Risktek PKPP
Risktek PKPP
pada tahun 2010 baru mampu mengangkut penumpang sebesar 69 persen. Faktor lain
yang menjadi kendala adalah SDM penerbangan yang terbatas jika dibandingkan dengan
pertumbuhan airline saat ini dan masalah teknis pengoperasian. Nyata bahwa
penerbangan perintis menghadapi berbagai permasalahan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengkajian dengan tujuan untuk melakukan optimalisasi strategi penerbangan
perintis di Indonesia, khususnya di wilayah bagian Timur, yang ditinjau dari
pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan Iptek (aspek sumberdaya, armada,
infrastruktur
serta
primer yang digunakan dalam kajian ini diperoleh dari para pemangku kepentingan
(stakeholder) dan berbagai sumber lainnya dengan melakukan wawancara atau diskusi
dan data sekunder diperoleh dari studi literatur. Selanjutnya menguraikan atau
mendeskripsikan berbagai aspek dari kondisi lingkungan strategis penerbangan perintis
untuk dianalisis dengan metode SWOT. Dengan menggunakan metode tersebut, dapat
dianalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan peluang dan tantangan yang
terjadi dalam pelaksanaan penerbangan perintis nasional. Keluaran yang akan dihasilkan
dari penelitian ini adalah rumusan strategis optimalisasi pengembangan penerbangan
perintis di Indonesia bagian Timur.
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau
17.508 buah, luas wilayah daratan 2.012.402 km2 dan luas wilayah perairan 5.877.879
km dengan panjang garis pantai 81.000 km.1 Secara geografis, Indonesia memiliki
banyak perbukitan dan pegunungan dengan banyak kepulauan. Dengan kondisi geografis
tersebut banyak daerah-daerah terluar, terpencil, dan tertinggal
yang sulit
untuk
dijangkau baik melalui darat maupun laut. Oleh karena itu, diperlukan transportasi udara
untuk membangun konektivitas dan memobilisasi daerah-daerah tersebut guna
pemerataan pembangunan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Memperhatikan kondisi geografis yang serba sulit dan untuk memenuhi kebutuhan
transportasi udara guna mengakses daerah yang belum terakses transportsi darat dan
laut, penerbangan perintis sangat dibutuhkan di wilayah-wilayah tersebut. Penerbangan
perintis adalah rute-rute penerbangan untuk daerah yang hanya bisa dijangkau dengan
pesawat udara, tidak ada jalan darat yang tembus ke pegunungan.
daerah-daerah
yang
terisolir
sehingga
mampu
mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sosial budaya didaerah tersebut. Selain itu
pelayanan pendidikan dan kesehatan ke daerah-daerah pedalaman dapat terlayani.
Hal ini terjadi antara lain dikarenakan jumlah pesawat yang terbatas
dan sudah banyak yang berumur lebih dari 35 tahun atau sudah melewati laik terbang,
sedangkan tingkat kebutuhan terhadap pesawat sejenis cukup tinggi.
1
Republik Indonesia 2025.www Indonesia.go.id.option.com. content & task. download. Januari 2010
Dalam catatan Direktorat Angkutan Udara, pada tahun 2010 kebutuhan angkutan
udara perintis di Indonesia berjumlah 118 rute meliputi 14 propinsi dan 89 kota.2 Maskapai
yang melayani rute perintis hanya bisa melakukan 10.546 penerbangan dari target 12.485
penerbangan. Sementara jumlah penumpang yang diangkut hanya 69 persen dari target.
Dari 161.089 penumpang yang ditargetkan, yang bisa terangkut sebanyak 110.768
penumpang. Tidak tercapainya target tahun lalu banyak disebabkan oleh faktor cuaca
yang ekstrem seperti di Papua, Sumatera dan Kalimantan.3
Faktor lain yang juga menjadi kendala pencapaian target adalah masalah teknis
pengoperasian
pesawat.
Dimana
tidak
tersedianya
pesawat
cadangan
untuk
menggantikan pesawat yang beroperasi ketika terjadi masalah. Persoalan klasik pada
penyelenggaraan transportasi udara adalah sarana dan prasarana, mulai dari alat
navigasi, landasan dan pengamanan sekitar Bandar udara. Pengawasan bandara yang
telah dibangun pun kurang baik, mengingat ada bandara yang sama sekali telah lama
tidak dimanfaatkan karena tidak adanya operator yang melayani rute tersebut. Langkanya
pilot juga berimbas pada sulitnya mencari tenaga bangsa sendiri yang mau bekerja di rute
perintis, selain itu juga adanya diskriminasi dalam pembayaran upah pilot, karena ada
operator yang memakai tenaga pilot asing. Permasalahan lain pada penerbangan perintis
adalah
penyediaan
dan
mahalnya
bahan
bakar,
penyebabnya
adalah
biaya
Penguatan konektivitas
Kementerian Perhubungan. Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Sipil di Indonesia. Jakarta, 2010
Kementerian Riset dan Teknologi. Naskah Akademik Prototipe Pesawat N 219. www ristek.go.id. Jakarta, Juli 2011
nasional ini merupakan salah satu strategi utama yang ditetapkan dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah
diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 27 Mei 2011 di Jakarta. 4
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian dari 4 (empat) elemen kebijakan
nasional salah satunya adalah Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Komponen
Pembentuk Postur Konektivitas Nasional untuk Sistranas mencakup 7 hal, dimana
komponen komponen yang khusus menyangkut transportasi ada 4 hal diantaranya : (1)
keselamatan transportasi; (2) Pengusahaan Transportasi; (3) Jaringan Transportasi; (4)
Peningkatan SDM dan Iptek.5
itu,
merupakan wilayah Koridor Ekonomi Indonesia yang memiliki potensi sangat besar untuk
dikembangkan tetapi merupakan daerah yang masih relatif tertinggal dibandingkan
wilayah Indonesia bagian Barat.
1.2.
