Selama Hamil?
Pemicu 5 Immunology
Kelompok 10
16/11/2011
Kelompok 10
Patricia Veronika
Edwin Kasmun
Meli Ardianti Muchtaridi
Theresia Veronika
Sheilla Jessica A
Yowendru
Angelina Shinta
Julianthy Suwento
William
Unfamiliar Terms
Step 1
Unfamiliar Terms
Hemodinamik
Hemodinamik Stabil
Pertukaran Panas antara badan dengan
lingkungan sama besarnya.
Identifikasi Masalah
Step 2
Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
Curah Pendapat
Step 3
Curah Pendapat
1.
2.
3.
Mind Mapping
Step 4
Hubungan dengan
Suami Mantan
Pecandu Napza
Kondisi Sedang
Hamil
Kemungkinan
Tertular HIV
Peningkatan
Produksi Estrogen
Manifestasi AIDS
Imuno-defisiensi
Pada Ibu Hamil
Invasi Pathogen
Multiple Infection
Keluhan2 Pasien
Sifat Imunosupresif
Estrogen
berakumulasi
Learning Objectives
Step 5
Learning Objectives
Mampu Menjelaskan:
1.Defisiensi
Definisi Imunodefisiensi
Tanggapan imun yang lemah; dapat disebabkan oleh pemberian obatobatan imunosupresif, radiasi, malnutrisi, beberapa proses penyakit
tertentu; disebut juga imunocompromised. (Dorland)
Keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal (sistem kekebalan tidak berfungsi secara kuat), sehingga
infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan
berlangsung lebih lama dari biasanya; dengan pemberian terapi yang
adekuat tidak ada perbaikan.
Sekunder (didapat)
Penyebab:
Malnutrisi, kanker, imunosupresan, infeksi virus HIV,
penuaan, dll.
Imunodefisiensi Primer/Kongenital
Disebabkan defek genetik menghalangi maturasi /
fungsi komponen sistem imun
Sering sudah bermanifestasi pada bayi dan anak tapi
kadang secara klinis baru ditemukan pada usia lanjut
Penyebab :
Defek pada maturasi limfosit
Defek pada aktivasi dan fungsi limfosit
Defek pada Innate Immunity
Imunodefisiensi Sekunder/Didapat
Defisiensi
Sel B
Sel T
Fagosit
Disfungsi
Sel B
Sel T
Gamopati monoklonal
Peningkatan sel Ts yg menimbulkan infeksi dan penyakit
limfoproliferatif.
Fagosit
Hipersensitivitas, beberapa penyakit autoimun
Komplemen Edem angioneurotik akibat tidak adanya inhibitor esterasi
Mekanisme Imunodefisiensi
Primer & Sekunder
LO2
Def. C2 & C4
Def C3
Def C5
Def C6,C7,C8
Angioedem
herediter
aktivitas c1 tdk
terkontrol &
produksi kinin
C2a &
C4a dilepas
sel mast
melepas
histamin
edem fatal
Penyakit
serupa LES
kegagalan
eliminasi
kompleks
imun
infeksi
mikroba
piogenik
fragmen
kemotaktik C5
tdk diproduksi
kompleks
Ag-Ab-C3b
diendapkan di
membran
gangguan
opsonisasi
gangguan
kemotaktik
kerentanan
thdp infeksi
bakteri
Gangguan dlm
lisis
kerentanan
thdp septikemi
meningokokus
& gonokokus
drajat
infeksi
nesseria,
sepsis,
artritis, & DIC
Def C4
Def C2
Def c3
Terjadi
bersamaan dgn
pnykt autoimun
(LES)
def.inhibitor
esterase C1
C4 / C2 terus
mengaktifkan
bahan(plasmin)
edem lokal
berbagai alat
tubuh
Byk tjd
pd LES
Byk tjd pd
Infeksi
LES
bakteri
rekuren
(defisiensi
komplemen
paling sering
terjadi)
Def C5-C8
Def C9
Kerentanan
infeksi
Terutama
neseria
ada tanda
infeksi
rekuren
Lisis masih
dapat terjadi
atas pengaruh
C8 tanpa
C9perlahan
(jarang
ditemukan)
C. Defisiensi sel NK
1. Defisiensi kongenital
1. Defisiensi kualitatif
No.
