Anda di halaman 1dari 87

Page |1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang

menimbulkan stres. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai resiko


integritas atau kebutuhan tubuh yang terganggu bahkan dapat mengancam
kehidupan. Penyakit dapat disebabkan oleh aspek manusia atau tenaga, fasilitas
atau alat dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah menjadikan
pembedahan yang dulunya sebagai usaha terakhir, sekarang menjadi sesuatu yang
dapat diterima secara umum.
Perkembangan konsep dan ilmu keperawatan khususnya perawatan
perioperatif, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di
rumah sakit melalui penerapan pedoman kerja perawat di kamar operasi yang
membutuhkan penalaran ilmiah dan penalaran etis.
Pelayanan keperawatan profesional di kamar operasi meliputi kegiatan
mengidentifikasikan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual serta
mengimplementasikan

asuhan

keperawatan

yang

bersifat

individualistik,

mengkoordinasikan semua kegiatan keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan,


ilmu biomedis, ilmu perilaku dan ilmu alam dasar dalam rangka memulihkan dan
mempertahankan kesehatan kesejahteraan pasien sebelum, selama dan sesudah
tindakan operasi atau yang lebih dikenal dengan asuhan keperawatan perioperatif
sehingga pelayanan di kamar operasi menjadi lebih baik.
Etika dan tata kerja di kamar bedah merupakan suatu aturan tentang
bagaimana cara kerja di kamar bedah dengan baik dan benar, dengan tujuan agar
tidak terjadi penyulit akibat tindakan pembedahan. Oleh karena itu semua orang
yang bekerja di kamar bedah harus memahami serta melaksanakan tehnik kamar
bedah.

Page |2

Untuk itu Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya yang merupakan
rumah sakit pendidikan dan tempat rujukan bagi rumah sakit di Indonesia bagian
timur, mengadakan Program Pendidikan dan Pelatihan Perawat Kamar Operasi
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personil yang bekerja di
kamar operasi.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka RSIA Kirana Sepanjang
mengirimkan tenaga perawat kamar operasi untuk mengikuti program pendidikan
dan pelatihan kamar bedah pada intrumentasi bedah obstetri daan gynekologi,
agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik kamar
bedah terutama tentang teknik instrumentasi bedah obstetri dan gynekologi
sehingga dapat memberikan pelayanan yang profesional yang dapat memberikan
nilai tambah bagi rumah sakit.

1.2

Tujuan pelatihan

1.2.1

Tujuan Umum
Setelah mengikuti Program Pelatihan Perawat Kamar Operasi intrumentasi

bedah obstetri dan gynekologi dapat menghasilkan perawat yang memiliki


pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan dan teknik kamar operasi
instrumentasi bedah obstetri dan gynekologi secara baik dan benar.
1.2.2

Tujuan Khusus
Diharapkan nantinya semua perawat terlatih dapat :

1.

Menerapkan pengelolaan lingkungan kamar Obstetri dan Gynekologi.

2.

Menerapkan pengelolaan alat/instrument bedah Obstetri dan Gynekologi

3.

Menerapkan pengelolaan pasien bedah Obstetri dan Gynekologi

4.

Menerapkan pengelolaan personil.

5.

Menerapkan teknik septik dan aseptik.

6.

Menerapkan teknik sterilisasi dan desinfeksi.

Page |3

1.3
1.

Manfaat pelatihan
Bagi peserta
Dengan pelatihan instrumentasi bedah obstetri dan gynekologi, perawat
kamar operasi dapat bekerja lebih sistematik dan rapi. Dengan demikian
perawat dapat bekerja sama dengan baik dengan tim bedah sesuai dengan
tugas dan kewajiban masing-masing.

2.

Bagi institusi
Mempunyai sumber daya insani yang lebih profesional dan memberikan
nilai tambah rumah sakit.

Page |4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kamar operasi

2.1.1

Pengertian
Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit

yang diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut
yang membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
2.1.2
1.

Pembagian daerah sekitar kamar operasi


Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: Kamar tunggu, gang, emperandepan komplek kamar operasi.

2.

Daerah Semi Publik


Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.
Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS.
Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh
petugas ( pakaian khusus kamar operasi ) serta penggunaan alas kaki khusus
da dalam.

3.

Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bias dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah
yang harus dijaga kesucihamaannya.

Daerah aseptik dibagi menjadi 3

bagian, yaitu:
a.

Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.

b.

Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat
instrument

dan

tempat

mempersiapkan alat.

perawat

instrument

mengatur

dan

Page |5

c.

Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk,daerah sekitar
ahli anesthesia.

Bagian-bagian Kamar Operasi


Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi
maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:
1.

Kamar bedah

2.

Kamar untuk mencuci tangan

3.

Kamar untuk gudang alat-alat instrument

4.

Kamar untuk sterilisasi

5.

Kamar untuk ganti pakaian

6.

Kamar laboratorium

7.

Kamar arsip

8.

Kamar Pulih Sadar (Recovery Room)

9.

Kamar gips

10.

Kamar istirahat

11.

Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (Tempat cuci alat)

12.

Kantor

13.

Gudang

14.

Kamar tunggu

15.

Ruang sterilisasi

Persyaratan kamar operasi


Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
1.

Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan
dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.

2.

Bentuk dan Ukuran


a.

Bentuk
1).

Kamar operasi tidak bersudut tajam . Lantai, dinding, langitlangitberbentuk lengkung dan warna tidak mencolok.

Page |6

2).

Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan
yang keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak
menampung debu.

b.

Ukuran
1).

Kamar opersi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m ( 29,1 m2)

2).

Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan


luas 40 m2.

3).

Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal


56 m2 (7,2 m x 7,8 m).

3.

Sistem Penerangan
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih
dan mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan
khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas,
cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta tidak menimbulkan
bayangan. Pencahayaan antara 300 500 lux, meja operasi 10.000 20.000
lux.

4.

Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu
sentral (AC sentral ) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai
filter (Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara dipompakan ke dalam
kamar operasi dan udara di kamar operasi dihisap keluar.

5.

Suhu dan Kelembaban


Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19o 22 o C. Sedangkan di
daerah sekitar 20o -24o C dengan kelembaban 55% (50 60%).

6.

Sistem Gas Medis


Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang bertujuan
untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di kamar operasi
bila terjadi kebocoran dari tabung gas. Pipa gas tersebut harus dibedakan
warnanya.

Page |7

7.

Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt
dan 220 volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang berbeda.
Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai.

8.

Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada
keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.

9.

Peralatan
a.

Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan

b.

Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah
untuk dibersihkan.

c.

Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel


pada alat agar mudah untuk penggunaan.

10.

Pintu
a.

Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.

b.

Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.

c.

Semua pintu harus menggunakan door closer (bila memungkinkan).

d.

Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar


operasi tanpa membuka pintu.

11.

Pembagian area
a.

Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi keta, dan area ketat.

b.

Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan
kepada perawat kamar operasi.

12.

Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.

Tidak berwarna, berbau dan berasa.

b.

Tidak mengandung kuman pathogen

c.

Tidak mengandung zat kimia

d.

Tidak mengandung zat beracun

Page |8

2.1.5

Penentuan jumlah kamar operasi


Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk

dan lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi
setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut.
Makin besar rumah sakit tertentu membutuhkan jumlah dan luas kamar
bedah yang lebih besar. Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :
1.

Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.

2.

Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama


fasilitas penunjang.

3.

Pertimbangan antara oprasi berencana dan operasi segera.

4.

Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari
maupun perminggu.

5.

Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan
penyediaan peralatan.

2.2

Personil Kamar Operasi

2.2.1

Jenis Tenaga
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi

baik tim inti maupun tim penunjang , antara lain:


1.

2.

3.

Tim Bedah
a.

Ahli bedah.

b.

Asisten ahli bedah.

c.

Perawat Instrumen (Scrub Nurse).

d.

Perawat Sirkuler (Omloop)

e.

Ahli anestesi.

f.

Perawat anestesi.

Staf Perawat Operasi terdiri dari :


a.

Perawat kepala kamar operasi.

b.

Perawat pelaksana.

Tenaga lain terdiri dari :


a.

Pekerja kesehatan.

Page |9

2.2.2
1.

b.

Tata usaha.

c.

Penunjang medis.

Tanggung jawab
Kepala kamar operasi
a.

Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan
berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di
kamar operasi.

b.

Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan,
melalui kepala seksi perawatan. Secara professional bertanggung
jawab kepada kepala instansi kamar operasi.

c.

Tugas
1)

Perencanaan
a)

Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.

b)

Menentukan macam dan jumlah alat yang diperlukan sesuai


spesialisasinya.

c)

Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.

d)

Menampung keluhan penderita secara aktif.

e)

Bertanggung jawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.

f)

Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan


peserta didik.

g)

Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar


operasi dalam menyusun prosedur dan tata kerja di kamar
operasi.

2)

Pengarahan
a)

Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.

b)

Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan


dan kemampuan team.

c)

Membuat jadwal kegiatan.

d)

Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin

P a g e | 10

e)

Mengatur pekerjaan secara merata

f)

Memberikan bimbingan kepada peserta didik.

g)

Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada


stafnya.

h)

Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan


efisien.

i)
4)

Menciptakan suasana kerja yang harmonis.

Pengawasan
a)

Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.

b)

Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.

c)

Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.

d)

Mengawasi kegiatan team bedah sehubungan dengan


tindakan pembedahan.

e)

Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan di


bagian lain.

5)

Penilaian.
a)

Menganalisa secara kontinyu jalannya team pembedahan.

b)

Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang


berhubungan dengan penggunaan alat dan bahan secara
efektif dan hemat.

2.

Perawat Instrument / Scrub Nurse


a.

Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan
ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan, selama tindakan
pembedahan berlangsung.

b.

Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab
kepada kepala kamar operasi, dan secara operasional tindakan
bertanggung jawab kepada ahli bedah dan perawat kepala kamar
operasi.

P a g e | 11

c.

Tugas
1)

Sebelum Pembedahan
a)

Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum


pembedahan.

b)

Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai


seperti kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo atau
instrumen, meja operasi, lampu operasi, mesin anesthesi,
suction pump, dan gas medis.

c)

Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis


pembedahan.

d)

Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai


dengan keperluan operasi.

e)
2)

Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.

Saat Pembedahan
a)

Memperingatkan team steril jika terjadi penyimpangan


prosedur aseptik.

b)

Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril


untuk ahli bedah dan asisten bedah.

c)

Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.

d)

Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.

e)

Memberikan duk steril untuk drapping.

f)

Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan


kebutuhan.

g)

Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.

h)

Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun secara


sistematis.

3)

i)

Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.

j)

Merawat luka secara aseptik.

Setelah Pembedahan
a)

Memfiksasi drain.

b)

Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.

P a g e | 12

c)

Mengganti alat tenun dan paju pasien lalu dipindahkan ke


brankart.

d)

Memeriksa dan menghitung instrumen lalu memcucinya.

e)

Memasukkan

alat

instrumen

ke

tempatnya

untuk

disterilisasi
3.

Perawat Sirkuler / Circulating Nurse


a.

Pengertian
Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kealncaran pelaksanaan tindakan pembedahan.

b.

Tanggung jawab
Secara administrative dan operasional bertanggung jawab kepada
perawat kepala kamar operasi dan kepada ahli bedah.

c.

Tugas
1)

Sebelum pembedahan
a)

Menerima Pasien di ruang persiapan Kamar Operasi

b)

Memeriksa kelengkapan operasi meliputi :

Kelengkapan dokumentasi medis, antara lain :

Surat persetujuan tindakan medis (operasi)

Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir

Hasil pemeriksaan radiologi (foto x-ray)

Hasil pemeriksaan ahli anestesi (pra visite


anestesi)

Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan

Kelengkapan obat obatan, cairan dan alat kesehatan

Persediaan darah (bila diperlukan)

c)

Memeriksa persiapan fisik

d)

Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan untuk


pembedahan dengan perawat premedikasi

e)

Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan


dilakukan, tim bedah yang akan menolong dan fasilitas
kamar operasi

P a g e | 13

2)

Saat pembedahan
a)

Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan


bekerjasama dengan petugas anestesi

b)

Membuka

set

steril

yang

dibutuhkan

dengan

memperhatikan teknik aseptik


c)

Membantu mengikatkan tali gaun bedah

d)

Memasang plate mesin diatermi

e)

Setelah draping, membantu menyambungkan slang suction


dan senur diatermi

f)

Membantu menyiapkan cairan dan desinfektan pada


mangkok steril

g)

Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan


alat dan memisahkan dari instrument yang steril

h)

Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan

i)

Menghubungi petugas penunjang medis (petugas PA) bila


diperlukan

j)

Menghitung dan mencatat pemakaian kasa, bekerjasama


dengan perawat instrument

k)

Memeriksa kelengkapan onstrument dan kasa bersama


perawat instrument agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien
sebelum luka operasi ditutup

3)

Setelah pembedahan
a)

Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai


dilakukan pembedahan

b)

Memindahkan pasien dari meja operasi ke brancard dorong


yang telah disiapkan

c)

Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan, cairan


serta alat yang telah diberikan kepada pasien

d)

Mendokumentasikan

tindakan

pembedahan antara lain :

keperawatan

selama

P a g e | 14

Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur,


nomor dokumen medik, ruangan dirawat, tanggal
mulai dirawat dan alamat).

