Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

DIAGNOSTIK MOLEKULER
radioimmunoassay

OLEH :
KELOMPOK V (LIMA)
SUSILAWATI / N121 09 505
SARI ELFITRINA / N121 09 532
NURMA AYU FERNATUBUN / N121 09 564
FEBRI DITA WARDHANI / N12 09 549

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi nuklir sekarang ini semakin berkembang seiring dengan
meningkatnya pemanfaatan teknologi nuklir dalam berbagai bidang. Hal ini juga
didukung dengan semakin berkembangnya teknologi. Salah satu pemanfaatan
teknik nuklir yaitu dalam deteksi konsentrasi suatu hormon dengan cara pelabelan
hormon radio-isotop spesifik menggunakan aplikasi teknik nuklir dengan teknik
Radioimmuno Assay (RIA), untuk mendeteksi hormon progesterone. RIA
merupakan satu cara untuk memberi dukungan dalam rangka peningkatan
efisiensi reproduksi terutama yang berkaitan dengan ad
anya kelainan saluran reproduksi, dan dilakukan melalui deteksi
konsentrasi hormon progesterone dalam serum.
RIA (Radioimmunoassay) adalah salah satu teknik immunoassay yang
lebih baik dan lebih sensitif. Pada dasarnya, semua prinsip-prinsip desain assay
EIA didasarkan pada kesimpulan yang diambil dari penggunaan RIA. Meskipun
RIA masih merupakan teknik yang layak, namun sebagian besar telah digantikan
oleh CL dan EIA di sebagian besar laboratorium klinis. Berbagai radioisotop
dimanfaatkan dalam pemeriksaan RIA,. Baik CL dan EIA memiliki keunggulan
pada reagen yang lebih stabil dan dapat memiliki batas deteksi yang lebih sensitif,
serta tidak ada masalah dengan pembuangan limbah berbahaya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian radioimmunoassay
RIA Radioimmunoassay pertama kali dikembangkan oleh Rosalyn Yalow
(1921-)dan Solomon A. Berson (1918-1972) dari amerika serikat, pertama kali
mereka bekerja untuk mempelajari tentang hormon khusunya insulin yaitu
hormon yang mengatur kadar gula dalam darah. penelitian mereka membuktikan
bahwa

DM

tipe

II

disebabkan

oleh

insulin

yang

tidak

efisien.

sebelumnya,diperkirakan bahwa DM hanya terjadi karena kekurangan insulin.


kemudian mereka menemukan RIA pada tahun 1959. RIA bisa mendeteksi dan
mngukur triliunan gram substansi per ml darah. karena limit deteksi yang sangat
baik ini makan RIA digunakan sebagai peralatan laboratorium standar. digunakan
untuk mendeteksi jumlah yang sangat kecil dalam darah
Radioimmunoassay adalah teknik nuklir yang banyak digunakan untuk
mengetahui konsentrasi hormon. Pengujian ini menggunakan antibodi yang
spesifik untuk hormon sebagai protein terikat (technical reports series No
233,1984).
B. Prinsip RIA
Prisip dasar dari radioimmunoassay ini adalah reaksi antara antigen dan
antibody di dalam reaksinya ini yang utama adalah sifat kekhususannya, sebuah
antigent yang bereaksi dengan antibody yang spesifik untuknya dan tidak
mengadakan reaksi silang (cross reaction) dengan tipe antigent yang sama. Bahan
pereksi dalam radioimmunoassay ialah antigen radioaktif dan antibody spesifik.
Dasar kerja RIA adalah Untuk mengetahui perbandingan konsentrasi antibody
yang terdapat pada bagian dalam tabung dan antigen yang terdapat didalam
sampel dengan menggunakan radio aktif. Persaingan konsentrasi antigen sampel
dapat ditentukan dari reaksi reduksi pengikatan konsentrasi antigen dari antibody
yang terdapat pada bagian dalam tabung.