Defisiensi
Keterangan
Chronic
Granulomatous
Disease (CGD)
Glucose-6phosphate
dehydrogenase
No.
Defisiensi
Keterangan
Mieloperoksidase
(DMP)
Sindrom Job
Sindrom leukosit
malas (lazy
leucocyte)
Adhesi leukosit
Common variable
Hypogammaglobulinemia
Def. Imunoglobulin yg
selektif(disgamaglobulinemia)
Menyerupai X-linked
hipogamaglobulinemia
Pre-sel B (kadar
normal) tidak bisa
menjadi sel B
matangsel
Binfeksi bakteri
rekuren
Sindrom
Nezelof
Sindrom
Wiskott-Aldrich
Ataksia
telangiektasi
Def.adenosin
deaminase
Trombositopeni,
ekzem,IgM,
IgG N,IgA &IgE
infeksi rekuren
Mengenai
saraf,endokrin,
dan sistem
vaskulargera
kan otot yg tdk
terkoordinasi &
dilatasi
P.D.kecil
(telangiektasi)
Adenosin
deaminase tdk
ditemukan dlm
semua selkadar
bhn toksik
(ATP&deoksiATP)
Dlm sel limfoid
Nama penyakit
etiologi
Gejala
Common variable
hypogammaglobuline
Infeksi berulang
malnutrisi
AIDS
measles
Liver failure
malnutrisi
Defisiensi sel B
Defisiensi sel T
defisiensi komplemen
Defisiensi fagosit
neutropenia
Usia lanjut
Kehamilan
Peningkatan aktifitas sel
Ts atau efek supresif fktr
humoral yg dbtk
trofoblast def imun
selular utk
kelangsungan hidup
fetus
B. Defisiensi Sekunder
Sering terjadi
Penyebab
Mekanisme
Infeksi HIV
Malnutrisi protein
Splenektomi
Malnutrisi
Kehilangan imunoglobulin
Stress
Agamaglobulinemia dengan timoma
Infeksi
Malaria & rubella kongenital defisiensi antibodi
Campak defek imunitas selular reaktivasi
tuberkulosis
Penyinaran
dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfoid
Dosis rendah menekan Ts secara selektif
Penyakit berat
Akibat berbagai penyakit yang menyerang jaringan
limfoid penyakit Hodgkin, mieloma multiple,
leukemia & limfosarkoma
Uremia menekan sistem imun & menimbulkan
defisiensi
Gagal ginjal & diabetes defek fagosit sekunder
Imunoglobulin dapat menghilang melalui usus
pada diare
Kehilangan imunoglobulin
dapat terjadi karena kehilangan protein
berlebihan seperti pada penyakit ginjal, luka
bakar & diare
Agamaglobulinemia dengan timoma
Disertai dengan menghilangnya sel B total dari
sirkulasi
Eosinopenia atau aplasia SDM
Prosedur Diagnostik
Imunodefisiensi Autoimun
LO3
Diagnosa
Infeksi yang menetap atau berulang, atau infeksi berat oleh
mikroorganisme yang biasanya tidak menyebabkan infeksi
berat, bisa merupakan petunjuk adanya penyakit
immunodefisiensi.
Petunjuk lainnya adalah:
Respon yang buruk terhadap pengobatan
Pemulihan yang tertunda atau pemulihan tidak sempurna
Adanya jenis kanker tertentu
Infeksi oportunistik (misalnya infeksi Pneumocystis carinii
yang tersebar luas atau infeksi jamur berulang).