Diagnosa pra bedah

Jenis tindakan

Jenis operasi (bersih, bersih kontaminasi, kontaminasi,


kotor)

Dokter anestesi

Tim bedah (operator, asisten operator, perawat


instrument)

Waktu operasi (mulai induksi, mulai incisie, selesai


operasi)

Golongan operasi (khusus, besar, sedang, kecil)

Bahan cairan yang dipakai (povidone iodine, alkhohol,


perhidrol, NaCl, chlorhexidine gluconate)

Pemakaian pisau bedah

Pemakaian catheter

Pemakaian benang bedah

Pemakaian alat-alat lain

Keterangan (berisi catatan penting selama proses


pembedahan)

e)

Membantu

perawat

instrument

membersihkan

dan

menyusun instrument yang telah digunakan kemudian alat


disterilkan
f)

Membersihkan slang dan botol suction dari sisa jaringan


serta cairan operasi

g)

Mensterilkan slang suction yang dipakai langsung pasien

h)

Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan


pembedahan

P a g e | 15

4.

Perawat Anestesi
a.

Pengertian
Tenaga keperawatan profesioanl yang diberi wewenang dan tanggung
jawab dalam membantu terselenggrakannya pelaksanaan tindakan
pembiusan di kamar operasi.

b.

Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab
kepada kepala perawat kamar operasi dan secara operasional
bertannggung jawab kepada ahli anestesi / ahli bedah dan kepala
perawat kamar operasi.

c.

Tugas
1)

Sebelum Pembedahan
a)

Melakukan kunjungan pra anesthesi untuk menilai status


fisik pasien.

b)

Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.

c)

Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anesthesi.

d)

Memasang infus atau transfusi darah.

e)

Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter


anesthesi.

f)

Menyiapkan kelengkapan meja anesthesi dan mesin


suctionnya.

g)

Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.

h)

Memindahkan pasien ke meja operasi.

i)

Menyiapkan obat anesthesi dan membantu ahli anesthesi


dalam proses induksi.

2)

Saat Pembedahan
a)

Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien


dan ETT.

b)

Memenuhi keseimbangan gas medis.

c)

Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input


dan output.

P a g e | 16

d)

Memantau tanda-tanda vital.

e)

Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter


anesthesi.

f)
3)

Memantau efek obat anesthesi.

Setelah Pembedahan
a)

Mempertahankan jalan napas pasien.

b)

Memantau tingkat kesadaran pasien.

c)

Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.

d)

Memantau pasien terhadap efek obat anesthesi.

e)

Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.

f)

Merapikan dan membersihkan alat anesthesi.

g)

Mengembalikan alat anesthesi ke tempat sem

2.3

Etika Kerja

2.3.1

Pengertian
Peraturan / perjanjian yang tidak tertulis, tetapi perlu diketahui dan ditaati

setiap orang atau petugas yang bekerja dikamar operasi, yang meliputi :
1).

Mengerti tentang kamar operasi.

2).

Menaati dan mengetahui penyebaran kuman dan kegaduhan.

3).

Mengurangi / mencegah penyebaran kuman dan kegaduhan.

4).

Menghormati pemegang otoritas dalam kamar operasi.

2.3.2
1)

Peraturan selama berlangsung pembedahan


Ahli bedah wajib mengisi dan melengkapi buku laporan pembedahan yang
tersedia.
a)

Menghormati perawat instrument sebelum mulai pembedahan,


sebelum siap.

b)

Tidak dibenarkan mengambil instrument sebelum mulai pembedahan


di meja instrument.

c)

Bertanggung jawab kelancaran jalannya pembedahan.

d)

Wajib

memberi

pembedahan.

informasi

kepada

perawat

tentang

langkah

P a g e | 17

2)

Perawat instrument wajib memenuhi permintaan ahli bedah tentang


kebutuhan pembedahan :

2.3.3
1)

a)

Bertanggung jawab atas kelancaran pembiusan.

b)

Wajib memberitahu ahli bedah tentang perubahan keadaan pendeta.

Peraturan setelah selesai pembedahan


Ahli bedah wajib mengisi dan melengkapi buku laporan pembedahan yang
tersedia.

2)

3)

Perawat instrument bertanggung jawab :


a)

Penutupan lokasi operasi

b)

Laporan pembedahan

c)

Instrument dan alat yang dipakai

d)

Persiapan ruangan / kamar operasi dan alat untuk berikutnya

Ahli anestesi bertanggungjawab mengawasi penderita sampai di ruang


recovery room.

4)

Perawat pembantu / sirkulasi bertanggung jawab akan pemindahan pasien


keluar kamar operasi.

5)

Semua orang yang bertugas wajib menjamin kelancaran jalannya pergantian


( ronde berikutnya ).

2.4

Pembersihan Kamar Operasi

2.4.1

Pengertian
Kamar

operasi

secara

rutin dan periodik selalu dibersihkan secara

teratur. Ini bertujuan untuk tetap mempertahankan sterilisasi kamar operasi,


sehingga dapat dicegah infeksi nosokomial yang bersumber dari kamar operasi.
2.4.2

Macam pembersihan kamar operasi

1)

Pembersihan rutin / harian.

2)

Pembersihan mingguan.

3)

Pembersihan sewaktu.

4)

Sterilisasi ruangan.

P a g e | 18

5)

Perawatan perlengkapan kamar operasi :


a)

Meja operasi.

b)

Meja instrument.

c)

Mesin anesthesia dengan kelengkapan.

d)

Meja mayo.

e)

Lampu operasi.

f)

Suction pump.

g)

Diathermi.

h)

Standart infus

i)

Waskum dan standartnya.

j)

Monitor ECG.

k)

Tempat sampah dan standartnya.

l)

Jam dinding.

m)

Lampu penerangan.

n)

Tempat alat tenun kotor.

2.5

Cuci Tangan Pembedahan

2.5.1

Pengertian
Cuci

tangan

pembedahan

adalah

membersihkan

tangan

dengan

menggunakan sikat steril dan larutan desinfektan dibawah air mengalir dengan
prosedur tertentu.
2.5.2

Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah untuk menurunkan populasi kuman yang ada

ditangan.
2.5.3

Persiapan

1.

Wastafel dengan air mengalir dan bersih.

2.

Sikat steril.

3.

Sabun / larutan disinfektan (chlorhexidine gluconate 10%)

4.

Handuk / waslap steril.

5.

Pemotong kuku

6.

Jam dinding

P a g e | 19

7.
2.5.4

Cermin
Cara cuci tangan

1.

Lepas semua perhiasan yang ada ditangan (jam tangan, gelang, cincin).

2.

Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan air bersih yang


mengalir (tempat cuci tangan khusus).

3.

Teteskan bahan antiseptik di telapak tangan.

4.

Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.

5.

Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri, kemudian


diulangi dengan sebaliknya yaitu tangan kiri diatas punggung tangan kanan.

6.

Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari
disilangkan.

7.

Gosok punggung jari-jari tangan berhadapan dengan telapak tangan, jari-jari


saling terkunci.

8.

Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri berurutan sampai
kelingking dan sebaliknya.

9.

Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan, kedepan dan
kebelakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya.

10.

Bilas dengan air bersih yang mengalir.

11.

Ambil sikat steril dan ditetesi larutan antiseptik.

12.

Sikat ujung kuku , setelah itu telapak tangan kemudian secara berurutan
sikat setiap jari, diantara jari dan punggung tangan, lanjutkan menyikat
lengan atas sampai sedikit dibawah siku selama 30 detik, jangan kembali
ke tangan atau daerah pergelangan tangan yang sudah selesai disikat.

13.

Pindahkan menyikat pada tangan yang belum disikat dengan cara seperti
diatas.

14.

Bilas kedua tangan pada air bersih yang mengalir.

15.

Ulangi lagi mencuci tangan dengan menetesi bahan antiseptik di telapak


tangan.

16.

Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.

17.

Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri kemudian


diulangi dengan sebaliknya, yaitu tangan kiri diatas punggung tangan kanan.

P a g e | 20

18.

Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari
disilangkan.

19.

Gosok punggung jari-jari tangan kanan berhadapan dengan telapak tangan


jari-jari saling terkunci.

20.

Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.

21.

Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan ke depan dan
kebelakang pada permukaan talapak tangan kiri dan sebaliknya.

22.

Bilas dengan air bersih yang mengalir dan posisi jari tangan lebih tinggi dari
posisi siku.

23.

Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh dengan benda disekitarnya.

24.

Setelah selesai mencuci tangan, keringkan dengan handuk steril satu persatu
dari ujung jari menuju ke lengan dengan cara memutar pada tangan kanan
dan sebaliknya, kemudian handuk dipisahkan dari benda steril.

25.

Posisi tangan setelah cuci tangan harus lebih tinggi dari siku tangan.

2.6

Memakai Gaun Bedah

2.6.1

Pengertian
Adalah memakai / memasang baju steril pada diri sendiri atau orang lain

setelah cuci tangan, dengan prosedur tertentu agar lokasi pembedahan bebas dari
mikroorganisme.
2.6.2

Tujuan

1.

Untuk menghindari kontaminasi.

2.

Agar tidak terjadi pada luka operasi.

3.

Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.

2.6.3

Persiapan

1.

Baju steril dalam bungkusan set steril.

2.

Teman kerja (perawt sirkulasi) untuk membantu mengikat tali baju.

2.6.4
1.

Pelaksanaan
Memakai baju steril untuk baju sendiri :
a.

Cuci tangan dan pembedahan.

b.

Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh perawat sirkulasi

P a g e | 21

c.

Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher
bagian dalam dengan menggunakan tangan kiri dan posisi tangan
kanan tetap setinggi bahu.

d.

Buka lipatan baju dengan cara melepaskan again yang terjepit tangan
dan jangan sampai terkontaminasi.

e.

Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan masukkan
tangan kanan ke lubang lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri
dimasukkan ke lengan kiri.

f.

Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk membantu mengikat


tali baju dengan menarik bagian belakang leher baju.

g.

Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada
perawat sirkulasi.

h.

Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang memakai baju


memutarkan badannya, kemudian mengambil tali dari jepitan serta
mengikat tali tersebut. Pada saat memutar tidak boleh terjadi
kontaminasi.

1.

Memakaikan pada orang lain


a.

Setelah

kitsa memakai baju dan sarung tangan steril ambil baju

dengan menggunakan bagian luarnya.


b.

Buka lipatan gaun dengan hati-hati dengan memegang pada leher.

c.

Buka lubang masuk tangan dengan sisi dalam menghadap pada yang
akan dipasang, lakukan dengan hati hati sehingga tidak menyentuh
tangan.

d.

Pertahankan tangan kita pada area luar gaun dengan lindungan lengan
gaun, hadapkan sisi gaun pada yang dipasang, dia akan memasukkan
tangannya pada gaun masuk.

e.

Setelah tangan kanan dan kiri masuk, sambil diangkat kedua lengan
dirinetangkan supaya gaun masuk. Perawat sirkulasi membantu dari
sisi dalam dan kemudian mengikat tali gaun. Buka ikat pinggang lalu
berikan salah satu pada yang dipasang dan disuruh berputar dan
berikan dan diikat.

P a g e | 22

2.7

Memakai sarung tangan steril

2.7.1

Pengertian
Adalah memasang sarung tangan steril pada tangan sendiri atau oranng

lain yang dicuci dengan prosedur tertentu.


2.7.2

2.7.3

Tujuan
a)

Untuk menghindari kontaminasi.

b)

Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi.

Persiapan
Sarung tangan steril sesuai ukuran pada tempatnya.

2.7.4
1.

Pelaksanaan
Teknik memakai sarung tangan sendiri
a.

Teknik memakai sarung tangan terbuka


1)

Dengan tangan kiri, ambilah sarung tangan kanan pada lipatan,


kemudian memasukan tangan kanan.

2)

Tangan

kanan

mengambil

sarung

tangan

kiri

dengan

menyelipkan jari-jari di bawah lipatan sarung tangan tersebut.


