Makalah Otonomi Daerah
Makalah Otonomi Daerah
Makalah Otonomi Daerah
Alhamdulillah Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan kasih sayang, serta shalawat dan salam semoga
tercurah pada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengenalkan kita
ilmu pengetahuan.
Saya bersyukur dapat menyelesaikan makalah tentang Otonomi Daerah tanpa
hambatan.Shalawat serta salam tak lupa kami sanjungkan
kepada
Nabi
Muhammad SAW yang telah ,menjadikan kita sebagai umat yang baik.
Dan saya berharap makalah ini bisa menambah bacaan bagi pembaca tentang
Otonomi Daerah yang dikaji dalam mata pelajaran PKN tersebut.Meskipun
singkat namun semoga bermanfaat dan bisa memberi inspirasi dan menambah
wawasan bagi pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu,saya bersedia menerima kritik dan saran
dari pembaca.
Penulis
Daftar isi
Kata pengantar...........................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................................
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Otonomi Daerah ......................................................................
2.2 Dasar Hukum dan Landasan Teori Otonomi Daerah ..................................
2.3 Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah ..........................................................
2.4 Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia .............................................
2.5 Dampak Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia .................................
2.6 Perubahan Budaya Pada Pelaksanaan Otonomi Daerah ...........................
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan .................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
5
5
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
pembangunan
dalam UUD 1945. Walaupun demikian dalam perkembangannya selama ini pelaksanaan
otonomi daerah belum menampakkan hasil yang optimal. Setelah gerakan Reformasi
berlangsung dan pemerintahan Suharto jatuh, wacana untuk mengoptimalkan pelaksanaan
otonomi daerah terdengar kembali gaungnya, bahkan lebih keras dan mendesak untuk segera
dilaksanakan. Tuntutan masyarakat untuk mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah
disambut oleh presiden Habibie sehingga kemudian ditetapkan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan disahkannya
kedua undang-undang tersebut, maka terjadi perubahan paradigma, yaitu dari pemerintahan
sentralistis ke pemerintahan desentralistis. Berdasarkan undang-undang otonomi daerah
tersebut, pemberlakuan undang-undang tersebut efektif dilaksanakan setelah dua tahun sejak
ditetapkannya. Pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid Undang-undang
Otonomi Daerah mulai diterapkan pada tanggal 1 Januari 2001.
1.2
1.3
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui pengertian otonomi daerah,prinsip dan tujuan,serta dari dampak
pelaksanaan otonomi daerah.Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun
Tingkat II mampu mengelola daerah nya sendiri. Untuk kepentingan rakyat dan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara sosial ekonomi yang merata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk
kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu
terwujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
3.
Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah
Terlepas dari itu pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dalam
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan
daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beranjak dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah pada
prinsipnya mempunyai tiga aspek, yaitu :
1.
2.
Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari pemerintahan di
Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya sebagai perlimpahan
Dengan demikian, bila dikaji lebih jauh isi dan jiwa undang-undang Nomor 23 Tahun
2004, maka otonomi daerah mempunyai arti bahwa daerah harus mampu :
1.
sendiri.
2.
3.
4.
2.2
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita bahas.Namun ada
dasar-dasar yang bisa menjadi landasan.Ada beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan
otonomi daerah,yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 1 hingga ayat 7.
2. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan daerah.
3. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 yang mengatur tentang sumber keuangan negara.
Selain berbagai dasar hukum yang mengatur tentang otonomi daerah,saya juga
menulis apa saja yang menjadi tujuan pelaksana otonomi daerah,yaitu otonomi daerah harus
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di wilayah
otonomi tersebut serta meningkatkan pula sumber daya yang di miliki oleh daerah agar dapat
bersain dengan daerah otonom lainnya.
2 . LANDASAN TEORI
Berikut ini ada beberapa yang menjadi landasan teori dalam otonomi daerah .
1.Asas Otonomi
Berikut ini ada beberapa asas otonomi daerah yang saya tuliskan di sini.Asas-asas
tersebut sebagai berikut:
Asas tertib penyelenggara negara
Asas Kepentingan umum
Asas Kepastian Hukum
Asas keterbukaan
Asas Profesionalitas
Asas efisiensi
Asas proporsionalitas
Asas efektifitas
Asas akuntabilitas
2.Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa
dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan
adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan
Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan
karena
dengan
adanya
desentralisasi
sekarang
menyebabkan
perubahan
pardigma pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan
tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang melatarbelakanginya adalah keinginan
untuk memindahkan pengambilan keputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang
merasakan langsung pengaruh program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh
pemerintah. Hal ini akan meningkatkan relevansi antara pelayanan umum dengan kebutuhan
dan kondisi masyarakat lokal, sekaligus tetap mengejar tujuan yang ingin dicapai oleh
pemerintah ditingkat daerah dan nasional, dari segi sosial dan ekonomi. Inisiatif peningkatan
perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial ekonomi diharapkan dapat
menjamin digunakannya sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan lokal.
3.Sentralisasi
Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara adalah
persoalan pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun
1980-an terbatas pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada
pemerintah pusat dan pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan baik dari perimbangan ini
adalah pelayanan negara terhadap masyarakat.
Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik yang dianggap tepat
dalam wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan, yang
akan menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa
Orde Baru di mana sentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang,
situasi ini mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana
sebaiknya desentralisasi dikembangkan di Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah
melepaskan diri sebesarnya dari pusat bukan membagi tanggung jawab kesejahteraan
daerah.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses satu arah
dengan tujuan pasti. Pertama- tama, kedua sasi itu adalah masalah perimbangan. Artinya,
peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang
dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan,
seharusnya ukuran yang paling sah adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat.
2.3
sebagaimana pengertian otonomi daerah di atas, jelas bahwa untuk menerapkan otonomi
daerah harus memiliki wilayah dengan batas administrasi pemerintahan yang jelas.
Daerah otonomi adalah wilayah administrasi pemerintahan dan kependudukan yang
dikenal dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan
demikian jenjang daerah otonom ada dua bagian, walau titik berat pelaksanaan otonomi
daerah dilimpahkan pada pemerintah kabupaten/kota. Adapun daerah provinsi, berotonomi
secara terbatas yakni menyangkut koordinasi antar/lintas kabupaten/kota, serta kewenangan
pusat yang dilimpahkan pada provinsi, dan kewenangan kabupaten/kota yang belum mampu
dilaksanakan maka diambil alih oleh provinsi.
Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung
jawab.
c.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten
dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d.
Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara sehingga tetap
terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
e.
dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
f.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas
penyelenggaraan pemerintah daerah.
g.
h.
kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya
guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan guna meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas, The Liang Gie dalam Abdurrahman (1987)
mengemukakan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah :
a.
Melancarkan penyerahan dana dan daya masyarakat di daerah terutama dalam bidang
perekonomian.
2.4
mengatur diri sendiri. Pada hakekatnya otonomi daerah adalah upaya untuk mensejahterakan
masayarakat melalui pemberdayaan potensi daerah secara optimal. Makna otonomi daerah
adalah daerah mempunyai hak , wewenang dan kewajiban untuk mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan peundang-undangan yang berlaku (Pusat Bahasa , 2001 :
805). Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 14 menyebutkan bahwa kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan . Aspek prakarsa sendiri dalam otonomi daerah memberikan roh pada
penyelenggaraan pembangunan daerah yang lebih participatory. Tanpa upaya untuk
menumbuh-kembangkan prakarsa setempat, otonomi daerah yang diharapkan dapat
memberikan nuansa demokratisasi pembangunan daerah, akan kehilangan makna
terpentingnya.
Otonomi yang luas sebenarnya merupakan penjabaran dari desentralisasi secara
utuh. Idealnya pelaksanaan otonomi yang luas harus disertai pula dengan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan, pemerataan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, penggalian
potensi dan keanekaragaman daerah yang difokuskan pada peningkatan ekonomi di tingkat
kabupaten dan kotamadia.
Implementasi otonomi daerah dapat dilihat dari bebagai segi yaitu pertama, dilihat
dari segi wilayah (teritorial) harus berorientasi pada pemberdayaan dan penggalian potensi
daerah. Kedua, dari segi struktur tata pemerintahan berorientasi pada pemberdayaan
kewenangan pemerintah yang lain , yang juga dapat mengancam pelaksanaan otonomi daerah
adalah otoritas pemerintah untuk mencabut otonomi yang telah diberikan kepada daerah.
Selama kurang lebih empat tahun sejak dicanangkannya otonomi daerah di Indonesia,
pemberdayaan daerah yang gencar diperjuangkan pada kenyataannya belum dilaksanakan
secara optimal. Pembangunan di daerah kurang memperhatikan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Keputusan-keputusan pemerintah serta program-program pembangunan tidak
menyertakan masyarakat, sehingga program-program pembangunan di daerah cenderung
masih bersifat top down daripada bottom up planning .
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar otonomi daerah dapat terwujud.
