Bab I1
Bab I1
PENDAHULUAN
A.
tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari.
Angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan daripada di
perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok mencerminkan
interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, budaya, stres,
keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok. Sebuah penelitian di
Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis, kecuali orang
Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi
daripada angka kejadian merokok pada orang dewasa. Remaja wanita
perokok jumlahnya lebih kecil dari remaja laki-laki perokok kecuali pada
etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007).
Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan
tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami
peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33
milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000.
Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%. Faktorfaktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi
produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan
lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi
krisis ekonomi.
Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap
tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga
mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya
(91,8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta
anak tinggal bersama dengan perokok dan sebagian besar (68,8%) perokok
mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja.
Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995
menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat
cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria
meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14
tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja
pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih
tinggi dari kelompok lain manapun (Depkes , 2003).
Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan
remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam
Komalasari (2007) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang
dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang
mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa
badai dan topan karena ketidak sesuaian antara perkembangan psikis dan
sosial. Upaya-upaya untuk menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat
berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan
perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja
merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan,
kepemimpinan, dan daya tarik kepada lawan jenis .
Remaja sebagai salah satu komponen generasi muda akan mempunyai
peran yang sangat besar dan menentukan masa depan bangsa. Sebanyak 29%
penduduk dunia terdiri dari remaja, 80% di antaranya tinggal di negara yang
penyakit tidak menular salah satu faktor resikonya disebabkan oleh rokok.
Kemudian, data mengenai masalah merokok pada usia remaja di Sulawesi
Tenggara khususnya di Kota Kendari saat ini belum ada yang melakukan
penelitian. Untuk itu peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai
kebiasaan merokok pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota
Kendari.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana karakteristik kebiasaan merokok pada siswa
SMA di Kota Kendari pada tahun 2009.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
kebiasaan merokok pada siswa SMA di Kota Kendari pada tahun 2009.
2. Tujuan khusus
Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
dunia kesehatan dan dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan
khususnya dalam upaya pencegahan dan penenggulangan perilaku
merokok pada siswa SMA di Kota Kendari.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Dinas Kesehatan Kota kendari hasil penelitian ini dapat dijadikan
sarana untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan masalah
merokok di Kota Kendari.
merupakan
tambahan
ilmu
pengetahuan
dalam