Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada

praktikum

kali

ini

telah

dilakukan

percobaan

menentukan

farmakokinetik sediaaan oral. Hewan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tikus.
Pada

praktikum

kali

ini

juga

dilakukan

penentuan

parameter-parameter

framakokinetik parasetamol yang diberikan pada tikus. Praktikum diawali dengan


membuat suspensi parasetamol dengan kekuatan sediaan 50 mg/ml yang mengandung
CMCNa 0,5%, propilenglikol 0,2% dan sirupus simpleks hingga 25 ml. Kekuatan
sediaan yang digunakan 50 mg/ml dipilih karena berhubungan dengan volume
pemberian sediaan. Konsentrasi zat aktif yang terlalu tinggi akan membuat pemberian
jumlah sediaan yang sangat kecil sehingga menyulitkan dalam pengukuran maupun
pemberiaan pada hewan percobaaan, selain itu dengan kekuatan sediaan 50 mg/ml,
sediaan dapat dimasukkan dalam sonde oral dengan volume yang sesuai dan dosis
yang tepat.
Pada praktikum ini sediaan parasetamol yang digunakan yaitu berupa suspesi.
Sediaaan suspensi parasetamol dipilih karena sifat kelarutan dari parasetamol yang
agak sukar larut dalam air. Selain itu pemilihan sediaan suspensi juga ditujukan supaa
mempermudah pemberiaan oral kepada hewan percobaan. Setelah pembuatan
suspense kemudian dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dari parasetamol. Kurva
kalibrasi parasetamol diperoleh dengan mengukur absorabansi dari larutan seri yang
telah diencerkan dari larutan induk. Larutan induk yang konsentrasinya 1000 ppm
diencerkan menjadi 100 ppm kemudaian diencerkan kembali menjadi 3, 5,7,9 dan 11
ppm.
Kemudian masing-masing seri diukur absorbansinya dengan menggunakan
instrumen Spektrofotometer UV dengan panjang gelaombang 257 nm. Pengggunaan
sinar UV disebabkan panjang gelombang maksimum parasetamol berada di 257 nm
yang mana merupakan daerah serapan sinar UV. Pembuatan kurva kalibrasi
parasetamol ini bertujuan agar pada saat pengukuran sampel kita dapat mengetahui

konsentrasi dari asmpel yang diukur. Pada saat diukur dengan alat instrument data
yang keluar berupa absorbansi kemudain dengan memasukan data absorbansi
kepersamaan regresi linier dari kurva kalibrasi parasetamol maka akan diperoleh data
konsentrsi.
Pada praktikum ini digunakan dua tikus dengan masing-masing bobotnya
tikus ke-1 240 gram dan tikus ke-2 200 gram. Penggunaaan 2 tikus ini bertujuan
untuk

membandingkan

hasil

yang

diperoleh

dalam

penentuan

parameter

farmakokinetik sediaan oral dengan jumlah dan dosis yang sama. Selanjutnya
sebelum tikus diberikan sediaan, terlebih dahulu dilakukan konversi dosis dari
manusia ke tikus dengan menggunakan faktor konversi 0,018. Setelah dikonversi
kemudian dilakukan perhitungan volume yang akan diberikan pada masing-masing
tikus dengan bobot yang berbeda.
Sebelum diberikan sediaan suspensi parasetamol, tikus terlebih dahulu
dipuasakan selam 5 jam. Pengosongan lambung tikus tersebut supaya absorpsi
parasetamol yang terjadi dapat diserap dengan baik oleh tikus. Sebelum diberikan
sediaan darah tikus diambil sebnyak 1 ml yang akan digunkan sebagai blanko.
Kemudian tikus diberikan sediaan suspensi parasetamol dengan cara oral
menggunkan sonde dengan volume yang sesuai. Pada tikus 1 diberikan sediaan
sebanyak 0,216 ml dan pada tikus 2 diberikan sediian sebanyak 0,18 ml dengan dosis
yang sama.
Setelah diberikan suspense parasetamol kemudian dilakukan pengambilan
darah dari ekor tikus pada waktu ke 30,60,90 dan 120 masing-masing 1 ml. sampel
darah yang diperoleh kemudain disentrifuga dengan kecepatan 4000 rpm selama 15
menit. Proses sentrifugasi ini berfungsi untuk memisahkan plasma dan sel darah yang
mana oabat akan cenderung berikatan dengan plasma. Kemudain supernatant yang
diperoleh dipipet sebanyak 0,5 ml dan ditambah campuran metanol : asam asetat
(80:20) penambahan methanol dana asam setat berfungsi untuk presifitasi protein.

Karena sebagian besar obat terikat dengan protein sehingga untuk dapat dianalisi obat
harus tidak terikat dengan protein. Setelah itu di sentrifuga kembali dengan kecepatan
4000 rpm selama 15 menit pengulangan ini bertujuan agar endapan yang diperoleh
sempurna. Setelah itu supernatan diambil sebanyak 0,5 ml dan ditambahakan NaOH.
Setelah diperoleh supernatan dari tikus 1 dan 2 dari menit ke 30 sampai 120
diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 257
nm panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang parasetamol, dan sebagai
blanko digunkan NaOH. Setelah itu didapat absorbasni dari tikus 1 dan 2. Pada tikus
1 terjadi absorpsi pada mneit ke 30 konsentrasinya 0,712

/ml dan menit 60

24,224

/ml kemudian mengalami eliminasi pada menit ke 90 20,492

/ml dan 120

18,448

/ml. Sedangkan pada tikus 2 ment ke 30 konsentrasi yang diperoleh 27,224

/ml kemudian pada menit ke 60 konsentrasinya langsung turun menjadi


6,612

/ml pada tikus 2 menit ke 90 dan 120 tidak diukur dikarenakan tikus yang

dipakai sudah tidak mengeluarkan darah.


Setalah diperoleh asbsorbansi kemudian dirubah menjadi konsentrasi dengan
memasukan absorbansi pada persamaan kurva kalibrasi parasetamol, setelah
konsentrasinya didapat kemudian dihitung parameter farmakokinetiknya. Parameter
yang dihitung yaitu tmaks, Cpmaks, t (waktu paruh) absorbansi dan t eliminasi.
Waktu paruh yang diperoleh yaitu t absorbs 7,372 menit dan t eliminasi 198 menit
atau 3,3 jam. Waktu parunh eliminasi pada tikus 1 hampir mendekati waktu paruh
parasetamol pada manusia yaitu 1-3 jam setelah pemberian oral. Penentuan waktu
paruh sangat penting

untuk menentukan interval dosis obat. Nilai tmaks yang

diperoleh dari percobaan ini yaitu tikus satu 36, 353 menit tikus dua 10,45 menit.
Nilai tmaks ridak tergantung pada dosis tetapi tergantung pada laju absorpsi dan
eliminasi semakin besar kecepatan bsorpsi semakin kecil nilai Nilai tmaks. Nilai Cpmaks
yang diperoleh pada tikus satu 11,525

/ml dan tikus dua -1478,831

/ml .

Anda mungkin juga menyukai