Pertama, harus disadari bahwa otonomi daerah harus selalu diletakkan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah merupakan suatu subsistem dalam
satu sistem pemerintahan yang utuh. Kedua, perlu kemauan politik (political will) dari
semua pihak seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat. Kemauan politik
dari semua pihak dapat memperkuat tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia secara
keseluruhan melalui pembangunan-pembangunan daerah. Kemauan politik ini diharapkan
dapat membendung pemikiran primordial, parsial, etnosentris dan sebagainya. Ketiga,
komitmen yang tinggi dari berbagai pihak yang berkepentingan sangat dibutuhkan agar
pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai tujuannya .
2.5
pula perjalanan bangsa Indonesia. Pada masa Orde Lama otonomi daerah belum sepenuhnya
dilaksanakan, karena pimpinan negara yang menerapkan demokrasi terpimpin cenderung
bersikap otoriter dan sentralistis dalam melaksanakan pemerintahannya. Demikian pula pada
masa pemerintahan Orde Baru dengan demokrasi Pancasilanya, pelaksanaan pemerintahan
masih cenderung bersifat sentralistis dan otoriter . Selain itu pada kedua masa tersebut
banyak terjadi distorsi kebijakan yang terkait dengan otonomi daerah. Tentu saja kita belum
dapat melihat dampak dan pengaruh dari pelaksanaan otonomi daerah pada kedua masa itu,
karena pada kenyataannya otonomi daerah belum dilaksanakan sepenuhnya, walaupun sudah
banyak Undang-undang dan peraturan yang dibuat untuk melaksanakan otonomi daerah
tersebut.
Pada masa Reformasi tuntutan untuk melaksanakan otonomi daerah sangat gencar
sehingga pemerintah secara serius pula menyusun kembali Undang-undang yang mengatur
otonom daerah yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Setelah 2 tahun memalui masa transisi dan sosialisasi untuk melaksanakan kebijakan otonomi
daerah tersebut,maka otonomi daerah secara resmi berlaku sejak tanggal 1 Januari 2001, pada
masa pemerintahan presiden Abdurachaman Wachid. Setelah kurang lebih 4 tahun otonomi
daerah diberlakukan, dampak yang terlihat adalah muncul dua kelompok masyarakat yang
berbeda pandangan tentang otonomi daerah.
pesimis terhadap keberhasilan kebijakan otonomi daerah, mengingat pengalamanpengalaman pelaksanaan otonomi daerah pada masa lalu. Kelompok masyarakat ini tidak
terlalu antusias memberikan dukungan ataupun menuntut program-program yang telah
ditetapkan dalam otonomi daerah. Di sisi yang lain ada kelompok masyarakat yang sangat
optimis terhadap keberhasilan kebijakan otonomi daerah karena kebijakan ini cukup aspiratif
dan didukung oleh hampir seluruh daerah dan seluruh komponen.
Antusiasme dan tuntutan untuk segera melaksanakan otonomi daerah juga
berdatangan dari kelompok-kelompok yang secara ekonomis dan politis mempunyai
kepentingan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu masyarakat yang masih
dipengaruhi oleh euforia reformasi menganggap otonomi daerah adalah kebebasan tanpa
batas untuk melaksanakan pemerintahan sesuai dengan harapan dan dambaan mereka.
Masyarakat dari daerah yang kaya sumberdaya alamnya, tetapi tidak menikmati hasil-hasil
pembangunan selama ini, menganggap otonomi daerah memberikan harapan cerah untuk
meningkatkan kehidupan mereka. Harapan yang besar dalam melaksanakan otonomi daerah
telah mengakibatkan daerah-daerah saling berlomba untuk menaikan pendapatan asli daerah
(PAD). Berbagai contoh upaya gencar daerah-daerah untuk meningkatkan PAD dengan cara
yang paling mudah yaitu dengan penarikan pajak dan retrebusi secara intensif. Contoh lain,
tidak jarang terjadi sengketa antar daerah yang memperebutkan batas wilayah yang
mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Perebutan sumber pendapatan daerah sering juga
terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemikiran yang bersifat regional,
parsial, etnosentris, primordial , seringkali mewarnai pelaksanaan otonomi daerah sehingga
dikhawatirkan dapat menjadi benih disintegrasi bangsa.
Selain dampak negatif dari pelaksanaan otonomi daerah seperti tersebut di atas, juga
ada dampak positif yang memberikaan harapan keberhasilan otonomi daerah. Suasana di
daerah-daerah dewasa ini cenderung saling berpacu untuk meningkatkan potensi daerah
dengan berbagai macam cara. Seluruh komponen masyarakat mulai dari pemerintah daerah
dan anggota masyarakat umumnya diharapkan dapat mengembangkan kreativitasnya dan
dapat melakukan inovasi diberbagai bidang . Pengembangan dan inovsi bidang-bidang dan
sumberdaya yang dahulu kurang menarik perhatian untuk dikembangkan, sekarang dapat
menjadi potensi andalan dari daerah. Selain itu otonomi daerah memacu menumbuhkan
demokratisasi dalam kehidupan masyarakat, memacu kompetisi yang sehat, pendstribusian
kekuasaan sesuai dengan kompetensi .
