengan perusahaan inti mengawasi pengelolaan pembudidaya
plasma
3. Mengatministrasikan pinjaman pembudidaya plasma
4. Bersama dengan perusahaan inti mengawasi dan mengelola pelaksanaan
produksi, panen dan penjualan hasil produksi ikan/udang kepada
Perusahaan Inti
5. Menangkap dan menyalurkan aspirasi pembudidaya plasma kepada
perusahaan inti
d. Bank/Pemerintah
Berdasarkan kelayakan usaha dalam kerjasama Pola Inti Plasma, diharapkan
Bank/Pemerintah dapat melibatkan diri untuk memberikan kredit kepada
pembudidaya ikan/udang, Koperasi dan Perusahaan Inti, baik kredit investasi
maupun kredit modal kerja. Dalam mengadakan evaluasi, disamping
pengamatan terhadap kelyakan aspek teknis budidaya ikan/udang dan
kelayakan finansial juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan
persyaratan lainnya yang diperlukan hingga dapat menunjang keberhasilan

kegiatan bersama.
Dalam pelaksanaannya, Bank harus dapat mengtur cara pembudidaya plasma
mencairkan kredit, mempergunakannya untuk keperluan operasional dan
menetapkan tatacara membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman
beserta bunganya. Untuk itu, Bank dapat membuat perjanjian kerja sama
dengan

pihak

perusahaan

inti.

Berdasarkan

kesepakatan

pihak

Pembudidaya/Kelompok/Koperasi, perusahaan inti akan memotong uang hasil


penjualan ikan/udang dari plasma sebanyak yang disepakati bersama untuk
dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan
rencana angsuran yang telah disepakati pada waktu perjanjian kredit dibuat
oleh Pembudidaya Plasma dengan Bank/Pemerintah.
8.

ASPEK TEKNIS
BUDIDAYA UDANG GALAH SKALA RUMAH TANGGA DI KOLAM SAWAH
SYARAT-SYARAT KOLAM SAWAH YANG BAIK
a. Lokasi
1. Kolam sawah dekat sumber air dan mudah mendapatkan air tawar yang
bersih, bebas dari pencemaran limbah industri, obat-obatan pertanian dan
lain-lain.
2. Fasilitas transportasi

(jalan

atau

sungai)

yang

memadai

untuk

mempermudah pengangkutan sarana produksi (pakan, benur), hasil panen


dan lain-lain
3. Lokasi Kolam sawah sebaiknya terhindar dari daerah: banjir, pengendapan
lumpur, kelebihan air tawar pada waktu musim hujan.

b. Sumber air
1. Air

tawar

bebas/bersih

disaring/diendapkan

dari

sebelum

bahan

dimasukan

pencemaran
kedalam

dan

kolam

perlu
sawah

(menghindari masuknya jasad kompetitor dan predator).


2. Air tawar berasal dari sungai maupun air bawah tanah (pengeboran) yang
bebas pencemaran.
c. Fasilitas, Peralatan dan Mesin
1. Tersedianya kolam sawah pemeliharaan yang bentuk dan luasnya
disesuaikan, kolam cadangan air, pintu air pembuangan dan pemasukan
yang terpisah dan memadai, peralatan uji kualitas air, gudang
penyimpanan pakan, jaring dan lain-lain.
2. Sumber tenaga untuk penggerak air seperti pompa air, kincir air dan
perlengkapan penunjang lainnya (Jika diperlukan sesuai padat penebaran).
3. Kapasitas sumber tenaga hendaknya disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan.
d. Ukuran dan Dasar kolam sawah
1. Ukuran kolam sawah yang disesuaikan luas standar + 500 1.000 m2 per
petak untuk memudahkan pemanenan, perawatan, penggantian air dan
pengawasanya.
2. Dasar kolam/sawah yang baik terdiri dari kombinasi tanah lumpur dan
pasir.
3. Udang galah mempunyai daerah produktif dibagian pinggir kolam dekat
tanggul, sehingga makin panjang bentuk kolam, maka makin luas daerah
produktifnya.
9.