Hb
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
Riset :
Fenotiping sel B lanjut
Biopsi kelenjar
Respon Ab terhadap Ag khusus misal phage Ag
Ig-survival in vivo
Kadar Ig sekretoris
Sintesis Ig in vitro
Analisis aktivasi sel
Analisis mutasi
Defisiensi sel T
Uji tapis :
hitung limfosit total dan morfologinya
Hitung sel T dan sub populasi sel T : hitung sel T total, Th dan Ts
Uji kulit tipe lambat (CMI) : mumps, kandida, toksoid tetanus, tuberkulin
Foto sinar X dada : ukuran timus
Uji lanjutan :
Enumerasi subset sel T (CD3, CD4, CD8)
Respon proliferatif terhadap mitogen, antigen dan sel alogenik
HLA typing
Analisis kromosom
Riset :
Advance flow cytometry
Analisis sitokin dan sitokin reseptor
Cytotoxic assay (sel NK dan CTL)
Enzyme assay (adenosin deaminase, fosforilase nukleoside purin/PNP)
Pencitraan timus dan fungsinya
Analisis reseptor sel T
Riset aktivasi sel T
Riset apoptosis
Biopsi
Analisis mutasi
Defisiensi fagosit
Uji tapis :
Hitung leukosit total dan hitung jenis
Uji NBT (Nitro Blue Tetrazolium), kemiluminesensi : fungsi metabolik neutrofil
Titer IgE
Uji lanjutan :
Reduksi dihidrorhodamin
White cell turn over
Morfologi spesial
Kemotaksis dan mobilitas random
Phagocytosis assay
Bactericidal assay
Riset :
Adhesion molecule assays (CD11b/CD18, ligan selektin)
Oxidative metabolism
Enzyme assays (mieloperoksidase, G6PD, NADPH)
Analisis mutasi
Defisiensi komplemen
Uji tapis :
Titer C3 dan C4
Aktivitas CH50
Uji lanjutan :
Opsonin assays
Component assays
Activation assays (C3a, C4a, C4d, C5a)
Riset :
Aktivitas jalur alternatif
Penilaian fungsi (faktor kemotaktik, immune adherence)
PROGNOSIS
Umumnya defisiensi imun primer buruk dan berakhir fatal, seperti
juga halnya pada beberapa penyakit defisiensi imun sekunder (AIDS).
Diperkirakan sepertiga dari penderita defisiensi imun meninggal pada
usia muda karena komplikasi infeksi. Mortalitas penderita defisiensi
imun humoral adalah sekitar 29%.
Defisiensi imun ringan, terutama yang berhubungan dengan keadaan
fisiologik (pertumbuhan, kehamilan), infeksi, dan gangguan gizi dapat
diatasi dengan baik bila belum disertai defek imunologik yang
menetap.
Tatalaksana Imunodefisiensi
LO4
2.
Transfusi
Transfusi diberikan dalam bentuk neutrofil kepada subyek
dengan defisiensi fagosit dan pemberian limfosit
autologus yang sudah mengalami transfeksi dengan
gen adenosin deaminase (ADA) untuk mengobati
Severe Combined Immunodefisiency.
Transplantasi
Transplantasi timus fetal atau stem cell dari sumsum
tulang untuk memperbaiki kompetensi imun
Jenis Terapi
Pengobatan suportif
Perbaikan keadaan umum : memenuhi kebutuhan gizi,
kalori, jaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asambasa, kebutuhan oksigen, pencegahan infeksi
Substitusi dilaukan thdp defisiensi komponen imun
(sesuai kondisi klinis) : beri eritrosit, leukosit, plasma
beku, enzim, serum hipergamaglobulin, gamaglobulin,
imunoglobulin spesifik
Pengobatan imunomodulasi
Manfaat diperdebatkan tp bs diberikan interferon,
antibodi monoklonal,produk mikroba (BCG), produk
biologik (timosin), komponen darah, bahan sintetik
dpt inosipleks, levamisol
Terapi kausal
Mengatasi penyebab defisiensi imun
Terutama pd defisiensi sekunder (pengobatn
infeksi, suplemen gizi, pengobatan keganasan)
Defisiensi imun primer : transplantasi (timus, hati,
sstl), atau rekayasa genetik
Defisiensi
Jenis
Terapi
Sel B
X-linked hipogammaglobulinemia
Pemberian IgG
Hipogammaglobulinemia
Common variable
hipogammaglobulinemia
Pemberian IgG
Transplant timus
Sel T
Sindrom Nezelof
Sindrom Wiskott-Aldrich
Ataksia telangiektasia
Kausal: Antivirus
Ada 2 jenis obat antivirus yang digunakan untuk mengobati
infeksi HIV dan AIDS
Analog nukleotide : mencegah aktivitas reverse
transkiptase seperti timidine AZT
Dideoksinosin dan dideoksisitidin : mengurangi kadar RNA
HIV dalam plasma
Biasanya obat obat tsb tidak berhasil progres penyakit
oleh karena timbulnya bentuk mutasi reverse transkiptasi
yang resisten terhadap obat
Inhibitor protease virus sekarang digunakan untuk
mencegah proses protein prekursor menjadi kapsid virus
matang dan protein core
Terapi dewasa ini menggunakan kombinasi 3 obat :
protease inhibitor dengan 2 inhibitor reverse transkiptase
yang terpisah. Digunakan untuk menurunkan kadar RNA
virus dalam plasma menjadi sangat rendah untuk lebih dari
satu tahun
PENCEGAHAN
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh penderita penyakit
immunodefisiensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Definisi HIV
HIV
adalah singkatan dari
Human Immunodeficiency
Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan
cara menyerang sel CD4
sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit
walaupun yang sangat
ringan sekalipun.