2.6
di Indonesia telah menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif seperti
beberapa contoh yang telah penulis sebutkan di atas. Selain itu otonomi daerah juga telah
membawa perubahan-perubahan budaya dalam masyarakat Indonesia.
Pengertian budaya atau kebudayaan dalam arti luas menurut E.B.Tylor adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat dan
kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai
anggota masyarakat melalui proses belajar (Tylor dalam Soekanto , 1969 : 55). Dalam
pengertian sempit, kebudayaan diartikan sebagai hasil cipta, karya dan karsa manusia untuk
mengungkapkan hasratnya akan keindahan . Jadi pengertian kebudayaan dalam arti sempit
adalah berupa hasil-hasil kesenian.
Perubahan kebudayaan yang akan dibahas dalam tulisan ini difokuskan pada
bahasan kebudayaan dalam arti luas, dalam arti perubahan perilaku pemerintah dan
masyarakat yang terkait dengan bidang politik, pemerintahan, ekonomi, sosial dan
sebagainya, walaupun bahasannya secara umum dan tidak mengupas seluruh aspek dari
bidang-bidang tersebut.
Sejalan dengan tekat pemerintah untuk melaksanakan otonomi daerah, maka telah
terjadi perubahan-perubahan paradigma (Warseno dalam Ambardi dan Prihawantoro, 2002 :
181), yaitu antara lain :
Paradigma dari perencanaan dan pelaksanaan program yang bersifat top down ke
kemudian diberi
Otonomi daerah yang bertujuan untuk pengelola daerah atas prakarsa sendiri dalam
beberpa bidang mulai menampakkan perubahan. Satu contoh di beberapa daerah telah
disusun hukum dan peraturan yang disesuaikan dengan kultur (budaya) masyarakat dan
perjalanan sejarah daerah tersebut. Ada beberapa contoh daerah yang telah menyusun
peraturan dan hukum berdasarkan syariat atau hukum Islam. Baru-baru ini di Kabupaten
Bireuen, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah diberlakukan hukum cambuk
kepada 15 orang terpidana yang melakukan judi. Hukum cambuk yang mengundang prokontra ini dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2005 . Pijakan hukum yang melandasi hukum
cambuk adalah Undang-undang Nomor 14/1999 Tentang Pelaksanaan Keistimewaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Undang-undang Nomor 18/2001 Tentang Otonomi
Khusus, dan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5/2000 Tentang pelaksanaan Syariat Islam.
Petunjuk teknis pelaksanaan hukum cambuk bagi yang melanggar syariat Islam dituangkan
dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor 10/2005 sebagai pengganti Peraturan Daerah
(Qanun). Dalam Peraturan Gubernur ini setidaknya ditetapkan empat kasus yang pelakunya
bisa dikenai hukum cambuk, yaitu judi, berpasangan di tempat gelap dengan orang yang
bukan muhrimnya, minum minuman keras/mabuk dan berzina (Gatra, Nomor 33, 2 Juli
2005). Hukum Cambuk yang dilaksanakan di Nanggroe Aceh Darussalam ini sebenarnya
bukan bertujuan untuk mempertontonkan kesadisan dan kekejaman dari penegak hukum di
sana, melainkan untuk membuat jera para pelaku tindak kriminal dan agar masyarakat lebih
berhati-hati serta melaksanakan syariat Islam dengan baik dan benar.
Daerah lain yang juga mulai menerapkan aturan berdasarkan syariat Islam adalah
Cianjur. Di sana telah disusun aturan yang menghimbau wanita muslim mengenakan jilbab
serta himbauan kepada suluruh muslim meninggalkan pekerjaannya untuk segera
menunaikan sholat ketika adhan berkumandang. Pelangaran pada peraturan ini sementara
berupa sanksi moral dan sanksi sosial.
kerakyatan (usaha kecil dan menengah). Dari pengalaman krisis ekonomi yang dialami
Indonesia pada tahun 1997, ekonomi rakyat dan sektor informal mampu bertahan dan bahkan
mampu menjadi penyangga (buffer) perekonomian daerah , sehingga mampu menyelamatkan
kehidupan rakyat ( Mubyarto, 2001 : 196). Beberapa contoh daerah yang dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan setelah krisis ekonomi dan tetap dapat bertahan dan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonominya adalah Kabupaten Sukoharjo dan Desa Banyuraden, Kecamatan
Gamping, Kabupaten Sleman. Kabupaten Sukoharjo selama krisis ekonomi tidak terkena
dampak yang berarti karena industri kecil dan sektor informal yang dikembangkan di daerah
tersebut tidak tergantung pada bahan baku import dan melayani pasar lokal yang cukup luas.
