Anda di halaman 1dari 1

Dr. Muhammad Manshur. 2003. Fikih Orang Sakit. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

WUDHU
A. Orang Sakit tidak Mampu Berwudhu
Maksudnya ialah orang sakit tidak mendapatkan kesulitan di luar batas kemampuannya
saat berwudhu, tidak mendapatkan mudharat atau bahaya, atau tidak merasa sakit, sakitnya
tidak bertambah parah, yaitu berdasarkan rekomendasi seorang dokter muslim yang mahir
serta berdasarkan pengalaman pribadi, atau dia tidak mampu namun mendapatkan orang yang
membantunya untuk berwudhu tanpa mendapat mudharat, dan bentuk-bentuk lain dari bentuk
kemampuan. Orang seperti ini wajib berwudhu, yang dengannya akan diberi pahala jika
melakukannya, dan berdosa jika tidak melaksanannya serta shalatnya tidak sah.
Nabi saw bersabda:

Artinya: Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kamu jika berhadats
hingga dia berwudhu.(HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Ketika berwudhu, ia wajib mengerjakan seluru fardhu wudhu, yaitu niat wudhu saat
memulai (menurut madzhab Hanafi, niat adalah sunnah muakkad, di mana pekakunya diberi
pahala jika mengerjakan dan tidah berdosa jika meninggalkannya serta wudhu tidak batal),
mencuci anggota tubuh yang wajib dicuci satu kali, yaitu wajah, kedua tangan hingga siku,
kepala, dan mencuci kedua kaki hingga mata kaki.
Adapun sunnah wudhu, apabila dilakukan maka akan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan tidak menjadi sebuah dosa. Wudhu tetap sah dan tidak batal, meski tidak
mendapat tambahan pahala.
B. Yang Tidak Mampu Berwudhu
Yaitu, orang yang sakit dan tidak mampu bergerak atau mendapat kesulitan luar biasa
ketika berwudhu, atau mendapatkan mudahrat seperti mendapatkan kesakitan atau bertambah
paranya penyakit, atau tidak mendapatkan orang yang bisa membantunya berwudhu, atau
tidak mendapatkan air dan kalaupun ada, sangat sulit didapatkannya, atau airnya sedikit dan
hanya untuk persediaan makan minum, dan serta hambatan lain yang dibenarkan syari

Anda mungkin juga menyukai