Permasalahan
Permasalah yang dihadapi oleh jasa penerbangan perintis adalah :
1. Kondisi alam yaitu faktor cuaca dan kondisi alam yang ekstrem, sehingga untuk
meminimumkan terjadinya kecelakaan perlu memodernisasi teknologi, yaitu
teknologi navigasi harus dimodernkan agar tidak terjadi kesalahan assessment
2. SDM meliputi penerbang, mekanik penerbang, personil pemandu lalu lintas udara
7
Banyak memakai tenaga pilot asing, karena tidka adanya potensi tenaga kerja
daerah
4 Kementerian Koordintor Bidang Perekonomian. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025,
Jakarta 2011
5 Ibid
6 Lapan RI. Lokakarya DEPANRI 2011. Jakarta, Lapan, Nopember 2011
7
Capt Shadrach M. Nababan, Prediksi Kebutuhan SDM Penerbangan (aviation professionals) Untuk Penerbangan Perintis 5
s/d 20 Tahun Mendatang, disampaikan pada Lokakarya DEPANRI, 22 November 2011
Pesawat :
1.3.
penerbangan perintis yang memuat optimalisasi peningkatan SDM dan iptek termasuk di
dalamnya penguasaan dalam pemilihan jenis pesawat yang sesuai dengan kondisi
geografis Indonesia bagian Timur.
1.4.
Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam perumusan
2.
LANDASAN TEORI
Pada landasan teori akan diterangkan pengertian-pengertian yang berhubungan
Penerbangan
Penerbangan
Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah
udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas
umum lainnya.8
2.2.
melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan
tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara
komersial belum menguntungkan.9
Daerah terpencil merupakan daerah yang memiliki kondisi sosial, ekonomi dan
fisik relatif tertinggal dibandingkan dengan daerah lain atau sekitarnya yang dicirikan oleh
adanya permasalahan seperti rendahnya tingkat kesejahteraan dan ekonomi masyarakat,
rendahnya produktifitas,rendahnya aksessibilitas dan keterbatasan prasarana dan sarana
kawasan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Kawasan tertinggal secara lokasi
pada umumnya berada di kawasan pedalaman, kawasan gugus pulau terpencil, pesisir
pantai atau kawasan perbatasan terpencil. Untuk membuka konektivitas daerah-daerah
ini moda transportasi berupa penerbangan perintis merupakan salah satu upaya dalam
membuka daerah yang terisolir, terpencil dan tertinggal tersebut. Penerbangan perintis
dicirikan oleh beberapa karakteristik sebagai berikut:
a.
8
9
ibid
6
b.
Landasan relatif pendek, unprepared dan hanya bisa didarati pesawat kecil
c.
d.
Untuk
Rute Penerbangan
Rute Penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari bandar udara asal ke
milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi,
yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut
penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran.
2.5.
Rute dapat dikatakan sebagai rute perintis apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 10
1. Menghubungkan daerah terpencil, dimana daerah tersebut tidak ada moda
transportasi lain, dan/ atau kapasitas kurang memadai.
2. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah terpencil, dimana daerah
tersebut berpotensi untuk dikembangkan, menunjang program pengembangan
dan pembangunan daerah, serta mendorong perkembangan sektor lainnya.
3. Mewujudkan stabilitas pertahanan, dimana daerah tersebut berdekatan dengan
wilayah perbatasan negara lain atau daerah tersebut berpotensi untuk
terjadinya kerawanan.
2.6.
10
Bandar Udara
Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik
turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
2.8.
personel operasi pesawat udara : penerbang dan juru mesin pesawat udara
personel perawatan pesawat udara : personel yang telah memiliki lisensi ahli
perawatan pesawat udara.
b.
angkutan udara;
c.
d.
navigasi penerbangan;
e.
f.
keamanan penerbangan.
2.9.
Fasilitas
Yang dimaksud dengan fasilitas meliputi : fasilitas keselamatan dan keamanan,
fasilitas navigasi, fasilitas landas pacu (runway); runway strip, Runway End Safety Area
(RESA), landas parkir (apron); marka dan rambu; dan lain-lain.
2.10.
Navigasi Penerbangan
Navigasi penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari
satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau
rintangan penerbangan. Jenis pelayanan navigasi penerbangan sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. pelayanan lalu lintas penerbangan (air traffic services);
8
b. pelayanan
telekomunikasi
penerbangan
(aeronautical
telecommunication
services);
c. pelayanan informasi aeronautika (aeronautical information services);
d. pelayanan informasi meteorologi penerbangan (aeronautical meteorological
services); dan
e. pelayanan informasi pencarian dan pertolongan (search and rescue).
2.11.
Keselamatan Penerbangan
Keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan
udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
2.12.
Strategi (Strategy)
Strategi adalah suatu rencana terpadu dan komprehensif yang menghubungkan
Optimalisasi
Secara umum, pengertian optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari yang
Sedangkan optimalisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pencarian nilai
terbaik dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi dalam penerbangan perintis yang
sudah dilaksanakan saat ini. Hasil kajian merupakan strategi optimalisasi pengembangan
penerbangan perintis (sesuai dengan Pasal 370, 371 dan 372 dalam UU No. 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan) yang memuat hal-hal antara lain :
Mengoptimalkan keberadaan bandara dan lapangan perintis yang sudah ada;
Harus ada strategi dan teknologi untuk meminimalkan kecelakaan
Mengoptimlakan CNS ATM (Communication, Navigation and Surveillance serta Air
Traffic Management);
Pemerintah segera mengevaluasi kembali kemampuan para pilot dan petugas
bandara di daerah-daerah terpencil;
Harus ada koordinasi antara Kementerian Perhubungan dengan lembagalembaga terkait lainnya.
9
3.
