Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSES PERITONSIL
Oleh :
Alania Rosari
0910312070
Nurul Maulidya H
0910313212
Preseptor :
dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Anatomi
Tonsil
Cincin Waldeyer adalah jaringan limfoid yang mengelilingi faring
yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual,
gugus limfoid lateral faring, dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar
dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding posterior faring dan
dekat orifisium tuba eustachius.1,7
Lateral
Anterior
Superior
: palatum mole
Inferior
: tonsil lingual
tuba eustachius, dan dasar tengkorak dan ke arah bawah meluas hingga
dinding lateral esofagus. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian
atas pada palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di
pangkal lidah dan dinding lateral faring.7
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis
eksterna, yaitu:
ganglion
sfenopalatina
dan
bagian
bawah
dari
saraf
glosofaringeus.7
Ruang Peritonsil
Ruang peritonsil digolongkan sebagai ruang intrafaring dan
merupakan salah satu dari ruang leher dalam yang dibagi oleh Scott BA
menjadi:6
1. Ruang yang mencakup seluruh panjang leher
Ruang retrofaring
Ruang bahaya
Ruang faringomaksila
Ruang submandibula
Ruang parotis
Ruang mastikator
Ruang peritonsil
Ruang temporal
Definisi
Abses peritonsil atau Quinsy adalah infeksi akut yang disertai dengan
terkumpulnya pus pada jaringan ikat longgar antara m. konstriktor faring dengan
tonsil pada fosa tonsil. Infeksi ini dapat menembus kapsul tonsil biasanya pada
kutub atas. Abses peritonsil merupakan komplikasi dari tonsilitis akut.1,4
1.3
Epidemiologi
Abses peritonsil dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering terjadi
pada orang dewasa usia 20 sampai 40 tahun dan anak-anak. Penyakit ini
merupakan infeksi ruang fasia kepala dan leher tersering pada anak dan menjadi
komplikasi terbanyak dari tonsilitis akut. Insiden abses peritonsil di Irlandia Utara
dilaporkan 1 per 10.000 pasien per tahun dengan rata usia 26,4 tahun.2,3,5
1.4
Etiologi
Abses peritonsil terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Kuman penyebabnya
sama dengan penyebab tonsilitis berupa kuman aerob dan anaerob seperti
Patofisiologi
Infeksi dari kripta tonsil meluas ke kapsul tonsil dan melibatkan ruang
infiltrat
(stadium
permulaan)
akan
tampak
permukaan
tonsil
membengkak dan hiperemis. Proses tersebut akan berlanjut dan terjadi supurasi,
sehingga daerah tersebut menjadi lebih lunak. Pembengkakan peritonsil akan
mendorong tonsil dan uvula ke arah kontralateral. Bila proses berlangsung terus
maka peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada m.
pterigoid interna, sehingga terjadi trismus. Abses dapat pecah spontan dan terjadi
aspirasi ke paru.1,3
1.6
Penegakan Diagnosis
Diagnosis abses peritonsil dapat ditegakkan melalui:
1) Anamnesis1,2
Demam
Muntah (regurgitasi)
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan sulit dilakukan akibat pasien kesulitan membuka
mulut.Beberapa hasil pemeriksaan yang dapat ditemukan antara lain:1,3
Teraba fluktuasi
3) Pemeriksaan Penunjang
menunjukkan
bakteri
penyebab
tersering
yaitu
10
1.7
Diagnosis Banding
a) Selulitis peritonsil
Apabila tidak ditemukan pus pada pungsi maka hal tersebut lebih
berhubungan dengan selulitis dibandingkan abses.2,4
b) Infeksi mononukleosis
c) Tumor/keganasan/limfoma
d) Adenitis servikal
1.8
Terapi
Pada stadium infiltrasi diberikan antibiotik golongan penisilin atau
11
dengan cairan hangat dan kompres hangat pada leher untuk mengendurkan
tegangan otot.Penisilin digunakan apabila kuman penyebabnya diperkirakan
adalah Staphylococcus. Metronidazol
digunakan untuk
infeksi
anaerob.