3)

Cuff baju (ujung lengan baju) harus masuk kedalam sarung


tangan tersebut. Kita harus ingat bahwa tangan kita sudah steril,
maka harus hati-hati tidak boleh terkontaminasi

b.

Teknik memakai sarung tangan tertutup


1)

Buka tangan kiri yang sudah memakai gaun bedah sebatas


kelihatan jari saja, tangan kanan tetap tertutup dalam cuff gaun
bedah, tangan kanan mengambil sarung tangan steril bagian kiri
dan letakkan di atas telapak tangan kiri.

2)

Bagian jari tangan kiri yang sudah terbuka, masukkan ke dalam


sarung tangan tersebut, kemudian tangan kanan menarik pangkal
sarung tangan bagian luar/bagian punggung untuk menutupi
bagian punggung jari tangan kiri tersebut. Setelah tertutup
langkah selanjutnya menarik pangkal sarung tangan bagian
dalam/bagian telapak tangan untuk menutupi bagian telapak jari
kiri tersebut.

P a g e | 23

3)

Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kanan


yang masih tertutup, tarik lengan lengan gaun bedah tangan kiri
bersamaan dengan pangkal sarung tangan tarik mendekati tubuh
(menarik lengan tersebut ke pangkal lengan) sambil jari tangan
kiri dibuka agar bagian jari tangan bisa langsung masuk ke
bagian jari sarung tangan.

4)

Setelah lengan kiri terpasang, selanjutnya tangan bagian kanan


di buka hanya sebatas kelihatan jari saja.

5)

Letakkan sarung tangan bagian kanan di atas telapak tangan


kanan, tangan

kiri menarik pangkal sarung tangan bagian

luar sampai menutupi bagian punggung tangan kanan dan tarik


pangkal sarung tangan bagian dalam untuk menutupi bagian
telapak tangan kanan.
6)

Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kiri


yang sudah terpasang sarung tangan steril, tarik lengan lengan
gaun bedah tangan kanan bersamaan dengan pangkal sarung
tangan tarik mendekati tubuh (menarik lengan tersebut ke
pangkal lengan) sambil jari tangan kanan dibuka agar bagian jari
tangan bisa langsung masuk ke bagian jari sarung tangan.

7)

Atur dan kencangkan sarung tangan tersebut apabila masih


belum nyaman di pakai

c.

Teknik memakaikan sarung tangan ke orang lain


1)

Setelah perawat instrument memakai gaun bedah dan sarung


tangan steril, kemudian menyiapkan sarung tangan steril kepada
operator dan asisten operator setelah memakaikan gaun bedah
steril.

2)

Buka bagian lengan tangan kanan operator/asisten operator


sebatas jari tangan saja.

3)

Buka pangkal sarung tangan bagian kanan tersebut secara


melebar dengan posisi sarung tangan sesuai posisi pemakai.

P a g e | 24

4)

Masukkan sarung tangan tersebut ke tangan pemakai, sampai


ujung jari tangan pemakai tanpa sentuh.

5)

Untuk memakaikan sarung tangan bagian kiri, caranya seperti


pada memakaikan sarung tangan bagian kanan juga tanpa sentuh

Catatan
1.

Ukuran sarung tangan harus sesuai dengan ukuran tangan pemakai

2.

Ukuran sarung tangan orang asia dimulai dari ukuran 5,5 sampai dengan 8,5

2.8

Cairan desinfektan
Cairan desinfektan yang biasa dan sering dipakai di dalam kamar operasi

antara lain:
1.

Savlon pekat dapat membunuh kuman biasa tetapi tidak dapat membunuh
TBC, Spora dan Virus hepatitis (sesuai dengan petunjuk pemakaian).

2.

Betadin 10 % dan yodium 2% mempunyai efek kerja yang sama.

3.

Alkohol 70%
a.

Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis.

b.

Dapat membunuh kuman biasa pseudomorus deroginosa dan basic


TBC.

4.

5.

6.

Cidex
a.

Dapat membunuh semua jenis kuman dan virus.

b.

Mempunyai efek yang lebih baik diantara isinfektan yang ada.

c.

Tidak boleh dipakai langsung ke badan manusia.

Venol
a.

Dapat membunuh kuman biasa pseroginosa dan basic TBC.

b.

Tidak dapat membunuh sproa dan virus hepatitis B.

c.

Sedikit berefek membunuh euycetes.

Presept
a.

Dapat membunuh bakteri, spora, jamur, protozoa, virus.

b.

Sangat efektif untuk virus AIDS, Hepatitis B.

c.

Desinfektan dalam bentuk tablet dapat dicampur dengan aniomic dan


non-ionic detergen.

P a g e | 25

d.

Untuk desinfektan permukaan, peralatan dan perlengkapan rumah


sakit, laboratorium.

7.

2.9

Formalin
a.

Tablet.

b.

Cair.

Teknik Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses teknik penghancuran microorganisme

termasuk fungsi spora dan virus dengan tujuan membunuh micro organisme dan
mencegah timbulnya infeksi akibat pemakaian alat pembedahan.
1.

Teknik Panas
a.

Uap panas dengan tekanan tinggi memakai autoclave, cara ini sangat
efisien dalam banyak hal.

b.

Panas kering dengan menggunakan oven panas, tidak dapat untuk


mensterilkan plastik dan karet.

c.
2.

3.

2.10
1.

Merebus dengan air mendidih memakai sterilisator.

Teknik Penyinaran di tujukan untuk sterilisasi ruangan


a.

Dengan menggunakan sinar ultra violet.

b.

Dengan memakai sinar elektron.

Teknik Kimia
a.

Dengan menggunakan uap kimia (formalin).

b.

Dengan menggunakan larutan kimia (cidex).

c.

Dengan menggunakan gas ethelin oxida (EO).

Benang pembedahan
Asal / bahan benang
a.

Logam (wire).

b.

Tumbuh-tumbuhan : katun, sutra.

c.

Submukosa usus mamalia : catgut plain, catgut chrome.

d.

Sintetis : dexon, nylon, prolene, vicril.

P a g e | 26

2.

Menurut penyerapan

1.

a.

Diserap (absorbic).

b.

Tidak diserap (non absorbic) sutra, dermalon.

Penampang benang

1)

a.

Monofilament : dermalon.

b.

Polifilament : sutra, dexon, vicryl.

Ukuran diameter benang : 2,1,0,1/0,2/0,3/0,4/0,5/0,.....0/0 (mm).

2.11

Set Standart Pembedahan

2.11.1 Pengertian
Berstandart adalah instrument dan alat tenun yang digunakan untuk
tindakan pembedahan tertentu

Tujuan
Agar tersedianya alat sesuai dengan jumlah dan jenis, kebutuhan untuk
memperlancar pelaksanaan tindakan pembedahan serta menciptakan suasana yang
harmonis dan kepuasan kerja.
1.

Linen
Linen set terdiri dari :

2.

a.

Linen besar

: 4

b.

Linen kecil

: 13

c.

Gaun operasi

d.

Sarung meja mayo

Pembagian alat instrument


a.

Instrument dasar
Instrument dasar ini dipergunakan untuk pembedahan yang sifatnya
sederhana dan tidak memerlukan instrument tambahan. Instrument
dasar ini terdiri dari:
1)

Desinfeksi klem ( Sponge holding forceps )

1 buah

2)

Duk klem ( Towel forceps )

6 buah

3)

Pemegang pisau ( Handvat mes / Knife handle ) no 4

1 buah

4)

Pincet anatomi sedang

2 buah

P a g e | 27

b.

5)

Pincet anatomi Besar

2 buah

6)

Pincet chirurgie sedang

2 buah

7)

Pincet chirurgie besar

2 buah

8)

Arteri klem van pean lurus

4 buah

9)

Arteri klem van pean bengkok (Chrom klem)

4 buah

10)

Arteri klem van kocher

5 buah

11)

Gunting Benang ( Ligature Scissors )

1 buah

12)

Gunting preparer

1 buah

13)

Gunting Metzembaum

1 buah

14)

Nald Voerder

2 buah

15)

Woundhag gigi 6 tajam

2 buah

16)

Langenbeck

2 buah

17)

Ellis Klem

2 buah

18)

Haak Timan ( retractor lung spatulas )

4 buah

19)

Abdominal retractor ( spreider )

1 buah

20)

Right angel

1 buah

21)

Darm Klem ( intestinal klem ) klem usus

4 buah

22)

Spatel

1 buah

Instrument tambahan untuk laparascopy


1)

Trocard No. 13

1 buah

2)

Trocard No. 12 / No.11

1 buah

3)

Trocard No. 5

2 buah

4)

Grasper

1 buah

5)

Desector

2 buah

6)

Spatel

1 buah

7)

Rood

1 buah

8)

Hoock

1 buah

9)

Aligator

1 buah

10)

Intestinal Klem

1 buah

11)

Nald Voerder ( Laparascopy )

1 buah

12)

Gunting Metzenbaum ( Laparascopy )

1 buah

P a g e | 28

c.

13)

Endoklip / liga klip set

1 buah

14)

Canula suction

1 buah

15)

Optic 0

1 buah

16)

Lightkast ( sumber cahaya ) + Lightkabel

1 buah

17)

Kamera

1 buah

18)

Kabel diatermi

1 buah

19)

Selang Gas CO 2

1 buah

20)

Jarum verres

1 buah

Macam-macam alat dan bahan steril yang diperlukan untuk tindakan


pembedahan degestif
1)

Linen set

1 Set

2)

Waslap

4 Buah

3)

Larutan desinfectan

Secukupnya

4)

Cairan PZ

2 Kolf

5)

Kasa

5 Lembar

6)

Depres/tampon (gulung kecil)

1 Gulung

7)

Bengkok dikasih jelly

1 Buah

8)

Cucing

1 Buah

9)

Kom

1 Buah

10)

Macam jarum (Raund dan Cutting)

Secukupnya

11)

Handle lampu

2 Buah

12)

Hanschoon No 7

3 Pasaang

13)

Hanschoon No 7

3 Pasang

14)

Mess No11

1 Buah

15)

Benang safil FR 26 uk 2-0 (Taper)

1 Buah

16)

Benang monosin 4/0 (Cutting)

1 Buah

17)

Opsite post op uk 6.5 x 5 cm

4 Lembar

P a g e | 29

2.12
1.

2.

Peralatan di kamar operasi


Kamar bedah paling sedikit harus dilengkapi :
a.

Meja operasi.

b.

Lampu operasi.

c.

Meja alat alat dan instrument.

d.

Alat penghisap.

e.

O2 dalam tabung.

f.

Peralatan anestesi.

g.

Standard infus.

h.

Standard lampu.

i.

Waskom + standard.

j.

Tempat sampah.

k.

Diatermi.

Kamar cuci tangan ( Scrub-Up)


a.

Wastafel dengan krannya untuk 2 orang.

b.

Perlengkapan cuci tangan (sikat kuku dalam tempatnya ) dan bahan


untuk cuci tangan.

3.

4.

c.

Skort plastik / karet.

d.

Handuk.

Kamar sadar kembali (recorvery)


a.

Tempat tidur beroda.

b.

Perlengkapan untuk infus.

c.

Perlengkapan premudikasi.

d.

Oksigen (O2).

e.

Perlengkapan observasi.

f.

Obat-obatan.

Kamar sterilisasi di tempat


a.

Tempat untuk merendam alat-alat.

b.

Peralatan untuk mencuci sarung tangan.

c.

Sterilisator.

d.

Autoclave.

P a g e | 30

5.

e.

Lemari.

f.

Tempat untuk kasa dan alat-alat tenun.

g.

Alat- alat untuk pengepakan instrument dan alat-alat tenun.

Laboratorium
Laboratorium sederhana antara mencakupi pemeriksaan keadaan penderita
yang mendadak / sesudah dilakukan pembedahan.

6.

Kamar instrument
Untuk menyimpan instrument tambahan yang dipergunakan untuk operasi
harian maupun cadangan. Penyimpanan dalam lemari kaca, secara
berkelompok menurut jenisnya instrument.

7.

Ruangan arsip
Ruangan ini tempat penyimpan arsip penderita yang sudah dibedah, juga
merupakan ruangan administrasi bagi keperluan penderita yang akan dan
sudah dibedah.

8.

Kantor
Ruangan ini selain tempatnya kepala instalasi juga merupakan tempat
informasi, agar tahu siapa saja yang masuk dalam kamr bedah, juga tempat
dimana pemesanan alat operasi dan jadwal operasi dapat dilihat.

2.13

Limbah Kamar Operasi


Limbah kamar operasi yaitu ada dua macam yaitu limbah padat dan

limbah cair.
1.

