Prezzkes KPD DR - Wuryatno
Prezzkes KPD DR - Wuryatno
PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI
Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang
obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam
mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena
panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi.
KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase laten sebelum
adanya his. Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada
KPD kantung ketuban pecah sebelum fase aktif. 4
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebeb yang jelas.4
Etiologi Dan Patogenesis
KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban,
peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian
menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban.
Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada
beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang
merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme infeksi ini belum
diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak
diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi
terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi
adalah inkompetent servix, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.4
Moegni, 1999, mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan
KPD, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun
sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air
ketuban pada pemeriksaan secara mikroskopis.
d. Evaporation test
e. Intraamniotic fluorescein
f. Amnioscopy
g. Diamine oxidase test
h. Fetal fibronectin
i. Alfa-fetoprotein test
Komplikasi
KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin, diantaranya :2,3,4
a. Infeksi
Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis
korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam
(37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu
maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau
busuk, maupun leukositosis.
b. Hyaline membrane disease
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline memnrane disease
sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat
hubungan antara umur kehamilan denganhyaline membrane disease dan
chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia
kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease
lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.
c. Hipoplasi pulmoner
Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan
fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress
respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan
bantuan ventilator.
d. Abruptio placenta
Kompresi tali pusat dan prolps tali pusat merupakan komplikasi tersering
ketuban pecah dini, terutama padapresentasi bokong yang tidak maju
(engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ menunjukkan
pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat diterminasi. Jika
janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat dilakukan
amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan pervaginam.
Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi yang dapat
dilakukan adalh section cesaria.
e. Pasien dengan infeksi
Pasien dengan chorioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada
kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum
dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam,
maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotic yang
dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa
penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila
persalinan pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis
chorioamnionitis ditegakkan.
Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah :3,4
a. Ketubaan pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin
didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin
c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik
d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif
yaitu tirah baring dan berikan sedative, antibiotic selama 5 hari,
glukokortikosteroid dan tokolisis, namun bila terjadi infeksi maka akhiri
kehamilan
Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan
b. Terapi Aktif
-
BAB II
STATUS PENDERITA
A.
ANAMNESIS
Tanggal 12 Agustus 2007 jam 11.30 WIB
1. Identitas Penderita
Nama
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Status Perkawinan
HPMT
: 27 Oktober 2006
HPL
: 3 Juli 2007
UK
: 41+3 minggu
Tanggal Masuk
: 12 Agustus 2007
No.CM
: 857245
Berat badan
: Kg
Tinggi Badan
: cm
2. Keluhan Utama
Ingin melahirkan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Datang seorang G3P1A1, 30 tahun, kiriman bidan dengan
keterangan janin besar/DKP. Pasien merasa hamil 9 bulan, kencengkenceng teratur dirasakan sejak 7 jam yang lalu, air kawah dirasakan
sudah keluar sejak 18 jam yang lalu, gerak janin (+) masih dirasakan,
lendir darah (+).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Mondok
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
Jelek
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.
9. Riwayat Haid
-
Menarche
: 14 tahun
Lama menstruasi
: 7 hari
Siklus menstruasi
: 28 hari
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum : Sedang, CM, Gizi cukup
Tanda Vital
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
: 38,2 0C
Kepala
: Mesocephal
Mata
THT
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
: IC tidak tampak
Palpasi
Perkusi
: Pengembangan dada ka = ki
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Oedema
-
Akral dingin
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala
: Mesocephal
Mata
Wajah
Thorax
Abdomen
Oedema
-
akral dingin
-
Pemeriksaan Dalam :
VT
UPD
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
: 10,3 gr/dl
Hematokrit
: 29,6 %
Antal Eritrosit
: 3,72 x 103/uL
Antal Leukosit
: 21,0 x 103/uL
Antal Trombosit
: 467 x 103/uL
Golongan Darah
:B
GDS
: 83 mg/dL
Ureum
: 14 mg/dL
Creatinin
: 0,9 mg/dL
Na+
: 135 mmol/L
K+
: 3,9 mmol/L
2.
Ion klorida
: 106
HbS Ag
: negatif
Nitrazin Test
: (+) positif
Protein
: 6,6
Albumin
: 3,3
PT
: 17,6
APTT
: 32,1
: 82
II. BPD
: 83
FL
: 65
FL
: 65
AC
: 278
AC
: 280
EFBW
: 2147
EFBW
:1927
KESIMPULAN
Seorang G3P1A1, 30 tahun, UK 41+3 minggu, riwayat obstetri jelek, riwayat
fertilitas baik, teraba janin tunggal, intra uterin memanjang, punggung di
sebelah kiri, presentasi kepala, kepala masuk panggul < 1/3 bagian. Nitrazin
Test (+)
TBJ : 4000 gr, DJJ (+), regular, his (+) dalam persalinan kala I fase laten
dengan hipoalbuminemia.
E.
DIAGNOSA AWAL
Janin besar KPD 18 jam infected hamil aterm dalam persalinan kala I fase
aktif persalinan berlangsung 5 jam dengan riwayat SC 7 tahun yang lalu.
F.
PROGNOSA
Dubia
G.
TERAPI
Mondok VK
O2 4-5 L/menit
Infus RL 20 tpm
Pasang DC balance cairan
Injeksi MgSO4 40% 8 gr
DAFTAR PUSTAKA