PENDAHULUAN
Masa nifas adalah periode penyesuaian setelah kehamilan dan persalinan
yang
berat
karena
regangan-regangan
pada
perineum
akan
akan berkurang secara bertahap, tetapi bila tidak atau bahkan tambah
memburuk
maka
disarankan
untuk
mencari
pengobatan
karena
ada
II.
DEFINISI
Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum hamil
dalam waktu 3 bulan.
III.
1. Hemokonsentrasi
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah
uterus yang besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena didalam uterusterutama di plasenta menjadi luar biasa membesar, begitu juga pembuluh
darah ke dan dari uterus. Di dalam uterus pembentukan pembuluhpembuluh darah baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah yang
bermakna. Setelah pelahiran, kaliber pembuluh darah ekstrauterin
berkurang sampai mencapai atau paling tidak mendekati keadaan
involusi telah selesai namun ostium tidak dapat kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi
laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri khas
serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel servik terbentuk kembali dalam
jumlah yang cukup banyak sebagai akibat pelahiran bayi. Adhoot dan rekan
menemukan bahwa 50% wanita dengan sel skuamosa intraepithelial tingkat
tinggi mengalami regresi akibat persalinan pervaginam.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan
berkontraksi dan tertarik kembali, tetapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam
waktu beberapa minggu, segmen bawah telah mengalami perubahan dari
sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hampir
seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tidak terlihat dan terletak
diantara korpus uteri di atasnya dan os internum servik dibawahnya.
b.3 Subinvolusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya
retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke
bentuk semula. Proses ini disertai dengan pemanjangan masa pengeluaran
lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga
disertai dengan perdarahan yang hebat. Uterus teraba lebih besar dan lebih
lunak dibanding normal pada periode nifas tertentu. Penyebab involusi yang
telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi panggul.karena
hampir semua penyebab involusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini
biasanya dapat di atasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Pemberian
ergonovin atau metilergonovin 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 sampai 48
jam direkomendasi oleh beberapa ahli, namun efektivitasnya dipertanyakan. Di
lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotik oral. Wager dan rekan
melaporkan bahwa hampir sepertiga kasus infeksi uterus post partum awitan
lambat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis sehingga pengobatan dengan
tetrasiklin tambahan sudah tepat.
Andrew dan rekan melaporkan 25 kasus perdarahan antara hari ke-7
sampai 40 hari hari post partum akibat arteri uteroplasenta yang tidak
berinvolusi. Arteri-arteri abnormal ini ditandai oleh tidak adanya lapisan endotel
dan pembuluhnya yang terisi thrombus. Trofoblas peri auricular juga tampak
pada dinding-dinding pembuluh-pembuluh ini dan para peneliti tersebut
mengajukan dalil bahwa subinvolusi mungkin menggambarkan interaksi aberran
antara
sel-sel
uterus
dengan
trofoblas,
setidaknya
berdasarkan
hasil
Konseling:
Agar ibu hamil terhindar dari sub involusi yang meningkatkan mortalitas
dan morbiditas karena sekuele perdarahan yang ditimbulkannya, karena
kejadian ini tidak lepas dari kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan, faktorfaktor yang mempengaruhi keadaan ibu harus mendapat perhatian. Keaadan
yang dimaksud adalah faktor gizi, hemodinamik (status anemia), infeksi serta
faktor dalam kehamilan seperti hamil kembar dan multi paritas yang kesemuanya
ikut memberi andil dalam terjadinya sub involusi maka hal-hal tersebut
sedapatnya di antisipasi. Makan makanan yang kalorinya seimbang, konsumsi
tablet penambah darah selama hamil, pengobatan infeksi terutama infeksi
saluran kemih dan genital serta pemeriksaan antenatal yang berkualitas,
kesemuanya merupakan perilaku positif yang dapat menurunkan insiden
subinvolusi.
akibat
pertumbuhan
jaringan
endometrium.
Hal
ini
sebagian
dari kelenjar dan stroma yang tertinggal di bagian dalam desidua basalis setelah
pelepasan plasenta. Proses eksfoliasi semacam ini akan dianggap sebagai
sangat konservatif, dan sebagai suatu ketetapan yang bijaksana, sebaliknya
kesulitan besar akan di alami dalam pelenyapan arteri yang mengalami obliterasi
dan thrombus yang mengalami organisasi, yang bila menetap in situ, akan
segera mengubah banyak bagian mukosa uterus dan miometrium dibawahnya
menjadi suatu massa jaringan parut.
belas atau lebih. Yang disebut endometritis masa nifas secara histologis
hanyalah bagian dari proses perbaikan normal tersebut. Demikian pula pada
hampir separuh wanita postpartum, tuba fallopi antara hari ke-5 dan ke-15
menunjukkan perubahan peradangan mikroskopik yang merupakan khas
salpingitis akut. Namun hal ini bukan disebabkan oleh infeksi, melainkan hanya
merupakan bagian proses involusi.
c. Laktasi
Mekanisme humoral dan neural yang sesungguhnya terlibat dalam laktasi
sangat kompleks. Progesterone, estrogen dan laktogen plasenta, serta prolaktin,
kortisol dan insulin tampaknya bekerja secara selaras untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan apparatus penghasil ASI pada kelenjar
mammae. Dengan terjadinya pelahiran, terdapat penurunan kadar progesterone
dan estrogendalam jumlah besar dan mendadak, yang menggantikan pengaruh
inbisi laktalbumin oleh retikulum endoplasma kasar. Peningkatan alpha
laktalbumin berfungsi untuk merangsang sintetase laktosa dan pada akhirnya
meningkatkan jumlah laktosa ASI. Penurunan progesterone juga menyebabkan
prolaktin
bekerja
tanpa
hambatan
dalam
merangsang
produksi
alpha
laktalbumin.