Limbah padat
Limbah padat ada dua yaitu : limbah medis dan non medis. Diantaranya
limbah medis : kasa yang terkena darah, spuit, mess, botol ampul, selang
infus, jarum. Sedangkan contoh limbah non medis : kertas, plastik.

2.

Limbah cair
a.

Urine

b.

Darah

c.

Pus

P a g e | 31

2.14

Posisi pembedahan

1)

Posisi supine

Operasi otak, operasi jantung, operasi bedah


abdomen umum, operasi tangan dan kaki.

2)

Posisi thyroiditis

Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy,


operasi oesopagus, operasi larynx, operasi
tracheostomia.

3)

Posisi Cholelithiasis

Operasi liver, bladder.

4)

Posisi Trendelenburg

Operasi uterus atau ovary, operasi rectum.

5)

Posisi Trendelenburg

Memberikan anastesi kepada pasien yang full


stomach (perut penuh).

6)

Posisi Lithotomy

Operasi kebidanan, hemorhoid.

7)

Posisi Prono

Operasi daerah belakang kepala, punggung,


belakang lutut, tendo achilis, ginjal,adrenal
glands.

8)

Posisi lateral

Operasi paru-paru, oesopagus, operasi daerah


bahu, sebelah dada, pinggang, operasi femur, hip
joint (panggul).

9)

Posisi Neprolithotomy

Operasi ginjal, adrenal glands.

10)

Posisi Jeck-knife

Operasi rectum, anus, daerah sacrum

11)

Posisi Mukhammedien

Operasi spinal column (sum-sum tulang).

12)

Posisi Situng

Operasi

otak,

tonsillectomy.

cervical

Vertebrae,

operasi

P a g e | 32

BAB 3
INSTRUMENTASI TEKNIK

3.1

Pengertian
Merupakan metode atau cara praktis dalam menyiapkan, merencanakan,

mengatur, melaksanakan, dan memantau instrument atau bahan yang akan


digunakan dan sesuai dengan jenis operasi.
3.2

Tujuan

3.2.1

Tujuan umum

1.

Memperlancar jalannya tindakan pembedahan

2.

Mencegah terjadinya infeksi

3.

Agar petugas mengetahui prinsip-prinsip aseptic dan antiseptic yang harus


dilakukan di kamar operasi

3.2.2
1.

Tujuan khusus
Agar perawat instrument dapat mengerti persiapan instrument secara
menyeluruh sesuai dengan tindakan pembedahan

2.

Agar perawat instrument dapat mengatur posisi/letak alat atau instrument


sesuai

dengan

kebutuhan,

sehingga

dapat

memudahkan

tindakan

pembedahan
3.

Agar perawat instrument tahu dan mengerti langkah-langkah yang akan


dilakukan oleh operator selama pembedahan

3.3

Persiapan

3.3.1

Persiapan pasien
Sesaat setelah pasien datang diruang persiapan kemudian dipindahkan ke

brancard agar mengganti baju khusus ruang operasi, pengecekan status (informed
concern) pengecekan persiapan fisik pasien (puasa) mengecekan dan mencatan
obat-obatan yang dibawah, cairan, darah K/P. Menggunakan gigi palsu atau tidak.
Setelah pasien dipindahkan kemeja operasi dan sebelum dilakukan
tindakan anaesthesi. Sebaiknya dilakukan fiksasi.

P a g e | 33

Langkah fiksasi ini bertujuan agar menghindari pasien jatuh karena tidak
sadar akibat pengaruh dari obat anaesthesi. Pengaturan atau perubahan posisi
tubuh dilakukan sesuai dengan macam tindakan operasi yang akan dilakukan
Perubahan posisi yang dimaksud sesuai dengan tindakan yang dilakukan
operator operasi. Selama ini perubahan posisi sering dilakukan adalah posisi
tergantung dan kepala extensi desinfeksi lapangan operasi dan pemasangan linen
steril pada pasien (draping) dilakukan untuk membersempit lapangan operasi yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau infeksi pada luka operasi.
Sesaat setelah dan atau penjahitan luka operasi, perawat instrument segera
melakukan perawatan luka secara aseptik, yang sebelumnya membersihkan dan
mengeringkan bekas darah disekitarnya.
3.3.2

Persiapan alat
Perawat kamar operasi sebaiknya mengetahui dan dapat menyiapan

instrument set mulai dari instrument dasar sampai instrument tambahan sesuai
dengan macam dan jenis operasi yang akan dilakukan
Selain itu perawat instrument juga bertanggung jawab menyiapkan linen
set steril. Handschoen steril bermacam-macam ukuaran, kasa, dan depres steril.
Selang section dan senur diatermi steril. Mangkok atau cucing atau bengkok.
Steril. bahan desinfeksi/ antiseptik, mes operasi sesuai kebutuhan dan berbagai
perlengkapan standart lain perlu dicatat dicatat, bahwa serangkaian pekerjaan
tersebut harus dilakukan sebelum operasi mulai dilakukan
Sesaat sebelum operasi, perawat instrument
jumlah alat dan bahan

meneliti dan mengitung

yang akan dipergunakan, kemudian menyiapkan dan

mengatur instrument dimeja mayo (setelah melakukan cuci tangan dan


mengunakan gaun operasi, serta handschoen steril) selama berlangsung
pembedahan. Perawat isntrument tetap melakukan pemeliharaan dan perawatan
alat, serta ? atau bahan yang dipergunakan. Begitu pula sesaat sebelum penjahitan
luka operasi dan sesaat sesudah operasi perawat instrument melakukan
pengecekan kelengkapan alat dan bahan yang digunakan serangkaian pekerjaan
tersebut merupakan tetap yang wajib dilakukan untuk mencegah terjadinya corpus

P a g e | 34

alineum atau ttertingalnya. Alat dan bahan didalam anggota tubuh pasien yang di
operasi
3.4

Pelaksanaan
Pelaksanaan atau tata cara kerja perawat instrument merupaakan tindakan

yang dilakukan perawat instrument

pada waktu sebelum, selamadan sesaat

sesudah operasi dilingkungan kamar operasi, tugas dan tanggung jawab yang
dilakukannya adalah menyiapkan ruangan pasient, personil maupun alat
instrument dan bahan kebutuhan lainnya. Semua ini, tentu disesuaikan dengan
macam dan jenis operasi yang akan dilakukan para operator bedah.

P a g e | 35

BAB 4
INSTRUMENTASI TEKNIK

4.1. Instumentasi Tehnik TAH - BSO (Total Abdominal Histerectomy Bilateral Salpingo Oopharectomy)
4.1.1 Pengertian
Suatu cara instrumentasi untuk operasi pengangkatan uterus
secara menyeluruh dengan menyertakan 1/3 proximal vagina.

4.1.2 Tujuan.
a. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi TAH-BSO.
b. Memperlancar jalannya operasi.
c. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
d. Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument didalam
abdomen.

4.1.3 Persiapan alat.


1. Alat kesehatan Non steril
a) Desinfektan povidone iodine 10% pada tempatnya
b) Cairan PZ
c) Hypafik
d) taunting Verban
e) Tempat sampah
2. Alat Steril
a) Kassa, deppers, darm gaas, cueing, mangkok dan bengkok
b) Handscoen no. 7, 7 atau sesuai ukuran
c) Mess no. 20 atau 10
d) Kateter ro.16 dan urobag
e) Spuit 10 cc

P a g e | 36

f) Senur diatermi.
g) Handel lampu.
h) Kanule dan slang suction
i) Jarum round dan cutting
j) Benang : Non absorbable :silk USP 1, 2/0, 3/0 (jarum
cutting), Absorbable : plain cat gut USP 1, 0, 2/0,cat gut
cromic USP 1, 2, vicril USP 1, dan dermalon / monosyn
USP 3/0, 4/0
k) Linen set dan waslap
3. Basic set yang disiapkan :
a) Desinfeksi klem

b) Doek klem

c) Hand vat mest no. 3 atau no. 4

d) Pincet anatomis

e) Pincet chirurgie

f) Arteri klem pean

g) Arteri klem bengkok

h) Kockher klem

i) Langen back

j) Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul 2


k) Gunting metzembouin

I) Gunting benang

m) Gunting preparasi

n) Nald voelder

o) Mikulik

p) Blass speculum

q) Retractor

l,

r) Wound hag timan

s) Spatel

t) Ellis/Babcock

1/1

u) Sonde uterus

P a g e | 37

v) Kogcl tang

4. Set tambahan :
a) Ring tang

b) Sprieder kotak

c) Myoom boor

d) Moche klem

5. Alat penunjang
a) Mesin diatermi
b) Mesin suction
c) Plat diatermi

4.1.4 Cara Kerja.


1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan secara


fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian keringkan
dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Intrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lain cuci tangan


dan memakai gaun operasi dan handscoen steril (dibantu oleh
instrumen dan perawat sirkulasi).

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6. Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 %,


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.
7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar 2,


doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan selang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi.

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

P a g e | 38

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untuk mengetes reaksi
anestesi (bila SAB).
12. Memberikan operator mess no. 20 untuk melakukan insisi
kulit med- line lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ arteri van pean dan diatenni.
13. Memberikan pinset chirurgis dan gunting preparasi ke
operator untuk memperpanjang insisi ke arah proximal dan
distal. Setelah kelihatan peritoneum, operator dan asisten
membuka peritoneum menggunakan gunting preparasi dan
double pinset chirurgie, kemudian dipegang menggunakan
double mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan
dari lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan
kassa lepas.
14. Memberikan sprieder perut dan darm gaas hasah setelah
Operator meluksir untuk melihat ada tidaknya perlekatan
disekitar tumor.
15. Memberikan moche klem atau uterus klem atau dengan
myoom boor ke operator untuk melakukan diseksi uterus
16. Berikan 2 krom klem untuk menjepit ligament rotundum kanan
dan kiri lalu dipotong dengan gunting preparasi, kemudian
berikan cromic USP 1 jarum round untun menjahit jaringan
yang tertinggal, ujung benang di jepit dengan pean, dan
berikan silk: USP 1 untuk jahit jaringan yang diambil (semua
jahitan menggunakan jarum round).
17. Berikan gunting preparasi ke operator untuk membuat bladder
flap dengan cara membuka plika vesika urinaria dan sayatan
dijepit dengan krom klem, dipisahkan kedua lateral dan disisihkan
dengan deppers yang dijepit ring tang, kemudian diletakkan

P a g e | 39

kassa lepas 1 untuk pelindung blass dalam pemasangan blass


speculum.
18. Berikan double krom klem untuk menjepit infundibulum
pelvicum, dengan ujung jari operator membuat tunnel
avasculer kanan dan kiri, untuk kontra klem menggunakan
kocker panjang, lalu digunting dan dijepit menggunakan
cromic usp 1 secara trasfik ( benang dipotong ), jahitan kedua
dengan cromic usp l juga ( dijahit muka belakang ) ujungnya
dijepit dengan menggunakan pean, untuk kontra klem dijahit
dengan silk usp l.
19. Berikan kockher atau krom klem untuk memegang vasa
uterine kanan dan kiri lalu digunting dan dijahit dengan
cromic usp 1, dilanjutkan pemisahan vasa uterine sampai
kebawah setinggi fornix, kemudian dinding vagina diklem
setinggi jahitan sudut paua vagiaa kiri dan kanan (pada 1/3
proximal vagina 1
20. Berikan krom klem untuk memisahkan parametrium kanan
dan kiri dengan dinding uterus, kemudian digunting dan dijahit,
dengan cromic usp 1 sampai setinggi fornix.
21. Berikan mess ke operator untuk menyayat portio, bila sudah
teraba portio, dibuka dengan krom klem dan diklem kanan dan
kiri lalu dipotong setinggi fornix, berikan krom klem untuk
memegang sudut vagina kanan kiri begitu pula bagian muka
belakang.
22. Berikan jahitan sudut vagina dengan cromic usp 2 jarum cutting
dan ujung benang dijepit pean, stoma vagina dijahit dengan cat
gut plain usp 1 jarum tajam / monosyn no 1 secara feston
(melingkar) dan ujung benang dipegang dengan pean.
23. Ligamentum rotundum dan ligamentum infundibulum pelvicum
diikat jadi satu dengan jahitan sudut vagina kanan kiri, rawat
perdarahan dengan pinset anatomis dan diatermi,lapangan

P a g e | 40

operasi dicuci dengan PZ, setelah bersih dilakukan penutupan


retroperitonium dengan cat gut plain usp 2/0 jarum usus secara
feston dari ujung kanan sampai ujung kiri.
24. PERHATIAN !!! Sebelum menutup peritoneum alat - alat
instrument dan bahan yang dipakai (kassa, deppers, dan gaas)
dicek jumlahnya.
25. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, berikan mikulik 4 untuk
menjepit peritoneum dan dijahit dengan plain usp 1 secara veston
jarum round dan dipegang dengan pinset anatomis, otot
dijahit dengan plain usp 0 satu persatu dengan jarum round
dan pinset, chirurgie, fasia dijahit dengan vicril usp 1 atau
dexon usp 0, fat dijahit dengan plain usp 2/0 atau 1 satu
persatu dengan jarum tajam dan pinset chirurgie. Kulit
dijahit dengan silk 2/0 atau monosyn 3/0 jarum tajam.
26. Sekitar luka operasi dibersihkan dengan kassa basah dan di
keringkan dengan kassa kering lalu luka dioles dengan
povidone iodine 10%, dan ditutup dengan kassa kering
selanjutnya difikasi dengan hypafix.

