Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih , yang perlu
mendapatkan perhatian karena prevalensi kolesterol meningkat dari tahun ke tahun, baik
di negara maju maupun negara yang sedang berkembang (Satoto, 1988).
Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu problema yang sangat serius karena
merupakan salah satu faktor resiko yang paling utama untuk terjadinya penyakit jantung
pada seseorang masalah lainya ialah pada seseorang yangtekanan darah tinggi dan
perokok (Anwar Bahri,2003:2).
Resiko penyakit jantung koroner sesuai dengan peningkatan kadar kolesterol darah, jika
ada

faktor

lain

(hipertensi

dan

perokok)

maka

resiko

akan

lebih

besar

(Kusmana,2006:128).
Jantung

koroner

merupakan

jenis

penyakit

jantung

yang

paling

banyak

diderita.Penyakitini menyerang pembuluh darah dan dapat menyebabkan serangan


jantung.Serangan jantung disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh arteri yang
menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung penyakit- penyakit dapat
mempengaruhi bagian manapun dari jantung.Tetapi, penyakit yang paling umum adalah
penyakt kronis pada arteri koroner yang disebut aterosklerosis.Karena itu sakit jantung
yang umum dikenal dan paling banyak diderita adalah penyakit jantung koroner penyakit
ini sering menyebabkan serangan jantung pada seseorang dan bisa menyebabkan
kematian.Penyebabnya adalah penyempitan pada pembuluh darah koroner, di mana
pembuluh ini berfungsi untuk menyediakan darah ke otot jantung. Penyempitan
disebabkan oleh tumpukan kolesterol atau protein lain yang berasal makanan yang masuk
kedalam tubuh penumpukan ini juga menyebabkan pembuluh darah koroner menjadi
kaku (Sutanto,2010:68-69).
Pada umumnya, penyakit kolesterol banyak diderita oleh orang gemuk saja,akan
tetapi tidak menutup kemungkinan kolesterol juga dapat diderita oleh orang kurus juga,

itu di sebabkan karena faktor makanan yang tidak terkontrol dengan baik sehingga terjadi
hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (Sutanto,2010:117).
Pada tahun 1948, flamingham heart study sebuah penelitian ambisius yang di tangani oleh
national heart institute (sekarang dikenal sebagai national heart, lung, and blood institute)
mengkaji penyebab penyakit jantung dinyatakan bahwa kadar kolesterol merupakan faktor
resiko kuat untuk perkembangan penyakit jantung (Lorig Kate,2004:2) dan merupakan
penyebab kematian yang paling sering didapatkan, di Indonesia menduduki peringkat ke-3
(Anwar Bahri,2004:1).
Kolesterol banyak diderita oleh para lansia itu dikarenakan karena faktor usia yang
semakin lama badan akan semakin malas digerakkan, sehingga kolesterol didalam tubuh
akan menumpuk dihati, oleh sebab itu dibutuhkan gerak yang seimbang antara pola makanan
dan olahraga agar para lansia terhindar dari kolesterol berlebih, terutama penyakit yang dapat
membunuh manusia dalam sekejap yaitu penyakit jantung dan lain lain.
Didalam tubuh kita kolesterol sangat diperlukan akan tetapi jika penggunaannya berlebih
maka akan terjadi masalah, meskipun mereka mengubah gaya hidup. Pola makan atau yang
lain lain jika sudah terkena penyakit yang menyangkut dengan kolesterol (Sutanto,2010:116).
Bila berat badan lebih maka penurunan berat badan adalah salah satu cara untuk dapat
menurunkan

kadar

kolesterol

di

dalam

tubuh

seseorang,

menurut

(Sadoso

sumosardjuno,1991:165).
Salah satu cara agar dapat menurunkan berat badan terhadap penderita
kolesterolterutama pada usia lanjut atau (lansia ) adalah dengan berolahraga. Dengan
melakukan olahraga yang teratur maka peredaran darah kedalam tubuh tidakmengalami
penyumbatan sehingga tidak mengalami kolesterol,salah satu olahraga yang sangat
bermamfaat pada usia lanjut dengan melakukan senam jantung sehat.
Menurunkan kadar kolesterol tidak harus dengan menggunakan obat obatan akan tetapi juga
dapat dilakukan dengan menggunakan metode berolahraga, Olahraga dapat membantun
mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah
yang merupakan faktor resiko lain terkena jantung dan stroke (Sutanto,2010:47).

01.2. Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas antihiperlipemia terhadap ekstrak etanol ketan hitam?

Bagaimana cara memformulasi sediaan emulsi dari ekstrak etanol ketan hitam?

1.3. Tujuan

Mengetahui aktivitas antihiperlipidemia terhadap ekstrak etanol ketan hitam.

Mengetahui cara memformulasi sediaan emulsi dari ekstrak etanol ketan


hitam.

1.4. manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Pertimbangan untuk memilih obat antihiperlipidemia yang terdapat di


pasaran.

Bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan,


khususnya praktikum herbal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid Plasma


Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak
bebas yaitu tidak larut dalam cairan plasma. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut
dalam cairan plasma, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu
zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein/apoprotein.
Pada saat ini dikenal dengan 9 jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis (Apo
A, Apo B, Apo C, Apo D, Apo E). Senyawa lipid dan apoprotein ini dikenal dengan
nama Lipoprotein, yang bersifat larut dalam air.
Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat
penggunaannya. Lipoprotein dibagi menjadi 5 golongan besar, yaitu :
a. Kilomikron
- Dibentuk didalam sel epitel usus. Mengandung Apo A, Apo B, Apo C.
- Komponen terbanyak Trigliserida (80%) dan kolesterol ester (5%).
- Fungsi membawa Trigliserida dari makanan dalam usus ke jaringan lemak, dan
membawa kolesterol dari makanan dalam usus ke hati.
b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
- Dibentuk dalam sel hati.
- Komponen 60% Trigliserida dan 10-15% kolesterol.
- Mengandung Apo B, Apo C.
- Fungsinya mengangkut Trigliserida ke jaringan perifer.
c. Intermedian Density Lipoprotein (IDL)
- Dibentuk dalam intravaskular.
- Komponen 30% trigliseridadan lebih banyak mengandung kolesterol.
- Mengandung Apo B dan Apo D.
- IDL adalam zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL,
tidak terdapat dalam jumlah besar kecuali terjadi hambatan konversi lebih lanjut.
d. Low Density Lipoprotein (LDL)
- Dibentuk dalam intravaskuler (sirkuasi darah).
4

- Komponen paling banyak mengandung kolesterol (50)% dan TG 10%.


- Mengandung Apo B.
- Fungsinya mengandung sebagian besar 70% kolesterol darah dari hati ke jaringan.
Jika LDL tinggi menyebabkan Atherosclorosis.
e. High Density Lipoprotein (HDL)
- Dibentuk dihati dan usus.
- Komponen fosfolipid, kolesterol, sedikit TG.
- Mengandung Apo A dan Apo C.
- Fungsinya mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan periver ke hati.
HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung
koroner (Adam, 2009).
2.2 Definisi Hiperlipida
Hiperlipidemia adalah peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol,
kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Kadar lipid yang abnormal dapat
berkontribusi pada penyakit jantung koroner, pheripherd vaskuler disease, stroke, dll.
Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
atau gabungan keduannya (Braundwald, 2001).
Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol (TC)
dengan kadar Trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan
peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa 65-75% total
kolesterol plasma (Braundwald, 2001).
Hipertrigliseridemia terjadi bila adanya kenaikan trigliserida (TG), dimana hal
ini merupakan faktor resiko independent untuk penyakit jantung koroner. Walaupun
pengobatan untuk hipertrigliseridemia bergantung pada penyebab kenaikan kenaikan
TG dan tingkat keparahannya, tujuan terapi utama adalah untuk memcapai target
kolesterol-LDL yang optimal (Braundwald, 2001).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas
penyebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada syndrom
nefrotik, DM, hipertioridesme. Selain itu, klasifikasi dislipidemia dapat juga dibagi
5

berdasarkan

profil

lipid

yang

menonjol

seperti

hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cdesterol dan dislipidemia campuran (Adam,


2009).
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan Trigliserida menurut
NCEP ATP III, 2001 (mg/dl).
Kolesterol total
<200

Optimal

200-239

Diinginkan

240

Tinggi

Kolesterol LDL
<100

Optimal

100-129

Mendekati optimal

130-159

Diinginkan

160-189

Tinggi

190

Sangat tinggi

Kolesterol HDL
<40

Rendah

60

Tinggi

Trigliserida
<150

Optimal

150-199

Diinginkan

200-499

Tinggi

500

Sangat tinggi

Tabel 2.1 Kadar Lipid Serum Normal

Melalui tabel 2.1 di atas, pasien hiperlipidemia adalah bila terdapat


peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau
trigliserid. Kadar lipid yang abnormal dapat berkontribusi pada penyakit jantung
koroner, peripheral vascular disease, stroke, dan problem kesehatan lainnya.

Pasien

dengan

hiperlipidemia

juga

memiliki

hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia, atau gabungan dari keduanya (Braundwald, 2001).


2.4 Patofisiologi Hiperlipidemia
Bila adanya defek atau gangguan pada jalur metabolisme (gambar 1) maka
dapat terjadi hiperlipoproteinemia. Defek ini dapat disebabkan karena produksi
berlebihan dari hipoprotein atau adanya penurunan katabolisme lipid. Konsentrasi
lipoprotein bergantung pada keseimbangan antara masukan dan bersihan. Pada
kondisi stabil, masukan dan pengeluaran lipoprotein adalah konstan. Saat terjadi
peningkatan dari masukan hipoprotein, terjadi mekanisme kompensasi untuk
mengatasi kenaikan tersebut. Pada beberapa kasus, kompensasi dapat hamper
sempurna dan peningkatan konsentrasi lipoprotein dapat diminimalkan. Namun, pada
kasus lain yang kompensasinya tidak sempurna bahkan buruk dapat berkembang
menjadi hiperlipodemia. Ketidakseimbangan masukan dan bersihkan itu dapat terjadi
bila adanya penurunan bersihan (clearance LDL), terhambatnya lipolisis adanya
Remmant removel defect dan produksi lipoprotein yang berlebihan (Grundy, 1984).