Berbeda dengan Kabupaten Sukoharjo, Desa
Krisis ekonomi diindonesia belum tuntas juga, akibat pemerintahan yang lambat
atau birokrasi, diindonesia birokrasi sudah dijalankan, pemerintah indonesia belum bisa
mengatasi kemiskinan diindonesia. kenapa tidak biasa ??, karena pemerintah indonesia tidak
mementingkan rakyatnya akan tetapi lebih mementingkan dirinya sendiri atau kata lain
memperkaya diri sendiri sedangkan rakyatnya hidup menderita, seharusnya indonesia bisa
mencontoh sistem kepemerintahan
Negara Amerika yang bisa mensejahterakan rakyatnya, dan dinegara mereka tidak adanya
kemiskinan negara mereka menerapkan sistem kesejahteraan rakyat, yaitu mengaji setiap
penduduk atau keluarga
Menurut saya, itu sangat bagus dapat mengatasi kemiskinan yang belum tuntas-tuntasnya
diindonesai
Saya harap indonesia kedepan bisa menerapkan sistem seperti itu dan mencontohnya,
berhubung indonesia memiliki banyak pulau, makanya dilakukannya otonomi daerah, yang
diterapkan presiden abbdurrahman wahid pada saat beliau menjabat presiden tempo dulu.
KESIMPULAN
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus
masyarakat untuk berkreasi dan berinovasi agar daerah mempunyai daya tahan dan daya
saing di era globalisasi ini.
Budaya dan perilaku yang muncul sebagai akibat euforia reformasi yang dapat
menimbulkan kontra produktif harus diarahkan menjadi kultur dan perilaku yang produktif
dan konstruktif untuk mewujudkan otonomi daerah yang sehat dan seimbang. Demikian juga
budaya-budaya yang sudah sejak lama tumbuh dalam mayarakat seperti patron client,
primordialisme, etnosentrisme, harus dikendalikan dan diarahkan menjadi nilai positif yang
mendukung pembangunan daerah yang berlandaskan nilai-nilai religius, gotong royong ,
tenggang rasa dan sebagainya.
Dalam kurun waktu yang singkat tentu saja otonomi daerah yang diberlakukan sejak
awal tahun 2001 berdasarkan Undang-undang Nomor 22 /1999 masih menghadapi banyak
masalah dalam pelaksanaannya. Penerapan otonomi secara secara serentak di seluruh wilayah
Indonesia hendaknya terlebih dahulu tidak menerapkan otonomi secara penuh, sebab banyak
daerah-daerah di luar Jawa terutama yang belum siap menghadapi otonomi daerah. Dengan
demikian pelaksanaan otonomi daerah hendaknya melalui pentahapan yang disesuaikan
dengan sistim sosial-budaya masyarakat daerah.
3.2
SARAN
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan dapat membawa pemerataan dan keadilan
dalam pelaksanaan di masyarakat daerah khususnya kerana berhasil atau tidaknya otonomi
daerah tergantung pada daerah itu sendiri dan diharapkan juga dengan adanya sistem
desentralisasi dan otonomi daerah dapat menjamin terbukanya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerahnya.
Upaya Yang Menurut Saya harus Dilakukan Pejabat Daerah Untuk Mengatasi Ketimpangan
Yang Terjadi :
1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang berada di pusat
dapat terdistribusi ke daerah
2. Pejabat harus melakukan pemberdayaan politik warga masyarakat dilakukan melalui
pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat, media massa dan
lainnya.
3. Pejabat daerah harus bisa bertanggung jawab dan jujur.
4. Adanya kerjasama antara pejabat dan masyarakat.
5. Dan yang paling penting pejabat harus tahu prinsip-prinsip otonomi
DAFTAR PUSTAKA
1. Mubyarto, 2001, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis,
Yogyakarta : BPFE.
2. Nugroho D., Riant, 2000, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi : Kajian dan Kritik
atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia.Jakarta : PT Elex Media Kompetindo
3. http://silahkanngintip.blogspot.com/2011/02/pengertian-prinsip-dan-
5. http://id.shvoong.com/law-and-politics/political-philosophy/2062077-pengertianotonomi-daerah/#ixzz1erLuWWTP
6. http://otonomidaerah.com/