Blok 1.6 Minggu 4
Blok 1.6 Minggu 4
MODUL 4
TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA
SERTA GANGGUANNYA
KELOMPOK 13 B
Ketua
1210313039
Sekretaris Papan
: Vistaria Furkano
1210312090
Sekretaris Meja
1210312038
Anggota:
Fadhil Naufal Ammar
1210312036
1210312040
1210312078
1210313040
Annisa Damayanti
1210313041
Rahmad Nopriady
1110312141
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013
SKENARIO 4
DOA DAN HARAPANKU
Deriani, perempuan umur 12 tahun, murid kelas 1 SMP di kota Padang, sudah 2 tahun
tinggal bersama paman dari pihak ibu dan sebelumnya tinggal dikampung bersama ayah dan
ibunya. Sejak ayahnya pergi tanpa kabar berita 3 tahun yang lalu, ibunya menjadi depresi
sehingga terpaksa dirawat di RS jiwa.
Di rumah pamannya, sebelum berangkat sekolah ia harus mengerjakan seluruh
pekerjaan rumah , begitu juga sebelum tidur sehingga tidak punya waktu untuk belajar dan
beristirahat. Jika ia terlambat mengerjakan maka bibinya akan marah sampai dipukul dengan
sapu dan tidak diberi makan. Deritanya akan bertambah bila sepupunya yang berumur 8
tahun yang menderita ADHD menganggunya dan melempar barang-barang bahkan
memukulnya.
Deriani makin galau karena sejak kemaren pagi ia mendapatkan bercak kemerahan di
celananya, temannya bilang itu tanda pubertas. Deriani heran kenapa ada temannya sudah
berumur 15 tahun belum pernah mengalami seperti yang ia alami dan apakah hal ini juga
terjadi pada anak laki-laki? Akibat kondisi yang dialaminya, Deriani sering bermenung dan
prestasinya kurang baik. Sehingga guru wali kelasnya khawatir kejadian ini akan
mengakibatkan Deriani putus asa dan akan melakukan hal-hal yang dapat melanggar hukum.
Bagaimana anda dapat menjelaskan apa yang dialami Deriani dan anak seusianya?
HARI I
I.
Terminologi
1. Depresi, adalah suatu keadaan di mana aktivitas fungsional menurun dengan mental
pada mood yang terganggu dan ditandai dengan perasaan sedih, keputusasaan, serta
selalu berkecil hati.
2. ADHD, adalah suatu gangguan hiperaktivitas akibat kurangnya perhatian pada
sebagian besar anak-anak dan remaja.
Akibat perpisahan antara Deriani dengan ibunya selama 2 tahun, banyak terjadi
perubahan pada Deriani, terutama pada psikologisnya. Deriani yang telah berumur 12
tahun berada antara fase Middle Childhood dengan Adolescence. Deriani sudah mulai
bisa perlahan-lahan lepas dari ketergantungan dengan orang tuanya. Saat awal
perpisahan dengan orang tua, seorang anak akan cenderung untuk menangis. Setelah
beberapa lama, anak tersebut akan cenderung murung, tampak lebih lemah, menarik
diri, iritabel, dan adanya gangguan nafsu makan.
2.
Seorang anak akan dapat melakukan interaksi dengan keluarga barunya apabila
terdapat kecocokan antara kedua belah pihak. Anak maupun keluarga barunya harus
saling terbuka dan memberi kasih saying sehingga lebih banyak menghabiskan waktu
bersama. Beberapa faktor yang dapat mendukung hal tersebut di antaranya adalah
waktu yang tepat, kecocokan sifat, dan keadaan ekonomi yang baik.
3.
4.
Penyakit kelainan perkembangan mental pada anak usia sekolah selain ADHD
berupa retardasi mental dan autisme.
5.
6.
Perilaku kasar yang diterima Deriani akan menyebabkan Deriani stres sehingga
berpotensi untuk menyebabkan Deriani mengalami amenore sekunder. Menarke yang
dialami Deriani berada pada rentang umur yang normal namun perilaku keluarganya
akan mengganggu siklus menstruasi Deriani.