Intensitas dan durasi laktasi selanjut nya ditentukan oleh perangsangan
berulang proses menyusui. Prolaktin penting untuk laktasi, wanita dengan
nekrosis hipofisis luas, seperti pada sindroma Sheehan tidak dapat menyusui.
Meskipun kadar prolaktin plasma turun setelah pelahiran hingga mencapai kadar
yang jauh lebih rendah dibanding waktu hamil, setiap tindakan mengisap puting
mencetuskan kadar prolaktin (McNeilly dkk, 1893). Agaknya suatu rangsang dari
payudara mengurangi pelepasan faktor penghambat-prolaktin dari hipotalamus,
yang pada akhirnya menginduksi peningkatan sekresi prolaktin sementara oleh
hipofisis.
menyusui,
komposisi
asi
mengalami
perubahan
progresif
yang
imunologis
pemberian
asi.
Antibodi
terdapat
dalam
kolustrum dan ASI manusia, tetapi di absorpsi dengan buruk oleh usus bayi,
bahkan hampir tidak di absorpsi sama sekali. Tetapi keadaan ini tidak
mengurangi pentingnya kehadiran setidaknya sejumlah antibodi dalam ASI.
Imunoglobulin dominan dalam ASI adalah immunoglobulin A sekretorik, sebuah
makromolekul yang penting dalam proses antimikroba pada membrane mukosa.
ASI mengandung antibody Ig A sekterotik terhadap Escherichia coli, dan telah
diketahui bahwa bayi yang disusui dengan ASI lebih tahan terhadap infeksi
10
enterik dibanding bayi yang diberikan susu formula. Telah ditunjukkan bahwa IgA
bekerja dengan menghambat perlekatan bakteri ke permukaan sel epitel
sehingga mencegah invasi jaringan. Lebih lanjut ASI juga memberikan
perlindungan terhadap infeksi Rotavirus
lebih
minggu
setelah
bersalin.
Namun
penelitian
terbaru
11
dalam posisi supine memperlihatkan hipotonia dan dilatasi dari ureter dan pelvis
renalis. Insiden infeksi saluran kencing lebih tinggi pada wanita yang mengalami
dilatasi tersebut. Dalam persentase kecil dilatasi ini menetap sampai selama 3
bulan post partum. Pembesaran ginjal yang bermakna dapat menetap beberapa
minggu postpartum. Kehamilan diikuti dengan meningkatnya aliran plasma ke
ginjal kira-kira 25-30 persen dan meningkatnya laju filtrasi glomerulus. Hal ini
akan kembali ke keadaan seperti semula dalam masa postpartum namun berapa
lama waktu yang dibutuhkan belum diketahui dengan pasti serta tetap ada
variasi individu. Perubahan hormonal selama hamil juga meningkatkan
perubahan pada fungsi ginjal.
Kecepatan pengisian kandung kemih setelah pelahiran mungkin dapat
bervariasi. Pada banyak rumah sakit, cairan intravena hampir selalu diberikan
melalui infus selama persalinan dan selama sejam setelah pelahiran. Lebih lanjut
baik sensasi maupun kapasitas kandung kemih untuk melakukan pengosongan
spontan dapat sangat berkurang akibat anestesi, khususnya anestesi regional,
juga episiotomi, laserasi atau hematom. Karena itu tidaklah mengherankan
bahwa retensi urin dengan overdistensi kandung kemih merupakan komplikasi
yang umum pada awal masa nifas.
Untuk mencegah overdistensi diperlukan pengamatan yang ketat setelah
pelahiran untuk menjamin kandung kemih tidak terisi berlebihan dan setiap
berkemih mengosongkan diri secara adekuat. Kandung kemih dapat teraba
sebagai suatu massa kistik suprapubik, atau kandung kemih yang membesar
dapat tampak menonjol di abdomen sebagai akibat tidak langsung pendorongan
fundus uteri di atas umbilikus.
Bila wanita tersebut belum berkemih selama 4 jam setelah pelahiran, ada
kemungkinan ia tidak dapat melakukannnya. Wanita yang pada awalnya sudah
mengalami gangguan berkemih kemungkinan akan mengalami masalah lebih
lanjut. Kadang-kadang diperlukan kateter yang terfiksasi untuk mencegah
overdistensi. Kemungkinan adanya hematom traktus genitalia harus dipikirkan
jika wanita tersebut tidak dapat berkemih. Begitu kandung kemih mengalami
overdistensi, kateter terfiksasi harus tetap terpasang sampai faktor-faktor yang
12
menyebabkan retensi telah teratasi. Haris dkk melaporkan bahwa 40% wanita
tersebut akan mengalami bakteriuria; sehingga, tampaknya beralasan untuk
memberikan terapi antibiotik jangka pendek setelah kateter di cabut.