Gambar 2.1 Tahap utama dalam metabolisme lipid yang mengandung apo B-100

2.5 Farmakoterapi Hiperlipidemia

1) Tujuan terapi : penurunan kolestrol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama,
berulang dari infark miokardiak, angia, gagal jantung, stroke iskemia atau kejadian
lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic
abdominal.
2) Terapi Non-Farmakologis : terapi diet (menurunkan konsumsi lemak total, lemak
jenuh dan kolestrol), pengurangan berat badan dan peningkatan aktifitas fisik.
3) Terapi Farmakologi :
a. Resin asam empedu
Mekanisme : resin menurunkan kadar kolestrol dengan cara mengikat asam
empedu dalam usus, sehingga pada akhirnya akan menghambat absorbs
kolestrol yang akan di buang bersama tinja serta menurunkan LDL.
Contoh : Kolestiramin, kolestipol
b. Inhibitor Hmg CoA Reduktase
Mekanisme : statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolestrol dalam
hati dengan mengambat enzim reduktase. Serta peningkatan jumlah reseptor
LDL pada membrane sel hepatosid akan menurunkan kadar kolestrol lebih
besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurunkan, tapi HDL
meningkat.
Statin merupakan agen penurunan kolestrol total dan LDL yang paling poten
toleransi paling baik.
Contoh : Atoruastatin, Fluvastatin, Lovastatin, Simvastatin.
c. Niasin
Mekanisme : mengurangi sintetis hepatic VLDL yang akan mengarah pada
pengurangi sintesis LDL.
d. Asam Fibrat
Mekanisme : efektif dalam penurunan VLDL, tetapi akibatnya terjadi
peningkatan LDL dan kadar kolestrol cenderung berubah.
Contoh obat: Gemfibrosil, Fenofibrat, Klofibrat
e. Ezetimebe
Mekanisme : menggangu absobsi kolestrol dari membrane fili saluran cerna.
Contoh obat : Ezetrol
8

f. Suplemen Minyak Ikan


Makanan tinggi omega 3 asam lemak rantai panjang tidak jenuh (dari minyak
ikan atau lebih dikenal dengan nama asam ecosapentanoat(EPA)), mengurangi
kolestrol, TG, LDL VLDL, serta meningkatkan kolestrol.
2.6 Ketan Hitam

Gambar Ketab Hitam

Gambar 2.2 Tanaman ketan hitam

Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class

: Monocotyledonae

Ordo

: poales

Familia

: poacea

Genus

: Oryza

Spesies

: Oryza sativa glutinosa

Kandungan Ketan Hitam


Aminopektin

12,0 gram

Kalori

346 gram

Protein

7,0 gram

Lemak

0,7 gram

Serat

3,1 gram

Vitamin B1

0,2 gram

Vitamin C

1,0 gram

Table 2.2 kandungan ketan hitam

Ketan hitam merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial sebagai sumber
karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang penting bagi kesehatan
(Yanuar, 2009)

Pati merupakan karbohidrat utama pada ketan, pati adalah homopolimer glukosa
dengan ikatan alfa glukosida. Pati terdri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan
air panas dimana fraksi terlarut adalah aminopektin. Perbandingan komposisi kedua
golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan/tidak) dan tekstur nasi
(lengket, lunak, keras). Menurut Winarni (1991), didalam beras biasa sekitar 7-38%.
Pati ketan didominasi oleh amilopektin, sehingga ditanah sangat lengket.
Soemartono (1980) melaporkan bahwa dalam beras ketan hitam terdapat zat warna
yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Warna beras ketan
hitam disebabkan oleh sel-sel pada kulit air yang mengadung antosianin.

2.7 Anthosianin

Anthosianin adalah salah satu grup pigmen yang pewarna merah muda sampai
biru/ungu, tersebar luar dalam tanaman dan larut dalam air. Anthosianin ditemui pada
bunga, buah buahan dan sayur-sayuran (Harborn, 1967).

Molekul anthosianin disusun oleh sebuah aglikon (Antosianidin) yang tereksterifikasi


dengan satu atau lebih glikon (gula). Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa
turunan dari kation flavillium (Efendi W, 1991)

10

Antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah kerusakan akibat


oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap radikal
bebas dan meningkatkan logam berat seperti besi, seng, dan tembaga (Prior RI, Wux,
2006).

Struktur dasar antosianin

Gambar 2.3 Struktur dasar antosianin

Mekanisme Kerja Antosianin Sebagai Antikolesterol :


Antosianin diduga bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase
dan meningkatkan aktivitas Lechitis Cholesterol Acyl Transferase (LCAT). LCAT
adalah enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol
yang lebih hidrofobik sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti
lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini dapat meningkatkan kadar HDL
serum. Efek protektif HDL terhadap progresi aterosklerosis yang disebabkan oleh
produk oksidasi dari LDL diduga karena mengangkut kolesterol dari perifer (jaringan
tubuh untuk dimetabolisme dihati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui
paraoksonase, suatu protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL (Suyatna FD,
2007).

2.8 Estraksi Maserasi


Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut
cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam
golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya
senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan
cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

11

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Ditjen POM,1979).
Maserasi adalah proses pengekstraksikan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang
kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Ditjen POM,
2000).