7.
8.
9.
Perkembangan anak pada masa praremaja dapat terlihat saat anak usia sekolah.
Perkembangan kognitifnya akan meningkat sehingga dibutuhkan media sekolah untuk
mengembangkan kemampuan otaknya. Anak juga akan memiliki relasi sosial yang
tinggi dengan menjalin hubungan pertemanan dengan sebayanya. Akibatnya, terjadi
hubungan emosional seperti keegoisan, kerja sama, toleransi, dan lain-lain.
10.
Akibat perilaku kasar yang diterima Deriani, terdapat beberapa pengaruh pada
bidang fisik maupun psikologi Deriani. Pemberian makan yang tidak teratur diberi
keluarga barunya akan menyebabkan gangguan tumbuh dan kembang Deriani. Waktu
tidur yang tidak cukup akan menyebabkan prestasi Deriani di sekolah akan menurun.
Perilaku kejam yang diterima Deriani akan menyebabkan Deriani sering bermenung
dan menyendiri terutama tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Selain itu, juga
ditakutkan bahwa Deriani akan mencoba untuk mengkonsumsi zat-zat terlarang
seperti narkoba akibat keputusasaannya.
11.
IV. Skema
Deriani
teman Deriani
amenorrhea
12 tahun
pubertas
menarche
remaja
anak usia
sekolah
prestasi
tumbuh
kembang
stres
gangguan pubertas
obat
penatalaksanaan
gangguan psikologis
nutrisi
sepupu
paman-bibi
ADHD
child abuse
penyalahgunaan
orang tua
V. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses tumbuh dan kembang anak usia
sekolah dan remaja
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gangguan tumbuh dan kembang anak usia
sekolah dan remaja
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses pubertas dan gangguannya
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perilaku seksual bayi hingga remaja serta
gangguannya
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perkembangan mental dari bayi hingga
remaja
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gangguan emosional dan perilaku anak usia
sekolah hingga remaja
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyalahgunaan zat-zat dan obat yang sering
dilakukan oleh anak usia sekolah dan remaja
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang child abuse
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan gangguan tumbuh kembang
anak usia sekolah dan remaja
HARI II
Pertambahan tinggi sebesar 6 cm/tahun dan berat badan sebesar 3-3,5 kg/tahun
Lingkar kepala tumbuh sebesar 2-3 cm karena penyempurnaan mielinisasi otak pada
usia 7 tahun
Kehilangan gigi-gigi desidua (bayi) yang dimulai pada usia 6 tahun setelah tumbuhnya
gigi molar pertama
Jaringan limfoid mengalami hipertrofi sehingga sering timbul tonsil dan adenoid
berupa:
1. Kematangan sistem organ
Sistem gastrointestinal
-
Sistem muskuloskeletal
-
Postur tubuh harus tetap dijaga dengan cara tidak membawa beban terlalu
berat, tidak memakai sepatu yang terlalu kecil, dan posisi duduk harus tegak
Sistem kardiovaskuler
-
Sistem urinarius
-
Jumlah produksi urin telah bergantung pada suhu, kelembaban, dan intake
cairan
7-10 tahun
-
10-12 tahun
4. Perkembangan kognitif
5. Perkembangan bahasa
Mengerti susunan kata yang kompleks, fungsi kata (misalnya, jika, apabila),
perbedaan kata yang kecil, dan blok bahasa yang diperluas (seperti, paragraf)
6. Perkembangan persepsi
Masa remaja atau adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu dan merupakan suatu masa transisi dari masa anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
Masa remaja pada laki-laki dimulai dari usia 10 hingga 18 tahun sedangkan pada perempuan
dimulai dari usia 12 hingga 20 tahun.