4.2

Instrumentasi Tehnik Sectio Caesarea


4.2.1 Pengertian
Suatu cara instrumentasi untuk melahirkan janin melalui suatu
incisi pada dinding perut dan dinding rahim.

4.2.2 Tujuan.
1. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi sectio caesarea.
2. Memperlancar jalannya operasi.
3. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
4. Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
5. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument didalam
abdomen.

P a g e | 41

4.2.3 Persiapan.
1) Persiapan pasien.
a. Persetujuan operasi.
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.
d. Lavement.
2) Persiapan alat.
1. Alat kesehatan non steril
a) Meja mayo dan meja instrument.
b) Mesin dan plat diatermi.
c) Mesin suction.
d) Infant warmer.
e) Incubator.
f) Gunting verband.
g) Urine bag.
h) Spuit 10 cc.
2. Alat steril
a) Linen set.
b) Sponge holding forceps (desinfeksi klem) + deppers +
catheter no. 16 .
c) Kassa dan deppers @ 20 - 30.
d) Darm gass 3-5 .
e) Kabel diathermi dan selang suction.
f) Kidney Bowl (Bengkok) berisi kom untuk NaCI 0,9 % dan
cucing untuk larutan povidone iodine 10 %.
g) Handle lampu.
h) Waslap set.
i) Mess no. 20
j) Benang :
Non absorbsable : Silk no 1, 0.

P a g e | 42

Absorsbsable

- Polyamide monofilament/munwsyin no 1 dan 3/0


- Catgut plain no. 1 dan 2/0
- Catgut chromic no. 1.
- PGA (safil,optime, vicryil) no. 1.
k) Bengkok berisi umbilical clam dan sterilizing forceps (krom
klem).
1) Sarung tangan sesuai kebutuhan.
m) Instrumen.
n) Lidi waten dan iripel day (antiseptic untuk umbilicus).
Set dasar.
Sponge holding forceps/desinfeksi klem

:2

Towel clam/doek klem

:5

Scalpel handles no 4/handle mes

:1

Pinset chirurgis

:2

Pinset anatomis

:2

Prepares scissors/gunting preparasi

:1

Metzenbaum scissors/gunting metzenbaum

:l

Ligature scissors/gunting benang

:1

Haemostatic clam lurus/arteri klem van pean

:4

Haemostatic clam kocher

:2

Haemostatic clam hengkok/krom klem bengkok

:2

Peritoneum clam / mikulics

:4

Langen beck retractor

:1

Wundhaken

:1

Scheidenspekula/blass speculum

:1

Abdominal dan intestinal spatula

:1

Needle holders

:2

Irrigating canule (kanule suction)

:1

Set tambahan/Khusus
Sterilizing forceps/ring tang

:4

P a g e | 43

4.2.4 Cara kerja


1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan secara


fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian keringkan
dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Insrument menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkulasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6. Memberikan desinfeksi klem dan kassa povidone iodine


10% yang di taruh dalam cucing pada operator atau asisten
untuk desinfeksi lapangan operasi
7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi.

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi

10. lnformasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi (bila SAB).
12. Berikan mess ke operator untuk melakukan insisi kulit secara
midiine lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan dirawat
dengan kassa/ arteri van pean dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset anatomis.
Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan asisten

P a g e | 44

gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk membuka


peritoneum, kemudian dipegang menggunakan double mikulik.
Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari lapangan
operasi alat - alat instrument yang pendek dan kassa lepas.
14. Berikan blass speculum untuk rnernbuka plika vesika urinaria
dengan memakai gunting preparasi dan sayatan dipegang dengan
krom klem.
15. Berikan mess untuk insisi SBR (segmen bawah rahim),
dilanjutkan operator membuka SBR dengan cara tumpul,
operator meluksir kepala bayi untuk dikeluarkan dan
sementara speculum blass dilepas, lalu bayi dilahirkan (catat
jam, tanggal, hari dan jenis kelaminnya)
16. Setelah bayi lahir muka bayi dibersihkan dengan kassa steril
dan lendir yang ada di mulut dan hidung dihisap dengan suction.
Tali pusat diklem dengan penjepit tali pusat yang kearah bayi,
sedangkan yang kearah ibu diklem dengan krom klem/kockher,
tali pusat dipotong kemudian bayi diberikan kepada bidan
yang bertugas menerima bayi untuk dirawat. Operator
membantu melahirkan plasenta, kemudian blass speculum
dipasang lagi.
17. Berikan kepada operator ring tang empat buah untuk
menjepit uterus dibagian atas dan bawah sampai kiri dan kanan.
18. Berikan catgut chromic usp 1 ke operator untuk menjahit
sudut uterus sebelah kiri dan ujung benang dijepit dengan pean.
19. Berikan monosyn usp 1 untuk menjahit uterus secara feston
mulai dari sudut kanan sampai kiri dan ujung benang dijepit
dengan pean.
20. Ingatkan operator untuk mengecek perdarahan dan alat - alat
instrument yang digunakan serta kassa dan darm gaas, bila
sudah lengkap dilakukan penutupan retroperitonial dengan
plain 2/0 jarum usus secara veston dari kanan kekiri.

P a g e | 45

21. Berikan

deppers

yang

dijepit

dengan

ring

tang

untuk

membersihkan sisa nerdarahan atau dicuci dengan PZ sampai


bersih.
22. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, berikan mikulik 4
untuk menjepit peritoneum dan dijahit dengan plain usp 1 secara
veston dengan jarum round dan pinset anatomis, otot dijahit
dengan plain usp 0 satu persatu dengan jarum round pinset
chirurgie, fasia dijahit dengan vicril usp 1, fat dengan plain 0
satu persatu dengan jarum tajam pinset chirurgie, kulit dengan
polyamide monofilament/monosyn no 3/0 jarum tajam.
23. Sekitar luka operasi dibersihkan dengan kassa basah dan
dikeringkan, lalu diolesi dengan povidone iodine 10 %, ditutup
kassa lalu difiksasi dengan hypafix.
24. Berikan cytotex atau gastrul 3 s/d 4 tablet per rectal kalau perlu.
25. Cek instrument dan kemudian serahkan ke petugas sirkuler untuk
didekontaminasi, selanjutnya diset kembali.

4.3

Instrumentasi Tehnik Surgical Staging


4.3.1 Pengertian.
Adalah suatu cara menyiapkan alat-alat instrument untuk operasi
surgical staging.

4.3.2 Tujuan.
a. Mengerti langkah-langkah tehnik operasi surgical staging.
b. Memperlancar jalannya operasi.
c. Dapat mempertahankan kesterilar, alat-alat instrument.
d. Dapat mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e. Dapat mencegah tertinggalnya alat-alat instrument didalam abdomen.

4.3.3 Persiapan
1) Persiapan pasien.

P a g e | 46

a. Persetujuan operasi.
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa
d. Lavement.
2) Persiapan alat.
1. Set dasar.
Sponge holding forceps (desinfeksi klem)

: 2

Towel clam (doek klem)

: 5

Scalpel handles no 4

: 1

Pinset chirurgis

: 2

Pinset anatomis

: 2

Prepares scissors (gunting preparasi)

: 1

Metzenbaum scissors (gunting metzenbaum)

: 1

Ligature scissors (gunting benang )

: 1

Haemostatic clam lurus (arteri klem van pean)

: 4

Haemostatic clam kocher (kocher)

: 2

Haemostatic clam bengkok (krom klem)

: 6

Peritoneum clam/mikulics

: 4

Wundhaken (hak tajam)

: 1

Scheidenspekula (blas speculum)

: 1

Abdominal dan intestinal spatel

: 1

Needle holders

: 2

Irrigating canule (kanule sauction)

: 1

Right angel.

: 2

2. Set tambahan.
Sterilizing forceps (ring tang)

: 2

Weith heim set ( weith helm klem 2,neer klem 2, moscuito


panjang 2, vein haak 1)

3. Alat penunjang steril.


a. Kassa, deppers, darm gaas, cucing, mangkok dan bengkok

P a g e | 47

b. Handscoen sesuai ukuran


c. Mess no. 20 atau 10
d. Kateter no. 16 dan urobag
e. Spuit 10 cc
f. Kabel senur diatermi
g. Canule dan slang suction
h. Handel lampu.
i. Jarum round dan cutting
j. Benang : silk USP 1, 0, plain cat gut USP 1, 2/0,polyamide
monofilament no 1,3/0, vicril USP 1.
k. Linen set dan waslap.
l. Cairan NaCI 0,9 %.
m. Povidone iodine 10%
4. Alat penunjang non steril.
a. Suction pump
b. Mesin diathermi dan platnya.
c. Hypafik
d. Gunting Verban
e. Tempat sampah

4.3.4 Cara Kerja.


1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan secara


fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian keringkan
dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no. 16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkulasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

P a g e | 48

6.

Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 %,


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.

7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi.

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi (bila SAB).
12. Berikan handvat mess ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara midline lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ arteri van pean dan diatermi
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis. Setelah kelihatan peritoneum, uerikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka

peritoneum,

kemudian

dipegang

menggunakan

double mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan


dari lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan
kassa lepas.
14. Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan operasi
dan darm gaas yang telah dibasai dengan Na Cl 0,9% untuk
melindungi usus.
15. Berikan 2 haemostatic clam kokher untuk memegang uterus.
16. Berikan dobel haemostatic clam bengkok (krom klem) untuk
menjepit ligamentu rotundum kemudian digunting dengan
prepares scissors untuk memotongnya.

P a g e | 49

17. Berikan silk usp 0 (jarung round lingkaran) pada jaringan


yang akan ditinggal, sedangkan untuk jaringan yang dibuang
memakai silk usp 1.
18. Berikan prepares scissors, pinset chirurrgis dan haemostatic
clam bengkok untuk membuat bladder flap dengan membuka
plika vesika urinaria untuk disisihkan ke coude lateral, dan
dibuat tunel avaskuler.
19. Berikan dobel krom klem untuk memegang ligamentum
infundibulo pelvicum, dijahit dengan silk usp 0 secara transfiks
(benang dipotong), jahitan kedua ujung ikatan dijepit
menggunakan haemostatic clam lurus.
20. Berikan kokher untuk kontra clam lalu dipotong dan dijahit
dengan silk usp 1.
21. Berikan kokher klem/krom klem untuk menjepit vasa uterina
kana kiri lalu dipotong dan dijihit dengan silk usp 0.
22. Berikan double krom klem pada operator untuk memegang
ligamentum cardinale dan ligamentum sakro uterina lalu
digunting dan dijahit dengan silk usp 0.
23. Setelah uterus terpotong setinggi fertusa, berikan 2 kokher
klem untuk menjepit stoma vagina dan jahitan sudut dengan
catgut chromic usp 2 (jarum cutting) dan stoma vagina
dijahit dengan polyamide monofilament/monosyn ussp 1
secara jelujur feston.
24. Berikan benang silk usp 3/0 (jarum round) untuk menjahit
retroperitoneum.
25. Berikan dobel krom klem bengkok untuk menjepit omentum, lalu
dipotong dan dijahit dengan silk usp 0(jarum round).
26. Berikan

pinset

anatomis

dan

diathermi

untuk

merawat

perdarahan, bila perlu berikan benang silk usp 0 untuk


melakukan jahitan cross.
27. Siapkan cairan NaCI 0,9% untuk mencuci cavum abdomen.