Tetrasiklin merupakan antibiotik alternatif yang sangat baik pada dewasa dan
dapat juga dipertimbangkan pemberian klindamisin untuk menangani bakteri yang
memproduksi beta laktamase.1,3,4
Jika sudah terbentuk abses maka dilakukan aspirasi pada daerah abses dan
insisi disertai drainase untuk mengeluarkan nanah. Teknik insisi dan drainase
membutuhkan anestesi lokal. Pertama faring disemprot dengan anestesi topikal
kemudian suntikkan 2 cc xylocain dengan adrenalin 1/100.000. Gunakan pisau
tonsil no. 12 atau no. 11 dengan plester untuk mencegah penetrasi yang dalam
yang digunakan untuk membuat insisi melalui mukosa dan submukosa dekat
kutub atas fosa tonsilaris. Hemostat tumpul dimasukkan melalui insisi ini dan
direntangkan.
Pengisapan
tonsil
sebaiknya
segera
disediakan
12
untuk
Pada anak-anak yang lebih tua atau dewasa muda dengan trismus yang
berat, pembedahan drainase mungkin dilakukan setelah aplikasi cairan kokain 4%
pada daerah insisi dan daerah ganglion sfenopalatina pada fosa nasalis. Tindakan
tersebut dapat mengurangi nyeri dan trismus. Anak-anak yang lebih muda
membutuhkan anestesi umum dengan posisi penderita saat tindakan adalah kepala
lebih rendah (trendelenberg) menggunakan ETT (endotrakeal tube).2,4
Lokasi insisi biasanya dilakukan pada:1,4
Pada titik yang terletak dua pertiga dari garis khayal yang dibuat antara dasar
uvula dengan molar terakhir.
Pada pertemuan garis vertikal melalui titik potong pinggir medial pilar
anterior dan lidah dengan garis horizontal melalui basis uvula.
Pada pertemuan garis vertikal melalui pinggir medial M3 bawah dengan garis
horizontal melalui basis uvula.
13
Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase karena trismus atau
abses yang berlokasi di kutub bawah
Penderita dengan usia >50 tahun dengan tonsil yang melekat karena abses
sangan mudah meluas ke leher dalam
Beberapa jenis operasi tonsilektomi yang dapat dilakukan antara lain:1
14
Komplikasi
Komplikasi abses peritonsil di antaranya:1,4
15
1.10
Prognosis
Prognosis abses peritonsil baik apabila dilakukan tatalaksana segera
16
BAB II
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. YN
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku
: Minang
Alamat
No.MR
: 89.31.83
ANAMNESIS
Seorang laki-laki Tn. YN umur 35 tahun dirawat di bangsal THT RSUP. DR. M.
Djamil pada tanggal 23 Desember 2014, dengan:
Keluhan utama :
Nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya nyeri
menelan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, namun semakin bertambah
sejak 2 hari yang lalu.
