Anda di halaman 1dari 9
2, BAJA & SIFAT-SIFATNYA 2.1, BAJA STRUKTURAL ‘Selama periode pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama hingga tahun 1960, baja yang dipakai adalah baja karbon (“carbon stee!”) dengan sebuian baja ‘ASTM (American Society for Testing and Materials) A7, dan mempunyai tegangan lelch ‘minimum yang ditetapkan (minimum specified yield stress) sebesar 33. ksi, Banyak perencana hanya menyebutnya sebagai “baja” tanpa petunjuk lain, dan spesifikasi AISC hanya menentukan tegangan izin dan prosedur untuk jenis baja A7. Baja struktural yang lain, seperti baja paduan (“alloy”) rendah khusus tahan karat (A242) dan baja yang lebih ‘muda dilas (A373), telah ada di pasaran tetapi masih jarang dipergunakan untuk gedung. Perencanaan jembatan kadang-kadang memakai baja tersebut. Sekarang (1979) banyaknya baja yang tersedia memungkinkan seorang perencana menaikkan kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, schingga tidak perlu ‘memperbesar ukuran batang. Perencana dapat memutuskan berdasarkan mana ynag lebih disukai, kekakuan maksimum atau berat teringan, Sifat tahan karat (untuk menghindari seringnya pengecatan) juga dapat merupakan faktor yang penting. Beberapa baja sekarang dioksidasi untuk membentuk lapisan pelindung yang padat. Lapisan ini mencegah oksidasi (korosi/karat) lebih lanjut dan mempunyai tekstur yang rata dengan wama coklat tua yang menarik. Karena pengecatan diperlukan, baja seperti ini (disebut baja lapuk/weathering steel) mungkin lebih ekonomis walaupun biaya awalnya agak lebih mahal daripada baja karbon tradisional Baja tertentu memiliki sifat kemampuan dilas yang lebih baik, beberapa lainnya lebih sesuai untuk tangki tekanan (pressure vessels), baik pada suhu di atas maupun di bawah suhu kamar. Baja struktural dirunjukkan dengan identifikasi ASTM, dan juga dengan banyak sebutan lain, untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh tarik adalah besaran yang digunakan oleh spesifikasi, seperti AISC, sebagai variabel sifat bahan untuk ‘menetapkan tegangan izin terhadap pelabagai macam pembebanan. Istilah tegangan leleh dipakai sebagai kata umum untuk “titik leleh”, yaiu titik penyimpangan dari keadaan clastis sempuma yang dapat dilihat dengan jelas pada kebanyakan baja struktural, atau ‘“kekuatan leleh” yaitu tegangan pada regangan tetap tertentu untuk baja tanpa titik leleh yang jelas. Baja untuk pemakaian struktural yang digiling panas (hot-rolled) dapat dibedakan atas baja karbon, baja paduan rendah berkekuatan tinggi, dan baja paduan. Baja Karbon Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan besi dengan persentase maksimum sebagai berikut akarbon — 1,70% c.silikon 0,60 % b.mangan 1,65% d.tembaga — 0,60%. Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi mumi. Kategori ini meliputi bahan dari besi acuan (ingot) yang tidak mengandung Karbon sampai besi Catatan Kuliah “Teknologi Baja” Is ‘twang yang mengandung karbon minimal, 1,7 %. baja ini dibagi atas empat kategori : kkarbon rendah (Kurang dari 0,15 %); karbon lunak (0,15-0,29 %); karbon sedang (0,30- 0,59 %); karbon tinggi (0,60-1,70 %). Baja karbon struktural termasuk kategori karbon lunak; baja seperti A36 mengandung karbon maksimum yang berkisaranatar 0,25 dan 0,29 % tergantung pada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh yang jelas. Penambahan presentase karbon menaikkan tegangan lcleh tetapi_mengurangi daktilitas (“ductility”), schingga lebih sukar dilas. Pengelasan yang ekonomis dan memadai dengan tanpa pemanasan awal, pemanasan akhir, atau elektroda las khusus umumnya hanya dapat dicapai bila kandungan karbon tidak lebih dari 0,30 9%. Beberapa tahun terakhir’ ini, kandungan karbon dalam pelbagai baja karbon dibatasi agar kemampuan dilasnya lebih baik. <= —— Kenustan at, Fy ‘Bala pacuan yang dibentuk dengan perlakuan panes: baje peduon yang dicelup ‘dam cipanaskembals ABTS Kexuatan leleh wy 00 si 2 nage Baja karbon paduan 5; ‘a renga kekonan z ‘Aag0, Aaa, A572 0 in i Beja karbon: | a a oa} 05 OND GIS 20, O25. Om ga Repangan. inci per inei Garni 2 1.1, Kura egangan-regangan yang umm Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi Kategori ini meliputi baja yang tegangan lelehnya berkisar antara 40 dan 70 ksi (275 dan 480 Mpa) dengan titik leleh yang jelas (sama seperti baja karbon). Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chrom, columbium, Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 16 tembaga, mangan, molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconium, agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon, unsur paduan menaikkan kekuatan dengan memperhalus mikrostruktur yang terjadi selama pendinginan baja. Baja paduan rendah kekuatan tinggi (high-strength low-alloy steel”) dipakai pada kondisi penggilingan atau penormalan (tanpa perlakuan panas). Baja Paduan Baja paduan rendah dapat didinginkan dalam air (quenched) dan dipanasi kemabali (/empered) untuk memperoleh kekuatan leleh sebesar 80 sampat 110 ksi (550 sampai 760 Mpa). Kekuatan Ieleh biasanya didefenisikan sebagai tegangan pada regangan tetap 0,2 %, karena baja ini tidak menunjukkan titik lelh yang jelas. Baja ini dapat dilas dengan prosedur yang sesuai, dan biasanya tidak membutuhkan perlakuan panas (“heat treatment”) setelah dilas. Untuk keperluan khusus, pengurangan tegangan (stress relieving”) kadang-kadang dibutuhkan. Beberapa baja karbon, seperti bebrapa baja tangki tekanan, dapat didinginkan dalam air dan dipanasi kemabali untuk mendapatkan kekuatan leleh sebesar 80 ksi (550 Mpa), tetapi kebnayakan baja dengan kekuatan ini adalah baja paduan rendah. Baja paduan rendah ini umumnya mengandung Karbon maksimal sebesar 0,20 % untuk membatasi kekerasan mikrostruktur kasar (martensit) yang dapat terbentuk selama perlakuan panas atau pengelasan, schingga bahaya retak diperkecil Perlakuan panas terdiri dari pencelupan (pendinginan yang cepat dengan air atau minyak dengan suhu antara 900 °C sampai 250 °C kemudian baja dipanasi kembali ke suhu minimal 620 °C dan dibiarkan dingin. Pemanasan ulang, walaupun mengurangi Kekuatan dan kekerasan bahan yang telah dicelup, sangat bermanfaat untuk menaikkan keliatan (foughness) dan daktilitas. Pengurangan kekuatan dan kekerasan akibat kenaikan suhu diperkecil dengan pengerasan (hardening) kedua akibat pengendapan senyawa karbon dan columbium, titanium atau vanadium yang halus. Pengendapan dimulai pada subu kira-kira 510 °C dan dipercepat hingga 680 °C. Pemanasan ulang sampai atau dekat 1250 °F untuk mendapatkan manfaat maksimum dari pengendapan senyawa karbon dapat menyebabkan baja berada dalam zone transformasi. Akibatnya, mikrostroktur baja ‘menjadi lebih lemah seperti yang diperoleh tanpa pencelupan dan pemanasan ulang. Ringkasnya, pencelupan menghasilkan martensit, yaitu mikrostruktur yang sangat eras, Kuat dan getas. Pemnasan kembali’ mengurangi sedikit kekuatan’dan kekerasan tetapi menaikkan keliatan dan dalctilitas. 2.2, KELAKUAN TEGANGAN-REGANGAN (UJI TARIK) PADA SUHU ATMOSFIR Kurva tegangan-regangan yang umum akibat tarikan diperlihatkan pada Gambar 2.2.1. untuk tiga kategori baja yaitu baja karbon, padvan rendah kekuatan tinggi, dan paduan rendah kekuatan tinggi yang diberi perlakuan panas. Kelakuan yang sama juga terjadi pada tekanan bila tekuk (buckling) dicegah dengan memberikan tumpuan. Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 7 Seon Fy = 100s: ital untuk baie denon Py 88 at Pergeser3n 0,2% (0,002 incifinct) 2 £ o Untuk Fy = 50 ksi: iikal untuk kebanyakan ©) Ja00 ¢ aja strudtural dengan Fy <65 ks! & 3 Tampa Kekuatan tarik maksimom | Kemiringan Ex ‘Titik elon bawan —_ Deeranelste oo (Daerah pasts Daerah pengeratan-regangan Kemiringan € eee ° ad go. opis m0. Goze Regangen €,ineifines (Gamba 221, Kora wpeagan-regangas pla yang diperbeser wk pelbga teangan eed Kurva tegangan-regangan (lihat Gambar 2.2.1) menunjukkan bahwa hubungan garis Iurus berakhir di titik-yang disebut datas proporsional, Titik ini umumnya berimpit, dengan titik leleh baja struktural yang titik lelehnya tidak melampaui 450 Mpa, Untuk baja paduan rendah yang dicelup dan dipanasi kembali, penyimpangan dari garis lurus terjadi secara perlahan-lahan seperti pada kurva (c). Tegangan leleh adalah sebutan ‘umum untuk (a) tegangan di titik leleh bila ada , dan (b) tegangan yang selaras dengan regangan tertentu untuk bahan dengan kelakuan tegangan-regangan yang tidak linear secara bertahap. Rasio tegangan dan regangan pada daerah garis lurus awal disebut modulus clastisitas, atau modulus Young, £, yang secara pendekatan dapat diambil sebesar 29.000 ksi (200.000 Mpa) untuk baja struktural. Pada daerah garis lurus ini, pembebanan dan penghilangan beban tidak menimbulkan deformasi permanen, jadi daerah ini adalah daerah elastis.Untuk baja. yang memiliki tititk leleh, seperti kurva (a) dan (b) pada Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 18 Gambar 2.2.1, keadaan regangan yang besar dengan'tegangan konstan disebut daerah plastis. Baja dengan kekuatan yang lebih tinggi (kurva (c), Gambar 2.2.1) juga ‘mempunyai daerah yang dapat disebut sebagai daerah plastis, namun pada daerah ini tegangan tidak konstan dan terus naik pada saat regangan bertambah. Sekarang ini (1979) ‘metoda kekuatan plastis belum berlaku untuk baja ini Kurva tegarigan-regangan juga menunjukkan daktilitas: Daktilitas didefenisikan sebagai jumlah regangan permanen (yaitu regangan yang melampaui batas proporsional) sampai titik patah, Besarnya daktilitas diperoleh dari uji tarik dengan menentukan persentase perpanjangan (dengan membandingkan luas penampang lintang akhir dan semula) benda uji. Daktilitas penting karena memungkinkan terjadinya ‘Kelelahan setempat akibat tegangan yang besar, schingga distribusi tegangan’ berubah: Prosedur perencanaan berdasarkan kelakuan kekuatan batas memerlukan daktilitas bawaan (inherent) yang besar, terutama untuk mengakomodasikan tegangan di dekat lubang atau perubahan bentuk batang yang mendadak, serta untuk perencanaan sambungan. 2.3. KELIATAN DAN KEKENYALAN Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) merupakan ukuran kemampuan logam untuk menyerap energi mekanis. Untuk tegangan uniaksial (satu sumbu), besaran ini dapat diperoleh dari kurva uji tarik (tegangan-regangan teknik) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.1 Kekenyalan berhubungan dengan’ penyerapan’ energi’ clastis suatu bahan. Kekenyalan adalah jumlah energi elastis yang dapat discrap oleh satu satuan volume bahan yang dibebani tarikan; besamya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan regangan sampai tegangan Ieieh Keiiatan berhubungan dengan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah, Untuk tarikan’uniaksial, keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva tegangan-regangan tarik sampai titik patah (akhir dari diagram). Luas ini kadang-kadang disebut modulus keliatan. karena deformasi semua bagian pada benda uji tarik tidak sama besar’ dan maksimum, Iuas tersebut hanya memberikan harga pendekatan bagi keliatan logam. 2.4. KELAKUAN PADA SUHU TINGGI Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau kelakuan pada suhu tinggi. Pengetabuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam ‘menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran. Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear dan secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang, Modulus clastisitas, kekuatan Ieleh, dan kekuatan tarik akan menurun bila subu naik. Pada suhu antara 430 dan 540 °C terjadi laju penurunan maksimum, Baja dengan persentase karbon yang tinggi, seperti Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 19 A36 dan A440 menunjukkan “pelapukan regangan” (strain aging) pada suhu 150 sampai 370 °C. Pelapukan regangan mengakibatkan turunnya daktilitas. Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah itu modulus elastisitas akan menurun dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu mencapai 260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu pembebanan; fenomena ini dikenal sebagai “rangkak” (creep). Rangkak sering dijumpai pada struktur beton dan pengaruhnya pada baja (yang tidak terjadi pada sulm kamar) meningkat bila suhu naik. Pengaruh subu tinggi yang lain adalah a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95 °C. b). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa karbon yang mulai terjadi pada suhu 510 °C. ). Menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540 °C. Baja umumnya dipakai pada keadaan subu di bawah 1000 °F, dan beberapa baja yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430 °C. 2.5, PATAH GETAS. Patah getas didefenisikan sebagai “jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat”. Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat, tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan, Pengaruh Suha ‘Suhu merupakan faktor penting dalam beberapa hal : (a) harga di bawah mana keliatan takik tidak memadai, (b) pada suhu 320 sampai 430 °C timbul formasi mikrostruktur yang getas, dan (c) di atas 540 °C pengendapan senyawa karbon dan elemen paduan terjadi sehingga mikrostruktumnya lebih getas, Pengaruh Tegangan multiaksial Kurva tegangan-regangan teknik berlaku bagi tegangan uniaksia; sebelum patab, pengecilan penampang terjadi. Jika beban lateral biaksial (dua sumbu) diberikan, “kelakuan plastis tidak terjadi schingga batang akan patah secara getas dengan tanpa perpanjangan dan pengecilan luas penampang”. Tegangan patah yang berdasarkan luas Ppenampang lintang semula akan sama harganya seperti tegangan yang berdasarkan Penampang lintang yang diperkecil pada kasus tarikan uniaksial. Tegangan akan jauh di atas kekuatan tarik maksimum dari kurva tegangan-regangan teknik yang selalu dihitung berdasarkan Iuas penampang semula, Takik- mempunyaipengaruh yang hampir sama. seperti pembebanan triaksial teoritis, yaitu mengekang aliran plastis (yang akan terjadi) sehingga pada tegangan yang lebih tinggi cenderung runtuh secara getas. Takik dapat terjadi pada struktur yang Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 20 sebenarnya karena sudut yang tak diisi dalam perencanaan atau las yang tidak sempurna sehingga timbul retak-retak. Hal ini dapat menyebabkan kegetasan. Namun, takik dan las ‘yang retak dapat dikurangi dengan perencanaan dan prosedur pengelasan yang baik. ‘Tegangan Multiaksial Akibat Pengelasan Umumnya pengelasan menimbulkan kontinuitas. yang menaikkan tegangan biaksial dan tegangan triaksial serta kondisi regangan, schingga kelakuannya menjadi getas, Sebagai illustrasi , tinjaulah balok bertumpuan sederhana pada Gambar 2.5.1. yang memikul pelat yang tertarik, Akibat lenturan , sayap bawah pada balok mengalami tarikan, jadi tegangan di titik A adalah tarikan uniaksial (dengan mengabaikan pengaruh yang kecil dari lebar balok serta pertemuan sayap dan badan). Tarikan pada pelat yang disambung dengan siku dan baut menyebabkan baut sayap dan siku mengalami tarikan aksial serta. baut pada pelat. penggantung. mengalami gaya geser,. sehingga tidak ‘menimbulkan pengaruh yang besar pada tegangan di titik A. Dengan kata Jain, kondisi tegangan pada sambungan dalam Gambar 2.5.1.a mendekati keadaan uniaksial. Selanjutnya, tinjaulah pelat penggantung yang tertarik dan dilas ke sayap balok yang tertarik pada Gambar 2.5.1.b. Tegangan di titik A sekarang biaksial karena