SISTEM PEMELIHARAAN

a. Tahap Persiapan
1. Perbaikan pematang, pembuatan kemalir dan perbaikan kemiringan kolam
dari pintu pemasukan air kearah pintu pengeluaran air, pemasangan
saringan pada pintu masuk untuk menghindari masuknya kotoran atau
binatang pemangsa.
2. Pengeringan dan pengolahan tanah sangat dianjurkan. Apabila dalam
pengeringan

mengalami

kesulitan,

pemberian

kapur

tohor

guna

memperbaiki struktur tanah perlu dilakukan (dosis disesuaikan dengan pH


tanah dan jenis tanah)
3. Pemberantasan hama dan penyakit dapat menggunakan Saponin, Brestan
60, Rotenon dan zat-zat pemberantasan lainnya yang dianjurkan.
4. Untuk meningkatkan produktivitas lahan perlu pemberian pupuk/bahan
organik (kompos dan lain-lain) diperlukan guna merangsang pertumbuhan
jasad renik untuk makanan alami benur udang galah, penggunaan
disesuaikan dengan daya dukung lahan:
a. Penggunaan pupuk:
Pupuk kandang
Pupuk Urea
Pupuk TSP
Kapur Tohor

: 100 200 gr/m2


: 5 10 gr/m2
: 10 20 gr/m2
: 100 200 gr/m2

b. Pemupukan susulan dilakukan setiap 1 2 Minggu sekali dengan


dosis:
Pupuk kandang : 25 - 50 gr/m2
Pupuk Urea
: 3 5 gr/m2
Pupuk TSP
: 5 - 10 gr/m2
c. Pengisian air secara bertahap untuk disesuaikan dengan tahap

pertumbuhan udang (tahap pendederan: 30-60 cm, pembesaran: 1-1,5


m). Setelah kondisi warna air stabil benur dapat ditebarkan.
d. Pemberian rumpon/shelter sebagai tempat berlindung/ berpijak, berupa
daun kelapa, dan nipah, ranting bambu/ bambu belah dll.
5. Penebaran Benur :
a. Pilih benur yang baik dan sehat (baik dari alami maupun panti
pembenihan) dengan tanda sebagai berikut; gerakan lincah, warna
coklat/hitam cerah, ukuran seragam (homogen) dan lain-lain.
b. Benur ditebarkan ketempat yang telah dipersiapkan misal kolam
pendederan, ataupun langsung ke kolam pemeliharaan yang telah
dibebas hamakan sebelumnya. Penebaran sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari agar udang tidak mengalami stress.

6. Kepadatan Benur :
Kepadatan benur yang dianjurkan disesuaikan dengan tehnologi/pola
usaha yang digunakan :
Penebaran benur udang galah menurut pengalaman petani dilakukan
penebaran dengan kepadatan untuk ukuran Juvenil: 10 - 20 ekor/m2
dan untuk Tokolan kepadatan 5 10 ekor/m2, mengingat tehnologi
dan pola budidaya yang digunakan dikatagorikan masih sangat
sederhana (tradisional).
Untuk teknologi yang menggunakan pola tanam intensif, kepadatan
benur yang ditebar berkisar 20 ekor/m2 ke atas, dan sangat tergantung

dari daya dukung lahan, fasilitas/sarana/prasarana budidaya yang


dimiliki serta kemampuan skil dan permodalan pembudidaya.
b. Pengendalian Kualitas Air
1. Kadar Garam (Salinitas)
Kadar garam yang baik untuk pertumbuhan udang galah berkisar
antara 0 - 5 ppt (diukur dengan salinometer atau refractometer).
2. Warna dan Kekeruhan Air
a. Warna air hijau dan coklat adalah warna plankton atau jasad renik
makanan alami udang galah. Perubahan warna secara mendadak akibat
lingkungan kurang baik segera deperiksa guna menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
b. Kekeruhan akibat blomming plankton perlu dicegah dengan
mempertahankan kejernihan sedalam 25-35 cm (diukur dengan Seichi
Disk). Apabila kekeruhan lebih dangkal dari ketentuan diatas perlu
ditambahkan air bersih bersamaan dengan pembuangan air.
3. Kandungan pH :
a. pH air yang baik sekitar 7,5- 8,5 yang diukur secara tetap
b. Apabila pH rendah perlu ditambahkan kapur, dan pH tinggi perlu
penambahan air bersih baru (diukur dengan kertas lakmus atau pH
pen).
4. Kandungan Oksigen :
a. Apabila

kandungan

Oksigen

rendah;

udang

akan

berenang

kepermukaan air atau pinggir tambak. Apabila diganggu atau terkena

bayangan orang, udang tersebut tidak segera masuk ke permukaan


yang lebih dalam.
b. Kandungan oksigen yang baik minimum 4 ppm (diukur dengan DO
meter).
c. Untuk menghindari hal-hal tersebut:
Gunakan blower/kincir air dalam jumlah yang cukup
Tambahkan air segar
Jagalah warna dan kualitas air tetap stabil.
Rubahlah jumlah makanan yang diberikan agar tidak terkumpul
didasar
5. Temperatur air : Temperatur air yang baik 25 30 C (diukur dengan
termometer), apabila temperatur air turun sampai 18 C, maka udang akan
kehilangan nafsu makan, dan apabila lebih dari 32 C dapat
mengakibatkan kematian udang.
10.