P a g e | 50

28. Berikan krom klem bengkok dan scalpel blades/mess untuk


memasang drain kemudian drain difiksasi dengan silk usp
2/0 (jarum cutting).
29. PERHATIAN!!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum menutup peritoneum.
30. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a. Berikan 4 mikulik untuk menjepit peritoneum dan berikan
pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk menjahit
peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan dengan menjahit
otot.
b. Berikan berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit
ujung fasia dan benang PGA (optime,safil,vicryl) usp 1
untuk menjahitnya secara jelujur biasa/ feston.
c. Berikan benang catgut plain usp 2/0 untuk menjahit lemak.
d. Berikan benang polyamide monofilament/monosyn usp 3/0
untuk menjahit kulit secara subcutikuler.
31. Luka operasi dibersihkan dengan kasa basah lalu dikeringkan,
kemudian oleskan povidon iodine 10% lalu tutup dengan kasa dan
difiksasi dengan hipavix.
32. Cek instrumen kemudian diserahkan pada petugas sirkuler
untuk dibersihkan dan diset ulang.

4.4

Instrumentasi Tehnik Kistectomi


4.4.1 Pengertian
Adalah tata cara penyediaan alat-alat instrument untuk
operasi kistectomi.

4.4.2 Tujuan.
a. Mengerti langkah tehnik operasi kistectomi.
b. Memperlancar jalannya operasi.
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.

P a g e | 51

d. Mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.


e. Mencegah tertinggalnya alat-alat instrument didalam abdomen.

4.4.3 Persiapan.
1. Pasien.
a. Perseiujuan operasi
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.
d. Lavement.
2. Peralatan.
Alat non steril.
Meja mayo, meja linen, meja instrument, mesin suction, set
mesin diathermi, gunting verband, hipafix, urobag, spuit 10
cc.
Alat steril.
a. Linen set.
b. Kassa dan deppers @ 20 - 30.
c. 2-3 darm gaas.
d. Senur diathermi dan slang suction.
e. Bengkok berisi cucing besar untuk NaCl 0,9% cucing
kecil untuk povidone iodine 10 %.
f. Larutan desinfektan.
g. Mess no 20.
h. Handel lampu.
i. Benang :
Non absorbsable : silk usp 2/0, 0
Absorbsable

: catgut plain usp 1, 2/0, PGA


(oplime,

safil)

usp

1,

catgut

chromic

usp

2/0,

polyamide

monofilament/monosyn usp 3/0.


j. Jarum lingkaran round.

P a g e | 52

k. Folley catheter
1. Handscoen sesuai kebutuhan
m. 1) Set dasar.
Desinfeksi klem

Doek klem

Hand vat mest no. 3 atau no. 4

Pincet anatomis

Pincet chirurgie

Arteri klem van pean

Arteri klem bengkok

Kockher klem

Langen back

Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul

Gunting metzemboum

Gunting benang

Gunting preparasi

Nald voelder

Mikulicz

Blass speculum

Babkock/ellis klem

Wound haak timan

Abdominal retractor

Spatel

Kogel tang 1
3) Set tambahan :
Ring tang

Trocar

Moche klem

4.4.4 Cara kerja.

P a g e | 53

1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan


secara fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian
keringkan dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkulasi).

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6.

Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 % dan


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.

7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

lnstrumet mendekatkan alat - alat instrument ke meja operasi,


mengatur dan memasang senui diatermi dan selang suetion yang
di bantu oleh perawat sirkulasi.

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi (bila SAB).
12. Berikan handvat mess ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara mid-line lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ arteri van pean dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis. Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka peritoneum, kemudian dipegang menggunakan

P a g e | 54

double mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan


dari lapangan operasi alat -alat instrument yang pendek dan
kassa lepas.
14. Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan
operasi dan darm gaas yang telah sedikit dibasahi dengan Na
C1 0,9% untuk melindungi usus.
15. Operator menelusuri jaringan kista dan dilakukan tabkhsak
dengan silk usp 2/0 jarum kecil dan berikan trocar untuk
menghisap cairan.
16. Berikan 4 buah krom klem bengkok untuk memfiksasi
jaringan kista lalu dijahit dengan catgut chromic usp 1 pada
jaringan yang ditinggal dan ujung benang dijepit dengan
pean lurus, sampai jaringan terjahit semua dan benang
digunting.
17. Bila kistanya kecil dan fungsi ovarium masih diperlukan,
maka berikan mess untuk melakukan insisi pada ovarium
sampai terlihat jaringan kista.
18. Berikan 2 ellis klem untuk memegang jaringan ovarium
yang sehat.
19. Setelah operator mengeluarkan jaringan kistanya, berikan
benang catgut chromic usp 2/0 dan pinset anatomis untuk
menjahit ovarium.
20. Berikan pinset anatomis dan senur diatermi untuk merawat
perdarahan.
21. Siapkan cairan NaCI 0,9% untuk mencuci cavum abdomen.
22. PERHATIAN!!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum, Menutup peritoneum.
23. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a. Berikan 4 mikulic untuk menjepit peritoneum dan berikan
pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk menjahit

P a g e | 55

peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan dengan


menjahit otot.
b. Berikan berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit
ujung fasia dan benang PGA/safil/optime usp 1 untuk
menjahitnya secara jelujur biasa/ feston.
c. Berikan benang catgut plain usp 2/0 untuk menjahit lemak.
d. Berikan benang polyamide monofilament/monosyn usp 3/0
untuk menjahit kulit secara subcutikuler.
24. Luka

operasi

dibersihkan

dengan

kasa

basah:

lalu

dikeringkan, kemudian oleskan povidone iodine 10% lalu tutup


dengan kasa dan difiksasi dengan hipavix.
25. Cek instrumen kemudian diserahkan pada petugas sirkuler untuk
dibersihkan dan diset ulang.

4.5

Instrumentasi Tehnik Radikal Histerectomi


4.5.1 Pengertian.
Adalah tata cara penyediaan alat-alat instrument untuk operasi
radikal histerectomi.

4.5.2 Tujuan.
a) Mengerti langkah tehnik operasi radikal histerectomi.
b) Memperlancar jalannya operasi.
c) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
d) Mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e)

Mencegah tertinggaln ya alat-alat instrument didalam abdomen.

4.5.3 Tujuan.
1. Pasien.
a. Persetujuan operasi
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.

P a g e | 56

d. Lavement.
2. Peralatan.
Alat non steril.
Meja mayo, meja linen, meja instrument, mesin suction, set
mesin diathermi, gunting verband, hipafix, urobag, spuit 10 cc.
Alat steril.
a. Linen set.
b. Kassa dan deppers @ 20 - 30.
c. 2-3 darm gaas.
d. Senur diathermi dan slang suction.
e. Bengkok berisi cucing besar untuk NaCI 0,9 %, cucing kecil
untuk povidone iodine 10 %.
f. Larutan desinfektan.
g. Mess no 20.
h. Benang :
Non absorbsable : silk usp 2/0, 0, 1, 3/0.
Absorbsable : catgut plain usp 1, 2/0, PGA usp 1, catgut
chromic usp 2, polyamide monofilament usp 3/0, 1.
i. Jarum lingkaran round dan cutting.
j. Folley catheter
k. Handscoen sesuai kebutuhan
l. 1). Set dasar.
Desinfeksi klem

Doek klem

Hand vat mest no. 3 atau no.4

Pincet anatomis

Pincet chirurgie

Arteri klem van pean

Arteri klem bengkok

10

Kockher klem

10

Langen back

P a g e | 57

Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul

Gunting metzemboum

Gunting benang

Gunting preparasi

Nald voelder

Mikulik

Blass speculum

Babkock/ellis klem

Wound hag timan

Abdominal retractor

Spatel perut

Kogel tang

Right angel

Irrigating canule

2). Set tambahan :


Ring tang

Myoma boor

Uterus klem

Wheit heim set

(berisi wheit aeim right angel 2, moscuito panjang 2,


neer klem 2, vein hook 1)

4.5.4 Cara kerja.


1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan


secara fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian
keringkan dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

P a g e | 58

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkalasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6.

Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 %,


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.

7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi ( bila SAB ).
12. Berikan handvat mes ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara midline lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ arteri van pean dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka peritoneum, kemudian dipegang menggunakan double
mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari
lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan kassa
lepas.
14. Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan operasi
dan darm gaas yang telah sedikit dibasai dengan Na Cl 0,9%
untuk melindungi usus.

P a g e | 59

15. Berikan 2 haemostatic clam kokher untuk memegang uterus.


16. Berikan dobel haemostatic clam bengkok untuk menjepit
ligamentum rotundum kemudian digunting dengan gunting
preparasi untuk memotongnya.
17. Berikan silk usp 0 (jarum round 1/2 lingkaran) pada jaringan
yang akan ditinggal, sedangkan untuk jaringan yang dibuang
memakai silk usp 1.
18. Daerah retro peritoneal kanan dan kiri dibuka.
19. Membuat tunnel avaskuler, berikan krom klem untuk
menjepit ligamentum infundibulo pelvicum, dipotong dengan
gunting preparasi dan dijahit dengan silk usp 0.
20. Berikan gunting preparasi dan pinset chirurgis pada operator
untuk membuat bladder flap, dengan cara mernbuka plika vesica
urinaria.
21. Berikan krom klem untuk membuka sayatan tersebut, setelah
terbuka beri kasa lepas 1.
22. Berikan deppers yang dijepit dengan desinfeksi klem untuk
memisahkan plika vesica urinaria dengan babcock untuk menjepit
ureter.
23. Berikan benang silk usp 1 untuk kontra klem.
24. Berikan kocher klem untuk kontra klem, lalu digunting dan
dijahit dengan silk usp 0 secara transfix (benang dipotong),
jahitan kedua juga memakai silk usp 0 lalu ujungnya dijepit
dengan klem pean.
25. Berikan jahitan silk usp 1 untuk kontra klem.
26. Berikan kokher klem/krom klem untuk menjepit vasa uterine
kanan kiri lalu dipotong dengan gunting metzembum dan dijahit
dengan silk usp 0, dilanjutkan pemisahan vasa uterina sampai
kebawah sehingga jahitan sudut diatas vagina kanan dan kiri.
27. Berikan ring tang untuk pengambilan kelenjar getah bening
kanan dan kiri.

P a g e | 60

28. Berikan dobel moscuito untuk menjepit pembuluh darah dan


diikat dengan silk usp 0 dengan menggunakan right angel
untuk mengambil benang.
29. Berikan weith heim klem untuk menjepit ligamentum sakro
uterina, beri gunting preparasi untuk memotongnya dan dijahit
dengan silk usp 0, uterus dipotong setinggi 1/3 proximal vagina.
30. Berikan krom klem untuk memisahkan parametrium kanan
dan kiri sampai diatas vagina bila sudah terlepas.
31. Berikan catgut chromic usp 2 (jarum cutting lingkaran)
untuk

menjahit

sudut,

sedangkan

polyamide

monofilament/monosyn usp 1 untuk menjahit stoma vagina


secara jelujur feston dan ujung benang dijepit dengan klem
pean.
32. Berikan silk usp 0 untuk melakukan cross bila ada perdarahan.
33. Berikan pinset anatomis dan senur diatermi untuk merawat
perdarahan.
34. Bila perlu siapkan spongostan 3 biji untuk pencegahan
perdarahan didaerah retro peritoneal.
35. Berikan benang silk usp 3/0 (jarum round) untuk menjahit
retroperitoneum.
36. Siapkan cairan NaC10,9% untuk mencuci cavum abdomen.
37. PERHATIAN!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum menutup peritoneum.
38. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a.

Berikan 4 mikulic untuk menjepit peritoneum dan


berikan pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk
menjahit peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan
dengan menjahit otot.

b. Berikan berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit


ujung fasia dan benang PGA (safil, ofptime, vicryl) usp 1
untuk menjahitnya secara jelujur biasa, feston.

P a g e | 61

c.

Berikan benang catgut plain usp 0 untuk menjahit lemak.

d. Berikan benang polyamide monofilament usp 3/0 untuk


menjahit kulit secara subcutikuler.
39. Luka operasi dibersihkan dengan kasa basah lalu dikeringkan,
kemudian oleskan povidon iodine 10% lalu tutup dengan kasa
dan difiksasi dengan hipavix.
40. Cek instrumen kemudian diserahkan pada petugas sirkuler untuk
dibersihkan dan diset ulang.

4.6

Instrumentasi Tehnik Myomectomi


4.6.1 Pengertian.
Adalah tata cara penyediaan alat-alat instrument untuk operasi
pengangkatan myoma,lanjut uterus ditutup kembali.

4.6.2 Tujuan.
a. Mengerti langkah tehnik operasi myomectomi.
b. Memperlancar jalannya operasi.
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
d. Mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e. Mencegah tertinggalnya alat-alat instrument didalam abdomen.

4.6.3 Persiapan.
1. Pasien.
a. Persetujuan operasi
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.
d. Lavement.
2. Peralatan.
Alat non steril.