2.9 Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III.
Halaman 9).Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6). Dari beberapa defini yang
tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan
dengan zat pengemulsi (emulgator)/surfaktan yang cocok.
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat
suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling bercampur.
Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi
yang diberikan secara oral , tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat
yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak dengan penambahan pemanis
dan pemberi rasa pada pembawa airnya , sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke
lambung (mengontrol flavour). Selain itu, alasan pemilihan bentuk emulsi karena dapat
mengatur kondisi fisik produk, seperti tekstur dan tingkat kekentalannya, dapat menekan
biaya produksi, dapat mengurangi resiko penggunaan bahan beracun, misalnya sebagai bahan
pencampur insektisida digunakan air.
Kriteria emulsi yang baik adalah:

Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam penyimpanan


12

Merupakan disperse homogen antara minyak dengan air

Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati ukuran
partikel koloid

Tidak terjadi creaming atau craking

Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu menjaga stabilitas dalam


penyimpanan, serta dapat dituangkan dengan mudah

Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat

Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :


a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang
dari 10 - 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat
diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci
dengan air.
Pada fase ini bersifat non polar maka molekul molekul emulsifier tersebut akan
teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan
permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinyu.

b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)


Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa air.
Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 - 41% sehingga
emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.
Pada fase ini bersifat polar maka molekul molekul emulsifier tersebut akan
teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase kontinyu.

13

2.10

Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan emulsi
pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui pengamatan secara organoleptis
(rasa, bau, warna, konsistensi), pengamatan secara fisika (rasio pemisahan fase, viskositas,
redispersibilitas, uji tipe emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran), pengamatan secara
kimia (pengukuran pH), secara biologi (angka cemaran mikroba).
Pengamatan sediaan meliputi:
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari
sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada
penyimpanan masing-masing 12 jam.
2. Penentuan viskositas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer
brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer Brookfield (DV.E
viscometer) :
a. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga viscometer dalam
keadaan on,
b. Periksa dahulu kedudukan mata ikan penunjuk apakah viscometer sudah dalam
keadaan datar,
c. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik saat kita
pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar benar terkunci rapat,
d. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle ke dalam
cairan
e. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan sebaliknya
f. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu dengan
memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer bagian bawah
diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara memegangnya pada
bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif)

14

g. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang dicelupkan
dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian bawah tenggelam dan
penyangga mencapai dasar beker.
h. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang
digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di atur
sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
i. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang paling
lama muncul, catatlah.
j. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair maka data
tidak akan dapat terbaca pada layar.
3. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda dari pH-meter digital ke
dalam sampel, yang sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian pHmeter dinyalakan dan ditunggu sampai layar pada pH-meter menunjukkan angka yang
stabil.
4. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase
Pengamatan rasio pemisahan fase dilakukan dengan membandingkan tinggi fase air
(H1) dengan tinggi emulsi mula -mula (H0) dari sediaan pembanding dan sediaan uji
pada hari ke-1, 3, 7, dst.
5. Uji Redispersibilitas
Uji redispersibilitas dilakukan dengan

cara mengocok masing-masing

sediaan

pembanding dan sediaan uji , kemudian dihitung jumlah pengocokan yang diperlukan
sam pai sediaan emulsi terdispersi kembali. Pengujian dilakukan hari ke-1, 3, 7, dst.
6. Uji Tipe Emulsi
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode
pengenceran, caranya dengan menambahkan sejumlah air dan minyak pada sediaan dan
diamati apakah sediaan dapat tercampur dengan air atau dengan minyak, sehingga dapat
diketahui apakah terjadi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m selama
penyimpanan. Pengujian dilakukan pada hari ke-1 dan hari terakhir.
7. Pengamatan Mikroskopik

15

Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara mengukur diameter dan


distribusi frekuensi globul minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop dengan
menggunakan mikrometer yang telah ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi)
dengan menggunakan hemositometer.
Diameter globul diukur dengan menggunakan rumus yang diturunkan dari
persamaan Edmunson berikut:

dimana d adalah garis tengah ekivalen, n adalah jumlah partikel dalam satu rentang
ukuran, p adalah indeks ukuran dan f adalah indeks frekuensi.
Oleh karena parameter yang dipakai adalah jumlah globul dan diameter globul,
maka rumus di atas menjadi:

dimana n adalah jumlah globul yang diamati dan d adalah interval dari rentang ukuran
globul.
8. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui angka cemaran mikroba yang
mungkin mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji ini dilakukan dengan
menentukan Angka Lempeng Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari
pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasikan dalam media
pembenihan yang cocok selama 24-48 jam pada suhu 351C.
Prosedur pengujian :
a. Penyiapan alat-alat dan bahan yang telah disterilkan.
b. Homogenisasi sampel, yaitu dengan memipet 1 mL sampel yang dimasukkan ke
dalam wadah lain, yang telah berisi 9 mL larutan pengencer sehingga diperoleh
pengenceran 1:10. Sampel hasil pengenceran ini kemudian digunakan untuk
pengenceran lain apabila diperlukan.