Apabila terjadi overdistensi kandung kemih, sebaiknya dibiarkan kateter
terfiksasi selama setidaknya 24 jam, untuk mengosongkan kandung kemih
seluruhnya dan mencegah terjadinya rekurensi, selain juga memungkinkan
pemulihan tonus dan sensasi kandung kemih normal. Bila kateter dicabut, wanita
tersebut harus mampu menunjukkan kemampuan berkemih normalnya secara
berkala. Bila ia tidak mampu berkemih setelah 4 jam, ia haruis dikateter kembali
dan volume urinnya diukur. Bila terdapat lebih dari 200 ml urin, tampaknya
kandung kemih belum berfungsi normal.
13
Fungsi paru yang dengan cepat berubah disebabkan oleh perubahan pada isi
abdomen dan kapasitas rongga thorakalis. Volume residual meningkat, tetapi
kapasitas vital dan kapasitas respirasi menurun. Kapasitas pernafasan
maksimum berkurang setelahmelagirkan. Meningkatnya ventilasi istirahat dan
konsumsi okesigen dan kurangnya respon terhadap latihan mungkin menetap
selama post partum dini.
Tekanan oksigen arterial istirahat dan saturasi oksigen selama kehamilan
lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil. Selama persalinan, saturasi
oksigen mungkin menurun terutama pada posisi supine, mungkin disebabkan
penurunan
curah
jantung
dan
peningkatan
relative
jumlah
shunting
14
15
V. PEMBERIAN ASI
a. Kandungan ASI
ASI merupakan makanan ideal bagi neonatus. ASI menyediakan nutriennutrien spesifik. Selain memberikan keseimbangan nutrient yang sempurna,
faktor-faktor imunologis dan zat-zat antibakteri, ASI mengandung faktor-faktor
yang bekerja sebagai sinyal biologis untuk memicu pertumbuhan dan diferensiasi
selular.
ASI adalah suspensi lemak dan protein dalam suatu larutan karbohidrat
mineral. Seorang ibu yang menyusui dapat dengan mudah memproduksi 600 ml
ASI perhari. ASI isotonik dengan plasma, dan laktosa membentuk setengah
tekanan osmotiknya. Protein-protein terutama yang terdapat dalam asi termasuk
alpha laktalbumin, beta laktoglobulin dan kasein. Asam amino esensial berasal
dari darah, dan asam-asam amino non esensial sebagian berasal dari darah dan
sebagian disintesis didalam kelenjar mammae. Sebagian protein-protein asi
adalah protein unik yang tidak diketemukan dimanapun. Whey (serum encer asi)
juga telah terbukti mengandung sejumlah besar interleukin-6.
16
persentase ibu yang menuyusi di Amerika. Insidennya menurun hampir 80% bayi
yang dilahirkan antara tahun 1926 sampai 1930 menjadi 20% angka kelahiran
pada tahun 1972. Saat ini di Amerika serikat, sejumlah survey menunjukkan
bahwa lebih dari 60% bayi yng dilahirkan dirumah sakit disusui dengan ASI, dn
angka ini terus meningkat (ACOG, 2000)
dan
kandungan
immunoglobulin
A-nya
dapat
memberikan
beberapa
17
Academy
American
Paediatric
(1997)
merekomendasikan
untuk
Tabel 1.Komposisi ASI matur manusia, Susu sapi dan susu formula yang
biasa
diberikan pada bayi aterm
18
19
20
Konseling:
ASI merupakan nutrisi yang ideal bagi neonatus. Namun demikian begitu
banyak permasalahan dalam keseharian dalam pemberian ASI, untuk itu
sejumlah permasalahan yang mungkin menjadi pertanyaan yang kerap harus
dijawab oleh tenaga kesehatan diringkas disini. ASI diberikan sebanyak
keinginan bayi untuk menyusui (on demand). Begitu lahir sedapat sesegera
mungkin ASI langsung diberikan tentunya dengan tetap memperhatikan hiegine
dari ibu.
Komposisi ASI yang keluar biasanya bertahap, pertama mengandung
lebih banyak air, kedua mengandung. Pemerintah menerapkan progam
pemberian ASI secara total selama beberapa bulan pertama setelah lahir. Hal
ini dikenal dengan ASI ekslusif, dulunya mulai 0 - 4 bulan. Sekarang sampai 6
bulan
setelahnya
Pertimbangan
ini
mengembangkan
baru
diberikan
didasarkan
mekanisme
pada
makanan
bayi
imunologis
pendamping
bayu
untuk
lahir
dirinya
ASI
(PASI).
belum
mampu
sehingga
rentan
mengalami kesakitan terutama infeksi. Karenanya bila bayi menerima ASI dari
21
ibunya didalam ASI terdapat faktor-faktor imunologis yang akan membantu janin
memelihara diri dari pengaruh morbid(penyakit) lingkungan sekitarnya. Setelah 6
bulan pertama kehidupan dianggap bayi sudah mulai mampu membentuk
mekanisme pertahanan imunologis secara bertahap.