Partikel HIV terdiri atas dua
untaian RNA dalam inti
protein yang dilindungi
envelop lipid asal pejamu.
DEFINISI
AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Acquired berarti penyakit ini tidak diturunkan,
melainkan berkembang setelah kelahiran melalui
kontak dengan agen penyebab (HIV).
Immunodeficiency berarti penyakit ini dicirikan
dengan sistem imun yang melemah.
Syndrome berarti penyakit ini merupakan kumpulan
dari sekelompok gejala. Pada kasus AIDS, gejala ini
mencakup infeksi oportunistik dan tumor, penurunan
berat badan secara drastis dan kerusakan sistem saraf
pusat.
epidemiologi
EPIDEMIOLOGI
Seputar HIV
Etiologi
Human Imunodeficiency virus tipe 1 & 2.
Th CD4+.
Sel dendritik.
Makrofag.
Tc CD8+.
Sel NK (CD4+, CCR5).
Faktor Risiko :
Homoseksual (72%)
Penyalahgunaan obat IV (intravena) (17%)
Heteroseksual (4%)
Resipien transfusi (1 %)
Pediatri (1%)
Siklus Hidup
HIV
1. Attachment
Virus menginfeksi sel menggunakan gp120 berikatan
dgn sel CD4+ & reseptor kemokin (CXCR4 / CCR5)
fusi membran virus dgn membran sel pejamu.
2.Fusion
Virus masuk ke sitoplasma
3. Reverse transcription
Envelop virus dilepas o/ protease virus & RNA bebas
4. Integrasi
Bergabungnya dsDNA virus dgn DNA host di nukleus
PROVIRUS (laten selama beberapa hari/tahun)
7. Perakitan virion
Protein + ssRNA virus bergabung
8. Budding
Virion yg telah lengkap membran sel mendapatkan
envelop lipid
Mekanisme penghindaran
HIV mampu bermutasi dengan cepat, sehingga
tidak mampu diatasi antibodi maupun sel T
HIV menginhibisi MHC I sehingga menurunkan
efektifitas CD8
HIV menginhibisi imunitas selular
Perjalanan HIV
7-10 tahun
Gejalanya:
radang
tenggorokan, nyeri otot
(mialgia), demam, ruam
kulit, dan terkadang
radang selaput otak
(meningitis asepsis)
-Viremia
-Virus di dalam
jaringan limfoid
- T cell CD4+
Virus
replikasi
terus
menerus dalam CD4+
(bertahun-tahun)
Tanpa
pengobatan
AIDS
(4tahun)
Sistem imun
kehilangan
kemampuan,
viral load
Demam 1 bulan,
BB, diare kronis
Fase permulaan/akut
Produksi virus
Masa Jendela
Masa jendela (waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai
timbulnya antibodi yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan).
Antibodi mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi.
Jadi, jika pada masa ini hasil tes HIV pada seseorang yang
sebenarnya sudah terinfeksi HIV, dapat memberikan hasil
yang negatif.
Perjalanan HIV
Fase permulaan/akut
Fase akut menandakan respon imun tubuh yang masih
imunokompeten terhadap infeksi HIV.
Penyakit yang sembuh dengan sendirinya yaitu 3 sampai 6 minggu
setelah terinfeksi HIV.
Gejalanya berupa radang tenggorokan, nyeri otot (mialgia),
demam, ruam kulit, dan terkadang radang selaput otak
(meningitis asepsis).
Produksi virus yang tinggi menyebabkan viremia (beredarnya virus
dalam darah) dan penyebaran virus ke dalam jaringan limfoid,
serta penurunan jumlah sel T CD4+.