16

c. Sampel hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam


cawan petri steril. Dilakukan sebanyak dua kali (duplo).
d. Sebanyak 12-15 mL nutrient agar yang telah dicairkan dituang ke dalam masingmasing cawan kemudian cawan digoyangkan perlahan-lahan sampai sampel
tercampur rata dengan nutrient agar, lalu dibiarkan sampai menjadi padat.
e. Blanko dibuat dengan mencampur air pengencer dengan nutrient agar untuk
masing-masing sampel yang diperiksa.
f. Cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam inkubator dalam posisi terbalik dan
diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 351C.
g. Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan yang mengandung 25-250 koloni
setelah 48 jam.
h. Angka lempeng total dihitung dalam 1 gram atau 1 mL sampel dengan
mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang
sesuai (SNI 19-2897-1992; Anonim, 1979).

17

BAB III
BAHAN DAN METODELOGI
3.1. Alat dan Bahan
1. Proses pembuatan ekstrak dan uji aktivitas antihiperglikemia
Alat yang digunakan pada proses pembuatan ekstrak dan uji aktivitas
antihiperlipidemia meliputi alat-alat gelas laboratorium, pisau, blender, waterbath, desicator,
neraca hewan, neraca kasar, neraca analitik, oral sonde.
Bahan yang digunakan meliputi ketan hitam, etanol 96%, lemak sapi.
2. Proses formulasi emulsi ekstrak etanol ketan hitam
Alat yang digunakan pada proses ini adalah timbangan analitik, gelas arloji,
sendok tanduk, pengaduk, alat-alat gelas laboratorium, botol, ayakan, corong,

pH

meter, viscometer.
Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol ketan hitam, gliserin, gom arab,
nipagin, nipasol, oleum menthae piperitae, aquadest.

3.2. Metode Praktikum


1. Proses Penginduksian lemak Gajih
Lemak Gajih

Direbus

Diblender / Dihaluskan

Diinduksikan pada mencit 3 kali sehari


selama 4-5 hari sebanyak 1 ml

18

2. Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam

Ketan hitam yang telah


dikeringkan
Diblender dan didapatkan serbuknya

Simplisia ketan hitam dimaserasi dengsn


etanol 96% (1:5) selama 3 hari

Disaring, dan maserat diupkan dengan


waterbath dengan suhu 50C

Ekstrak kental yang didapatkan


ditimbang dan dihitung % rendemennya

3.

Prosedur pengujian efek ekstrak ketan hitam dalam menurunkan Kolesterol total

Mencit dipuasakan selama 12-18 jam pada hari ke-5


Pada hari ke-5 tikus dikorbankan dengan larutan eter
Lakukan pengambilan darah sebanyak 1-2 mL
dari jantung (ventrikel kanan)
Dihitung kadar kolesterol total serumnya

4. Perhitungan Dosis Esktrak Etanol Ketan Hitam

Dosis ekstrak ketan hitam = 1200mg/kg BB tikus

Konversi dosis ke mencit:

19

Dosis untuk mencit = dosis x faktor konversi


=

x 0,14

= 33,6 mg/20g BB mencit

Konversi dosis mencit ke dosis untuk manusia


Dosis untuk manusia = dosis x faktor konversi
=

x 387,9

= 13033,44 mg/70 kg BB manusia


= 13,0334 g/70 kgBB manusia
5. Formulasi
Nama Bahan

Fungsi

bahan II

R/ Eks. Ketan hitam

Bahan aktif

7,818 g

Gliserin

Pemanis

2,2107 ml

Gam arab

Emulgator

8,34 g

Nipagin

Pengawet

0,078 g

Nipasol

Pengawet

0,042 g

Oil menthal pip

Currgen

1-2 tetes

Aquadest ad

2at pembawa

Ad 60 ml

Mf emulsi S 2 dd 30 ml

Air untuk gamarab = 1,5 x berat gam arab = 1,5 x 8,34 = 12,51 ml
20

6. Prosedur pembuatan Emulsi ekstrak ketan hitam

Ekstrak ketan hitam 7,818 g


dituang dimortir
Gom arab 8,34 g didisasikan merata ke
dalam minyak dari ekstrak ketan hitam

Ditambahkan air sebanyak 12,51 ml ke


dalam mortir 5 secara sekaligus
Digerus sampai terbentuk corpus emulsi

Ditambahkan gliserin 2,2 ml sambil gerus

Masukkan larutan nipagin ke dalam mortir

Masukkan larutan nipasol ke dalam mortir

Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit


hingga mencapai volume kira-kira 55ml

Pindahkan ke dalam botol 60 ml

Ditambahkan oil menth pip 1-2 tetes

Terbentuk Emulsi ketan hitam

3.3 Evaluasi
1. Pengamatan Organoleptis
21

Cara : Emulsi dituang ke dalam BG dan diamati warna, bau dan rasa.
2. Uji pH
Cara : Emulsi dituang ke dalam BG secukupnya dan diukur pHnya dengan pH
universalindikator.
3. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase
Cara :
-

emulsi dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml

catat tinggi air (H1) dan tinggi emulsi (Hu)

bandingkan tinggi fase air dengan tinggi emulsi

4. Uji Redispersibilitas
Cara :
-

Dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml

dikocok sampai sediaan emulsi terdispersi kembali

jumlah pengocokan yang dilakukan dihitung

5. Uji Tipe Emulsi


Metode pengenceran
Cara :
- Sejumlah air ditambahkan ke dalam emulsi
- sejumlah minyak ditambahkan ke dalam emulsi
- dilihat apakah sediaan bercampur dengan air atau minyak
Metode dengan kertas saring
Cara :
-