Variabel
Umur (tahun)
SMR
Somatik
Seksual
Remaja Awal
10-13
1-2
Tanda-tanda kelamin
sekunder; mulai
pertumbuhan cepat; kaku
Ketertarikan seksual
biasanya melebihi
aktivitas seksual
Operasi-operasi nyata;
moralitas konvensional
Konsep diri
Keasyikan dengan
perubahan tubuh; sadar
diri
Menawar untuk
penambahan kebebasan;
ambivalensi
Keluarga
Teman sebaya
Hubungan pada
masyarakat
Remaja Tengah
14-16
3-5
Puncak pertumbuhan
tinggi; perubahan bentuk
dan komposisi tubuh;
jerawat dan bau;
menarke-spermake
Dorongan seksual
mendesak;
eksperimentasi;
pertanyaan orientasi
seksual
Muculnya pikiran
abstrak; lebih banyak
bertanya, terpusat pada
diri
Cemas dengan daya tarik;
menambah introspeksi
Commitment; kelompok
sebaya kurang penting
Commitment; kelompok
sebaya kurang penting
Keterampilan mengukur
dan kesempatan
Remaja Akhir
17-20
5
Pertumbuhan lebih
lambat
Konsolidasi identitas
seksual
Idealisme; absolutisme
Kebebasan praktis;
keluarga tetap tempat
yang aman
Keakraban; mungkin janji
Keakraban; mungkin
commitment
Keputusan karir
Pada anak-anak perempuan, puncak pertumbuhan cepat pada usia 11,5 tahun dengan
kecepatan tertinggi 8,3 cm/tahun dan kemudian melambat lalu berhenti pada usia 16
tahun
Pada anak laki-laki, puncak pertumbuhan cepat pada usia 13,5 tahun dengan kecepatan
tertinggi 9,5 cm/tahun dan kemudian melambat lalu berhenti pada usia 18 tahun
Pelebaran bahu pada anak laki-laki dan pinggang pada anak perempuan (pengaruh
hormonal)
remaja adalah:
1. Perkembangan biologis
Remaja awal
-
Sudah terjadi menarke pada perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki
Pertumbuhan rahang, hilangnya gigi desidua akhir, dan erupsi kuspid permanen
premolar dan akhirnya molar
Remaja pertengahan
-
Perubahan yang besar pada ukuran jantung dan kapasitas vital paru
Remaja akhir
-
2. Perkembangan kognitif
Remaja awal
-
Remaja pertengahan
-
Diharapkan standar operasional formal pada masa remaja awal telah tercapai
Remaja akhir
-
3. Perkembangan moral
Remaja awal
-
Perkembangan pengertian tentang konsep dan ide yang abstrak dan erat
hubungannya dengan perkembangan moral
Remaja pertengahan
-
Remaja akhir
-
4. Perkembangan psikososial
Remaja awal
Remaja pertengahan
-
Remaja akhir
-
mengalami gangguan berbahasa. Gagap pada anak dapat disebabkan oleh tekanan dari orang
tua, faktor keluarga, dan gangguan lateralisasi. Selain itu, kelainan seperti bibir sumbing,
frenulum lidah yang pendek, maloklusi, dan adenoid juga mengganggu perkembangan bahasa
seseorang.
Selanjutnya, beberapa gangguan vegetatif sering terjadi pada anak usia sekolah hingga
remaja. Gangguan makan dapat berupa pica, bulimia, dan anoreksis nervosa. Gangguan
fungsi eliminasi dapat berupa enuresis dan encoporesis. Gangguan tidur dapat berupa
dissomnia dan parasomnia. Gangguan kebiasaan juga sering terjadi seperti membenturkan
kepala (hipertantrum), menggoyang-goyangkan tubuh, menghisap jari, aerofagi, tiks, dan
sering mengulang-ulang kata.
C. Proses Pubertas dan Gangguannya
Pubertas adalah periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa di mana ciriciri seks sekunder telah muncul dan telah terjadi fertilitas. Pubertas dimulai sejak umur 9
hingga 14 tahun pada laki-laki dan 8 hingga 13 tahun pada perempuan. Katalis yang
menyebabkan pubertas belum diketahui hingga saat ini. Pubertas terjadi ketika ada maturasi
sumbu hipotalamus hipofisis gonad. Komponen maturasi berupa pulsatilitas GnRH, sekresi
FSH dan LH oleh hipofisis, dan produksi hormon testosterone atau estrogen oleh gonad.