METODOLOGI
3.1.
deskriptif
merupakan
metode
penelitian
yang
berusaha
menggambarkan
dan
Data atau informasi yang diperlukan dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di
lapangan,
diperoleh
melalui
wawancara/konsultasi
dengan
narasumber
untuk
petugas kemanan di
bandara);
Kondisi operator pesawat (jumlah pesawat yang dimiliki, jenis dan kemampuan
pesawatnya);
Peran pemerintah daerah terhadap penerbangan perintis
3.2.
Metode Analisis
Data ataupun informasi yang telah dihimpun selanjutnya dianalisis yaitu dengan
kelemahan/
Weaknesses,
peluang/Opportunities
dan
ancaman/Threat).
Faktor Internal
Strength (Kekuatan)
Weaknesses (Kelemahan)
Faktor Eskternal
Opportunities (Peluang)
Strategi SO :
Strategi WO :
Memanfaatkan peluang
yang ada dengan me
minimalkan kelemahan
Threat (Tantangan)
Memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut
peluang yang sebesarbesarnya.
Strategi ST :
Strategi WT :
Memantaatkan
kekuatan Memantaatkan
tantangan
yang dimiliki untuk mengatasi untuk mengatasi kelemahan
ancaman
yang dimiliki
Perumusan strategi dilakukan dengan penilaian terhadap kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan dengan klasifikasi atau pengkategorian sebagai berikut:
Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan:
o
Low atau rendah, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang
pencapaiannya juga kecil
12
http/Bappeda.tamiang.go.id/uploadfiles/rpjp 2007-2027 lampiran 1. metoda penelitian analisa SWOT pff. Lapoiran Akhir Studi Penyusunan RPJP
Kabupaten Aceh Tamiang 2007-2027. Lembaga Penelidikan Ekonomi Masyarakat. FEUI.
13
Ibid
11
Moderate atau sedang, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun
peluang pencapaian kecil atau sebaliknya
Best atau terbaik, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang
tercapainya besar
Ancaman utama (major threats), adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya tinggi
dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa contingency
planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknya kecil dan
kemungkinan terjadinya kecil.
12
3.3.
Alur Pikir
Alur pikir dalam menganalisis adalah sebagaimana terlihat dalam Gambar 3-1
berikut.
dll
Kebutuhan
Terhadap
Penerbangan
Perintis
Komponenkomponen sistem
transportasi
nasional (MP3EI)
Kemampuan Industri
Pesawat Terbang di
Indonesia (Pesawat
Terbang Perintis)
4.
4.1.
penerbangan sebagai penghasil pilot, sarana dan prasarana meliputi operator pesawat
dan bandara.
Langkanya pilot juga berimbas pada sulitnya mencari tenaga bangsa sendiri yang
mau bekerja di rute perintis. Mereka bukannya tidak mau, namun penghargaan yang
diskriminatif dalam pembayaran upah adalah salah satu penyebab enggannya pilot
14
15
Captain Shadrach M. Nababan, Prediksi Kebutuhan SDM Penerbangan (Aviation Professionals) Untuk Penerbangan Perintis 5 s/d 20 Tahun
Mendatang, disampaikan pada Lokakarya DEPANRI, 22 November 2011
ibid
14
tersebut berlama-lama di perusahaan itu, karena adanya tawaran yang menarik dari
maskapai besar yang sulit untuk ditolak.
Jika pemda serius dapat saja mencari putra daerahnya dan mengirim ke sekolah
penerbangan dalam bentuk kontrak kerja. Sayang juga kalau ada rute perintis yang
disubsidi Negara dinikmati pilot asing, hanya karena tidak adanya potensi tenaga kerja
daerah setempat.
Di Indonesia saat ini terdapat 600 pilot asing, pilot-pilot Indonesia banyak yang
dibajak penerbangan luar negeri. Disisi lain Kementerian Perhubungan menyatakan
bahwa Indonesia masih membutuhkan 400 hingga 500 orang pilot per tahun. Gambar di
bawah ini menunjukkan proyeksi kebutuhan penerbangan.
Untuk memenuhi kebutuhan pilot di Indonesia, sebenarnya jika dilihat dari jumlah
sekolah penerbang yang ada dan kapasitas dalam menghasilkan pilot, masih mampu.
Akan tetapi kenyatannya para operator masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan
pilot. Berikut ini gambaran kemampuan beberapa sekolah penerbangan untuk
menghasilkan pilot:
Setiap jurusan pendidikan terbagi dalam beberapa program studi sesuai dengan
minat dan bakat peserta pendidikan dan pelatihan. Kurikulum dan silabus pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan oleh STPI Curug mengacu pada standar nasional
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) dan International Civil Aviation
Organization (ICAO), sehingga diharapkan setiap lulusan STPI mampu untuk bersaing di
dalam negeri maupun di luar negeri. Setiap jurusan di Sekolah Tinggi Penerbangan
Indonesia memiliki fasilitas kelas dan laboratorium lengkap untuk masing-masing jurusan.
Pesawat latih yang dimiliki oleh STPI terdiri dari jenis : Single Engine seperti Sundowner
C23, Piper Dakota PA-28 dan Tobago TB-10 serta Multi Engine seperti : Beechraft Baron
B-58 dan Beechraft Baron B-58P.
16
Diskusi di Curug
17
19
Alat Simulator
BPA
yang
berkualitas,
maju,
terdidik,
berketrampilan,
berkeahlian,
bermotivasi
dan
Laboratorium
22
Daerah area terbang siswa BPA ada 4 area yaitu: Daerah Cirata, Cianjur, Soreang
dan Banjaran. Area Cross Country antar kota a.l: Halim Perdana Kusuma, Subang,
Penggung, Nusa Wiru (Pangandaran).
