Pendahuluan
Pendahuluan
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan untuk hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat hidup yang setinggi-tingginya guna
tercapainya kesehatan nasional. Terwujudnya kesehatan nasional tentunya dapat
dicapai, salah satunya dengan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
PHBS dapat diartikan mengenai tentang perilaku seseorang
menyangkut
komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi. Hal itu dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support), dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerement).
Adapun faktor yang mendukung PHBS adalah kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan harus dipahami dan diinterpretasikan sama oleh seluruh tenaga
kesehatan yang terlibat agar kegiatan yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
Lingkungan diartikan sebagai akumulasi dari kondisi fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik yang mempengaruhi komunitas tersebut.
Kelompok masyarakat yang potensial dijadikan sasaran promosi PHBS adalah
anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) karena pada usia tersebut mereka aktif
bergerak dan bermain dengan lingkungan alam yang merupakan media penularan
penyakit. Merupakan masa eksploratif (bermain-main) dengan lingkungannya serta
usia yang tepat untuk menerima/ menyerap informasi dengan cepat. PHBS untuk
anak usia SD dimulai salah satunya dengan membentuk kebiasaan sikat gigi dengan
benar, mencuci tangan, serta membersihkan kuku dan rambut. PHBS yang sangat
sederhana tersebut akan mengurangi risiko terkena penyakit. Promosi PHBS perlu
dimulai sejak usia dini agar menjadi tambahan pengetahuan dan selanjutnya
diharapkan dapat dipraktekkan dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Jumlah anak di Indonesia rata-rata 30% dari total penduduk indonesia. Usia
sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS. Sekolah
selain berfungsi sebagai tempat belajar juga dapat menjadi ancaman penularan
penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Dan juga, usia sekolah bagi anak juga
merupakan masa rawan terserang penyakit. Data DepKes tahun 2005, menyebutkan
angka kecacingan pada anak mencapai 40-60%. Kejadian kecacingan berhubungan
dengan perilaku tidak cuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun, BAB tidak
dijamban, jajan bukan di kantin sekolah. Menurut WHO, setiap tahun 100.000 anak
Indonesia meninggal akibat diare. Hasil pelaksanaan program PHBS tentang mencuci
tangan, menurut WHO tahun 2007 meyatakan, angka kejadian diare menurun 45%
dengan perilaku mencuci tangan menggunakan sabun, 32% dengan meningkatkan
akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, dan 39% perilaku pengelolaan air minum
yang ada di rumah tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun 94%
(Depkes, 2007). Menurut Data Survei Sosial Ekonomi Nasional, tahun 2004
menyebutkan sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari usia 10 tahun.
Perokok pemula umur 10-14 tahun 2004 sebesar 11, 5 %. Persentase orang merokok
tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, untuk angka kejadian
diare golongan usia anak sekolah juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2008 jumlah kasus diare sebesar 12.157, pada tahun 2009 kasus diare sebesar
12.511, dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 12.802. Berdasarkan survei
pendahuluan pada salah satu sekolah dasar ditemukan bahwa sebesar 86,67% siswa
tidak melakukan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan dengan sabun.
Sebesar 68,89% siswa masih jajan sembarangan atau tidak mengkonsumsi jajanan di
warung atau kantin sekolah. Sebesar 11,11% siswa tidak menggunakan jamban yang
bersih dan sehat. Sebesar 6,66% siswa tidak melakukan olahraga teratur dan sebesar
15,55% siswa tidak melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara
teratur serta ditemukan sebesar 86,67% siswa membuang sampah sembarangan atau
tidak pada tempat yang telah disediakan.
PHBS di tingkat SD merupakan sekumpulan perilaku yang dipratikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
hasil
penyakit,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS). PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempratikkan PHBS, dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
2.
3.