17
Pasien meminum obat tradisional (daun-daunan) pada + 4 hari yang lalu, namun
bengkak semakin bertambah.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran
: CMC
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi
: 92 x/ menit
Frekuensi Nafas
: 23 x/menit
Suhu tubuh
: 38,6 oC
18
Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
Extremitas
Kelainan
Daun Telinga
Dekstra
Kel. Kongenital
Tidak ada
Tidak ada
Trauma
Tidak ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Kel. Metabolik
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Tarik
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Tekan
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang
Cukup lapang
Sempit
Hiperemis
Edema
Massa
Bau
Warna
Kecokelatan
Kecokelatan
Jumlah
Sedikit
Sedikit
Jenis
Kering
Kering
Putih
Putih
Liang
Telinga
Sekret / Serumen
Sinistra
Membran Timpani
Warna
19
Utuh
Perforasi
Refleks cahaya
Bulging
Tidak ada
Tidak ada
Retraksi
Tidak ada
Tidak ada
Atrofi
Tidak ada
Tidak ada
Jumlah perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Jenis
Kwadran
Pinggir
Tanda radang
Tidak ada
Tidak ada
Fistel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri ketok
Tidak ada
Tidak ada
Sama dg pemeriksa
Sama dg pemeriksa
Gambar
Mastoid
Rinne
TesGarputala
Schwabach
Weber
Kesimpulan
AD dan AS normal
Audiometri
Tidak diperiksa
Hidung
Pemeriksaan
Hidung luar
Kelainan
Dextra
Sinistra
Deformitas
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Trauma
Tidak ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Tidak ada
kongenital
20
Sinus Paranasal
Pemeriksaan
Dextra
Sinistra
Nyeri tekan
Tidakada
Tidak ada
Nyeri ketok
Tidakada
Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Vibrise
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang
Cukup lapang
Sempit
Lapang
Lokasi
Tidak ada
Tidak ada
Jenis
Tidak ada
Tidak ada
Jumlah
Tidak ada
Tidak ada
Bau
Tidak ada
Tidak ada
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah muda
Merah muda
Licin
Licin
Edema
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah muda
Merah muda
Licin
Licin
Cukuplapang (N)
Kavum nasi
Sekret
Konka inferior
Konka media
Permukaan
Permukaan
Edema
Cukup lurus/deviasi
Permukaan
Septum
Cukup lurus
Licin
Licin
Warna
Merah muda
Merah muda
Spina
Tidak ada
Tidak ada
Krista
Tidak ada
Tidak ada
Abses
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
21
Massa
Lokasi
Tidak ada
Tidak ada
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
vasokonstriktor
Gambar
Kelainan
Dekstra
Koana
Lapang
Warna
Edema
Mukosa
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Konkha inferior
Permukaan
Edema
Adenoid
Muara
eustachius
Ada/tidak
tuba Tertutup secret
Edema mukosa
22
Sinistra
Lokasi
Ukuran
Massa
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Jenis
Gambar
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Asimetris
Asimetris
Arkus faring
Warna
Hiperemis
Hiperemis
Edema
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Bercak/eksudat
Uvula
Dinding Faring
Warna
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Ukuran
T1
Sulit dinilai
Warna
Merah muda
Permukaan
Licin
Muara kripti
Tidak melebar
Detritus
Tidak ada
Eksudat
Tidak ada
Perlengketan dg
Tidak ada
Hiperemis
Hiperemis
Permukaan
Tonsil
pilar
Peritonsil
Warna
23
Tumor
Gigi
Edema
Ada
Ada
Abses
Lokasi
Tidak ada
Tidak ada
Bentuk
Tidak ada
Tidak ada
Ukuran
Tidak ada
Tidak ada
Permukaan
Tidak ada
Tidak ada
Konsistensi
Tidak ada
Tidak ada
Karies/radiks
Gigi 1-5
Gigi 16-11
Gigi 28-32
Gigi 17-21
Oral higene
Kesan
kurang
Lidah
Warna
Merah muda
Merah muda
Bentuk
Simetris
Simertis
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Masa
Tidak ada
Tidak ada
Gambar
Kelainan
Dekstra
Bentuk
Warna
Epiglottis
Edema
Pinggir rata/tidak
Massa
Aritenoid
Warna
24
Sinistra
Edema
Massa
Gerakan
Warna
Ventrikular Band
Edema
Massa
Warna
Gerakan
PlikaVokalis
Pinggir medial
Massa
Sinus piriformis
Massa
Sekret
Massa
Valekule
Sekret (jenisnya)
Gambar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
23 Desember 2014
Hb
: 11,8 gr/dL
Leukosit
: 20.100/mm3
Trombosit
: 333.000/mm3
GDS
: 98 mg/dL
25
PT
: 11,7 detik
APTT
: 36,9 detik
INR
: 1,03
DIAGNOSIS
Abses Peritonsil Sinistra
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Aspirasi Abses Peritonsil: Pus 4cc
TERAPI
Umum
o
Khusus
o
IVFD RL 20 tetes/menit
Metronidazole IV 3x500 mg
Diet ML
PROGNOSIS
Qou ad Vitam
: Bonam
Quo ad Fungsionam
: Bonam
Quo ad Sanationam
: Bonam
26
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
Nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya nyeri
menelan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, namun semakin bertambah
sejak 2 hari yang lalu.