4.1.2. Operator Pesawat Terbang Perintis :
Berdasarkan hasil lelang dan kontrak angkutan udara perintis, operator pelaksana
angkutan udara perintis Tahun anggaran 2012 sebanyak 6 (enam) badan usaha angkutan
udara niaga (operator) yaitu: PT. Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air), PT. Trigana Air
Service, PT. Nusa Buana Air, PT. Merpati Nusantara, PT Aviastar Mandiri, PT Sabang
Merauke Raya Air Charter. Rincian subsidi untuk operasional Rp 279,19 miliar dan
penggantian bahan bakar avtur sebesar Rp 17,27 miliar. Dari tender tersebut, maskapai
Nusantara Buana Air (NBA) berhasil mendapatkan kontrak terbanyak dengan nilai Rp
83,3 miliar untuk 32 rute perintis. Kemudian disusul oleh Merpati Nusantara Airlines
(MNA) senilai Rp 70 miliar (40 rute), PT Sabang Merauke Air Raya Charter (SMAC) Rp
38,3 miliar (17 rute), PT Trigana Air untuk Rp 17,6 miliar (11 rute), dan PT Aviastar
Mandiri sebesar Rp 10,9 miliar (4 rute), Adapun PT Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air)
memperoleh15 rute senilai Rp 44 miliar. Wilayah operasi dan jenis pesawat dapat dilihat
pada tabel berikut:16
Tabel 4-1 : Operator, Tipe Pesawat dan Wilayah Operasi
No.
Perusahaan Penerbangan
Tipe Pesawat
DHC 6
DHC 6
Cassa 212
Cessna & PC6
DHC 6
Cassa 212
Wilayah Operasi
Maluku, Papua Barat &
Papua
Kalimantan Tengah
Kaltim, Sulteng, Sulbar &
Sulsel
Kaltim, Papua Barat &
Papua
Timika (Papua)
Aceh, Sumut, Kalbar,
NTT, Maluku & Maluku
Utara
a. Susi Air
Susi Air melayani rute perintis dengan menggunakan pesawat jenis Pilatus Porter,
Cessna Grand Caravan. Susi Air adalah operator terbesar Cessna Grand Caravan di Asia
16
Kementerian Perhubungan. Rapat Koordinasi Angkutan Udara Perintis 2012, Semarang 15-16 Pebruari 2012
23
Pasifik. Cessna Grand Caravan adalah pesawat dengan mesin turboprop tunggal, fixedgear dan merupakan pesawat regional jarak pendek dan pesawat dibangun di Amerika
Serikat oleh Cessna, sedangkan Pilatus Porter adalah pesawat sipil yang dibangun oleh
Pilatus Aircraft dari Swiss.
Susi Air mengoperasikan penerbangan dari 5 Pangkalan Utama, yaitu di Medan
(Sumatera Utara), Jakarta Timur (Jakarta), Jawa Tengah (Cilacap), Jawa Barat
(Pangandaran dan Bandung), Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Jayapura (Papua).
Penerbangan harian yang dijadwalkan akan beroperasi dari Medan untuk Bandar Udara
Nagan Raya (Meulaboh), Bandara Lasikin (Pulau Simeulue),
Bandara
Aek
Godang.
Pesawat
tersebut
dioperasikan
rute-rute
antar-
Tipe Pesawat
Registrasi Pesawat
Jumlah
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
PK-BVK
PK-BVK
PK-BVF
PK-BE
PK-BVD
PK-VVQ
PK-VVP
PK-VVQ
PK-VVR
PK-VVB
PK-VVT
PK-VVU
PK-VVD
PK-BVY
1 pesawat
Ketapang
4 pesawat
Samarinda
2 pesawat
Samarinda
2 pesawat
Manokwari
2 pesawat
Sentani
1 pesawat
Timika
2 pesawat
Wamena
Total
17
14 pesawat
Bahan Rapat Koordinasi Angkutan Udara Perintis TA 2012, Semarang, 15-16 Februari 2012
24
Tipe Pesawat
Grand Caravan
Pilatur Porter
Dornier 228
Twin Otter
Dornier 328
Kapasitas Seat
12
7
19
20
33
Total
Jumlah
4
4
2
1
1
12
Rencana Dioperasikan
Tahun 2013
Tahun 2013
Tahun 2013
Tahun 2013
Tahun 2013
Mimika dilakukan rutin dua kali seminggu menggunakan pesawat Trigana Air dengan
kapasitas 16 penumpang dan tujuh penumpang. Selain itu, penerbangan perintis dari
Timika juga melayani rute ke sejumlah kabupaten tetangga seperti Ewer Kabupaten
Asmat, Kaimana, Ilaga Kabupaten Puncak, Illu dan Mulia Kabupaten Puncak Jaya, Bilogai
Kabupaten Intan Jaya, Kenyem Kabupaten Duga, Kepi Kabupaten Mappi, serta Dekai
Kabupaten Yahukimo. Realisasi angkutan udara perintis PT. Trigana Air Service adalah
sebagai berikut :18
Tabel 4-4 : Rute Trigana Air Service
No.
Rute Perintis
Pesawat
1.
TIMIKA ILAGA
ILAGA - TIMIKA
TIMIKA KOKONAO
KOKONAO TIMIKA
TIMIKA DEKAI
DEKAI TIMIKA
TIMIKA BILOGAI
BILOGAI - TIMIKA
TIMIKA POTOWAI
POTOWAI - TIMIKA
POTOWAI - KAIMANA
KAIMANA - POTOWAI
TIMIKA ILU
ILU TIMIKA
TIMIKA AGIMUGA
AGIMUGA - TIMIKA
AGIMUGA EWER
EWER AGIMUGA
TIMIKA KEPI
KEPI - TIMIKA
TOTAL
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
DHC 6
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Frekuensi
Penumpang
Target
Realisasi
Target
Realisasi
104
104
95
95
96
96
95
95
51
51
51
51
48
48
99
99
99
99
46
46
1568
98
98
90
90
90
90
91
91
54
54
49
49
45
45
96
96
95
95
40
40
1496
94
94
95
95
94
94
96
96
106
106
96
96
94
94
97
97
96
96
87
87
95
1040
1040
950
950
1344
1344
950
950
510
510
510
510
480
480
990
990
792
792
368
368
15868
1591
754
867
708
1284
1167
1496
836
411
398
420
345
623
428
1245
1131
1150
1008
374
388
16624
153
73
91
75
96
87
157
88
81
78
82
68
130
89
126
114
145
127
102
105
105
18
Ibid
25
Pelayanan Angkutan Udara Perintis di Padang, Medan, Ambon dan Ternate. Untuk
melayani rute tersebut NBA memiliki 20 pilot, dibantu pilot dari Angkatan darat
sebanyak 5 orang. Sejak tahun 2009 hingga saat ini (tahun 2012) NBA termasuk
salah satu operator yang memenangkan lelang
2.