Pada laki-laki, hormon testosteron menyebabkan pematangan organ genital,
perkembangan otot, pertumbuhan linear, perubahan suara, distribusi rambut pubis,
eritropoesis, dan perangsangan kelenjar sebasea. Pada wanita, hormon ini dapat menyebabkan
munculnya jerawat dan perilaku maskulin. Hormon estrogen pada wanita menyebabkan
penebalan mukosa vagina, perubahan pH menjadi lebih asam, proliferasi endometrium,
pigmentasi dan vaskularisasi labia major, pembesaran klitoris, serta perubahan pada
mammae. Pada laki-laki, hormon ini akan menyebabkan penutupan lempeng epifisis dan
pematangan tulang.
Skor
1
2
3
4
5
Lebih panjang
Lebih besar, ukuran glans
dan lebar bertambah
Ukuran dewasa
Testis (G)
Praremaja
Diameter testis >2,5 cm,
kulit skrotum menipis
dan berwarna merah
muda
Lebih besar
Lebih besar, skrotum
gelap
Ukuran dewasa
Skor
1
2
3
4
5
Pada masa pubertas, pertambahan tinggi pada laki-laki mencapai 25-30 cm sedangkan
pada perempuan mencapai 18-23 cm. Kecepatan pertumbuhan linear terendah menjelang
pubertas (minimum height velocity) pada laki-laki saat berusia 12 tahun sedangkan pada
perempuan saat berusia 10 tahun. Puncak kecepatan tumbuh (peak height velocity) pada lakilaki saat berusia 14 tahun sedangkan pada wanita saat berusia 12 tahun (1 tahun setelah
muncul breast budding dan 1-2 tahun sebelum menarche).
pubertas disebut growth spurt dan merupakan sinergisme antara hormon GH dengan seks
steroid.
Precocious Puberty
Pubertas prekoks adalah munculnya tanda seks sekunder < 8 tahun pada perempuan
atau < 9 tahun pada laki-laki. Hal ini akibat meningkatnya hormon estrogen atau testosteron
sebelum usia yang cukup. Klasifikasi pubertas prekoks dibagi atas:
1. GnRH Dependent Precocious Puberty (sentral)
GDPP merupakan reaktivasi prematur dari sumbu hipotalamo-pituitari-gonadal.
Akibatnya, hormon-hormon gonadotropin seperti FSH dan LH akan meningkat dalam
sirkulasi darah yang nantinya juga akan meningkatkan hormon seks steroid. Biasanya
kelainan ini bersifat idiopati.
Etiologi
Kelainan ini biasanya tidak diketahui penyebabnya (bersifat idiopatik). Namun,
GDPP dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem saraf pusat. Tumor pada otak
baik pada bagian hipotalamus maupun hipofisis akan meningkatkan sekresi hormon
gonadotropin lebih cepat. Penyebab nontumor dapat terjadi akibat infeksi, radiasi, trauma,
maupun kelainan kongenital pada otak. Selain itu, intervensi medis maupun obat-obatan
(iatrogenik) juga berpotensi menyebabkan GDPP.
Manifestasi Klinis
GDPP selalu bersifat isoseksual dan menyebabkan urutan pubertas secara normal.
Selain itu, pada sirkulasi darah dapat ditemukan hormon gonadotropin maupun seks
steroid yang meningkat.
2. GnRH Independent Precocious Puberty (perifer)
GIPP merupakan pengaktivan sekresi hormon seks steroid secara otonom. Ha l ini akan
menekan sumbu hipotalamo-pituitari-gonadal. Biasanya kelainan ini bersifat patologis.
Etiologi
Pada laki-laki, GIPP dapat bersifat isoseksual maupun heteroseksual. GIPP yang
bersifat isoseksual dapat disebabkan oleh kelainan pada adrenal (tumor, CAH/Congenital
Adrenal Hyperplasia), testis (tumor sel Leydig, testotoksikosis familial), maupun tumor
yang menghasilkan gonadotropin (CNS seperti germinoma, adenoma; non-CNS seperti
hepatoma, germinoma, teratoma). GIPP yang bersifat heteroseksual dapat disebabkan
oleh meningkatnya aromatisasi perifer.