CIRI-CIRI PAKAN UDANG YANG BAIK


a. Pakan memiliki Kandungan gizi yang sempurna

Pakan mengandung nutrisi yang lengkap dalam kadar yang seimbang,


mudah dicerna dan diserap oleh tubuh udang dengan sangat cepat dan
menghasilkan pertumbuhan yang cepat
b. Pakan memiliki daya tarik yang sempurna terhadap udang peliharaan.
Ditinjau dari nafsu makan udang dan kebiasaan makan dapat membuat
udang tumbuh dengan pesat dan sama besar
c. Pakan mampu menhasilkan kulit udang yang keras

Pakan mengandung jumlah Kalcium yang mencukupi untuk memproduksi


kulit yang keras dan tahan terhadap lingkungan luar, sehingga dapat
mengakibatkan berat udang akan cepat naik
d. Pakan tidak mudah merusak kualitas air

Pakan

yang

baik

akan

memiliki

bentuk,

ukuran,

tidak

cepat

rusak/membusuk, sehingga kualitas air tetap terjamin, dan dasar kolam tetap
dalam keadaan baik, merupakan dua hal yang penting untuk mencapai
pertumbuhan udang berkualitas
e. Kualitas Pakan Stabil
Pakan memiliki kandungan air sangat rendah, mudah untuk disimpan, tidak
cepat rusak/jamuran atau tidak mudah membusuk, sehingga kandungan nutrisi
pakan tetap stabil.

11. KONTRUKSI KOLAM DAN PERLENGKAPANNYA


a. Penampang Kolam
Bambu berlubang sebagai inlet berfungsi untuk membantu adanya difusi
Oksigen dari udara (semakin banyak in let bambu oksigen yang dihasilkan
semakin banyak, dan kemiringan pematang serta plataran berfungsi untuk
memberikan kondisi optimum bagi udang saat terjadi molting. Untuk
mempermudah pengeringan kemiringan kolam dari in let ke arah out let
dibuat + 5 , jika diperlukan didepan out let dibuatkan tempat penampungan

udang saat pemanenan.


Luas kolam untuk budidaya udang galah yang ideal berukuran antara 500
1.000 m2
b. Shellter
Shellter dibuat dari potongan bilah bambu utuh yang dibelah dua kemudian
dirangkai seperti kere, disusun berjajar dan dipasang dengan menggunakan
pancang, shellter berfungsi untuk berlindung bagi udang dan mengurangi
terjadinya kanibal dengan harapan survival rate (SR) akan tinggi. Menurut
pengalaman semakin banyak shellter yang dipasang SR akan semakin tinggi.

12. RAB PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH


a. Investasi :
a. Sewa lahan 1 Ha, 5 tahun: 25.000.00
b. Konstruksi

:0

c. Alat

: 18.083.50

d. Rumah Jaga 1 Unit 4 x 4 m2

:0

e. MCK, 1 unit

: 894.500

f. Instalasi listrik

: 3.200.000

g. Peralatan masak, alat tidur

: 300.000
1.700.000

Sub Jumlah

1.000.000
: 50.178.00

b.

c.

Biaya tetap pertahun

0
: 16.711.20

Modal Kerja Operasional

0
: 68.600.00

Total Biaya/tahun

0
: 85.311.20
0

d. Analisa produksi kolam


Total luas lahan budidaya 1 Ha (10.000 m2)
Jumlah kolam 10 petak @ 1.000 m2
Asumsi produktivitas kolam 0,15 0,19 Kg/m2
Maka kapasitas produksi untuk 10 kolam sebesar 1,5 1,9 ton/siklus (3,4
ton/tahun) (Tradisional Plus)
e. Informasi harga udang galah konsumsi size 30 35, Rp.30.000 35.000 per
kilo gram (Yogyakarta dan sekitarnya).