prinsip RIA sederhana,yaitu: isotop di mix dengan antibodi kemudian disisipkan


pada sampel darah pasien. substansi non radioaktif dalam darah akan
menggantikan posisi radioaktif pada antibodi yang mengakibatkan radioktif lepas.
radiaoktif yang bebas ini kemudian diukur untuk menentukan berapa banyak
substansi dalam darah..
Menurut Cook (1990), anti serum untuk hormon yang diuji harus memiliki
spesifik yang tinggi. Ketelitian ini dapat dikurangi dengan syarat bahwa sampel
hormonal berlabel mempunyai kemurnian yang luar biasa. Anti serum mempunyai
efiditas yang tinggi untuk anti gen hormon dan diperlukan titer yang tinggi.
Cairan anti serum yang diguanakan antara 1 : 10.000 dan 1 : 100. Hormon
berlabel menunjukkan reaksi pada antibody dengan cara yang sama dengan
hormone yang tidak berlabel. Ini tidak dapat terjadi jika atom iodine relative lebih
besar dari molekul hormon dalam kompirgurasi yang ditumpangi.
Metode radioimmunoassay (RIA) mempunyai 2 jenis prinsip yaitu
kompetitif dan non kompetitif. Prinsip non kompetitif yang paling banyak di
gunakan adalah sandwich. Prinsip dasar dari sandwich adalah reaksi suatu
antibodi dalam konsentrasi yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen.
Bagian dari antigen yang bebas dan yang terikat yang timbul sebagai akibat dari
penggunaan antobodi dalam kadar yang terbatas ditentukan dengan menggunakan
antigen yang diberi label radio isotop. Ada dua jenis pendeteksian dengan RIA
yakni competitive RIA dan sandwich immunoradiometric assay (IRMA). Pada
competitive RIA, sejumlah tertentu antibodi diimobilisasi (ditempelkan) pada
suatu fase padat misalnya dinding tabung plastik. Sampel pasien yang mungkin
mengandung biomolekul (misalnya patogen) ditambahkan bersama dengan
sejumlah tertentu biomolekul berlabel radioaktif yang akan berinteraksi dengan
antibodi yang timbul. Intensitas signal radiasi dari biomolekul berlabel radioaktif
yang terikat pada antibodi yang menempel pada dinding tabung akan berbanding
terbalik dengan konsentrasi biomolekul dalam sampel. Sandwich IRMA khusus
dipergunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur suatu biomolekul yang
berukuran besar. Langkah pertama adalah membuat antibodi berlebihan yang
terimobilisasi, langkah berikutnya adalah menambahkan biomolekul yang akan

ditentukan yang ditempelkan pada antibodi tersebut. Jika biomolekulnya sama


seperti antibodi yang terimobilisasi, mereka akan berikatan dengan antibodi dan
membentuk lapisan pertama sandwich. Antibodi kedua yang berlabel radioaktif
kemudian ditambahkan. Antibodi ini akan menempel pada epitope (daerah) yang
berbeda dari biomolekul yang sama dari antibodi yang terimobilisasi. Ini akan
berikatan sebagai lapisan atas sandwich. Signal radiasi akan sebanding dengan
konsentrasi biomolekul dalam sampel.

Gambar 1. Prinsip dasar teknik competitive RIA dan sandwich IRMA.


Pada prinsip kompetitif bahan yang mengandung antigen yang berlabel
dan antigen yang terdapat di dalam sampel akan diberi label radio isotop sehingga
terjadi kompetisi antara antigen yang akan ditentukan kadarnya dan antigen yang
diberi label dalam proses pengikatan antibodi spesifik tersebut sampai terjadi
keseimbangan. Sisa antigen yang diberi label dan tidak terikat dengan antibody
dipisahkan oleh proses pencucian. Setelah itu dilakukan penambahan konyugate,
sehingga terjadi pembentukan kompleks imun dengan konjugate. Jumlah antigen
berlabel yang terikat, antibodi pada fase padat, dan conjugate dapat ditentukan
dengan suatu radiation counter atau gamma counter. Pada pemeriksaan hormon,
label radio isotop yang digunakan adalah isotop 125 I untuk hormon LH dan

progesteron estrogen dan HPL, 131I, untuk testoteron , 3 H dan 57Co untuk FSH
(7,10,11). Berikut gambar prinsip radioimmunoassay kompetitif.
Keuntungan metode RIA adalah :
a. Sensitivitas dan presisi yang tinggi
b. Mudah dikerjakan
c. Pekerjaannya lebih cepat dan tidak memerlukan sampel yang besar.
Kerugian metode RIA adalah :
a. Reagen kurang stabil
b. Memerlukan proteksi terhadap bahan radioaktif (radioactive hazardous)
Metode

radioimmunoassay

(RIA)

