MANAJEMEN ISU
Indikator pertama ini adalah manajemen isu. Indikator ini banyak yang tidak
meyakini kebenarannya, sebab sesuai dengan background phsikologi, sosial dan
budaya kita yang sudah melewati masa-masa romantisisme seperti yang banyak
dilakoni oleh para remaja-remaja setingkat SMA ini. Akan tetapi mengapa hal ini
banyak terjadi dalam fenomena kehidupan disekeliling kita.
Manajemen isu ini mula-mula berkembang atas bentuk dalam istilah
jawanya padhan-padhanan yang sengaja di kemas dengan baik oleh orang
diluar pelaku tersebut. Bentuk ini biasanya dapat kita lihat dalam bentuk kemasan
gurauan, pada saat curhat serta dalam bentuk-bentuk interaksi lain. Akibatnya
wacana yang berkembang baik pada dataran personal maupun interpersonal
FASILITATOR HANDAL
JABATAN/KEDUDUKAN FUNGSIONAL.
dan yang utama banyak ditunjukkan oleh spesifikasi moral yang memang
dikondisikan dengan baik oleh kita, atau istilah modernnya manajemen isu dan
meminjam istilah sumber data yang ada padhan-padhanan.
1.
Indikator kedua juga ditentukan oleh fasilitas yang "memadai", atau istilah
kerennya mak comblang yang dengan senang hati menjadikan dirinya sebagai
relawan cinta.
2.
Indikator ketiga, dan ini bisa dikatakan sebagai faktor yang cukup berperan
dalam pelestarian budaya ini yaitu Jabatan atau Kedudukan fungsional.
Rieke Diah Pitaloka misalnya. Pemeran Oneng dalam serial entertaiment
Bajaj Baijuri ini mempercayakan hidupnya kepada Doni Gahrial Ardan yang
sebelumnya menjadi salah satu dosennya. Padahal beberapa tahun sebelumnya,
Oneng ini sudah membina hubungan dengan laki-laki lain sampai pada tingkat
tunangan.
Belum lagi Che-Che Kirani, seorang selebritis yang akhir-akhir ini lengkap
dengan busana muslimahnya, bertekuk lutut didepan penasehat spiritualnya Aa'
Hadi Wibawa. Kisah Che-Che Kirani ini tergolong unik, sebab perasaan cinta yang
tumbuh diantara keduanya bermula dari interaksi guru dan murid dalam sebuah
forum keagamaan (baca: pengajian).
Kedua kasus diatas menunjukkan sebuah terma penting betapa peran
sentral seorang Ustad tidak hanya berkutat pada proses transfer of knowledge,
tapi juga berpeluang atas terjadinya proses transfer of feeling.
Di sisi lain, seorang perempuan, apa lagi sudah menyandang sebuah "titel"
santriwati yang identik dengan geliat dan nafas keislaman
Bagaimanapun juga, diakui atau tidak, sosok perempuan merupakan tiang
negara. Jika rusak dia maka hancurlah negara tersebut layaknya ambruknya
sebuah rumah tanpa tiang-tiang di dalamnya. Oleh karenanya jika hal ini tetap
tidak mampu dibaca oleh kita dengan kecerdasan naluriah kita sebagai kaum
hawa, maka tidaklah heran jika dari kampus kita tercinta ini muncul sebuah
booklet yang mengisahkan siklus perselingkuhan di sekeliling kita.