Fase pertengahan/kronik
Fase kronik ditandai dengan adanya replikasi virus terus menerus dalam
sel T CD4+ yang berlangsung bertahun-tahun.
Pada fase kronik tidak didapatkan kelainan sistem imun. Setelah
bertahun-tahun, sistem imun tubuh mulai , sementara replikasi virus
sudah mencapai puncaknya sehingga perjalanan penyakit masuk ke fase
krisis. Tanpa pengobatan, pasien HIV akan mengalami sindrom AIDS
setelah fase kronik dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun.
Fase terakhir/krisis
Ditandai dengan hilangnya kemampuan sistem imun, jumlah virus
dalam darah (viral load). Pasien mengalami demam lebih dari 1 bulan,
lemah, BB dan diare kronis. Hitung sel T CD4+ berkurang sampai
dibawah 500/L. (Mitchell and Kumar, 2003; Saloojee and Violari, 2001).
Oportunitis
SARKOMA KAPOSI.
Adalah tumor dari dinding pembuluh.biasanya tampak
seperti lesi bewarna merah muda,merah atau ungu pada kulit
dan mulut. Sarkoma kaposi dapat mempengaruhi saluran
cerna dan paru-paru.
NON-HODGKIN.
SINDROM WASTING.
Disertai diare dan demam
DEMENTIA
Infeksi Bakteri
PNEUMONIA BAKTERI.
MYCOBACTERIUM
TUBERKULOSIS (TBC).
SALMONELLOSIS.
BACILLARY ANGIOMATOSIS.
Infeksi virus
CYTOMEGALOVIRUS (CMV).
VIRUS HEPATITIS. VIRUS HEPATITIS
HERPES SIMPLEX VIRUS (HSV). HSV,.
HUMAN PAPILLOMAVIRUS (HPV).
Infeksi jamur
KANDIDIASIS.
KRIPTOKOKAL MENINGITIS.
infeksi Parasit
PNEUMOCYSTIS CARINII PNEUMONIA (PCP).
TOKSOPLASMOSIS.
KRIPTOSPORIDIOSIS.
Anamnesis
DIAGNOSIS
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan
untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.
Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi
ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang
sehat.
* Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
* Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran
pernafasan atas yang berulang
* Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
* Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus,trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi.
Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
Minor:
Batuk > 1 bln
Dermatitis pruritik umum
HZ rekuren
Candidiasis orofaring
Limfadenopati umum
Herpes simpleks diseminata
yg kronik progresif
Minor:
Limfadenopati umum
Candidiasis orofaring
Infeksi umum yg berulang:
radang telinga, tenggorokan
Batuk persisten
Dermtitis umum
Infeksi HIV maternal
Molluscum
contagiosum
Kaposis Sarcoma
Candidiasis
TES HIV
Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap HIV.
Pemeriksaan penyaring :
ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi
antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV.
Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau
air kencing.
Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan
ini sangat mirip dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu
menggunakan sampel darah jari dan air liur.
Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang
diperiksa telah terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain,
yaitu Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil
pemeriksaan ELISA ini..
Western Blot
u/ mendeteksi antibodi terhadap HIV.
tes konfirmasi bagi ELISA pemeriksaan ini lebih sensitif dan
lebih spesifik, sehingga pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh
keahlian lebih dalam melakukannya.
IFA
IFA (indirect fluorescent antibody) jjuga mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini
adalah biayanya sangat mahal.
PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang
memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes
ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah
terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat
yang canggih.
Cara penularan
Transmisi Ibuanak
Penatalaksanaan HIV-AIDS
Terdiri atas beberapa jenis :
Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan
ARV:
Asimptomatik, CD4 > 500 tapi RNA HIV (viral load) tinggi (lebih dari
30.000)
Asimptomatik, CD4 > 350 (boleh ditunda bila CD4 > 350 dan viral
load rendah < 10.000)
Infeksi HIV dengan gejala
Penatalaksanaan
Pengobatan AIDS dengan ARV harus bersifat kombinasi karena
adanya resistensi virus terhadap ARV.
Tiga golongan ARV yang dikenal adalah nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NRTI), non nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NNRI), dan protease inhibitor (PI).
Kombinasi ARV bisa berupa 3NRTI, 2NRTI+NNRTI, dan
2NRTI+PI.