mempunyai

kemampuan

untuk

menentukan zat-zat fisiologis dalam tumbuh sampai kosentrasi yang sangat


rendah sekali hampir sekitar nanogram (ng = 10) dan bahkan mencapai
konsetrasi pictogram (pg = 10 ) untuk setiap 1 ml. metode ini sangat penting
dalam peptide dan hormon steroid yang terdapat dalam plasma yang kosentrasinya
rendah. Metode RIA ini tergantung kepada kompetisi untuk mendapatkan tempattempat kedudukan (ikatan) pada antibody yang spesifik dari suatu zat tertentu
antara zat tertentu di dalam serum dan zat yang sama ditandai dengan unsur
radioaktif. Zat ini misalnya suatu hormon seperti thyroxin ,FSH,LH dan lainya.
Dasar kerja radioimmunoassay adalah pengikatan antigen progesteron yang
terkandung dalam serum dengan progesteron antibody spesifik yang di lapiskan
pada dinding tabung. Sisa anti bodi yang spesifik yang tidak diikat oleh antigen
progesteron sample akan mengikat 125I. makin banyak 125I yang terpecah berarti
semakin sedikit kadar progesteron di dalam saple (maryati, 1985).
Menurut partodihardjo (1985) metode RIA ini sangat peka terhadap
pengukuran hormon sampai sekecil 10 pikogram (0,01 mugmilimikogram). Pada
metode ria ini yang diukur adalah daya immunologinya dan bukan daya biologi
hormon.
C. Penggunaan RIA untuk pemeriksaan dilaboratorium
Suatu metoda diagnostik menggunakan Radionuklida yang direaksikan
dengan bahan biologis tubuh manusia untuk menentukan kadar zat tertentu di
dalam tubuh (darah, urin, dll) , Metoda yang digunakan adalah metoda Radio
Immuno Assay (RIA) dan Immuno Radiometric Assay (IRMA). Jenis

pemeriksaan yang dilakukan antara lain : Tumor Marker (AFP, CEA, PSA,
CA125, CA15-3) ; Hormon Tiroid (T3, T4, T3U, FT4, TSHs, TBG, Neonatal TSH
dan Neonatal FT4) ; Hormon Reproduksi (FSH, LH, Prolaktin, Estradiol 17-Beta,
Estriol, Progesteron, Testosteron, HCG, dll) ; Mikroalbumin ; Hepatitis B.
Pemeriksaan ini berdasarkan ikatan antigen antibody sehingga nilai yang
diperoleh jauh lebih akurat dari metoda ELISA dan metoda RIA-IRMA tidak
terpengaruh oleh beberapa faktor eksternal
D. Prinsip Kerja Teknologi RIA Progesteron (P4)
Teknologi yang paling banyak digunakan untuk peningkatan populasi
ternak, khususnya ternak ruminansia saat ini masih menggunakan teknik
Inseminasi Buatan (IB; artificial insemination).

Selain dari keuntungan-

keuntungan yang telah disebutkan sebelumnya, pemanfaatan IB cenderung


meningkat dengan memperhatikan beberapa faktorlain, diantaranya adalah efisien
dalam penggunaan sperma pejantan, lebih murah, mudah diterapkan hingga
tingkat petani ternak kecil, dan mudah dipantau. Keberhasilan pelaksanaan IB
tergantung pada akurasi hasil pengamatan terhadap gejala-gejala berahi ternak.
Pengamatan berahi dilakukan berdasarkan pada kondisi dan tingkah laku ternak,
seperti berkurangnya nafsu makan ternak, saling menaiki antara satu dengan yang
lain (mounting), vulva vagina yang membengkak, dan keluarnya lendir dari vulva.
Agar kondisi berahi dapat diketahui secara lebih tepat, aplikasi teknik
nuklir (TN) yang didasari dengan ikatan antigen dan antibodi dapat dilakukan,
yang dikenal dengan radioimmunoassay (RIA). Teknik RIA merupakan suatu
cara pengukuran yang bersifat indirect, karena dasar dari teknik RIA ini adalah
kompetisi antara hormon yang dilabel dengan radioisotop dengan hormon yang
sama tetapi tidak dilabel (dalam sampel) untuk bersaing berikatan dengan antibodi
hormon yang diukur. Salah satu hormon yang spesifik terhadap kondisi berahi
ternak adalah hormon progesteron. Dengan me-label hormon progesteron dengan
radioisotop iodium-125 (125I), dan selanjutnya dengan membiarkan terjadinya
kompetisi antara antibodi yang berasal dari sampel dengan antibodi yang berlabel,
kondisi berahi sebenarnya (true estrus) dapat diketahui dengan tepat.

Gambar.2 Prinsip dasar radioimmunoasaay; kompetisi antigen dengan antibodi.


Dengan diketahuinya teknik RIA progesteron ini, maka pelaksanaan
program peningkatan populasi ternak melalui IB dapat ditingkatkan laju
keberhasilannya dan diharapkan akan bersifat lebih ekonomis. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, pengamatan berahi didasarkan pada tingkah laku
ternak sapi perah yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan IB,
menunjukkan nilai jumlah IB per kebuntingan (service per conception; S/C)
berkisar antara 2,9 3,6, khususnya pada ternak multiparus (yang telah melahirkan
atau paritas > 2). Keadaan ini menunjukkan bahwa IB dilakukan pada saat fase
luteal atau anestrus. Status biologis ternak post partum untuk dapat dikawinkan
kembali tergantung padabeberapa hal, antara lain: ketepatan deteksi berahi secara
visual, status fisiologis indung telur ternak, tingkat kualitas pakan, dan kondisi
lingkungan ternak. Munculnya siklus berahi dan keberhasilan IB pasca
melahirkan dengan tanpa pengulanganlayanan IB merupakan keuntungan
ekonomis dalam suatu sistem pemeliharaan ternak. Namun,dengan tidak adanya
keakuratan

dalam

padakegagalanIB

mendeteksi
di

berahi

lapangan,akan

post

partum,

mengakibatkan

yang

berdampak

panjangnya

interval

waktuantar kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar


akibat biaya pemeliharaan yang dikeluarkan tanpa menghasilkan keturunan (yang
berarti keuntungan).

Pengamatan berahi yang dikombinasikan dengan memperhatikan kondisi


atau status fisiologis indung telur masih jarang dilakukan,khususnya pada ternak
ruminansia besar post partum. Fase luteal merupakansalah satu kondisi fisiologis
pada organ reproduksi dapat digunakan sebagai acuan dalam mendeteksi
munculnya berahi secara lebih akurat. Pada fase ini korpus luteum pada ovarium
mensekresikan hormon progesteron. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
keberadaan konsentrasi hormon progesteron dalam plasma, serum dan susu
ditentukan dengan adanya korpora lutea (KL) yang terbentuk setelah pelepasan sel
telur (ova) pada ovarium.
E. Prosedur RIA
Prosedur RIA Sebagai Berikut :
1. Darah masing-masing di pipet 100 ul dan di masukkan ke dalam tabung yang
telah di lapisi oleh lapisan progesteron antibody yang telah diberi label.
2. Tambahkan 1 ml radio isotop 125 I Progesteron lalu kocok dengan
menggunakan vortex mixer kemudian tutup dengan plastic para film dan
disimpan selama 24 jam pada suhu kamar.
3. Setelah disimpan larutan radio isotop di buang kedalam botol khusus, tabung
dikringkan dengan cara dibalik. Selanjutnya progesteron di cacah dengan
gama coanter.
4. Presentase pengikatan progesteron dalam sampel oleh progesteron antibody
spesifik dapat di ketahui dengan membandingkan hasil cacahan 125 I Pada
tabung berlapis antibody tanpa sampel (control).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
RIA (Radioimmunoassay) merupakan salah satu teknik immunoassay yang
lebih baik dan lebih sensitif. metode ini sangat penting dalam peptide dan hormon
steroid yang terdapat dalam plasma yang kosentrasinya rendah. Metode RIA ini
tergantung kepada kompetisi untuk mendapatkan tempat-tempat kedudukan
(ikatan) pada antibody yang spesifik dari suatu zat tertentu antara zat tertentu di
dalam serum dan zat yang sama ditandai dengan unsur radioaktif
B. Saran
Diharapkan agar teknik radioimmunoassay ini dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Linde. R dan Goshin J.P. Reproduction. In James P.G. Lawrence V.B (eds),
immunoassay Laboratory Analysis and Clinical Application. 1994. Boston
Butterworth-Heineman
2. http://www.discoveriesinmedicine.com
3. http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang
_pangan/1coboc-1/Teknik RIA Progesteron untuk Peningkatan Kinerja Reprod
4. http://agusrusdiana.blogspot.com/2011/04/v-behaviorurldefaultvml-o.html
5. http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang
_pangan/1coboc1/Teknik%20RIA%20Progesteron%20untuk%20Peningkatan
%20Kinerja%20Reproduksi%20dan%20Produksi%20Ternak

Anda mungkin juga menyukai