12. ASPEK TEKNIS


a. TEHNIK PEMBENIHAN UDANG GALAH SKALA RUMAH TANGGA
Sehubungan dengan telah disederhanakannya teknologi yang diterapkan pada
pembenihan udang galah skala rumah tangga, maka sarana yang diperlukan
juga disederhanakan terutama dalam hal kuantitas, fungsi dan input produksi.

1 Bak Pemeliharaan Larva


Bak pemeliharaan larva untuk pembenihan skala rumah tangga dapat
dibuat dalam berbagai dimensi serta bahan utama seperti yang terlihat
pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Jenis Dan Dimensi Bak Pemeliharaan Larva

No. Bahan Pembuatan


Dimensi
1. Dinding batu bata/batako, pasir, ( 2 x 1,1 x 1,2 ) m ( P x L x T )
semen

(Kapasitas air 2 ton), bentuk dasar


setengah

lingkaran

dan

oval

dinding licin
Keterangan : P = Panjang ; L = Lebar; T = Tinggi

Sistem Pengairan
Sebuah pembenihan udang galah skala rumah tangga tidak memerlukan
sistem pengairan yang terlalu rumit karena yang diperlukan hanyalah
pipa pengeluaran dari dalam bak, pipa penguras air dan selang pensuplai
air serta sebuah pompa portable kecil.

Sistem Aerasi
Bak pemeliharaan larva memerlukan aerasi sebagai sumber oksigen dan
sumber penggerak massa air. Aerasi diperoleh melalui pemasangan
aerator akuarium beberapa unit atau melalui blower mini.

Bila menggunakan blower mini maka bak pemeliharaan perlu dilengkapi


dengan pipa penyalur udara (dari pipa PVC 1/2 inch) yang diberi lubang
sesuai dengan diameter dan jumlah selang udara yang akan dipergunakan.
Untuk mengatur agar pengeluaran udara sama besar juga diperlukan batu
aerasi dan kran pengatur aerasi. Jumlah ideal titik aerasi dalam satu bak
adalah 2,5 x luas bak dalam meter persegi permukaan air sehingga
diperlukan minimal 6 8 buah batu aerasi seluas 2,2 meter persegi bak
pemeliharaan larva. Batu aerasi sebaiknya mencapai kedalaman sekitar 5
cm di atas dasar bak sehingga penyediaan oksigen akan lebih merata.

b PENGELOLAAN UNIT OPERASIONAL


1. Pengelolaan Air
Air pemeliharaan larva udang galah skala rumah tangga harus memiliki
salinitas diantara 6 hingga 10 promil. Kejernihan air mutlak diperlukan
agar tidak menggangu proses pemberian pakan dan pemantauan kualitas
air. Air diganti hanya sebanyak air yang terbuang pada saat pembersihan
dasar bak (Penyifonan) sehingga kejutan akibat pergantian air dihindari
sedapat mungkin. Bak perlu ditutup agar sinar matahari tidak langsung
menyinari bak yang dapat menimbulkan pertumbuhan lumut yang

berbahaya.

2. Pemeliharaan Larva
Benih Udang Galah yang baru menetas (Larva) dapat diperoleh dari
pembenihan skala besar ataupun dari petani tambak. Pembelian dari
pembenihan yang besar biasanya dilakukan dalam jumlah 1 (satu) juta
benih dengan keuntungan bahwa larva sudah jelas mutu dan jumlahnya
sejak awal walaupun harganya mahal.
Pasca larva yang dapat dihasilkan seauai kapasitas bak berdasarkan
pengalaman di Hatchery skala rumah tangga, cukup bervariasi antara 5 %
hingga 40 % tergantung kecermatan/keahlian dalam pemeliharaan dan
dukungan cuaca pada saat pemeliharaan.
Larva dipelihara dalam bak sistem tertutup (in door) didalam ruangan
dengan suhu yang panas berkisar 29 ? C - 31 ? C atau di ruang terbuka
(out door) hanya dengan penutup terpal, kelemahannya suhu dalam bak
sangat berfluktuasi bisa sangat panas bahkan sebaliknya amat dingin pada
saat musim penghujan namun jika dikelola dengan cermat masih dapat
menghasilkan survival rate (SR) yang menguntungkan.