Emulsi diteteskan pada kertas saring


jika kertas saring basah tipe O/W
22

jika kertas saring timbul noda minyak tipe W/O

6. Uji Viskositas dengan Viskometer Cup & Bub


Cara :
-

Rangkai alat viskometer sesuai dengan petunjuk

pasang rotor pada cup & bahan yang dimasukkan di dalamnya hingga seluruh
permukaan rotor terendam

gunakan rotor yang paling besar atau dengan skala terkecil

pastikan viskometer terhubung dengan aliran listrik

tekan tombol on, rotor akan berputar (rotor tidak boleh terlalu dekat dengan dinding
permukaan cup)

baca skala yang ditunjuk oleh jarum

apabila tidak terbaca (jarum keluar di skala) maka rotor diganti dengan skala yang
lebih besar

7. Uji Berat Jenis dengan Piknometer


Cara :
-

Timbang piknometer 25 cc kosong (W1 g)

isi piknometer dengan solvent & bersihkan kelebihan pada ujungnya dan timbang
piknometer + solvent (W1 g)

hitung bobot solvent (W1 g W1 g) = W2 g

tuang sebagian solvent 2 3 cc ke dalam tabung bersih

timbang teliti 1 1,5 g bahan (W3 g)

masukkan secara kuantitatif bahan tersebut ke dalam piknometer yang berisi solvent
sebagian

tambahkan solven ke dalam piknometer sampai tanda batas & timbang (W4 g)

hitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :

W2 .W3
2S W2 W3 - W4 W1

23

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Pembuatan Simplisia Ketan Hitam
a. Proses penyangraian ketan hitam

Gambar 4.1 Hasil Sangrai ketan hitam

b. Penggilingan ketan hitam


Organoleptis:
Warna

: abu-abu

Bentuk

: serbuk

Rasa

: tidak berasa

Gambar 4.2 Hasil giling ketan hitam

24

c. Ekstraksi ketan hitam


Serbuk ketan hitam yang sudah di maserasi dengan etanol 96 % di panaskan diatas
waterbath sampai menghasilkan ekstrak kental minyaknya.

Gambar 4.3 Hasil ekstak ketan hitam


Jumlah serbuk ketan hitam : 560 gram
Jumlah ekstrak ketan hitam : 12,99 gram

% rendemen =

x 100 %

x 100 %

= 2,31 %

d. Hasil formulasi emulsi

Gambar 4.4 Emulsi dari ketan hitam

25

4.2 Evaluasi Emulsi Ketan Hitam


1. Pengamatan Organoleptis

warna : coklat susu

bau

: khas ketan

rasa

: masih terasa seperti minyak

2. Uji pH
Uji pH ini menggunakan pH kertas universalindikator dan diperoleh pH emulsi ketan
hitam yaitu pH 6.

Gambar 4.5 Hasil PH emulsi


3. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Rasio pemisahan fase =

Tidak terjadi pemisahan

H1
4

= 1 cm
H0
4

26

Gambar 4.6 hasil rasio pemisahan emulsi


4. Uji Redispersibilitas

Jumlah pengocokan = 0 kali karena emulsi yang terbentuk sudah homogen


(tidak pecah)

Gamba 4.7 uji redispersibilitas

1.8 Uji Tipe Emulsi


Uji tipe emulsi ini dilakukan dengan metode pengenceran dan metode dengan kertas
saring.

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode pengenceran yaitu emulsi


bercampur dengan air.
27

Gambar 4.8 uji tipe emulsi dengan metode pengenceran

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode dengan kertas saring yaitu
kertas saring basah jadi emulsi tersebut adalah emulsi tipe O/w

Gambar 4.9 uji emulsi dengan metode kertas saring


8. Uji Viskositas dengan Viskometer Cup & Bub
Cara :
-

rangkai alat viskometer sesuai dengan petunjuk

pasang rotor pada cup & bahan yang dimasukkan di dalamnya hingga seluruh
permukaan rotor terendam

gunakan rotor yang paling besar atau dengan skala terkecil

pastikan viskometer terhubung dengan aliran listrik

28

tekan tombol on, rotor akan berputar (rotor tidak boleh terlalu dekat dengan dinding
permukaan cup)

baca skala yang ditunjuk oleh jarum

apabila tidak terbaca (jarum keluar di skala) maka rotor diganti dengan skala yang
lebih besar

9. Uji Berat Jenis dengan Piknometer


Setelah selesai uji berat jenis maka dihitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :

W2 .W3
2S W2 W3 - W4 W1

Hasil Pengamatan :
-

bobot piknometer kosong(W1 g)

20,86

bobot piknometer + solvent (W1 g)

70,62

bobot solvent (W1 g W1 g) = W2 g

49,76

bobot bahan (W3 g)

1,5

bobot piknometer + solvent + bahan (W4 g)

70,92

49,75 .1,5
25 49,76 1,5 - 70,92 - 20,86

74,64
25 51,26 - 50,06

74,64
30

2,488

29

Gambar 4.10 uji Berat jenis dengan piknometer

30

BAB V
PEMBAHASAN
Ketan merupakan salah satu varietas dari padi yang merupakan tumbuhan semusim.
Helaian daun berbentuk garis dengan panjang 15 sampai 50 cm. Pada waktu masak, buahnya
yang berwarna ada yang rontok dan ada yang tidak. Buah yang dihasilkan dari tanaman ini
berbeda ada yang kaya pati dan ini disebut beras, sedangkan buah kaya perekat disebut ketan
(Hasanah, 2008).
Salah satu kandungan dari ketan hitam yang dapat menurukan kolesterol adalah
antosianin. Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah, ungu, dan biru dalam bunga, daun, dan buah pada
tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan
atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi.
Praktikum kali ini kami menguji aktivitas hiperlipidemia dengan menggunakan ekstrak
etanol serbuk ketan hitam yang diujikan pada mencit. Ekstrak ketan hitam yang digunakan
tersebut dihasilkan dari metode maserasi dengan pelarut etanol 96%.
Pemilihan pelarut dalam prosedur ekstraksi menentukan keberhasilan penentuan aktivitas
bioaktif dari material yang diteliti. Sifat pelarut yang ideal diantaranya memiliki toksisitas
yang rendah, mudah diuapkan dengan panas yang rendah, mengabsorpsi fisiologis cepat
ekstrak, memiliki aktivitas menjaga zat aktif dalam ekstraksi, tidak menyebabkan ektrak
untuk mengadakan kompleksiasi maupun disasosiasi dan tidak menggangu bioassay (Das et
al., 2009).
Tetapi dari segi keamanan maupun toksisitas, etanol lebih dipilih sebagai pelarut dibanding
bahan lainya (Dai and Mumper, 2010).
Organoleptis simplisia ketan hitam yang didapatkan :
Warna

= abu-abu

Bentuk

= serbuk

Rasa

= tidak berasa

31

Maserasi adalah suatu metode ekstraksi dengan cara merendam sampel menggunakan
pelarut dengan atau tanpa pengadukan. Metode maserasi digunakan untuk mengekstrak
sampel yang relatif mudah rusak oleh panas. Metode ini dilakukan dengan merendam contoh
dalam suatu pelarut baik tunggal ataupun campuran dengan lama waktu tertentu (umumnya
1-2 hari perendaman) tanpa pemanasan (Houghton dan Rahman, 1998).
Perendaman bahan yang dilakukan pada proses maserasi akan dapat menaikkan
permeabilitas dinding sel melalui tiga tahapan:

masuknya pelarut ke dalam dinding sel dan membengkakannya.

Senyawa yang terdapat pada dinding sel akan lepas dan masuk ke dalam
pelarut.

Difusi senyawa yang terekstraksi oleh pelarut keluar dari dinding sel. Proses ekstraksi
padat-cair dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu lama ekstraksi, suhu yang digunakan,
pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan (Harborne, 1996).
Pengujian efek ekstrak ketan hitam dalam menurunkan Kolesterol total dalam praktikum kali
ini kita tidak melakukan karena tidak tersedianya alat yang digunakan untuk mengukur kadar
kolesterol total serum mencit tersebut.
Praktikum kali ini sediaan yang dibuat adalah emulsi, bahan aktif yang digunakan
yaitu dari ektrak etanol ketan hitam. Dosis ekstrak ketan hitam yang digunakan dihasilkan
dari konversi mencit ke manusia yaitu mendapatkan 7,818 g untuk sediaan emulsi 60 ml.
Formulasi emulsi ketan hitam yang dbuat oleh kami yaitu terdiri dari bahan aktif
ektrak etanol, CMC Na sebagai suspending agen, gliserin sebagai humectan, sorbitol 70%
sebagai pemanis, Na Benzoat sebagai pengawet, aquadest sebagai zat pembawa.
Emulsi yang dibuat adalah emulsi tipe O/w dan organoleptis yang didapat yaitu :
warna : coklat susu
bau

: khas ketan

rasa

: masih terasa seperti minyak

32

PH emulsi ketan hitam diukur dengan menggunakan kertas universalindikator dan


diperoleh pH emulsi ketan hitam yaitu pH 6. Pengamatan rasio pemisahan fase yang
dilakukan tidak terjadi pemisahan dan uji redispersibilitas yang dilakukan emulsi tersebut
tidak terpecah karena emulsi yang terbentuk sudah homogen.
Uji tipe emulsi ini dilakukan dengan metode pengenceran dan metode dengan kertas saring.
Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode pengenceran yaitu emulsi bercampur
dengan air dan yang menggunakan metode kertas saring yaitu kertas saring basah jadi
emulsi tersebut adalah emulsi tipe O/w. Setelah uji berat jenis dengan piknometer dihitung
bobot jenisnya yaitu mendapatkan 2,488.

