Anda di halaman 1dari 13

LUKA TUSUK YANG DISERTAI DENGAN

TRISMUS, KEJANG OTOT DAN DEMAM

Vonny Christy
10.2010.50
Kelompok 12

ANAMNESIS
apakah terdapat sumber luka pada tubuh pasien?
paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka
yang menjadi kotor, luka yang tertutup
debu/kotoran, luka gores yang ringan kemudian
menjadi bernanah,gigi berlubang dikorek dengan
benda yang kotor.
penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran?
Kejang?
Riwayat vaksinasi?

PEMERIKSAAN FISIK
peningkatan suhu 38-40oC, fotofobia.
Penurunan denyut nadi karena penurunan perfusi
jaringan otak, peningkatan frekuensi pernapasan.
Refleks maseter meningkat, mulut condong ke
depan, kemampuan menelan kurang baik, kesulitan
membuka mulut (trismus), didapatkan kaku kuduk,
ketegangan otot rahang dan leher (mendadak).

WORKING DIAGNOSIS (TETANUS)


1. tetanus lokal tidak ada rigiditas pada kelompok
otot dekat luka.
2. tetanus umum trismus (dagu terkunci) dan kejang
pada otot2 wajah adalah gejala awal. Kontraksi tonik
pada wajah, leher, punggung, dan perut (opistotonus),
kesulitan menelan, laringospasme dan miksi yang
tersendat. Suhu tubuh 2-4C selama terjadi kejang,
sering disertai keringat. Tanda kegawatan adalah
takhikardi.
3. tetanus sefalik Terdapat disfungsi pada berbagai
saraf kranial.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Meningoencephalitis:
Dysphagia dan kaku pada leher
Demam
Cairan cerebrospinal tidak normal
Tidak ada trismus
Epilepsis:
kejang
Tidak ditemukan kekakuan otot
Sudah ada riwayat serangan epilepsi sebelumnya.

ETIOLOGI
Clostridium tetani batang anaerob, besar, basil gram
positif yang bergerak menghasilkan spora (tidak
berwarna, berbentuk oval).
tanah atau saluran usus hewan dan manusia.
Menghasilkan neurotoksin yaitu tetanospasmin (rantai
polipeptida tunggal)

EPIDEMIOLOGI
tetanus merupakan penyakit yang membebani di seluruh
dunia
terutama di negara yang beriklim tropis
Pada negara- negara tanpa program imunisasi yang
komprehensif
tetanus terjadi terutama pada pria, neonatus dan anakanak.

GEJALA KLINIS
Masa inkubasi 4-5 hari.
klasifikasi Abletts :
Derajat I (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, kekakuan umum, spasme
tidak ada, disfagia tidak ada atau ringan, tidak ada gangguan
respirasi.
Derajat II (sedang)
Trismus sedang dan kekakuan jelas, spasme hanya sebentar,
takipneu dan disfagia ringan
Derajat III (berat)
Trismus berat, spasme spontan, takipneu, disfagia berat,
takikardia.
Derajat IV (sangat berat)
Derajat III disertai gangguan sistem kardiovaskuler, takikardi
dan bradikardi, hipertensi /hipotensi berat.

IMUNISASI
TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat
memberikan perlindungan selama 3 tahun, dosis
pemberian 0,5 cc.
TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa
perlindungan 5 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa
perlindungan 10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa
perlindungan 25 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

PENATALAKSANAAN

Diazepam: spasme dan kejang tetanik 5-10 mg oral tiap 4-6 jam
Fenobarbital: kejang parsial dan kejang umum 1 mg/kg i.m tiap 4-6
jam, tidak melebihi 400 mg/hari
Baklofen: aktivitas spasmolitik <55 th : 100 mcg IT ; > 55 th : 800
mcg IT
Dantrolen: mengurangi kekuatan otot skelet 1 mg/kg i.v selama 3
jam, diulang tiap 4-6 jam apabila perlu.
Penisilin G: Mengganggu pembentukan polipeptida 10-24 juta
unit/hari i.v selama 10-14 hari
Metronidazol: Aktif melawan bakteri anaerob 500 mg per oral tiap 6
jam atau 1 g i.v tiap 12 jam, tidak lebih dari 4 g/hari

PROGNOSIS
monitoring dan oksigenasi suportif secara nyata
memperbaiki prognosis tetanus.
Angka kematian tergantung fasilitas.

KESIMPULAN

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik serta gejala


yang muncul maka dapat ditetapkan bahwa pasien
memang menderita tetanus.

Anda mungkin juga menyukai