Anda di halaman 1dari 1

Kisah Penyelam Pencari AirAsia Lawan

Predator dan Ganasnya Alam

Cuaca buruk membuat Tim SAR menunda pencarian untuk sementara waktu, Perairan Pangkalan
Bun, Kalteng, Minggu (4/1/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Liputan6.com, Pangkalan Bun - Sembilan hari telah berlalu. Proses pencarian korban dan
bangkai Pesawat AirAsia QZ8501 masih berlangsung. Para petugas penyelamat yang berasal dari
Tim SAR Gabungan harus berjibaku mencari kotak hitam (black box) pesawat dan 125
penumpang pesawat yang hilang pada Minggu 28 Desember 2014 lalu.
Di antara para penyelamat ada tim penyelam dari TNI AL, yang terdiri dari Detasemen Jala
Mangkara (Denjaka), Komando Pasukan Katak (Kopaska), dan Pengintai Amfibi (Taifib).
Jumlahnya 66 orang.
Tugas utama mereka, menyelam ke dasar laut yang diduga tempat jatuhnya AirAsia untuk
mencari, menemukan, lalu mengevakuasi black box dan tentu penumpang yang menjadi korban
serta serpihan pesawat.
Di antara tugas itu, pekerjaan utama penyelam adalah mencari kotak hitam. Sebab kotak ini
sangat penting untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami pesawat sebelum hilang dan
akhirnya jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah.
Menyelam ke dasar laut, apalagi di bulan-bulan cuaca sedang tidak bersahabat seperti saat ini,
bukanlah perkara mudah. Beberapa hari terakhir, kondisi perairan di bagian utara Laut Jawa
dekat Selat Karimata, ganas dan tidak bersahabat. Gelombang laut menjulang tinggi 3 hingga 4
meter. Di dasar laut, arus bergerak deras hingga 5 knot. Kondisi yang benar-benar tidak ideal
untuk diselami.
Tidak hanya itu, tantangan lain yang harus dihadapi tim penyelam untuk AirAsia QZ8501,
adalah kondisi dasar laut yang berlumpur. Airnya keruh. Daya penglihatan 0 meter, sehingga
penyelam seringkali tak dapat melihat dan menemukan apa-apa di dasar laut.
s Bima, juga
mengungkapkan fakta lain yang harus dihadapi penyelam. "Di dasar laut tentu juga dingin
dengan cuaca seperti itu. Fisik penyelam bisa langsung turun," kata Bima.m

Anda mungkin juga menyukai