Pemberian Pakan
Pakan larva diberikan dalam jumlah yang sangat bervariatif sesuai nafsu

makan udang galah yang dari hari ke hari atau dari jam ke jam
mengalami perubahan sesuai dengan tingkat perubahan metabolismenya.
Frekuensi pemberian pakan sebaiknya 1 (satu) s/d 2 (dua) jam sekali
setiap hari dan berakhir setelah udang galah dipanen. Pemberian pakan
dilakukan dengan mematikan aerasi dan larva udang yang sehat akan
segera naik ke permukaan air lalu pakan ditebar merata di seluruh
permukaan air. Setelah larva udang seluruhnya tampak memegang pakan
yang diberikan, kemudian aerasi dihidupkan kembali. Pemberian pakan
tidak boleh berlebihan sebab akan merusak kualitas air yang dapat
mengakibatkan kematian larva yang dipelihara.
Pakan alami (artemia) mulai diberikan, setelah sebelumnya ditetaskan
terlebih dahulu selama + 14 jam atau lebih dalam bak berbentuk
kerucut/konikel tank yang diaerasi dengan cara kultur menurut petunjuk
Produck Artemia. Pada awal pemberian, artemia sebaiknya dilemahkan
terlebih dahulu agar mudah ditangkap oleh larva Udang Galah yang
dipelihara. Artemia sebaiknya dipanen dan diberikan bila mana
pemberian pakan buatan tidak diberikan lagi. Hal tersebut disamping
menghemat biaya juga untuk menekan mortalitas udang akibat
kanibalisme sesama larva. Mengingat harga artemia amat mahal, Jumlah
artemia yang diberikan pada larva s/d Posca larva berkisar antara 5 s/d 40
ekor/larva/PL per hari sesuai umur.

Pembuatan Media Kultur


Media kultur (air payau) dibuat dengan cara mencampur air tawar dengan
air asin menggunakan rumus sebagai berikut:

Pengencera

S = S1. V1 + S2 . V2

V1 + V2
S = Salinitas yang dikehendaki . ?o
S1 = Salinitas tinggi (air laut) . %o
( Diukur dengan salino meter/refrakto meter)
S2 = Salinitas rendah (air tawar) %o
V1 = Volume air salinitas tinggi . m3/ton
V2 = Volume air salinitas rendah
m3/ton

Pengencera

: V1 x N1 = V2 x N2

* V1 = Volume air laut


* N1 = Salinitas air laut mula-mula
* V2 = Volume setelah pengenceran (air payau)
* N2 = Salinitas setelah pengenceran (air payau
yang

Misal = V1 x N1 = V2 x N2
= 10 x 30 = V2 x 6

diperlukan)

= V2 = 300/6 = 50 liter
= 10 + = 50 liter --? 50 10 = 40 liter
= 1 + . = 5 liter .. 1 : 4 = air asin : air
tawar

Media larva perlu dipersiapkan 24 jam sebelum digunakan selama waktu


tersebut ditreatmen dengan larutan desinfektan seperti Kaporit/Chlorin
dengan dosis 1,5 ppm s/d 5 ppm dan sebelum digunakan dinetralisir
dengan larutan Natrium Tio Sulfat + 2/3 dari dosis Kaporit yang
digunakan (Dengan catatan jika dosis Kaporit yang digunakan cukup
tinggi).
13

PANEN DAN DISTRIBUSI


a Panen
.
Bila kondisi pemeliharaan baik, maka waktu yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan larva cukup singkat, yaitu berkisar 35 hari atau 90 % larva
sudah menjadi PL (Post Larva) dapat dilakukan panen, Cara panen dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Aerasi dimatikan
2. Ditunggu beberapa saat sampai larva berada di permukaan air.
3. Larva yang berada dipermukaan air dipindahkan dengan saringan larva
(seser) ke tempat lain sebagai penampungan sementara.
4. Saringan pasca larva dipasang dalam bak, kemudian kran aerasi dibuka.
5. Dilakukan pemisahan antara pasca larva dengan larva yang ikut terbawa.