pelat “digantung langsung pada sayap di titik A. Oleh karena, itu, daerah las mengalami tegangan triaksial, yaitu biaksial akibat beban yang diberikan langsung ditambah dengan penahan deformasi sepanjang sumbu las akibat gantungan yang menerus (pengaruh angka Poisson). Perencanaan sambungan las harus meninjau kemungkinan terjadinya kegetasan akibat tegangan tiga dimensi. ‘i ‘ = Qe ? | 1 sa Be Te eat ana alae! A ‘ (a) Sembungon bavt () Sembungan as (Ganber 25.1. Pesbandingan kon egangan pads sambungan taut dans Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 2 Pengaruh Ketebalan Jika tegangan’ bidang terjadi pada pelat tipis yang tegangan dalam arah tansversalnya dapat diabaikan, pengaruh tiga dimensi tidak terjadi. Untuk pelat tebal, kecenderungan terjadinya kegetasan meningkat karena pengaruh tiga dimensi. Akibat proses pembuatan, pelat tebal juga cenderung lebih getas daripada pelat tipis, (a) laju pendinginan yang Icbih lambat' meningkatkan kekasaran mikrostruktur, dan (b) kandungan karbon yang lebih tinggi (yang diperlukan agar kekuatan penampang tipis yang diberi perlakuan panas) juga menghasilkan bahan yang lebih getas. Pengaruh Beban Dinamis Pembebanan yang lebih cepat seperti akibat pukulan palu, gempa bumi atau Jedakan nuklir merubah sifat tegangan-regangan. Umumnya, kenaikan laju regangan akibat beban dinamis menaikkan titik leleh, kekuatan tarik dan daktilitas. Pada suhu kira- kira 320 °C terjadi penurunan ‘kekuatan yang cukup berarti, Kegetasan juga agak meningkat dengan laju regangan yang tinggi, tetapi kelihatannya berkaitan dengan faktor Jain seperti takik tempat konsentrasi tegangan dan pengaruh subu pada keliatan. Faktor yang lebih penting dari pembebanan dinamis bukanlah laju pertambahan regangan yang cepat, tetapi gabungannya dengan laju penurunan regangan yang cepat. 2.6. SOBEKAN LAMELA Sobekan lamella (/amella tearing) merupakan salah ‘satu’ bentuk patah getas. dalam kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las. Bila las dilakukan pada sambungan yang sangat dikekang, tegangan setempat akibat penyusutan logam las dapat beberapa kali lebih besar dari regangan titik leleh. Karena tegangan akibat beban kerja jauh di bawah tegangan Ieleh, regangan akibat beban kerja tidak menimbulkan atau menyebarkan sobekan lamela, Akibat operasi penggilingan panas dalam pembuatan profil, penampang baja mempunyai sifat yang berlainan dalam arah sejajar penggilingan, arah transversal, dan arah “ketebalan”. Dalam daerah elastis baik arah penggilingan maupun transversal menunjukkan kelakuan yang serupa, dengan batas clastis untuk arah transversal berada sedikit di bawah batas untuk arah penggilingan, Namun, daktilitas (kapasitas reeangan) dalam arah “ketebalan” dapat jauh di bawah daktilitas untuk arah penggilingan. ‘Umumnya profil I cukup daktil bila dibebani dalam arah sejajar atau transversal terhadap arah penggilingan. Penampang I akan berubah bentuk setempat hingga regangannya lebih besar dari regangan leleh (FyE,). Jadi beban dipikul pada keadaan di ‘mana sebagian penampang mengalami tegangan leleh, dan jika beban diperbesar, bahan i sckitamya akan ikut mendukung. Namun, bila regangan dilokalisir misalnya dalam arah “ketebalan” di sayap penampang yang tebal, maka keadaan terkekang terjadi karena regangan pada sayap tersebut tidak dapat dibagi ke sayap lainnya melalui badan Catatan Kuliah “Teknologi Baja” 2 penampang, Regangan “ketebalan” setempat yang besar dapat melampaui regangan titik Ieleh, sehingga terjadi dekohesi dan menimbulkan sobekan lamela: 2.7. BAJA LAPUK DAN TAHAN KARAT Sejak pemakaian baja pertama, salah satu kelemahan utama ialah dibutuhkannya pengecatan untuk mencegah kerusakan logam akibat karat (korosi). Baja karbon yang kekuatannya rendah tidak mahal tetapi sangat mudah berkarat. Sifat tahan karat dapat

Anda mungkin juga menyukai