3.
Spot Charter
Saat ini NBA memberikan pelayanan sewa kepada perorangan maupun perusahaan
yang membutuhkan penerbangan sesuai dengan kebutuhan mereka.
1 (satu) unit Casa 212-100, pesawat buatan tahun 1979 dengan kapasitas 20 (dua
puluh) penumpang, adalah pesawat yang dibeli secara sewa beli.
2.
4 (empat) unit Casa 212-200, pesawat buatan tahun 1988, 1991 dan 1993 dengan
kapasitas 24 (dua puluh empat) penumpang, adalah milik BPPT yang dioperasikan
oleh NBA dengan kerjasama operasi selama periode 3 (tiga) tahun.
3.
1 (satu) unit Piper Chayenne, pesawat buatan tahun 1979 dengan kapasitas 6
(enam) penumpang, adalah milik BPPT yang dioperasikan oleh NBA dengan
kerjasama operasi selama periode 3 (tiga) tahun
4.
2 (dua) unit helikopter Hughes 369/MD-500, pesawat buatan tahun 1988 dan 1990
dengan kapasitas 4 (empat) penumpang, adalah pesawat yang disewa dari Intan
Angkasa Air Service.
Prospek Usaha :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Permintaan Spot Charter dari perorangan dan Perusahaan yang belum terlayani.
7.
Infrastruktur,
banyak
badan
yang
mengelola
infrastruktur
(Angkasa
Pura,
Kementerian Perhubungan, TNI dan swasta) berdampak pada perbedaan biaya dan
tarif jasa pelayanan.
2.
3.
No.
Type Pesawat
Kapasitas Seat
Jumlah
1.
Jetstream 41
30
Dornier 228-100
19
Rencana Dioperasikan
27
sekitar 40 pilot. PT Merpati Nusantara Airlines melayani rute perintis khusus untuk
wilayah, adalah sebagai berikut:19
2.
3.
4.
5.
6.
FREKUENSI
RUTE PERINTIS
KPA Marauke
Marauke Okaba PP
Marauke Kimam PP
Marauke Bomakia PP
Marauke Mindiptana PP
Tanahmerah Bomakia
PP
KPA Nabire
Nabire Sinak PP
Nabire Ilaga PP
Nabire Illu PP
Nabire Fawi PP
Nabire Sugapa PP
KPA Manokwari
Sorong Ayawasi PP
Sorong Inawatan PP
Sorong Teminabuan PP
Sorong Kambuaya PP
Biak Numfoor PP
KPA Wamena
Wamena Mulia PP
Wamena Dekai PP
Wamena Bokondini PP
KPA Jayapura
Jayapura Batom PP
Jayapura Dabra PP
KPA Tual/Langgur
Ambon Kisar PP
Kisar Saumlaki PP
Saumlaki Larat PP
Langgur Larat PP
Kisar Atambua PP
TARGET REALISASI
1.068
956
208
208
274
262
208
168
274
224
104
94
PENUMPANG
%
90
100
96
81
82
90
TARGET
17.088
3.328
4.384
3.328
4.384
1.664
REALISASI
8.032
1.916
2.592
908
1.976
640
%
47
58
59
27
45
38
936
208
208
208
104
208
810
180
180
146
104
200
87
87
87
70
100
96
11.232
2.496
2.496
2.496
1.248
2.496
6.050
1.364
1.230
1.212
786
1.458
54
55
49
49
63
58
1.040
208
208
208
208
208
1.040
208
208
208
208
208
100
100
100
100
100
100
15.600
3.120
3.120
3.120
3.120
3.120
8.370
1.616
1.328
1.988
792
2.646
54
52
43
64
25
85
624
208
208
208
416
208
208
624
208
104
104
104
104
266
92
112
62
380
192
188
622
208
102
104
104
104
43
44
54
30
91
92
90
100
100
98
100
100
100
8.736
2.912
2.912
2.912
6.240
3.120
3.120
9.152
3.744
1.560
1.560
1.248
1.040
1.590
578
852
160
3.018
1.418
1.600
8.638
3.744
1.208
1.256
1.330
1.100
18
20
29
5
48
45
51
94
100
77
81
107
106
Tipe Pesawat
Kapasitas Seat
Jumlah
Rencana Dioperasikan
1.
No.
18
2.
Cassa C - 212
20
Cadangan/back up
19
20
Ibid
Bahan Rapat Koordinasi Angkutan Udara Perintis TA 2012, Semarang, 15-16 Februari 2012
28
Kapasitas Seat
Jumlah
Rencana Dioperasikan
1.
No.
18
2.
Cassa C - 212
20
Tender TA 2013
e.
Aviastar Mandiri
AVIASTAR didirikan pada tanggal 12 Juni 2000 dan beroperasi secara penuh oleh
pilot aktif dan insinyur dengan pengalaman dan pengetahuan yang signifikan dari industri
penerbangan Indonesia, terutama pada pesawat sewa dan jasa. AVIASTAR bertujuan
untuk menjadi operator penerbangan yang berkomitmen untuk keamanan dan
menyediakan
pelanggan
udara
yang
aman
dan
nyaman
kepuasan
piagam
layanan. Optimis, komitmen tinggi dari Direksi dapat membawa kita menjadi operator,
penerbangan kredibel dapat dipercaya, dan bertanggung jawab, belum memiliki integritas
menjadi yang terbaik.