Untuk kelancaran pemberian ASI diperlukan suatu kontinuitas usaha ibu
disini.. ASI yang keluar melalui kelenjar susu tidak lepas dari mekanisme neuro
humoral serta rangsangan psikis dalam kontak hubungan ibu dengan bayinya.
Hampir serupa dengan refleks pengisapan dari bayi, rangsangan psikis (berupa
kasih sayang ibu karena melihat bayinya dalam pangkuannya) akan membantu
pelepasan hormon-hormon yang terlibat dalam pengeluaran ASI yang pada
gilirannya akan menambah proses produksi ASI. Karena itu kurang beralasan
bila ada pendapat tidak perlu meneteki bayi secara langsung karena
pengosongan ASI dengan pemompaan akan mengeluarkan ASI sama
banyaknya dengan isapan langsung mulut bayi. Jelas disini rangsangan psikis
ikut berperan dalam produksi ASI, sehingga pemberian ASI langsung kepada
bayi lebih bermamfaat dari pada pemberian tidak langsung (melalui botol atau
sendok)
Tidak dapat dipungkiri dewasa ini dengan kemajuan zaman, terdapat
keterbatasan waktu bagi ibu untuk menyusui bayinya terutama bagi wanita yang
bekerja (wanita karier). Namun, hal ini tidak serta merta menghentikan
pemberian ASI. Seorang ibu yang ingin menyusui bayinya dapat memeras ASI
nya dan kemudian disimpan untuk kemudian diberikan bila sibayi haus dan ingin
menyusu. Apabila ASI akan diberikan dalam waktu 3 jam maka cukup disimpan
dalam suhu kamar tidak perlu disimpan dalam pendingin (es atau kulkas).
Penyimpanan dalam freezer bisa bertahan sampai 3 bulan, sedangkan
penyimpanan pada rak-rak dibawahnya hanya bertahan 24 jam. Bila Diambil dari
kulkas, karena ASI membeku maka butuh waktu untuk mencair sehingga bisa
diberikan, karena bila akan diberikan ASI yang disimpan dalam kulkas
sedapatnya 3 jam sebelumnya sudah dikeluarkan dengan tetap menjaga
kebersihannya. Pencairan dengan pemanasan dapat merusak ASI. Pemberian
dengan menggunakan sendok lebih baik daripada botol karena melalui sendok
22
lebih banyak usaha bayi untuk mengisap sehingga bila kemudian menyusui
melalui putting susu ibunya usaha yang dilakukan mungkin agak sebanding
dengan pengisapan pada sendok.
Untuk menghasilkan cukup ASI, seorang ibu harus mengkonsumsi cairan
dalam jumlah yang adekuat sekurang-kurangnya 12 gelas ukuran 250-300 cc
setiap harinya yang terbagi kedalam misalnya 3 gelas air manis (gula), 3 gelas
air susu, 3 gelas air rebusan kacang hijau, 3 gelas susu serta makan makanan
yang bergizi karena nantinya zat gizi yang beredar dalam ASI akan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tentunya ini tidak lepas dari faktor
ekonomi keluarga. Kebijakan pemerintah melalui program Askeskin ditingkat
puskesmas dengan pengadaan PASI pada bagian Gizi diharapkan dapat
menjadi solusi bila berhadapan dengan masalah-masalah sejenis.
ASI yang banyak tidak datang dari ukuran payudara yang besar. Adalah
pendapat yang salah jika beranggapan bahwa payudara yang besar akan
meghasilkan ASI yang banyak dan Payudara yang kecil akan menghasilkan ASI
lebih sedikit. Sekali lagi, banyak hal yang terlibat dalam produksi ASI, meskipun
anatomi payudara tidak kalah pentingnya tetapi yang dimaksud disini adalah
perkembangan duktus dan asinus dari payudara dan bukan besar kecilnya
payudara. Selain itu juga saluran keluar seperti puting susu, karena nya
perawatan payudara merupakan salah satu elemen penting yang harus
diperhatikan oleh ibu maupun oleh tenaga kesehatan. Dalam perawatan
antenatal jangan lupa memeriksa payudara dengan putting susu, evaluasi
adanya kelainan sedini mungkin. Persiapan yang baik akan menghasilkan hasil
yang baik pula.
Dalam dunia medis dikenal ada obat-obatan yang menekan/menghentikan
pengeluaran ASI seperti pada kasus-kasus ibu tidak mau menyusui baik karena
penyakit yang dideritanya maupun karena tidak ada kemauan untuk menyusui.