Pasien AIDS harus menggunakan ARV terus menerus dan
apabila pengobatan ARV berhenti, maka akan terjadi resistensi
dan kegagalan pengobatan (Sepkowitz, 2001; Fauci and Lane,
2001; Thaker and Snow, 2003).
Anti retrovirus
MK: menghentikan perpanjangan rantai DNA virus dengan cara bergabung pada
ujung rantai 3 rantai virus
Zidovudin
I: HIV dalam kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 600 mg/hr (PO)
ES: anemia, neutropenia, sakit kepala, mual
Didanosin
I: HIV, terutama tingkat lanjut dalam kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 400mg/hr (PO)
ES: diare, pankreatitis, neuropati perifer
Zalsitabin
I: HIV terutama pasien HIV dewasa tingkat lanjut yang tidak responsif
zidovudin, jangan kombinasi didanosin
Dosis: 2,25mg/hr (1 tablet 0,75mg tiap 8 jam)
ES: neuropati perifer, stomatitis, ruam, pankreatitis
Stavudin
Anti retrovirus-NRTI
I: HIV terutama tingkat lanjut, kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 80mg/hr (1 kapsul 40mg tiap 12 jam)
ES: neuropati perifer, sakit kepala, mual, ruam
Lamivudin
I: HIV (kombinasi dengan anti-HIV lain) dan HBV
Dosis: 300mg/hr
ES: asidosis laktat, sakit kepala, mual
Emtrisitabin
I: HIV dan HBV
Dosis: 200mg/hr
ES: nyeri abdomen dengan rasa kram, diare, kelemahan otot, sakit kepala,
lipodistrofi, mual, rinitis, pruritus, ruam
Abakavir
I: HIV dalam kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 600mg/hr
ES: mual, muntah, diare, rx hipersensitif (demam, malaise, ruam), gangguan
gastrointestinal
Anti retrovirus
Nevirapin
I: infeksi HIV-1 dala kombinasi dengan anti-HIV lain terutama NRTI
Dosis: 200mg/hr selama 14 hr kemudian 400mg/hr
ES: ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens, mual, peningkatan enzim
hati
Anti retrovirus-NNRTI
Delavirdin
I: infeksi HIV-1, kombinasi dengan anti-HIV lain terutama
NRTI
Dosis: 3x2 tablet 200mg /hr
ES: ruam, peningkatan tes fungsi hati, neutropenia
Efafirenz
I: infeksi HIV-1, kombinasi dengan anti-HIV lain terutama
NRTI dan NtRTI
Dosis: 600mg/hr sebelum tidur untuk mengurangi
efek samping SSP
ES: sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit konsentrasi,
ruam
Anti retrovirus
PI (Protease inhibitor)
MK: bekerja pada tahap transisi sebagai HIV protease peptidomimetic inhibitor
Sakuinavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain (NRTI dan beberapa PI)
Dosis: 3x6 soft capsule 200mg /hr atau 3x3 hard gel capsule /hr bersama
makanan atau sampai 2 jam setelah makanan lengkap
ES: diare, mual, nyeri abdomen
Ritonavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain (NRTI dan beberapa PI)
Dosis: 6 kapsul 100mg 2x/hr bersama makanan
ES: mual, muntah, diare
Indinavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 2 kapsul 400mg tiap 8 jam dengan perut kosong dan hidrasi (min 1,5 L air
/ hr)
ES: mual, hiperbilirubinemia, batu ginjal
Anti retrovirus-PI
Nelfinavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 3x3 tablet 250 mg/hr atau 2x5 tablet 250mg/hr bersama
makanan
ES: mual, muntah, diare
Amprenavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 2x8 kapsul 150 mg
ES: mual, diare, ruam
Lopinavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 2x3 kapsul 166,6 mg /hr bersama makanan
ES: mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida
Atazanavir
I: infeksi HIV, kombinasi dengan anti-HIV lain
Dosis: 1x 2 kapsul 200 mg bersama makanan
ES: hiperbilirubinemia, mual, perubahan EKG (jarang)
Anti retrovirus
PROGNOSIS
Waktu median dari infeksi HIV primer 10
tahun
Mortalitas : 5 orang/tahun dari 100.000
Kira-kira 60% kematian pasien dengan AIDS
hasil infeksi lain
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesimpulan
Kami
1.
2.
3.
4.
5.
6.
telah mempelajari:
Saran
Ibu