P a g e | 62

Meja mayo, meja linen, meja instrument, mesin suction, set


mesin diathermi, gunting verband, hipafix, urobag, spuit 10
cc.
Alat steril.
a. Linen set.
b. Kassa dan deppers @ 20 - 30.
c. 2-3 darm gaas.
d. Senur diathermi dan selang suction.
e. Bengkok berisi cucing besar untuk NaCI 0,9 %, cucing
kecil untuk povidone iodine 10 %.
f. Larutan desinfektan.
g. Cairan NaCI 0,9 %.
h. Mess no 20.
i. Handel lampu.
j. Benang :
Non absorbsable

: silk no 2/0, l.

Absorbsable

: catgut plain no 1, 2/0, PGA


(safil,

vicryl)

chromic

no

no

1,

catgut

1,

polyamide

monofilament/monosyn no 3/0, 1.
k. Jarum lingkaran round.
l. Folley catheter
m. Handscoen sesuai kebutuhan
n. 1). Set dasar.
Desinfeksi klem

Doek klem

Hand vat mess no. 4

Pincet anatomis

Pincet chirurgie

Arteri klem van pean

Arteri klem bengkok

P a g e | 63

Kockher klem

Langen back

Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul

Gunting metzemboum

Gunting benang

Gunting preparasi

Naid voelder

Mikulik

Blass speculum

Babkock/ellis klem

Wound hag timan

Abdominal retractor

Spatel perut

Irrigating canule

Kogel tang

2) Set tambahan :
Ring tang

Myoma boor

Uterus klem

4.6.4 Cara kerja.


1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan secara


fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian keringkan
dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkulasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

P a g e | 64

6.

Memberikan desinfeksi klem dan betadine 10%, deppers yang


di Laruh dalam cucing pada operator atau asisten untuk
desinfeksi lapangan operasi.

7.

Drapping lapangan operas ; dengan menggunakan doek besar 2,


doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk tiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang uction
yang di bantu oleh perawat sirkulasi

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi (bila SAB).
12. Berikan handvat mes ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara midline lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ arteri van pean dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis. Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka peritoneum, kemudian dipegang menggunakan double
mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari
lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan kassa
lepas.
14. Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan operasi
dan darm gaas yang telah sedikit dibasai dengan Na C1 0,9%
untuk melindungi usus.
15. Berikan handvat mes untuk membuka uterus sampai kapsul
myoma, bila myoma besar, beri myoma boor yang besar
untuk mengangkat myoma.

P a g e | 65

16. Berikan pinset anatomis dan senur diatermi untuk merawat


perdarahan.
17. Berikan benang catgut chromic/monosyn usp 1(jarum round1/2
lingkaran) untuk melakukan cross bila ada pendarahan
18. Siapkan cairan NaCl 0,9% untuk mencuci cavum abdomen.
19. PERHATIAN!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum menutup peritoneum.
20. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a. Berikan 4 mikulic untuk menjepit peritoneum dan berikan
pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk menjahit
peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan dengan
menjahit otot.
b. Berikan berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit
ujung fasia dan benang PGA (safi1, optime usp l untuk
menjahitnya secara jelujur biasa/ feston.
c. Berikan benang catgut plain usp 0 untuk menjahit lemak.
d. Berikan benang polyamide monofilament/monosyn usp
3/0 untuk menjahit kulit secara subcutikuler.
4.7 Teknik instrumentasi SVH-BSO (Supra Vaginal Hysterektomy
Bilateral Salphingo Oopharektomy)
4.7.1 Pengertian.
Adalah tata cara penyediaan alat-alat instrument untuk operasi
SVH - BSO.

4.7.2 Tujuan.
a) Mengerti langkah tehnik operasi SVH - BSO.
b) Memperlancar jalannya operasi.
c) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
d) Mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e)

Mencegah tertinggaln ya alat-alat instrument didalam abdomen.

P a g e | 66

4.7.3 Tujuan.
1. Pasien.
a. Persetujuan operasi
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.
d. Lavement.
2. Peralatan.
Alat non steril.
Meja mayo, meja linen, meja instrument, mesin suction, set
mesin diathermi, gunting verband, hipafix, urobag, spuit 10 cc.
Alat steril.
a. Linen set.
b. Kassa dan deppers @ 20 - 30.
c. 2-3 darm gaas.
d. Senur diathermi dan slang suction.
e. Bengkok berisi cucing besar untuk NaCI 0,9 %, cucing kecil
untuk povidone iodine 10 %.
f. Larutan desinfektan.
g. Mess no 20.
h. Benang :
Non absorbsable : silk usp 2/0, 1
Absorbsable : catgut plain usp 1, 2/0, PGA usp 1, catgut
chromic usp 1,2, polyamide monofilament usp 3/0, 1.
i. Jarum lingkaran round dan cutting.
j. Folley catheter
k. Handscoen sesuai kebutuhan
l. 1). Set dasar.
Desinfeksi klem

Doek klem

Hand vat mest no.4

P a g e | 67

Pincet anatomis

Pincet chirurgie

Arteri klem van pean

Arteri klem bengkok

10

Kockher klem

10

Langen back

Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul

Gunting metzemboum

Gunting benang

Gunting preparasi

Nald voelder

Mikulik

Blass speculum

Babkock/ellis klem

Wound hag timan

Abdominal retractor

Spatel perut

Kogel tang

Right angel

Irrigating canule

2). Set tambahan :

4.7.4 Cara kerja.

Abdomen Retraktor

Ring tang

Spatel perut

Myoma boor

Uterus klem

Wheit heim set

P a g e | 68

1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan


secara fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian
keringkan dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkalasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6.

Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 %,


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.

7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi ( bila SAB ).
12. Berikan handvat mes ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara midline lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ arteri van pean dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka peritoneum, kemudian dipegang menggunakan double

P a g e | 69

mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari


lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan kassa
lepas.
14. Eksplorasi, tangan operator meluksir untuk melihat ada atau
tidaknya perlekatan di sekitar tumor.
15.Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan operasi
dan darm gaas yang telah sedikit dibasai dengan Na Cl 0,9%
untuk melindungi usus.
16. Berikan myoma boor untuk memegang uterus.
17. Berikan dobel haemostatic clam bengkok untuk menjepit
ligamentum rotundum kemudian digunting dengan gunting
preparasi untuk memotongnya.
18. Berikan cromic usp 1 (jarum round 1/2 lingkaran) pada
jaringan yang akan ditinggal digantung dengan arteri van pean,
sedangkan untuk jaringan yang dibuang memakai silk usp 1.
19. Berikan gunting preparasi dan pinset chirurgie untuk membuat
bladder flap dengan cara membuka plika vesika urinaria.
20. Berikan krom klem untuk memegang sayatan tersebut.
21. Berikan deppers yang dijepit dengan desinfeksi klem untuk
memisahkan plika vesica urinaria.
22. Berikan double krom klem untuk memegang infundibulum
pelvicum.
23. Berikan kocher klem untuk kontra klem, lalu digunting dan
dijahit dengan cromic usp 1 secara transfix (benang dipotong),
jahitan kedua juga memakai cromic usp 1 lalu ujungnya dijepit
dengan klem pean.
24. Berikan jahitan silk usp 1 untuk kontra klem kemudian
dipotong.
25. Berikan kokher klem/krom klem untuk menjepit vasa uterine
kanan kiri lalu dipotong dengan gunting metzembum dan dijahit

P a g e | 70

dengan cromic usp 1, jahitan kedua juga memakai benang


cromic lalu ujungnya dijepit dengan klem pean.
26. Berikan krom klem untuk memisahkan parametrium kiri dan
kanan dengan dinding uterus, kemudian digunting dan dijahit
dengan cromic usp 1 sampai di atas vagina.
27. Setelah uterus terangkat, berikan 2 kocher untuk memegang stom
vagina.
28. Berikan jahitan cromic usp 2 jarum cutting lingkaran dan
pincet chirurgie untuk menjahit sudut vagina kanan dan kiri
serta ujung benang dipegang dengan klem pean, dilanjutkan
jahitan monosyn usp 1 untuk menjahit stom vagina secara
feston.
29. Ligamentum rotundum dan ligamentum infundibulum diikat
menjadi satu dengan jahitan sudut vagina kanan dan kiri,
berikan

pinset

anatomis

dan

diatermi

untuk

merawat

perdarahan.
30. Beikan cromic usp 1 jarum round untuk melakukan cross bila
ada perdarahan.
31. Berikan cairan NaCl 0,9% dan steel deep untuk mencuci cavum
abdomen sampai bersih.
32. Berikan benang plain 2/0 untuk menjahit retro peritonial secara
feston dari ujung kanan sampai kiri.
33. PERHATIAN!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum menutup peritoneum.
34. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a.

Berikan 4 mikulic untuk menjepit peritoneum dan


berikan pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk
menjahit peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan
dengan menjahit otot.

P a g e | 71

b. Berikan berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit


ujung fasia dan benang PGA (safil, optime, vicryl) usp 1
untuk menjahitnya secara jelujur biasa, feston.
c.

Berikan benang catgut plain usp 0 untuk menjahit lemak.

d. Berikan benang polyamide monofilament usp 3/0 untuk


menjahit kulit secara subcutikuler.
35. Luka operasi dibersihkan dengan kasa basah lalu dikeringkan,
kemudian oleskan povidon iodine 10% lalu tutup dengan kasa
dan difiksasi dengan hipavix.
36. Cek instrumen kemudian diserahkan pada petugas sirkuler untuk
dibersihkan dan diset ulang.

4.8 Teknik Instrumentasi SOS (Salphingo Oovarii Sinistra)


4.8.1 Pengertian.
Adalah tata cara penyediaan alat-alat instrument untuk operasi
SOS.
4.8.2 Tujuan.
a) Mengerti langkah tehnik operasi SOS.
b) Memperlancar jalannya operasi.
c) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
d) Mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e)

Mencegah tertinggaln ya alat-alat instrument didalam abdomen.

4.8.3 Tujuan.
1. Pasien.
a. Persetujuan operasi
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.
d. Lavement.
2. Peralatan.
Alat non steril.

P a g e | 72

Meja mayo, meja linen, meja instrument, mesin suction, set


mesin diathermi, gunting verband, hipafix, urobag, spuit 10 cc.
Alat steril.
a. Linen set.
b. Kassa dan deppers @ 20 - 30.
c. 2-3 darm gaas.
d. Senur diathermi dan slang suction.
e. Bengkok berisi cucing besar untuk NaCI 0,9 %, cucing kecil
untuk povidone iodine 10 %.
f. Larutan desinfektan.
g. Mess no 20.
h. Benang :
Absorbsable : catgut plain usp 1, 0, PGA usp 1, catgut
chromic usp 1, polyamide monofilament usp 3/0, 1.
i. Jarum lingkaran round dan cutting.
j. Folley catheter
k. Handscoen sesuai kebutuhan
l. 1). Set dasar.
Desinfeksi klem

Doek klem

Hand vat mest no. 3 atau no.4

Pincet anatomis

Pincet chirurgie

Arteri klem van pean

Arteri klem bengkok

10

Kockher klem

10

Langen back

Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul

Gunting metzemboum

Gunting benang

Gunting preparasi

P a g e | 73

Nald voelder

Mikulik

Blass speculum

Babkock/ellis klem

Wound hag timan

Abdominal retractor

Spatel perut

Kogel tang

Right angel

Irrigating canule

2). Set tambahan :


Ring tang

Myoma boor

Uterus klem

Wheit heim set

4.8.4 Cara kerja.


1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan


secara fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian
keringkan dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkalasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6.

Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 %,


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.

P a g e | 74

7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi ( bila SAB ).
12. Berikan handvat mes ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara midline lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ krom klem dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka peritoneum, kemudian dipegang menggunakan double
mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari
lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan kassa
lepas.
14. Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan operasi
dan darm gaas yang telah sedikit dibasai dengan Na Cl 0,9%
untuk melindungi usus.
15. Berikan 2 haemostatic clam kokher untuk memegang uterus.
16. Berikan dobel haemostatic clam bengkok untuk menjepit
ligamentum rotundum kemudian digunting dengan gunting
preparasi untuk memotongnya.
17. Berikan catgut cromic usp 1 (jarum round 1/2 lingkaran) pada
jaringan yang akan ditinggal, sedangkan untuk jaringan yang
dibuang memakai silk usp 1.