Realisasi angkutan udara perintis PT Aviastar Mandiri adalah sebagai berikut :21
Tabel 4-6 : Realisasi Aviastar Mandiri
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rute Perintis
Frekuensi
Pesawat
Penumpang
Target
Realisasi
Target
Realisasi
98
98
58
58
58
58
100
100
100
100
100
100
980
980
754
754
754
754
1.544
1,413
187
201
337
232
158
144
25
27
45
31
Palangkaraya-M.Teweh
DHC 6/300
M.Teweh - Palangkaraya
DHC 6/300
Palangkaraya Buntok
DHC 6/300
Buntok Palangkaraya
DHC 6/300
DHC 6/300
DHC 6/300
98
98
58
58
58
58
DHC 6/300
56
56
100
728
488
67
DHC 6/300
56
56
100
728
393
54
DHC 6/300
30
30
100
150
113
75
DHC 6/300
30
30
100
150
57
38
600
600
100
6.732
4.965
74
Palangkaraya Kuala
Pembuang
Kuala Pembuang Palangkaraya
Palangkaraya Tumbang
Samba
Tumbang Samba Palangkaraya
TOTAL
21
Ibid
29
No.
Tipe Pesawat
Registrasi Pesawat
Jumlah
Keterangan
1.
PK-BRP
operate
Tipe Pesawat
Kapasitas Seat
Jumlah
Rencana Dioperasikan
1.
18
Penambahan armada
Tipe Pesawat
Kapasitas Seat
Jumlah
Rencana
Dioperasikan
1.
f.
18
Penambahan armada
MAC (Malaysia Air Charter), perusahaan patungan antara Malaysia dan Indonesia
partnership.In 1972, rekanan Indonesia membeli seluruh saham yang dimiliki oleh
Malaysia dan mengubah nama perusahaan menjadi PT. Sabang Merauke Raya Air
Charter (dikenal sebagai PT. SMAC) dan tumbuh dari pesawat, PA23 Aztec dengan lima
tempat duduk.
Melayani rute-rute pedalaman seperti daerah Mamuju, Toli-Toli, Tarakan, Selayar,
Masamba, Samarinda. PT SMAC mulai melayani rute tersebut sejak tahun 2009. Saat ini
terdapat 2 buah armada pesawat Cassa 212-200. Pada Tahun 2012 ada rencana
penambahan 1 armada tipe pesawat Cessna Grand Caravan dengan kapasitas 9 tempat
duduk.
Target penerbangan dan jumlah penumpang yang diperkirakan akan dilayani oleh
PT Sabang Merauke Raya Air Charter pada tahun Anggaran 2011, serta realisasi
capaiannya adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut :22
22
Ibid
30
31
Tipe Pesawat
Cessna Grand Caravan
Cessna Grand Caravan
Cessna Grand Caravan
Kapasitas Seat
9
9
9
32
Jumlah
1
1
1
Rencana Dioperasikan
2013
2013
2013
23
melayani angkutan udara perintis, masih sangat minim sarana, fasilitas keamanan
penerbangan separti kendaraan PKP-PK, mesin X-Ray baik untuk kabin maupun bagasi
dan WTMD, sehingga dikuatirkan sangat rawan untuk lalu lintas barang-barang
berbahaya, pagar saja tidak punya sehingga warga kerap lalu lalang disana. Pegawai
bandara juga sangat terbatas, kadang-kadang tidak ada ditempat. Petugas pengamanan
juga susah payah lantaran semuanya serba manual.
karena sarana penerbangan juga jelek. Di kampung Tsinga, distrik Tembagapura sudah
dibangun lapangan terbang Mulu, yang berada di ketinggian sekitar 2,000 m di atas
permukaan laut. Lapangan dengan panjang 600 meter dan lebar 18 meter dibangun oleh
PT Freeport Indonesia telah beroperasi sejak tahun 2011 dan telah didarati pesawat
perintis secara regular. Ijin operasi diberikan oleh Dinas Perhubungan Propinsi Papua.
Selama ini pesawat jenis Pilatus Porter milik maskapai Susi Air rutin melayani
penerbangan ke Tsinga dua kali seminggu.24
Jumlah bandar udara untuk Pelayanan angkutan perintis
o
o
o
o
o
o
o
o
Aceh 9
Sumatera Utara 4
Sumatera Barat 4
Bengkulu 3
Kalimantan Timur 9
Kalimantan Barat 4
Kalimantan Tengah 6
Jawa 2 rute
o
o
o
o
o
o
o
o
Sulawesi Barat 4
Sulawesi Tengah 9
Sulawesi Selatan 10
Maluku Utara 7
Maluku - 12
Nusa Tenggara timur 5
Papua Barat 9
Papua 43
Beberapa permasalahan pokok yang sering terjadi pada angkutan udara perintis
antara lain :25
1. Faktor cuaca sangat mempengaruhi pelayanan angkutan udara perintis
2. Beberapa rute penerbangan perintis tidak/kurang efektif, dimana pada pelaksanaan
angkutan udara perintis tidak ada penumpangnya
3. Kebutuhan riil masyarakat di daerah tertinggal, terdepan dan terluar pasca konflik,
belum mendapatkan aksesibilitas pelayanan angkutan udara yang memadai
23
24
25
Pengembangan Pesawat Untuk Angkutan Perintis Udara, disampaikan oleh Direktur Aerostructure, PT DI, dalam
acara Diskusi Pengembangan angkutan Udara, di Hotel Millenium Jakarta.
Penerbangan Perintis dari Timika Layani 17 Rute, 23 Januari 2011, http://www.tibunnews.com/
Permasalahan Inspektorat Jenderal Pada Rapat Koordinasi Angkutan Udara Perintis I, Semarang, 15 Februari 2012
33
penetapan
pendanaan
angkutan
udara
perintis
belum
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
34
4.2.