Perlakuan ini dapat dibaca pada bagian inhibisi laktasi. Tidak kalah pentingnya
adalah obat-obat yang meningkatkan produksi ASI melalui berbagai pengaruh
dan cara kerjanya. Pertimbangan pemberian obat tentunya datang dari
farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat yang diresepkan dokter. Obat yang
23
kita kenal misalnya adalah moloko B12 yang mengandung vitamin. Pemilihan
obat ini didasari pada tingkatan mana obat diharapkan bekerja,apakah pada
tingkat hipotalamus, hipofisis, pada tingkat persarafan atau pada target organ
tersedia banyak pilihan. Namun, peresepan juga harus mempertimbangkan
mamfaat dan kerugian, misalnya Metoklopramid suatu antagonis dopamine yang
bekerja pada saraf pusat mempunyai efek perangsangan prolaktin yang akan
merangsang produksi ASI namun karena bekerja pada trigger zone sebagai anti
muntah tidak jarang timbul gejala ekstrapiramidal yang mungkin mengganggu
pasien, Sekali lagi pemberian obat tergantung pada untung rugi serta
pengalaman tenaga kesehatan yang meresepkannya.
Menyusui hendaknya diteruskan kecuali pada beberapa kondisi seperti
pada penyakit menular atau gangguan kejiwaan. Namun ada kontra indikasi
yang diirasakan bersifat relative serta ada kontraindikasi mutlak. Penyakit TBC
aktif misalnya kontak erat akan menyebarkan penyakit ini ke orang sekitarnya.
Namun penularannya adalah melalui droplet air liur yang terpercik sehingga
tindakan yang membatasi hal ini akan mengizinkan pemberian ASI misalnya
pemakaian masker. Namun perilaku dan kepatuhan ibu terhadap pemakaian
masker juga perlu diperhatikan mengingat sebagian meskipun tidak semua,
tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Penyakit ini sering
dijumpai pada kelompok masyarakat golongan ekonomi rendah. Penyakit sangat
menular lainnya tentu memiliki pembatasan yang ketat misalnya Hepatitis B, HIV
atau AIDS mengingat tingginya angka penularan melalui ASI (Aids menular
hampir
20
persen
lebih
melalui
menyusui)
maka
adalah
bijaksana
24
2. Mastitis
Infeksi parenkimal kelenjar mammae merupakan komplikasi antepartum yang
jarang namun terkadang ditemui pada masa nifas dan menyusui. Insidennya
sekitar 2 %. Gejala-gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum akhir sampai
minggu ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan
bermakna biasanya mendahului inflammasi, yang tanda pertamanya adalah
mengigil dan rasa kaku segera diikuti demam dan takikardia. Payudara menjadi
keras dan memerah, dan sang ibu mengeluhkan nyeri. Sekitar 10 % wanita
dengan mastitis mengalami abses dan gejala-gejala konstitusional yang
mendahului abses mammae biasanya parah
Organisme penyebab tersering adalah staphilokokus aureus, dan Matheson
dkk (1988) membiakkan organisme ini dari 40 % wanita yang mengalami
mastitis. Penyebab lain adalah stafilokokkus negatif-koagulase dan streptokokus
viridans. Sumber terdekat organissme penyebab mastitis adalah hidung dan
tenggorokan bayi. Saat menyusui, organisme masuk ke payudara melalui puting
pada fisura atau daerah yang mengalami aberasi, yang bisa amat kecil. Mastitis
25
sebagai akibat sekunder dari pembengkakan dan edema yang membuat areola
sulit dipegang.
3. Abses mammae
Kecurigaan klinis pertumbuhan abses dapat timbul baik akibat menetapnya
demam dalam waktu 48 sampai 72 jam atau pertumbuhan massa yang teraba.
26
4. Galaktokel
Walaupun sangat jarang.ASI dapat berakumulasi di satu atau lebih lobus
mammae akibat penyumbatan duktus oleh secret yang mengental. Jumlahnya
biasanya terbatas, namun sekresi dapat berlebih dapat terjadi akibat massa
berfluktuasi yang mungkin menimbulkan gejala-gejala penekanan. Galaktokel
dapat sembuh spontan atau memerlukan aspirasi
5. Mammae aksesorius
Satu dari beberapa ratus wanita yang memiliki satu atau lebih payudara
aksesorius. Payudara aksesoris bisa jadi amat kecil sehingga disangka tahi lalat,
atau bila tanpa putting seperti suatu lipoma dan jarang mencapai ukuran yang
besar. Biasanya berpasangan pada masing-masing sisi dinding thorak dan
biasanya dibawah payudara utama. Payudara ini tidak memiliki makna obstetrik.
6. Kelainan puting
Pada beberapa wanita, duktus laktiferus langsung bermuara ke sebuah ceruk
pada pusat areola. Pada kasus-kasus dengan ceruk puting yang sangat dalam,
menyusui jelas tidak mungkin dilakukan. Namun bila ceruknya tidak begitu
dalam, payudara terkadang masih dapat digunakan untuk menyusui dengan cara
dipompa.
Yang lebih sering terjadi meskipun tidak terdapat ceruk putingnya terbalik.