P a g e | 75

18. Berikan krom klem untuk menjepit jaringan sinistra yang akan
diangkat.
19. Berikan gunting preparasi untuk memotong jaringan yang
diambil dengan yang ditinggal
20. Siapkan cairan NaC10,9% untuk mencuci cavum abdomen.
21. PERHATIAN!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum menutup peritoneum.
22. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a.

Berikan 4 mikulic untuk menjepit peritoneum dan


berikan pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk
menjahit peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan
dengan menjahit otot.

b. Berikan berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit


ujung fasia dan benang PGA (safil, optime, vicryl) usp 1
untuk menjahitnya secara jelujur biasa, feston.
c.

Berikan benang catgut plain usp 0 untuk menjahit lemak.

d. Berikan benang polyamide monofilament usp 3/0 untuk


menjahit kulit secara subcutikuler.
23. Luka operasi dibersihkan dengan kasa basah lalu dikeringkan,
kemudian oleskan povidon iodine 10% lalu tutup dengan kasa
dan difiksasi dengan hipavix.
24. Cek instrumen kemudian diserahkan pada petugas sirkuler untuk
dibersihkan dan diset ulang.

4.9 Teknik Instrumentasi SOD (Salphingo Oovarii Dextra)


4.9.1 Pengertian.
Adalah tata cara penyediaan alat-alat instrument untuk operasi
SOD.
4.9.2 Tujuan.
a) Mengerti langkah tehnik operasi SOD.
b) Memperlancar jalannya operasi.

P a g e | 76

c) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.


d) Mengatur alat-alat secara sistematis di meja mayo.
e)

Mencegah tertinggaln ya alat-alat instrument didalam abdomen.

4.9.3 Tujuan.
1. Pasien.
a. Persetujuan operasi
b. Alat-alat dan obat-obatan.
c. Puasa.
d. Lavement.
2. Peralatan.
Alat non steril.
Meja mayo, meja linen, meja instrument, mesin suction, set
mesin diathermi, gunting verband, hipafix, urobag, spuit 10 cc.
Alat steril.
a. Linen set.
b. Kassa dan deppers @ 20 - 30.
c. 2-3 darm gaas.
d. Senur diathermi dan slang suction.
e. Bengkok berisi cucing besar untuk NaCI 0,9 %, cucing kecil
untuk povidone iodine 10 %.
f. Larutan desinfektan.
g. Mess no 20.
h. Benang :
Absorbsable : catgut plain usp 1, 0, PGA usp 1, catgut
chromic usp 1, polyamide monofilament usp 3/0, 1.
i. Jarum lingkaran round dan cutting.
j. Folley catheter
k. Handscoen sesuai kebutuhan
l. 1). Set dasar.
Desinfeksi klem

P a g e | 77

Doek klem

Hand vat mest no. 3 atau no.4

Pincet anatomis

Pincet chirurgie

Arteri klem van pean

Arteri klem bengkok

10

Kockher klem

10

Langen back

Wound hag gigi 4 tajam dan tumpul

Gunting metzemboum

Gunting benang

Gunting preparasi

Nald voelder

Mikulik

Blass speculum

Babkock/ellis klem

Wound hag timan

Abdominal retractor

Spatel perut

Kogel tang

Right angel

Irrigating canule

2). Set tambahan :

4.9.4 Cara kerja.

Ring tang

Myoma boor

Uterus klem

Wheit heim set

P a g e | 78

1.

Pada saat pasien diintubasi, perawat instrument cuci tangan


secara fuerbringer dengan larutan desinfektan, kemudian
keringkan dengan waslap steril.

2.

Memakai gaun dan handscoen steril dengan teknik no touch.

3.

Instrumentor menyiapkan instrument dasar di meja mayo dan


menata secara sistematis.

4.

Operator atau Asisten memasang catheter no.16, lalu cuci


tangan dan memakai gaun operasi dan handscoen steril. (di
bantu oleh instrumen dan perawat sirkalasi)

5.

Memasang plat diatermi yang dibantu oleh perawat sirkuler.

6.

Memberikan desinfeksi klem dan povidone iodine 10 %,


deppers yang di taruh dalam cucing pada operator atau
asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.

7.

Drapping lapangan operasi dengan menggunakan doek besar


2, doek kecil 6 dan doek klem 4 untuk fiksasi.

8.

Instrumentor mendekatkan alat - alat instrument ke meja


operasi, mengatur dan memasang senur diatermi dan slang
suction yang di bantu oleh perawat sirkulasi

9.

Pasang handel lampu untuk memudahkan fokus lampu operasi.

10. Informasikan ke operator, bahwa instrument sudah siap dan


operasi sudah bisa di mulai.
11. Berikan pada operator pinset chirurgie untk mengetes reaksi
anestesi ( bila SAB ).
12. Berikan handvat mes ke operator untuk melakukan insisi
kulit secara midline lapis demi lapis sampai fasia, perdarahan
dirawat dengan kassa/ krom klem dan diatermi.
13. Berikan gunting preparasi untuk memperdalam irisan ke arah
proximal dan distal secukupnya dengan penuntun pinset
anatomis Setelah kelihatan peritoneum, berikan operator dan
asisten gunting preparasi dan double pinset chirurgie untuk
membuka peritoneum, kemudian dipegang menggunakan double

P a g e | 79

mikulik. Irisan diperpanjang secukupnya lalu jauhkan dari


lapangan operasi alat - alat instrument yang pendek dan kassa
lepas.
14. Berikan abdominal retraktor untuk membuka lapangan operasi
dan darm gaas yang telah sedikit dibasai dengan Na Cl 0,9%
untuk melindungi usus.
15. Berikan 2 haemostatic clam kokher untuk memegang uterus.
16. Berikan dobel haemostatic clam bengkok untuk menjepit
ligamentum rotundum kemudian digunting dengan gunting
preparasi untuk memotongnya.
17. Berikan catgut cromic usp 1 (jarum round 1/2 lingkaran) pada
jaringan yang akan ditinggal, sedangkan untuk jaringan yang
dibuang memakai silk usp 1.
18. Berikan krom klem untuk menjepit jaringan dextra yang akan
diangkat.
19. Berikan gunting preparasi untuk memotong jaringan yang
diambil dengan yang ditinggal
20. Siapkan cairan NaC1 0,9% untuk mencuci cavum abdomen.
21. PERHATIAN!!! Cek semua alat dan bahan yang dipakai
sebelum menutup peritoneum.
22. Luka operasi dijahit lapis demi lapis :
a.

Berikan 4 mikulic untuk menjepit peritoneum dan


berikan pinset anatomis serta catgut plain usp 1 untuk
menjahit peritoneum secara jelujur feston, dilanjutkan
dengan menjahit otot.

b. Berikan kokher klem atau mikulic untuk menjepit ujung


fasia dan benang PGA (safil, optime, vicryl) usp 1 untuk
menjahitnya secara jelujur biasa, feston.
c.

Berikan benang catgut plain usp 0 untuk menjahit lemak.

d. Berikan benang polyamide monofilament usp 3/0 untuk


menjahit kulit secara subcutikuler.

P a g e | 80

23. Luka operasi dibersihkan dengan kasa basah lalu dikeringkan,


kemudian oleskan povidon iodine 10% lalu tutup dengan kasa
dan difiksasi dengan hipavix.
24. Cek instrumen kemudian diserahkan pada petugas sirkuler untuk
dibersihkan dan diset ulang.

P a g e | 81

BAB 5
PELAKSANAAN

5.1

Gambaran umum kamar operasi bedah Obstetri daan Gynekologi


Pelatihan perawat kamar bedah instrumentasi bedah obstetri dan

ginekologi di Instalasi Bedah Pusat Gedung Bedah Pusat Terpadu RSU Dr.
Soetomo dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan, yaitu tanggal 09 Juli 2012
sampai 05 Oktober 2012. Selama 2 minggu pertama merupakan masa orientasi
dan pemberian materi, sedangkan minggu berikutnya sudah mulai mengikuti
kegiatan pembedahan di OK 506 dan OK 508 (Bedah obstetri dan gynekologi)
sampai waktu pelatihan selesai.

5.2

Pelaksanaan pelatihan
Tindakan pembedahan yang penulis ikuti di bedah obstetri dan gynekologi

di kamar operasi 506 dan kamar operasi 508 diantaranya yaitu:


1. Instrument tekhnik SOS
2. Instrument tekhnik SOD
3. Instrument tekhnik Radikal Hysterektomi
4. Instrument tekhnik TAH - BSO
5. Instrument tekhnik Kistektomi
6. Instrument tekhnik SVH - BSO
7. Instrument tekhnik Sectio Caesarea
8. Instrument tekhnik Debulking
9. Instrument tekhnik Myomektomi
10. Instrument tekhnik Surgical Staging
Untuk daftar nama, diagnosa dan tindakan dapat dilihat pada lampiran daftar
kegiatan instrumentasi sesuai dengan kegiatan yang peserta kerjakan baik secara
bimbingan maupun mandiri .

P a g e | 82

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

KESIMPULAN
Dari hasil program pendidikan dan pelatihan perawat kamar operasi ini

dapat penulis simpulkan bahwa dalam era globalisasi dan kemajuan ilmu
tehnologi kedokteran saat ini perawat kamar operasi dituntut untuk lebih
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang pengolahan dan tehnik kamar
operasi secara baik dan benar, sehingga nantinya perawat kamar operasi juga
punya tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan kamar operasi selain tenaga
lain.
Perawat bedah adalah mitra kerja dokter, maka haruslah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat bekerjasama dengan baik. Ilmu
boleh sejajar dengan dokter tetapi hak dan kewajiban yang beda. Kita harus
mengetahui batas-batas wewenang antara dokter dan perawat.

6.2.

SARAN
Dengan adanya program pendidikan dan pelatihan perawat kamar operasi

ini, penulis banyak mendapatkan manfaat, diantaranya bertambahnya pengetahuan


dan ketrampilan tentang cara pengelolaan kamar operasi dan tehnik instrumentasi
yang baik dan benar, dimana sebelumnya penulis hanya memperoleh secara
otodidak tentang melakukan cara pengolahan dan instrumentasi tehnik kamar
operasi.
Penulis berharap adanya peningkatan koordinasi antara penyelenggara,
pembimbing dan pemberi materi, sehingga proses pendidikan dan pelatihan
berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan pihak penyelenggara dan tidak ada
kekacauan karena alasan ketidaksiapan pemberi materi. Dan penulis juga berharap
kepada pembimbing kamar bedah untuk selalu mendampingi peserta pelatihan
agar tidak merasa stress menghadapi berbagai macam karakter dokter operator
maupun assisten.

P a g e | 83

Begitu juga penulis berharap pada teman sejawat yang belum mengikuti
pendidikan dan pelatihan ini, hendaknya segera mendaftarkan diri menjadi peserta
pelatihan. Demikian juga bagi instansi pelayanan kesehatan atau rumah sakit agar
memberikan kemudahan bagi peserta pelatihan, sehingga nantinya mendapatkan
sumber daya manusia yang profesional dalam pengelolaan kamar operasi.

P a g e | 84

DAFTAR PUSTAKA

Instalasi bedah pusat gedung bedah pusat terpadu ( 2002 ), Program Pelatihan
Perawat Kamar Operasi, Surabaya
Puruhito dan Rubingah ( 1995 ), Dasar Dasar Tatakerja dan Pengelolaan
Kamar Operasi, UAP, Surabaya.
Tim departemen kesehatan RI ( 1993 ), Pedoman Kerja Perawat Kamar
Operasi, Edl, Jakarta
Turkanto, S. Kep. Ners ( 2002 ), Manajemen Kamar Operasi,
Turkanto, S. Kep. Ners ( 2005 ), Instrumentasi Tekhnik ,.

P a g e | 85

PRAKATA

Setelah mengikuti pelatihan perawat bedah di GBPT DR.Soetomo, banyak


sekali manfaat dan pengalaman yang kami peroleh, seperti kasus kasus yang
tidak pernah dijumpai di rumah sakit tempat kami bekerja. Beberapa contohnya :
penanganan pasien dengan HIV AIDS, penananganan pasien dengan giant
candiloma, penanganan pasien dengan HBSAg +. Banyak sekali ilmu baru yang
dapat kami terapkan di rumah sakit tempat kami bekerja. Untuk itu besar harapan
saya agar pelatihan perawat bedah terus diadakan, selain sebagai legalitas perawat
bedah instrumen juga bisa menambah pengalaman dan keterampilan kita sebagai
perawat instrumen.

P a g e | 86

FOTO-FOTO KEGIATAN
PELATIHAN PERAWAT KAMAR BEDAH
PERIODE : 09 JULI 2010 SAMPAI 05 OKTOBER 2012

P a g e | 87

Anda mungkin juga menyukai