N219 sengaja dirancang untuk penebangan jarak pendek yang harus dapat
dioperasikan pada landasan tak beraspal di wilayah pegunungan. Untuk perancangan
pesawat N219, PT DI telah melakukan survey langsung ke beberapa bandara yang sulit
dijangkau di pegunungan wilayah Papua. N219 dapat menggantikan pesawat Twin Otter
yang kini sudah tua dan tidak diproduksi.26
Pesawat N219 ditenagai oleh dua buah mesin PT6A-61 yang masing-masing
berkekuatan 850 shaf horse power (SHP) buatan Pratt & Whitney dengan kecepatan
jelajah maksimum 395 km/jam dan kecepatan jelajah ekonomis 352 km/jam. Secara
keseluruhan, produk PT DI ini memiliki 70 % muatan local (local content). Penggunaan
komponen lokal yang mencapai 70 % membuat harga pesawat ini jauh lebih murah
26
Program Pembuatan Prototipe Pesawat N219, disiapkan oleh Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan A;at
Pertahanan, Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian RI, Jakarta, 17 Maret
2011
35
dibandingkan dengan pesawat buatan luar negeri. Dari sekian banyak komponen, hanya
mesin dan avionic yang masih impor dari luar negeri. 27
Pesawat N219 mempunyai karakteristik :
Harga jual pesawat US$ 3.8 million
kandungan industri dalam negeri tinggi
Kapasitas 19 kursiKapasitas 19 kursi, pada 30 pitch
Bermesin ganda masing-masing dengan 850 SHP
STOL, prepared and unprepared runway capability, high wing, fixed landing gear,
unpressurized cabin (Robust)
Disertifikasi pada kategori CASR 23 (commuter category)
Biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah
Berkemampuan high and hot airfield capability
Multi hop capability and quick change configuration (Multi Purpose/combi)
Sederaha dan mudah pemeliharaannya
Memiliki kecepatan manuver yang rendah
Biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah
Berkemampuan Take off & Landing di High and Hot airfield
Performance N219 :
Max. Cruise Speed : 213 kts (395 km/hr)
Economical Cruise Speed : 190 kts (352 km/hr)
Max. ferry range : 1580 Nm
Take-off Distance (35 ft obstacle) : 465 m, ISA, SL
Landing Distance (50 ft obstacle) : 510 m, ISA, SL
Stall speed : 73 kts
Max. Take-off weight : 7270 kg (16000 lbs)
Max. Payload : 2500 kg (5511 lbs)
Rate of Climb 2300 ft/min all engine operative
Range : 600 Nm
27
Pengembangan Pesawat Perintis di Indonesia, 31 Oktober 2011, Yudi Supriyono, pemerhati Alutsista dan
Penerbangan, http:/suaramerdeka.com/
36
Pada tahun 2011 pengembangan pesawat telah masuk dalam tahapan Detail
Engineering Design (DED) untuk pembuatan prototype pesawat. Prototipe N219 yang
dibangun berjumlah dua unit dan ditargetkan pembuatan prototype ini tuntas pada tahun
2013. Diharapkan pemerintah daerah dan maskapai penerbangan membeli pesawatpesawat kecil produksi PT DI dan mengoperasikannya ke daerah-daerah yang
membutuhkan.
4.3.
4.3.1. Regulasi
a. Regulasi Terkait Kegiatan Pendidikan Penerbang
Menteri
Perindustrian
No
11/M-IND/PER/3/2006
Tentang
Kandungan Lokal
Peraturan Menteri Perindustrian No.125/M-IND/per/10/2009 Tentang Peta
Panduan (road map) pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :
- KM 49 Tahun 2005 Tentang System Transportasi Nasional (Sistranas)
- KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
RPJP Kementerian Perhubungan 2005-2025 Tentang Transportasi Nasional
RPJP
Kementerian
Perhubungan
tahun
2001-2025
TUJUAN
28
Pembentukan Payung Hukum Dalam Pengembangan Prototipe Pesawat N-219, Bahan Rapat Panitia Teknis
DEPANRI, Kantor LAPAN, 28 Juli 2011
38
a.
Indonesia,
Lembaga-lembaga
tertentu
atau
perorangan
WNI
yang
telah
d. Kebijakan Keperintisan :
Angkutan udara perintis adalah angkutan udara niaga yang melayani jaringan dan
rute penerbangan perintis secara berjadwal. Rute dapat dikatakan sebagai rute
perintis apabila memenuhi kriteria :
1) Menghubungkan daerah terpencil, dimana daerah tersebut tidak ada moda
transportasi lain, dan/ atau kapasitas kurang memadai.
2) Mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah terpencil, dimana daerah
tersebut berpotensi untuk dikembangkan, menunjang program pengembangan
dan pembangunan daerah, serta mendorong perkembangan sektor lainnya.
3) Mewujudkan stabilitas pertahanan, dimana daerah tersebut berdekatan dengan
wilayah perbatasan negara lain.
2)
Jenderal
Perhubungan
Udara
terlebih
dahulu
memberikan
Jasa
yang
secara
langsung
menunjang
kegiatan
penerbangan.
- Pelayanan jasa yang secara langsung atau tidak langsung menunjang
kegiatan bandar udara.
3) Pelaksanaan usaha kegiatan jasa penunjang Bandar udara dapat dilaksanakan
oleh :
Unit pelaksana teknis/satuan kerja Bandar udara, pada Bandar udara yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/kota.
unit pelaksana dari badan usaha kebandarudaraan, pada Bandar udara
yang diselenggarakan oleh badan Usaha kebandarudaraan; atau
Badan hukum Indonesia atau perorangan.
Dalam rangka penanaman modal asing, untuk berusaha dibidang usaha
kegiatan penunjang Bandar udara dipersyaratkan berpatungan dengan
Badan Hukum Indonesia.