Pada kasus semacam itu, setiap hari selama bulan-bulan terakhir kehamilan
harus dilakukan upaya menarik puting keluar dengan tangan. Puting yang normal
27
ukuran dan bentuknya juga dapat mengalami pembentukan fissure. Pada kasus
semacam ini, fissure hampir selalu menimbulkan nyeri saat menyusui dan
terkadang mempengaruhi fungsi sekretorik namun bersifat reversible. Lebih
lanjut lesi semacam ini memudahkan masuknya bakteri piogenik. Atas alasan ini
harus dilakukan berbagai upaya
d. Inhibisi laktasi
Kurang lebih 40 % wanita Amerika saat ini memilih untuk tidak menyusui,
dan banyak diantaranya mengalami nyeri dan pembengkakan payudara yang
cukup nyata. Perembesan ASI, pembengkakan dan nyeri payudara mencapai
puncaknya 3 sampai 5 hari postpartum. Sebanyak 10% wanita mungkin
melaporkan nyeri berat hingga 14 hari postpartum dan seperempat sampai
setengah wanita tersebut mengkonsumsi analgesik untuk meredakan nyeri
payudara pada masa nifas.
Tahun 1989, sebuah dewan penasehat pada FDA dengan berpegang
pada pendapat yang menyatakan tidak diperlukannya terapi farmakologis untuk
supresi laktasi, merekomendasikan bahwa sebaiknya tidak lagi digunakan obatobatan untuk supresi laktasi. Bromokriptin, obat yang biasa digunakan untuk
inhibisi laktasi, telah lama dihubungkan dengan stroke, infark miokard, epilepsi
dan gangguan psikiatrik pada wanita nifas meski bukti yang digunakan untuk
menyokong pendapat ini bersifat lemah. Walaupun demikian, pembuat obat ini
secara sukarela menghapus supresi laktasi sebagai indikasi bromokriptin pada
tahun 1994 (Food and Drug Administration, 1994)
Wanita yang tidak ingin menyusui sebaiknya diyakinkan bahwa,
menghentikan
produksi
asi
bukanlah
masalah
besar.
Selama
tahap
pembengkakan payudara menjadi nyeri dan harus disangga dengan bra yang
28
pas. Kompres es dan analgesik oral untuk 12 sampai 24 jam dapat meredakan
rasa tidak nyaman. Di Parkland hospital supresi laktasi lebih rutin dikerjakan
dengan bebat payudara pada ibu yang tidak ingin menyusui
VI. KONTRASEPSI
Salah satu keputusan yang sangat sensitif dan bersifat pribadi yang di
buat seseorang atau pasangan adalah pengaturan kesuburan/kehamilan.
Keputusan ini sering kali di dasari oleh keyakinan religius yang mendalam atau
pendirian filosofi seseorang. Karena itu seorang klinikus harus mendekati
seorang pasien (calon akseptor) dengan pendekatan khusus, dengan empati,
sensitivitas, kematangan emosi serta tidak menghakimi. Seorang tenaga medis
harus mampu memberi penjelasan yang dibutuhkan tentang kontrasepsi
mencakup metode, keuntungan , kerugian, dan efek samping sehingga pilihan
yang dibuat benar-benar sesuai dengan kondisi yang ada.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Saat ini tersedia
metode-metode pengendalian kesuburan yang kuat dan efektif. Tidak ada satu
pun yang bebas sama sekali dari efek samping dan bahaya.
Siapa yang memerlukan kontrasepsi?
29
Pada wanita yang sudah tua tapi masih mendapatkan mens secara teratur
kemungkinan hamil tetap ada.
Terdapat
berbagai
pertimbangan
yang
mendasari
rekomendasi
penggunaan metode kontrsepsi hormonal selama masa nifas dan laktasi, yang
terutama bersifat teoritis. Kontrasepsi tidak diperlukan selama 3 minggu pertama
postpartum karena terdapat penekanan kembalinya ovulasi pada semua wanita
(American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000). Setelah itu,
tergantung dari variasi biologis individual dan intensitas menyusui, ovulasi dapat
terjadi kembali pada wanita menyusui dalam waktu yang tidak dapat
diperkirakan. Kontrasepsi berisi progestin saja antara lain mini-pil, depot
medroksiprogesteron dan implant levonergestrel tidak mempengaruhi kualitas asi
dan hanya sedikit meningkatkan volume asi sehingga menjadi kontrasepsi
pilihan untuk wanita menyusui (ACOG, 2000).
Kontrasepsi gabungan estrogen-progestin telah terbukti mengurangi
kuantitas dan kualitas ASI. Pertimbangan lain adalah predisposisi wanita nifas
untuk mengalami trombosis vena, yang dapat meningkat dengan penggunaan pil
kontrasepsi kombinasi. Sesuai aturan sebaiknya digunakan tablet estrogen dosis
rendah (35 mikrogram atau kurang) bila akan memberikan kontrasepsi hormonal
pada wanita menyusui.