Pasien meminum obat tradisional (daun-daunan) pada + 4 hari yang lalu, namun
bengkak semakin bertambah.
Leher
27
Tenggorok :
Pemeriksaan Laboratorium
: Leukosit
: 200.100/mm3
Pemeriksaan Penunjang
: Aspirasi
: Pus 4 cc
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
:-
Terapi
:
o
IVFD RL 20 tetes/menit
Metronidazole IV 3x500 mg
Diet ML
Prognosis
Qou ad Vitam
: Bonam
Quo ad Fungsionam
: Bonam
Quo ad sanationam
: Bonam
Nasehat
:
o
28
BAB III
DISKUSI
Seorang laki-laki Tn. YN umur 35 tahun dirawat di bangsal THT RSUP. DR. M.
Djamil pada tanggal 23 Desember 2014 , dengan diagnosis :
Abses Peritonsil Sinistra
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, serta pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan nyeri menelan yang semakin bertambah sejak 2 hari
yang lalu. Awalnya nyeri menelan sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, namun
semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Pasien susah menelan sejak 2 hari yang lalu,
suara bergumam sejak 2 hariyang lalu, sukar membuka mulut sejak 2 hari yang lalu,
menurut literatur hal ini diakibatkan karena teriritasinya m. Pterigoid interna akibat abses
peritonsil. Riwayat mulut bau dan hipersalivasi ada pada pasien ini sejak 2 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan demam ada sejak 2 hari yang lalu, pasien mengeluhkan sukar
makan sejak 2 hari yang lalu, leher sebelah kiri dirasakan membengkak sejak 2 hari yang
lalu.
Riwayat tertusuk tulang kambing pada 1 minggu yang lalu kemudian pasien
meminum obat tradisional (daun-daunan) pada + 4 hari yang lalu, namun bengkak
semakin bertambah. Kedua hal ini dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya abses
peritonsil pada pasien ini. Nyeri pada telinga kiri ada sejak 2 hari yang lalu, merokok
sejak usia + 20 tahun, 1 bungkus/hari. Dari anamnesis yang didapatkan, gejala klinis pada
pasien ini mengarah ke abses peritonsil dimana pada literatur dijelaskan bahwa gejala
klinis pada absesperitonsil adalah odinofagia, foetor ex ore, hipersalivasi, dan kadangkadang terdapat trismus.
Pada pemeriksaan fisik generalis ditemukan karies (+), trismus (+), dan tampak
bengkak pada leher kiri. Sedangkan pada pemeriksaan status lokalis THT ditemukan
29
Arkus faring tidak simetris, hiperemis, uvula terdorong ke sebelah kanan,tonsil T1-sulit
dinilai, hiperemis, peritonsil abses (+), fluktuatif (+), dinding faring sulit dinilai. Menurut
dari literatur, abses peritonsil yang membesar dapat mendorong uvula ke arah
kontralateral dan ditemukan tana-tanda inflamasi pada peritonsil. Untuk pemeriksaan
laboratorium didapatkan kesan leukositosis, ini menunjukan adanya aktivitas imun tubuh
untuk abses peritonsil pada pasien ini. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan aspirasi
dan didapatkan pus sebanyak 4cc.
Terapi abses peritonsil bisa berupa medikamentosa dan operatif. Menurut sumber
kepustakaan, pada stadiuminfiltrasi, dapat diberikan antibiotik dan obat simtomatik
seperti analgetik. Obat kumur juga diperlukan untuk antiseptik rongga mulut. Pada pasien
ini dilakukan terapi insisi dan drainasi abses peritonsil untuk mengeluarkan pus dari abses
peritonsilnya. Pemberian terapi suportif seperti makanan lunak juga dianjurkan. Untuk
prognosis pada dpasien ini adalah bonam. Karena semakin cepat abses peritonsil
ditatalaksana dengan komprehensif akan semakin cepat penyembuhannya dan diharuskan
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan hal utama dalam mencegah
munculnya abses peritonsil.
30
DAFTAR PUSTAKA
31