Pada perempuan, GIPP juga dapat bersifat isoseksual maupun heteroseksual.
GIPP yang bersifat isoseksual dapat ditemukan pada wanita hipotiroid yang sudah parah
maupun pada sindrom Mc Cune Albright. GIPP yang bersifat heteroseksual dapat
disebabkan oleh kelainan pada adrenal (tumor, CAH) maupun pada ovarium
(arrhenoblastoma).
Manifestasi Klinis
GIPP pada pria maupun wanita dapat bersifat isoseksual atau heteroseksual.
Karakteristik seksual tidak sesuai dengan fase pubertas. Pada sirkulasi darah, dapat
ditemukan kadar hormon gonadotropin rendah atau normal sedangkan hormon seks
steroid meningkat.
3. Varian
a. Premature thelarche
Kelainan ini menyebabkan munculnya payudara saat berusia 6 bulan hingga 3
tahun. Tidak ada tanda-tanda pubertas lainnya yang muncul maupun efek estrogen
yang meningkat seperti penebalan sekresi vagina atau akselerasi bone age sehingga
konsumsi maupun penggunaan senyawa mengandung estrogen tidak dapat dijadikan
etiologi. Manifestasi klinisnya adalah kecepatan pertumbuhan dan usia tulang normal,
kadar gonadotropin maupun estradiol normal, ovarium normal, uterus prepubertas,
dan biasanya akan menghilang dengan sendirinya.
b. Premature adrenarche
Kelainan ini merupakan terbatas yang terjadi sebelum usia 6 tahun.
Adrenarche prematur dapat dilihat dari penampilan pubis dan tidak ada perkembangan
yang lebih jauh dari ciri seks sekunder. Pola pertumbuhan pada pasien ini tetap dalam
keadaan normal. Manifestasi klinis lainnya adalah bone age normal, sedikit
peningkatan kadar DHEA (dehidroepiandrosteron) dalam serum dan normalnya kadar
hormon steroid adrenal maupun hormon seks steroid.
c. Ginekomastia
Ginekomastia adalah pembesaran payudara pada pria yang masih berusia
muda dan akan segera menghilang dalam waktu 2 tahun. Pada pria obesitas, akan
menyebabkan lipomastia dan tidak ada diskus mamae. Jaringan mamae biasanya
asimetris. Etiologi ginekomastia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti obatobatan (seks steroid, hCG, psikoaktif seperti fenotiazin, antituberkulosis, antagonis
testosteron), malnutrisi, idiopati, dam tumor (hepatoma, testis, adrenal, tumor
penghasil LH dan hCG).
Ginekomastia
dapat
dibedakan
atas
ginekomastia
familial
maupun
Kelainan ini muncul akibat terjadinya gangguan pada hipotalamus dan hipofisis
dalam menghasilkan hormon gonadotropin yang juga disertai dengan gangguan pada
gonad dalam menghasilkan hormon seks steroid. Penyebabnya dapat berupa kelainan
susunan saraf pusat (tumor, sindrom Kallmann, hipopituitari idiopati, iatrogenik),
penyakit kronis (endokrin, malnutrisi, kelainan sistemik), aktivitas fisik yang berlebihan
dan sindrom-sindrom lainnya.
D. Perilaku Seksual Bayi hingga Remaja serta Gangguannya
Dalam mempelajari perilaku seksual, terdapat beberapa istilah penting yang harus
dibedakan. Identitas seksual adalah karakteristik seksual seseorang secara biologis yang
berhubungan dengan kromosom, organ genital, komposisi horman, dan tanda seks sekunder.