Konseling
Sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi, lebih dulu petugas menyampaikan
informasi yang detil tentang kontrasepsi. Pemilihan pasien terhadap metode
kontrasepsi melibatkan faktor-faktor seperti efikasi (berapa banyak kemungkinan
hamil per 100 wanita dalam satu tahun jika menggunakan kontrasepsi tersebut,
makin sedikit yang hamil maka makin tinggi efikasinya), safety, keuntungan
nonkontrasepsi misalnya nyeri menstruasi yang berkurang, harga, dan
pertimbangan pribadi. Ada berbagai macam konrasepsi yang tersedia di pusat
pelayanan kesehatan maupun dipasaran. Dibawah ini dirangkum sejumlah
30
kontrasepsi
baik
keuntungannya,
kerugiannya,
tingkat
efikasinya
dan
Metode kontrasepsi
Metode-metode kontrasepsi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi steroid oral
2. Kontrasepsi steroid suntik
3. Alat kontrasepsi dalam rahim
4. Teknik fisik, kimiawi, atau sawar
5. Koitus interuptus
6. Pantang seksual disaat sekitar ovulasi
7. Menyusui
8. Sterilisasi permanen
31
Efek netto atau efek kombinasi dari progestin dan estrogen dalam kaitannya
dengan kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blokade
penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di
endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal. Indikasi kontra mutlak
pemakaian pil kombinasi :
- terdapatnya tromboflebitis atau adanya riwayat tromboflebitis,
- kelainan serebrovaskular
- gangguan fungsi hati
- adanya keganasan
- kehamilan
Indikasi kontra relatif : hipertensi, diabetes, perdarahan pervaginam abnormal,
penyakit jantung atau ginjal, myoma uteri dll.
32
Keuntungan :
Pil kombinasi estrogen plus progestin merupakan bentuk kontrasepsi reversible
paling efektif yang tersedia, kepadatan tulang meningkat, darah menstruasi dan
anemia berkurang, angka kehamilan ektopik lebih rendah, dismenorea karena
endometriosis menurun, kista ovarium berkurang, sindrom premenstrual
berkurang, perbaikan hirsutisme, perbaikan akne, keparahan penyakit radang
panggul berkurang, dan perbaikan rheumatoid arthritis.
Kerugian :
Meningkatkan trigliserida dan kolesterol total yang menyebabkan timbulnya
penyakit-penyakit vaskular, menurunkan toleransi glukosa sehingga dapat
33
2. Kontrasepsi suntikan
Merupakan salah satu kontrasepsi yang popular, kontrasepsi yang digunakan
adalah long acting progestine. Teknik penyuntikan adalah secara intramuskulus
dalam, didaerah gluteus maksimus atau deltoideus.
3. Kontrasepsi implan
Sistem norplant menyalurkan levonergestrel dalam 6 wadah silastik yang
diimplantasikan di jaringan sub dermal. Setiap wadah memiliki panjang 34 mm,
dengan garis tengah 2,4 mm mengandung 36 mg levonergestrel.
Efektivitas kontrasepsi ini ditinjau dari kegagalannya, tahun pertama 0,04 per
100 wanita pertahun, tahun kedua menjadi 0,2 dan 0,5, 0,9, dan 1,1 pada tahuntahun berikutnya. Karena itu merupakan salah satu metode yang paling efektif
yang tersedia. Yang utama, setelah penghentian, fertilitas pulih dengan
34
Pemasangan implan
Pasien berbaring ditempat tidur. Tangan kiri atau tangan kanan diletakkan
disamping badan dengan bagian volar dibagian atas. Lengan atas mulai dari lipat
siku sampai pergelangan bahu dicuci dengan larutan antiseptik. Pada tempat
yang avaskular, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku, disuntikkan anestesi subkutan
ke daerah dimana susuk akan dipasang. Pada tempat bekas tusukan jarum
suntik, dilakukan incise 3-4 mm. Trokar dimasukkan subkutan sampai garis batas
ke daerah yang telah di anestesi secara sistematis mulai dari medial ke lateral
atau sebaliknya. Kapsul norplan dimasukkan melalui trokar, lalu di dorong
dengan alat pendorong sampai tertahan. Kemudian trokar ditarik keluar sampai
garis batas. Selanjutnya trokar dimasukkan lagi sampai semua norplan
terpasang. Selanjutnya luka incisi ditutup dengan band-aid. Setelah norplan
selesai dipasang pasien dipesan dating untuk follow up 2 minggu, 13 bulan, 25
bulan, 37 bulan, 49 bulan dan 61 bulan kemudian atau bila ada keluhan.
35
Mekanisme kerja
1. Gangguan implantasi ovum
2. Respon peradangan lokal yang intens terutama oleh alat yang mengandung
tembaga disertai sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blatokista
3. Percepatan motilitas tuba yang mungkin dirangsang oleh reaksi peradangan
Keuntungan
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
hanya satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. AKDR yang mengandung progesterone dan levonorgestrel mengurangi
pengeluaran darah mens bahkan dapat digunakan untuk mengobati
menoragia
4. AKDR LNg dilaporkan mengurangi insiden infeksi panggul dan bermamfaat
bagi wanita dengan fibroid uteri
5. Setelah penghentian, kesuburan tidak terganggu
Kerugian/komplikasi
1. Perforasi uterus dan abortus
2. Keram dan perdarahan uterus
3. Menoragia pada pemakaian Cu 380A. Jumlah darah mens rata-rata sekitar
35 ml, rata rata pengeluaran darah pada pemakaian AKDR yang
mengandung tembaga adalah sekitar 50-60 ml per daur
4. Infeksi panggul, termasuk abortus septic dapat terjadi pada pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim
36
keguguran cukup tinggi bila diketahui dari awal maka AKDR nya
harus dikeluarkan.