Udara.Bandar udara yang terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar
negeri ditetapkan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek sebagai berikut :
5. Kebijakan Pentarifan
a. PengaturanTarif di Bidang Angkutan Udara :
Pelayanan jasa angkutan udara harus memperhatikan keselamatan, keamanan,
kecepatan, kelancaran, ketertiban, keteraturan dan efisiensi dengan biaya yang wajar
serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Masyarakat Indonesia mempunyai
kesempatan yang sama untuk menikmati jasa pelayanan angkutan udara dengan tarif
yang dapat terjangkau dan tetap memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan
penerbangan.
b. PengaturanTarif Angkutan Udara Dalam Negeri :
Kebijakan pengaturan tarif angkutan udara dalam negeri mengacu pada hal-hal
sebagai berikut :
1) Pelayanan jasa angkutan udara mengacu pada standard internasional yang
dikeluarkan oleh ICAO.
2) Dalam penetapan struktur dan golongan tarif angkutan udara niaga dalam negeri,
pemerintah memperhatikan kepentingan masyarakat dan penyelenggara angkutan
udara niaga.
3) Struktur tarif dibedakan atas struktur tarif pelayanan ekonomi dan struktur tarif
pelayanan non ekonomi. Untuk struktur tarif pelayanan ekonomi terdiri atas tarif
dasar dan tarif jarak sedangkan untuk struktur tarif pelayanan non ekonomi terdiri
atas tarif pelayanan ekonomi dan tarif pelayanan tambahan
4) Golongan tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
dikategorikan menjadi tarif pelayanan ekonomi dan tarif pelayanan non ekonomi
5) Pemerintah menetapkan standard minimum pelayanan jasa angkutan udara.
6) Masing-masing jenis pelayanan memiliki persyaratan minimum dan dapat
dikembangkan oleh masing-masing penyedia jasa.
7) Jenis tarif dibedakan berdasarkan segmen pasar yaitu :
8)
penumpang dan atau kargo angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
Tarif angkutan udara dalam negeri kelas ekonomi batas atas ditetapkan oleh
Pemerintah yang berorientasi pada kepentingan dan kemampuan masyarakat.
9)
Tarif angkutan udara dalam negeri kelas non ekonomi diserahkan kepada
mekanisme pasar dan berorientasi pada kelangsungan dan pengembangan usaha
angkutan.
44
45
Tarif
umum ditetapkan
Pengembangan Usaha.
Besaran tarif pelayanan jasa kebandarudaraan pada bandar udara umum yang
diselenggarakan oleh pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
oleh
Pemerintah
kabupaten/Kota
ditetapkan
dengan
Peraturan Daerah.
5.
Saat ini, meskipun jumlah penumpang udara di Indonesia terus meningkat sampai
40 jutaan setahun, namun umumnya masih dinikmati oleh warga di perkotaan.
Penerbangan perintis masih dibutuhkan di sejumlah wilayah kepulauan. Kondisi geografis
Indonesia yang serba sulit membuat kebutuhan terhadap penerbangan perintis sangat
dibutuhkan di wilayah-wilayah tersebut. Penerbangan ini dirasakan sangat membantu
masyarakat untuk meningkatkan akses ke daerah luar. Dengan pesawat perintis waktu
tempuh menjadi lebih cepat dan biaya yang lebih rendah. Penerbangan perintis
digunakan untuk alat transportasi bila pemerintah berkunjung ke daerah, untuk
mengangkut bahan bakar dan bahan kebutuhan pokok. Peran penerbangan perintis
sangat diperlukan untuk membuka daerah-daerah terisolir, mengembangkan dan
membangun
daerah
sehingga
mampu
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
dan
peningkatan sosial budaya di daerah, untuk menopang industri pariwisata serta mampu
memberikan kontribusi nyata pada pembangunan nasional. Sebagian penerbangan
perintis di beberapa wilayah di Indonesia masih menggunakan pesawat perintis produksi
lama. Beberapa diantaranya tidak layak pakai atau sudah uzur, sehingga diperlukan
pesawat perintis yang lebih modern, cepat, ekonomis, dan nyaman untuk menjangkau
antardaerah dan antarpulau.
Jumlah rute penerbangan perintis di Indonesia saat ini terus berkembang, antara
lain di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Maluku, Nangroe Aceh
Darussalam, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dll. Rute Pelayanan Penerbangan Perintis
seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini :29
Tabel 5-1 : Rute Penerbangan Perintis di Indonesia
Propinsi
Frekuensi/minggu
12
5
2
4
3
5
9
8
3
11
12
6
7
44
18
7
4
7
3
9
9
10
5
18
16
8
14
67
29
Suryono, Potensi Industri Pendukung Untuk Pesawat Terbang Perintis, Kementerian Perindusrian, disampaikan pada
Lokakarya DEPANRI, Puspiptek-Serpong, 22 November 2011
47
No.
Wilayah/rute
2015
2020
2025
Sumatra
9-11
10-13
12-15
14-19
Jawa
6-9
7-10
9-14
12-17
Nusa Tenggara
12
15
19
23
Papua
Maluku
Sulawesi
9-16
10-14
13-18
15-23
Kalimantan
51-63
60-68
73-86
88-106
JUMLAH
Contoh Kebutuhan Pesawat Udara Kecil di Papua dan Irian Jaya Barat ( tanpa
pengembangan runway )
No.
1.
Jenis Pesawat
DHC-6 Series
Kebutuhan Pesawat
2015
2020
2025
7
7
8
2010
6
2030
8
6.
6.1.
6.2.
Analisis SWOT
6.3.
7.
PENUTUP
7.1.
Kesimpulan
7.2.
Saran
30
31
Hari Muhammad dan Mahardi Sadono, Review Kebutuhan Pesawat Terbang Perintis, disampaikan pada Lokakarya
DEPANRI, Puspiptek-Serpong, 22 November 2011
ibid
48