33

BAB VI
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk binatang
(contoh : daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat dibutuhkan bagi tubuh dan
digunakan untuk membentuk membran sel, memproduksi hormon seks dan membentuk
asam empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan
untuk memperoleh kesehataan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu
tinggi akan terjadi pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat
mengakibatkan resiko tinggi terhadap penyakit jantung (Vella, 2001). Sediaan yang

dibuat untuk kolesterol adalah emulsi, bahan aktif yang digunakan yaitu dari ektrak
etanol ketan hitam. Dosis ekstrak ketan hitam yang digunakan dihasilkan dari
konversi mencit ke manusia yaitu mendapatkan 7,818 g. Emulsi yang dibuat adalah
emulsi tipe O/w dan organoleptis yang didapat yaitu berwarna coklat susu, berbau
khas ketan dan rasa masih terasa seperti minyak. PH emulsi ketan hitam diukur
dengan menggunakan kertas universalindikator dan diperoleh pH emulsi ketan hitam
yaitu pH 6. Pengamatan rasio pemisahan fase yang dilakukan tidak terjadi pemisahan
dan uji redispersibilitas yang dilakukan emulsi tersebut tidak terpecah karena emulsi
yang terbentuk sudah homogen. Uji tipe emulsi ini dilakukan dengan metode
pengenceran dan metode dengan kertas saring. Hasil

yang didapatkan dengan

menggunakan metode pengenceran yaitu emulsi bercampur dengan air dan yang
menggunakan metode kertas saring yaitu kertas saring basah jadi emulsi tersebut
adalah emulsi tipe O/w. Setelah uji berat jenis dengan piknometer dihitung bobot
jenisnya yaitu mendapatkan 2,488.

B.

Saran
Disarankan kepada praktikum selanjutnya untuk melakukan uji aktivitas
antihiperlipidemia dari ekstrak ketan hitam pada mencit dan untuk uji pembuatan
sediaan emulsi yang lebih baik.

34

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. M. F., 2009. Dislipidemia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
M., Setiati, S. (ed.) : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : Pusat
penerbit IPD FK UI hal: 1984.
Departemen Kesehatan Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2000.
Ketaren S. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press; 1986. Pustaka, Jakarta.
Lewis, et al. New Insights Into the Regulation of HDL Metabolism and Reverse Cholesterol
Transpor. 2005
Murray RL, Granner DK, Mayes PS, Rodwell VW. Biokimia Harper Edisi 24. 1996.
Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC;1996.
Satoto, dkk. 1998. Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif Epidemiologi dan Strategi
Penanggulangan. Widyakarta Nasional Pangan dan Giji VI.LIPI : Jakarta.
Sudarmanto Y. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai terhadap Perubahan
Sel-Sel Hati dan Kadar Enzim Serum Transaminase Mencit Jantan Galur Swiss
Derived. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember; 2006.
Sunaryo, H. dkk. (1985). Pengaruh Pemberian Kurkuminoid Curcuma Domestica val
terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Putih. Simposium Temulawak.
Sutejo IR. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai Terhadap Perubahan Sel-Sel
Hati dan Kadar Kolesterol Serum Mencit. [Skripsi]. Jember: Fakultas Kedokteran
Universitas Jember; 2006.

35

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kemasan dan Etiket

36

Lampiran 2. Brosur

GLUTINOLIPID Emulsi
EMULSI EKSTRAK Oryza Sativa Glutinosa (KETAN HITAM)
PENURUN KOLESTEROL TOTAL
KOMPOSISI :
Ekstrak Ketan Hitam . 7,818 g
FARMAKOLOGI :
GLUTENOLIPID Emulsi merupakan suatu obat herbal terstandar dari
Ekstrak Ketan Hitam yang memiliki kemampuan untuk menurunkan Kolesterol
Total serum pada penderita hiperkolesterolemia primer. Ekstrak Ketan Hitam
dengan dosis 1200mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total serum
yang tidak berbeda signifikan dengan Simvastatin sebagai control positif.
GLUTENOLIPID Emulsi dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL
dalam plasma, dapat meningkatkan kadar HDL serum, serta dapat berfungsi
sebagai antioksidan untuk meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam
empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.
MEKANISME KERJA:
Ekstrak Ketan Hitam memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia karena
adanya senyawa Antosianin. Antosianin diduga bekerja dengan cara
penghambatan terhadap HMG- CoA reduktase dan meningkatkan aktivitas
Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT).
Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis
kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam
membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga kadar kolesterol total dan
LDL dalam plasma
LCAT merupakan enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas menjadi
ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat berikatan
dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini akan
meningkatkan kadar HDL serum.
Aktivitas dari senyawa-senyawa antioksidan dalam ketan hitam dapat mencegah
terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat meningkatkan metabolisme kolesterol
menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.

INDIKASI :
Penurunan kadar kolesterol total pada penderita hiperkolesterolemia primer, jika
respon terhadap diet dan tindakan non farmakologis lain tidak memadai.

ATURAN PAKAI:
Dewasa : 2 sehari 30 mL
KOCOK DAHULU SEBELUM
37 DIPAKAI
PENYIMPANAN :
Simpan dalam wadah tertutup rapat dalam ditempat sejuk (15 o-25oC) dan kering
terlindung dari cahaya.

Anda mungkin juga menyukai