Gender identity adalah perasaan atau pengertian seseorang tentang sifak kelaki-lakian atau
kewanitaan. Gender role adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang yang menunjukkan
status sebagai laki-laki atau wanita melalui pengalaman sepanjang hidup. Orientasi seksual
adalah gambaran arah atau kecenderungan impuls seksual seseorang
Menurut teori psikoseksual Sigmund Freud, zona kenikmatan (pleasure) dari bayi
hingga remaja terdiri atas:
1. Fase oral
Caranya adalah dengan memakan atau menghisap maupun menggigit dengan gigi
2. Fase anal
3. Fase phalic
Caranya adalah dengan perasaan terhadap orang tua (Oedipus Complex) di mana
dengan jenis kelamin sama akan terjadi persaingan sedangkan dengan jenis
kelamin berbeda akan muncul rasa ingin memiliki.
4. Fase laten
5. Masa adolescence
Jika berhasil, maka anak belajar bahwa lingkungan dapat dipercaya dan percaya
diri
Jika gagal, maka anak mudah curiga dan tidak dapat mengontrol keinginan
Pada masa ini, perlu dicapai rasa otonomi diri sejalan dengan pertumbuhan
motorik dan verbal anak yang mulai meningkat pesat (berjalan, makan sendiri,
berbicara, toilet training)
Jika berhasil, maka terbentuk karakter anak yang disiplin dan mandiri
Jika kemandirian anak tidak didukung oleh orang tua, maka anak akan penjadi
peragu. Jika anak dibuat merasa buruk saat melakukan kegagalan, maka anak akan
menjadi pemalu.
Anak fokus pada hal-hal spesifik berupa ide untuk melakukan kegiatan tertentu
Jika berhasil, maka dalam diri anak akan tumbuh rasa ingin berperan dalam
lingkungan sehingga anak berani mencoba sesuatu yang baru
Anak yang berada pada masa usia sekolah ingin menghasilkan suatu karya
Jika gagal, maka anak akan mengalami role confusion dan terjadi berbagai
penyimpangan
interaksi sosial. Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang
ditujukan kepada 'seseorang yang hidup dalam dunianya sendiri.
Autisme terkadang terbawa sejak lahir sehingga sulit terdeteksi secara dini
karena secara awam terlihat sehat dan normal, baru setelah beberapa bulan bahkan
beberapa tahun kemudian baru dikenali kelainan yang mencirikan penyakit autisme.
Autisme baru dapat terdeteksi pada anak yang berumur paling sedikit 1 tahun.
Pengenalan gejala penyakit autisme dapat dilakukan dengan mengamati dengan
seksama perkembangan fisik, emosional dan kemampuan bicara anak. Dari
pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan secara naluriah apakah perkembangan
fisik, mental dan emosional anak tergolong normal, hiperaktif atau hipoaktif (kurang
aktif) bila dibandingkan dengan balita sebayanya. Sekitar 80% dari penderita autis
adalah laki-laki.
Gejala-gejala autisme terdiri atas:
Sikap anak yang menghindari tatapan mata (eye contact) secara langsung
Hanya suka akan mainannya sendiri dan mainan itu saja yang dia mainkan
Serasa dia mempunyai dunianya sendiri, sehingga sulit untuk berinteraksi dengan
orang lain
Suka bermain air dan memperhatikan benda yang berputar, seperti roda sepeda
atau kipas angin
Kadang suka melompat, mengamuk atau menangis tanpa sebab. Anak autis sangat
sulit dibujuk, bahkan menolak untuk digendong dan dibujuk oleh siapapun
Walaupun penyebab autisme belum dapat diketahui secara pasti, namun ada
beberapa ahli yang menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh multifaktorial
sehingga banyak faktor yang mempengaruhi. Hal ini menyebabkan sulitnya
memastikan faktor resiko pada gangguan autisme. Terdapat beberapa keadaan yang
membuat anak-anak beresiko besar menyandang autisme. Dengan diketahui resiko
tersebut tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan intervensi
sejak dini pada anak. Adapun beberapa risiko tersebut dapat diikelompokkan dalam
beberapa periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia bayi.
Dengan penyebabnya berupa faktor genetik, zat darah penyerang kuman ke mielin
protein basis dasar, infeksi karena virus vaksinasi, kelainan saluran cerna
(hiperpermeabilitas intestinal/Leaky Gut), gangguan neurobiologis pada susunan saraf
pusat (otak), zat-zat beracun dari polusi dan kekurangan vitamin, mineral nutrisi
tertentu.
2. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
ADHD adalah kelainan hiperaktivitas akibat gangguan gen transporter
dopamin (DAT) dan gen reseptor dopamin D4. Gejala utamanya terdiri atas:
a. Inatensi
b. Hiperaktivitas
c. Impulsivitas
Sering interupsi
Susah bertoleransi
Etiologi ADHD disebabkan oleh berbagai macam hal seperti faktor genetik
G. Penyalahgunaan Zat-zat dan Obat oleh Anak Usia Sekolah dan Remaja
Penyalahgunaan zat dan obat yang sering dilakukan anak usia sekolah hingga remaja
adalah:
1. Alkohol
Konsumsi alkohol pada tingkat remaja sudah sering terjadi. Peningkatan
biasanya terjadi dari bir ke anggur ke liquor keras tergantung masing-masing daerah.
Alkohol akan diabsorbsi dari perut dengan cepat, disalurkan ke hati, dan
dimetabolisme di hati. Konsumsi alkohol berlebihan akan menyebabkan perlemakan
hati dan akumulasi obat-obatan di dalam tubuh.
Alkohol berperan sebagai penekan sistem saraf pusat. Alkohol menimbulkan
euphoria, grogi, cerewet, dan terganggunya ingatan jangka pendek. Alkohol
menyebabkan vasodilatasi dan hipotermia. Pada kadar serum yang sangat tinggi,
timbul depresi pernapasan. Komplikasi gastrointestinal yang paling sering muncul
adalah gastritis erosif akut.
2. Kokain
Kokain diabsorpsi secara cepat di mukosa nasal karena merupakan obat hirup.
Selanjutnya, kokain akan segera didetoksifikasi di hati dan diekskresi ke dalam urin
dalam bentuk benzoil ekgonin. Kokain menyebabkan euforia, meningkatnya aktivitas
gerak,
berkurangnya
rasa
lelah,
dan
kadang-kadang
paranoid.
Sifat
H. Child Abuse
Child abuse adalah tindakan atau perlakuan yang salah pada anak seperti kekerasan
dan lain-lain. Ada berbagai jenis tindakan child abuse yaitu fisik (memukul, menarik,
mencubit, menelantarkan), psikis (mengejek, menakuti, mengurung), dan seksual (sentuhan,
ciuman, penetrasi).
Faktor predisposisi pelaku ini adalah seseorang yang pernah memiliki pengalaman di
masa kecil, mengalami gangguan mental, adiksi, terisolir, dan alkoholis. Masyarakat sering
tidak peduli karena hal tersebut merupakan urusan rumah tangga. Karakteristik korban child
abuse adalah mudah tersinggung, menarik perhatian, pembawa sial, anak yang pasif,
penyakitan, kelainan kongenital, dan lain-lain.
Diagnosa child abuse dari pelaku biasanya tidak konsisten. Oleh karena itu, diagnosa
pada korban menunjukkan perilaku ketakutan. Selain itu, juga dapat dilakukan observasi
seperti fraktur spiral, bekas benda, dan memar tidak serentak.
Dampak langsung pada anak adalah trauma apabila dilakukan secara fisik. Secara
psikologik, anak akan mengalami kebingungan, panic, ketakutan, regresi, depresi, dan
tindakan kriminal. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan intervensi
pada keluarga, penyusunan keluarga harmonis, membantu penanganan konflik, perpisahan
sementara, cerai, dan lain-lain.
I. Penatalaksanaan Gangguan Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah dan Remaja
Penatalaksanaan gangguan tumbuh kembang anak usia sekolah dan remaja terbagi
atas anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan terapi.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Antropometri
Status pubertas
Stigmata suatu sindrom (pendek, obese, retardasi mental, webbed neck, dan lainlain)
3. Pemeriksaan penunjang
Analisis kromosom
Status emosional
4. Terapi
Operasi
Psikotropik
seperti
stimulantia
(amfetamin,
metilfenidat),
neuroleptika
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dorland, W. A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Guyton, Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nelson, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.