6. Pasca Larva yang diperoleh dihitung dengan cara sampling atau dihitung
satu persatu, apabila jumlahnya tidak terlalu banyak.
7. Larva yang ditampung ditempat penampungan sementara, kemudian
dikembalikan lagi ke dalam bak larva.
8. Pasca larva yang diperoleh ditampung dalam bak penampungan.
9. Pasca larva selanjutnya diadaptasikan dilingkungan air tawar dengan
jalan penurunan salinitas secara betahap 2 %o setiap hari agar tidak
terjadi stress pada larva
10. Selama adaptasi didalam bak pasca larva dipasang shelter plastik
gelombang + 80 % dari luas dasar bak.
11. Jika pasca larva sudah teradaptasi dengan air tawar maka pasca larva
siap di perjual belikan.
b Transportasi Pasca Larva
.
Transportasi pasca larva dapat dibedakan menurut jarak dan sarana jalan
yang ada:
1. Jarak dekat dengan prasarana jalan yang baik dapat menggunakan sistem
terbuka.
2. Jarak jauh yang memerlukan waktu cukup lama dapat menggunakan
sistem tertutup
1. Sistem Terbuka Peralatan yang diperlukan antara lain:

Ember dengan volume air + 70 liter

Satu set aerator batery

Lembaran plastik sebagai shelter

Air tawar bersih

Jika perjalanan kurang dari 1 jam sebaiknya kepadatan berkisar


antara 50 - 100 ekor /liter.

Sebaiknya suhu air diturunkan hingga 15 - 20 ? C dengan

menggunakan es balok.
2. Sistem Tertutup Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:

Kantong plastik

Jerigen

Dus pengemas

Gas oksigen

Shelter dari rafia

Pakan alami Artemia

Karet pengikat

Es balok

Kepadatan benih 500 ekor/liter (ukuran benih 5 - 8 cm) dan 750


ekor/liter (ukuran benih 3 - 5 cm) serta 1.000 ekor/liter ( ukuran
benih 1 - 3 cm)

Oksigen dimasukkan ke dalam plastik dengan perbandingan

lebih dari 1 : 5 (satu bagian air dan lima bagian oksigen)

Kemudian plastik diikat erat dan dikemas dalam dus/karton


berlakban rapat.

14.

ANALISA

Pengangkutan ketempat tujuan telah siap diberangkatkan.


USAHA

PEMBENIHAN

UDANG

GALAH

SKALA RUMAH TANGGA


a. Modal Investasi
1 1. Bangunan
.

unit

Hatchery

terdiri

dari:

1 - Bangunan in door ukuran 4 m x 6 m = 24 m2 x Rp. 8.400.000


standar

bangunan

Bangunan

bak

Rp.

350.000,00

larva

ukuran

termasuk:
2,5

ton

atau ukuran : (2 x 1,1 x 1,2) x 1 m sebanyak 5 buah


1. Bangunan Bak Media (Air Payau) ukuran 4 ton
2 atauukuran (2 x 2 x 1) x 1 m
1. Pemasangan Jaringan Listrik (PLN)

Rp. 1.000.000
Rp. 1.500.000

3
Jumlah 01

Rp. 10.900.000

2 Alat Penunjang Pembenihan udang galah:


.

Serok halus 150 micron 1 buah


Rp. 19.000
Serok besar 0,5 mm 1 buah
Rp. 15.000
Ember besar ukuran 20 liter 2 buah @ Rp.15.000,00 Rp. 30.000
Saringan air ukuran 10 micron 0,25 m/T150
Rp. 75.000
Saringan kelapa (staenlees) ukuran lubang:
* Kecil

Rp. 9.000

* Sedang

Rp. 11.000

* Besar
Rp. 19.500
Kulkas Portable 1 buah
Rp. 900.000
Saringan artemia 50 micron 0,5 m/T90
Rp. 56.250
Corong penetasan 2 buah @ Rp. 32.500,00
Rp. 65.000
Termometer derajad Celcius 1 buah
Rp. 6.000
Salinometer 1 buah
Rp. 11.000
Pompa DAB 1,5 inch
Rp. 600.000
Aerator merek Resun/orca 3 buah @ Rp. 350.000,00 Rp. 1.050.000
Selang plastik 1 rol @ Rp. 80.000,00
Rp. 80.000
Batu aerasi 60 buah @ Rp.1.500
Rp. 90.000
Timbal pemberat 1 kg @ Rp.7.000,00
Rp. 7.000
Sok selang aerasi 1 pak @ Rp.6.000,00
Rp. 6.000
Terpal plastik ukuran 2,5 x 1,5 m2 sebanyak 5 buah

@ Rp. 5.000,00
Busa tebal 0,5 m, Rp. 30.000,00/m
Sikat lantai 1 buah
Selang
sipon/spiral

Rp. 65.000
Rp. 15.000
Rp. 9.000
ukuran:

* 0,5 inch 5 m @ Rp.7.000,00/m

Rp. 35.000

* 0,75 inch 6 m @ Rp. 10.000,00/m

Rp. 60.000

* 1 inch 5 m @ Rp.15.000,00/m
Rp. 75.000
Ember plastik ukuran 30 liter 1 buah
Rp. 20.000
Kompor minyak 1 buah
Rp. 60.000
Dandang/soblok 1 buah
Rp. 26.000
Baskom plastik 1 buah
Rp. 7.000
Timbangan kue ukuran 1.000 gram, 1 buah
Rp. 39.000
Sendok sayur bahan plastik warna putih 1 buah
Rp. 2.500
Mixer 1 tangkai 1 buah
Rp. 250.000
Gayung pakan 1 buah
Rp. 4.000
Ember plastik ukuran 15 liter, 1 buah
Rp. 12.500
Gayung plastik 0,5 liter 3 buah @ Rp.5.500,00
Rp. 16.500
Pipet uku ukuran 10 ml, 1 buah
Rp. 11.000
Gelas
ukur
dari
plastik,
ukuran:

* 500 ml, 1 buah

Rp. 15.000

* 2.000 ml, 1 buah


Genset 1000 KVA buatan Rakyat Cina
Tabung gas Oksigen
Jumlah 01
Sub Total A (1 + 2)

Rp. 17.500
Rp. 1.700.000
Rp. 790.000
Rp. 6.280.250
Rp. 17.180.250

b. Modal Kerja/Biaya Operasional

1 Biaya pembelian air laut/siklus

Rp. 150.000

.
2 Biaya penggunaan tenaga listrik/siklus

Rp. 50.000

.
3 Operasional genset/siklus

Rp. 20.000

.
4 Pembelian nauplius Udang galah sebanyak 1.250.000
. ekor

Rp. 375.000

Per sejuta @ Rp.300.000,00


5 Pemakaian obat-obatan/siklus (EDTA, Kaporit, Natrium
. Tio

Rp. 75.000

Sulfat, Forazolidon dll)/siklus


6 Pembelian Artemia, 3 Kaleng @ Rp. 520.000,00

Rp. 1.560.000

.
7 Plastik panen ukuran 20 x 40 cm 2 rol @ Rp.20.000,00

Rp. 40.000

.
8 Karet gelang 0,25 kg @ Rp.9.000/m

Rp. 2.250

.
9 Telur bebek sebanyak 106 butir/siklus @ Rp. 700,00

Rp. 74.200

.
1 Tepung terigu 1,25 kg/siklus @ Rp. 3.500,00

Rp. 4.375

0
.
1 Skim 3,125 kg/siklus @ Rp. 25.000,00

Rp. 78.125

1 Biaya lain-lain sampai panen (Wartel, Konsumsi dll.)

Rp. 100.000

2
.
Sub Total B

Rp. 2.528.950

c Upah tenaga kerja 1 orang


. Rp.300.000,00 x 12 bulan = Rp. 3600.000 : 8 Siklus

Rp. 450.000

d Total Biaya Operasional ( B + C)

Rp. 2.978.950

.
e Penyusutan Modal Investasi
. 1. Bangunan Hatchery diperhitungkan selama 15 tahun,
maka
Perhitungan untuk persiklus =
Rp. 10.900.000,00 : pertahun 8 siklus x 15 tahun =

Rp. 90.833

Rp.10.900.000,00 : 120 siklus =


2. Peralatan Hatchery diperhitungkan selama 3 tahun,
maka
Rp. 261.677
Perhitungan untuk/siklus= Rp.6.280..250 : 8 siklus x 3

tahun = Rp.6.280.250 : 24 siklus =


Sub Total (1 + 2)

Rp. 352.510

f Total Biaya pengeluaran (D + E)

Rp. 3.331.460

.
g Penerimaan:
. 10

Survival
x

rate

1.250.000

(SR)

ekor

nauplius

= 125.000 Post Larva (PL) x Rp.45

Rp. 5.625.000

h Laba Operasional ( G D)

Rp. 2.646.050

.
i Laba bersih sebelum dikurangi biaya sewa tanah, pajak
. atau Bunga Bank jika modal diperoleh dari pinjaman
Bank (G F)
j Laba

bersih

Rp. 2.293.540
dalam

. = Rp.2.293.540 x 8 siklus =

tahun

(8

siklus)
Rp.18.348.320

Anda mungkin juga menyukai