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan sebagai berikut :
Sewaktu postpartum
Sewaktu postabortum
37
b. Metode sawar
b.1 Kondom
b.1.1 Keuntungan :
- Mudah dipakai
- Dapat mencegah penularan penyakit menular seksual
b.1.2 Kerugian :
- alergi terhadap bahan kondom
- terjadi kebocoran yang menyebabkan kehamilan (0,6 %)
b.1.3 Efektivitas
Angka kegagalan pada pasangan yang berpengalaman dan bermotivasi kuat
dapat hanya 3 atau 4 per 100 pasangan per tahun pajanan. Efektivitas
meningkat dengan pemakaian kondom yang diberi ujung reservoir serta pelumas
spermisida yang ditambahkan kedalam kondom
b.2.2 Kerugian
- Pernah dilaporkan terjadi malformasi congenital. FDA (1986) menyimpulkan
bahwa bukti yang ada tidak menunjang adanya keterkaitan antara spermisida
dan malformasi kongenital
- Harus diletakkan tinggi di vagina dan berkontak dengan serviks sebelum
hubungan kelamin
b.2.3 Keuntungan
38
6. Koitus interruptus
Melakukan
penarikan
penis
keluar
vagina
pada
saat
akan
terjadi
7. Pantang berkala
1.1 Mekanisme kerja
Tidak melakukan hubungan seksual selama sekitar waktu ovulasi. Ovum
manusia hanya dapat dibuahi selama 12 sampai 24 jam setelah ovulasi
1.2 Metode
1.2.1Metode irama kalender
Ovulasi paling sering terjadi sekitar 14 hari sebelum mula menstruasi yang akan
datang, tetapi sayangnya tidak harus 14 hari setelah awal menstruasi terakhir
1.2.2Metode irama suhu
39
1.2.4Metode simtotermal
Kombinasi dari ketiga metode di atas, sulit dipelajari dan diterapkan
1.3 Kerugian
- Membutuhkan tingkat pengetahuan akseptor yang tinggi
- lebih rumit
- Pada beberapa kasus sperma dapat bertahan lama setelah koitus
1.4 Keuntungan
- Bebas dari efek samping obat karena lebih bersifat alamiah
- dapat dikerjakan sendiri oleh akseptor
1.5 Efektivitas
Angka kehamilan dengan berbagai metode di atas berkisar 5 -40 per 100 tahun
wanita. Dengan kata lain mencerminkan angka kehamilan yang tidak diinginkan
sebesar 25 %
7. Menyusui
Bagi ibu yang menyusui, kecil kemungkinannya terjadi ovulasi selama 10 minggu
pertama setelah melahirkan. Menunggu mens pertama memberikan resiko
kehamilan karena ovulasi dapat terjadi sebelum menstruasi. Pada pasien-pasien
tertentu mamfaat mencegah kehamilan dengan kontrasepsi jauh lebih besar dari
pada resikonya, tetapi kontrasepsi oral khusus progestin tampaknya merupakan
pilihan terbaik pada sebagian besar kasus.
40
8.1.5 Kerugian
- Tidak ada jaminan pemulihan kesuburan walaupun reanastomosis berhasil
dilakukan
- Insiden kehamilan ektopik meningkat. Setiap gejala kehamilan pada seorang
wanita yang telah menjalani sterilisasi tuba harus diperiksa, dan kemungkinan
kehamilan ektopik harus disingkirkan
41
- Sindrom paska ligasi tuba berupa rasa tidak nyaman di panggul, pembentukan
kista ovarium, dan khususnya menoragia
8.2.2 . Keuntungan
Angka kegagalan untuk vasektomi jauh dibawah 1 %, tetapi angka ini tergantung
pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah kegagalan akibat hubungan
kelamin tanpa proteksi yang terlalu awal setelah ligasi, kegagalan penyumbatan
vas deferens, atau rekanalisasi
8.2.3 Kerugian
- Sterilitasnya tidak bersifat segera
- Dalam 3 bulan pertama setelah vasektomi harus menggunakan metode
kontrasepsi lain
- Setelah vasektomi yang berhasil pemulihan kesuburan tidak selalu dapat
dicapai
9. Kontrasepsi darurat
Kontrasepsi jenis ini dianjurkan untuk mereka yang tidak menggunakan
kontrasepsi sebelum berhubungan kelamin atau kontrasepsinya tidak adekuat.
Kandungan kontrasepsi : 4 tablet masing-masing berisi 50 g etinil estradiol dan
42
Daftar pustaka
1. Leon speroff
9. Julia Cron, Pospartum care and breastfeeding, The John Hopkin Manual
of Obstetri and Gynecology, second edition, William & Wilkin Publisher,
2002
10.
43
44