Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu
masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari suatu
penyakit tidak menular. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah
memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada
perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah,
masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah
nantinya kita menjadi perokok atau bukan (Bustan, 2000).
Efek langsung yang dialami oleh orang yang merokok misalnya:
aktivitas otak dan sistem saraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian
menurun, perasaan euforia ringan, merasa relaks, meningkatnya tekanan
darah dan denyut jantung, menurunnya aliran darah ke anggota badan seperti
jari-jari tangan dan kaki, pusing, mual, mata berair, asam lambung meningkat,
menurunnya nafsu makan, dan berkurangnya indera pengecap dan pembau.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health
Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa
disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta
orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10
juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,
dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada
tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu

kematian setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah


kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga merupakan jalur yang sangat
berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan hilangnya kesehatan. Menurut
Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO, merokok adalah penyebab bagi
hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung (Rasti, 2008).
Universitas Texas Amerika Serikat telah melaporkan, bahwa telah
ditemukan hubungan langsung antara merokok dengan kanker paru.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa benzo(a)pyrene dalam rokok
antara 20-40 nanogram persatu batang rokok. Benzo(a)pyrene menyebabkan
gen P53 (tumor suppressor genez) bermutasi, yang semula berfungsi
melindungi sel dari kanker menjadi gen penyebab kanker. Kanker paru di
Amerika Serikat pada sekitar tahun 1996 menjadi penyebab utama kematian
penyakit kanker dan termasuk jenis tumor yang umum ditemukan di seluruh
dunia. Menurut data American Cancer Society, lebih dari 419.000 orang mati
akibat kanker paru, dan 85%-90% berhubungan dengan merokok (Kelana,
2008).
Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, atau sudah menikah dan
mempunyai tempat untuk tinggal. Angka kejadian merokok pada remajaremaja di Amerika Serikat

pada tahun 2000 melebihi 25% dari angka

kejadian merokok pada orang dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan


sekitar 50% dari tahun 1988. Lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18

tahun serta diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari.
Angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan daripada di
perkotaan. Variasi etnis dan budaya dalam hal merokok mencerminkan
interaksi yang majemuk antara pendapatan, harga rokok, budaya, stres,
keturunan, umur, jenis reklame dan reklame rokok. Sebuah penelitian di
Amerika Serikat mendapatkan bahwa pada semua etnis, kecuali orang
Amerika keturunan Afrika, angka kejadian merokok pada remaja lebih tinggi
daripada angka kejadian merokok pada orang dewasa. Remaja wanita
perokok jumlahnya lebih kecil dari remaja laki-laki perokok kecuali pada
etnis kulit putih (Soetjiningsih, 2007).
Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan
tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami
peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33
milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000.
Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%. Faktorfaktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi
produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan
lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi
krisis ekonomi.
Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap
tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga
mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya
(91,8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta

anak tinggal bersama dengan perokok dan sebagian besar (68,8%) perokok
mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja.
Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995
menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat
cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria
meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14
tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja
pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% lebih
tinggi dari kelompok lain manapun (Depkes , 2003).
Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan
remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (1989) dalam
Komalasari (2007) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang
dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa ketika mereka sedang
mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa
badai dan topan karena ketidak sesuaian antara perkembangan psikis dan
sosial. Upaya-upaya untuk menentukan jati diri tersebut, tidak semua dapat
berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan
perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja
merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan,
kepemimpinan, dan daya tarik kepada lawan jenis .
Remaja sebagai salah satu komponen generasi muda akan mempunyai
peran yang sangat besar dan menentukan masa depan bangsa. Sebanyak 29%
penduduk dunia terdiri dari remaja, 80% di antaranya tinggal di negara yang

sedang berkembang. Berdasarkan data Badan Data Pusat Statistik 1996,


sebanyak 22,6% penduduk Indonesia terdiri atas remaja (Narendra, 2002).
Usia remaja merupakan usia peralihan seseorang untuk menjadi
dewasa dan menemukan jati dirinya. Berdasarkan uraian diatas, pada usia
remaja banyak juga terdapat perokok aktif. Sehingga peneliti ingin melihat
fenomena merokok yang terjadi pada usia

remaja. Mengingat banyak

penyakit tidak menular salah satu faktor resikonya disebabkan oleh rokok.
Kemudian, data mengenai masalah merokok pada usia remaja di Sulawesi
Tenggara khususnya di Kota Kendari saat ini belum ada yang melakukan
penelitian. Untuk itu peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai
kebiasaan merokok pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota
Kendari.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana karakteristik kebiasaan merokok pada siswa
SMA di Kota Kendari pada tahun 2009.

C.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
kebiasaan merokok pada siswa SMA di Kota Kendari pada tahun 2009.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui berapa jumlah siswa yang memiliki kebiasaan


merokok pada siswa SMA di Kota Kendari tahun 2009.
b. Untuk mengetahui kapan mulai merokok pada siswa SMA di Kota
Kendari tahun 2009.
c. Untuk mengetahui alasan merokok pada siswa SMA di Kota Kendari
tahun 2009.
d. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap kebiasaan
merokok pada siswa SMA di Kota Kendari tahun 2009.
e. Untuk mengetahui jumlah rokok yang dihisap setiap hari pada siswa
SMA di Kota Kendari tahun 2009.
f. Untuk mengetahui pengaruh psikologi terhadap kebiasaan merokok
pada siswa SMA di Kota Kendari tahun 2009.
D.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
dunia kesehatan dan dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan
khususnya dalam upaya pencegahan dan penenggulangan perilaku
merokok pada siswa SMA di Kota Kendari.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Dinas Kesehatan Kota kendari hasil penelitian ini dapat dijadikan
sarana untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan masalah
merokok di Kota Kendari.

b. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang dampak dari


kebiasaan merokok.
c. Bagi peneliti

merupakan

tambahan

ilmu

pengetahuan

dalam

memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang


dampak dari kebiasaan merokok dan sebagai bahan informasi bagi
peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai