Anda di halaman 1dari 7

Ini Kronologis Kasus Hadi Purnomo

Mufti Sholih, Renatha Swasty - 21 April 2014 23:59 wib


Metrotvnews.com, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan mantan Mantan
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Hadi Purnomo, sebagai tersangka. Hadi ditetapkan tersangka
pada kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan Bank Central Asia
(BCA) saat dirinya menjadi Direktur Jenderal Pajak.
Ketua KPK, Abraham Samad menjelaskan kronologis kasus permohonan pajak BCA tersebut. Abraham
mengatakan, pada 12 Juli 2003, PT BCA TBK mengajukan surat keterangan pajak transaksi non
performance loan Rp5,7 triliun kepada Direktorat Pajak Pengasilan (PPh).
"Setelah surat itu diterima PPh, dilakukan kajian lebih dalam untuk bisa ambil satu kesimpulan dan hasil
pendalaman," kata Abraham dalam jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Senin (21/4/2014).
Abraham menambahkan, kurang lebih setahun kemudian, tepatnya pada 13 Maret 2004, Direktur PPh
memberikan surat pengantar risalah keberatan ke Direktorat Jenderal Pajak yang berisi hasil telaah
pengajuan keberatan pajak BCA itu.
Adapun hasil telaah itu, lanjut Abraham, berupa kesimpulan bahwa permohonan wajib pajak BCA
ditolak. Sehari sebelum jatuh tempo kepada BCA pada 15 Juli 2004, Hadi selaku Dirjen Pajak
memerintahkan kepada Direktur PPh dalam nota dinas untuk mengubah kesimpulan, yakni agar
menerima seluruh keberatan wajib pajak BCA.
"Di situlah peran Dirjen Pajak. Surat ketetapan pajak nihil, yang memutuskan menerima seluruh
keberatan wajib pajak (BCA). Sehingga tidak ada waktu bagi Direktorat PPh untuk berikan tanggapan
yang berbeda," kata dia.
Selaku Dirjen Pajak, Hadi mengabaikan adanya fakta materi keberatan wajib pajak yang sama antara
BCA dan bank-bank lain. Abraham menjelaskan, ada bank lain yang punya permasalahan sama namun
ditolak oleh Dirjen Pajak. Akan tetapi dalam permasalahn BCA keberatannya diterima.
"Di sinilah duduk persoalannya. Oleh karena itu KPK temukan fakta dan bukti yang akurat," ujar
Abraham.
Berdasarkan itu, ucap Abraham, KPK melakukan forum ekspos (gelar perkara) dengan satuan petugas
penyelidik. "Dan seluruh pimpinan KPK sepakat menetapkan Hadi selaku Dirjen Pajak 2002-2004 dan
kawan-kawannya menjadi tersangka," ujarnya.
Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto menambahkan, bahwa Hadi sebagai Dirjen Pajak
menyalahgunakan wewenangnya dalam menerima keberatan wajib pajak BCA. Padahal, berdasar Surat

Edaran Dirjen Pajak sendiri menyatakan, bahwa setiap keputusan penerimaan atau penolakan keberatan
wajib pajak harus diambil dengan teliti dan cermat.
"Dirjen Pajak menerima seluruh keberatan, tapi nggak memberi tenggang waktu. Padahal seluruh
keputusan harus diambil dengan teliti dan cermat, itu dari Surat Edaran Dirjen Pajak sendiri," kata dia.
Sepeti diberitakan sebelumnya, KPK menetapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Hadi
Poernomo sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak
yang diajukan Bank Central Asia (BCA). Penetapan tersangka Hadi itu dalam kapasitasnya sebagai
Direktur Jenderal Pajak 2002-2004.
Oleh KPK, Hadi disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun
2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHPidana.
JCO
http://news.metrotvnews.com/read/2014/04/21/233198/ini-kronologis-kasus-hadi-purnomo

Kasus Korupsi Hadi Poernomo Rugikan


Negara Rp 370 Miliar
Monday, 21 April 2014, 20:50 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham


Samad mengungkapkan, kasus dugaan korupsi yang melibatkan mantan dirjen pajak
Kementerian Keuangan Hadi Poernomo merugikan negara ratusan miliar rupiah.
Tokoh perubahan Republika ini menjelaskan, kasus yang terjadi pada 2003-2004 tersebut
merugikan negara hingga Rp 370 miliar. Sementara, total keberatan pajak BCA tahun 1999 atas
transaksi non performing loan (NPL) kepada direktorat PPH Ditjen Pajak senilai Rp 5,7 triliun.
"Apakah ada penerimaan dan lain-lain, itu kita masih dalami," kata Ketua KPK Abraham Samad
di gedung KPK, Jakarta, Senin (21/4).
Hadi Poernomo ditetapkan sebagai tersangka saat menjabat sebagai Dirjen Pajak Kementerian
Keuangan RI periode 2002 2004. Hadi Purnomo diduga telah melakukan perbuatan melawan
hukum atau menyalahgunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi dalam menerima seluruh permohonan keberatan Wajib Pajak atas SKPN PPh
Badan PT BCA, Tbk tahun pajak 1999.
Atas perbuatannya, HP disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) dan/atau Pasal 3 UndangUndang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHPidana.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/04/21/n4dvs5-kasus-korupsi-hadi-purnomorugikan-negara-rp-370-miliar

Hukum

Nasional
Hukum
Kasus pajak Hadi Purnomo diduga atas laporan Kemenkeu

Kasus pajak Hadi Purnomo diduga atas


laporan Kemenkeu
Sabir Laluhu
Rabu, 23 April 2014 09:06 WIB
Sindonews.com - Spekulasi munculnya kasus dugaan korupsi permohonan keberatan wajib pajak atas
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Pajak Penghasilan (PPh) BCA, tahun pajak 1999 dengan tersangka
mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo belum diungkap Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Diduga kasus Hadi masuk ke lembaga antikorupsi itu atas laporan Kementerian Keuangan
(Kemenkeu).
Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia (UI) Indriyanto Seno Adji menilai latar belakang politik
tidak menjadi pertimbangan KPK dalam penetapan dan pengumaman Hadi Purnomo dalam kasus pajak
BCA. Walapun diakui Indrianto, memang ada rumor yang melatarbelakangi masuknya laporan Ketua BPK
ke KPK, sebagai akibat persiteruan antara Kementerian Keuangan dengan BPK beberapa waktu lalu.
"Jabatan Ketua BPK itu merupakan jabatan yang strategis yang beresiko like dislike kelembagaan.
Akibatnya resiko ini terkenanya Hadi Purnomo, walaupun persoalannya adalah saat yang bersangkutan
menjabat Dirjen Pajak," kata Indriyanto saat dihubungi SINDO di Jakarta, Rabu (23/4/14).
Sepengetahuan Indriyanto, Hadi Purnomo dalam menjalankan tugasnya tegas dan tanpa kenal
kompromi. "Sehingga benturan pernah terjadi antaran Kementerian Keuangan dengan BPK di MK saat
pengalihan saham Newmont. Benturan-benturan ini berakibat masuknya laporan-laporan atas yang
bersangkutan di KPK," bebernya.
Walaupun disadari bahwa KPK tidak terlibat benturan kepentingan kedua lembaga tersebut. Karena
unsur yang dilihat adalah terkait ada tidaknya tindak pidana korupsi. Sekali lagi, lanjutnya, KPK tidak

mengalami benturan dari internal dan eksternal KPK dalam menangani proses kasus ini.
"(Jadi) KPK tidak terlibat kepentingan adanya benturan kepentingan kelembagaan antara BPK dengan
Kementerian Keuangan. Pengusutan Hadi Purnomo ini tidak ada benturan kepentingan di KPK,"
tandasnya.
http://nasional.sindonews.com/read/856771/13/kasus-pajak-hadi-purnomo-diduga-atas-laporankemenkeu-1398218803

Hukum

Nasional
Hukum
Penetapan Hadi sebagai tersangka bukan peristiwa biasa

Penetapan Hadi sebagai tersangka bukan


peristiwa biasa
Haris Kurniawan
Selasa, 22 April 2014 15:32 WIB
Sindonews.com - Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari mengaku terkejut dengan penetapan tersangka
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut dia, penetapan Hadi sebagai tersangka dalam kapasitasnya sebagai mantan Direktur Jenderal
(Dirjen) Pajak bukan peristiwa biasa.
"Ini memiliki arti yang sangat besar. Pasalnya BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugas dan
fungsinya memeriksa keuangan negara," kata Hajriyanto saat berbincang dengan Sindonews, Selasa
(22/4/2014).
Untuk itu, politikus Partai Golkar ini meminta semua pihak untuk menghindari spekulasi politik di balik
penetapan Hadi sebagai tersangka.
"Kita menghormati KPK, tetapi juga mempersilahkan tersangka untuk mengambil langkah-langkah untuk
menghadapi proses hukum ini sesuai dengan hak-haknya serta sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
Kita menghargai langkah KPK," tuturnya.
Hadi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak yang
diajukan Bank Central Asia (BCA). Hadi ditetapkan sebagai tersangka dalam kapasistanya sebagai
Direktur Jenderal Pajak 2002-2004.

Hadi disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 junto
Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.
http://nasional.sindonews.com/read/856526/13/penetapan-hadi-sebagai-tersangka-bukan-peristiwabiasa-1398155544

Hukum

Nasional
Hukum
KPK Dalami Peran Pihak BCA

KPK Dalami Peran Pihak BCA


Slamet Riadi

Kamis, 28 Agustus 2014 15:49 WIB

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendalami keterlibatan


pihak Bank Central Asia (BCA) terkait kasus Hadi Purnomo.
Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja mengakui lembaganya sedang
mendalami hal itu dalam penanganan kasus mantan Direktur Jenderal Pajak
itu.
"Itu tengah didalami. Kami belum tahu itu. Kasus ini terjadinya lama banget.
Jadi enggak mudah untuk menyampaikan korporasi," kata Adnan di Gedung
KPK, Jalamn HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (28/8/2014).
Saat disinggung apakah KPK sudah menemukan dugaan keterlibatan pihak
BCA, Adnan belum dapat memastikan.
"Kan yang pasti dia membuat suatu SK, yang melanggar prosedur itu.
Kemudian yang diuntungkan pihak lain. Jadi kita belum masuk ke situ," kata
dia.
Adnan meyakini kasus yang menjerat Hadi sudah cukup alat bukti sehingga
tidak mungkin bisa lepas dari proses hukum yang ditangani KPK.
"Enggak, Hadi Purnomo enggak bisa lepas. Siapa pemberi (suap), kami belum
tahu," tandasnya.
Dalam kasus ini, Abraham Samad dkk telah menetapkan Hadi Purnomo
sebagai tersangka. (Baca: KPK Tetapkan Ketua BPK Tersangka)
Kasus yang menjerat mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini
terkait dengan penanganan permohonan keberatan pajak BCA. (Baca: Ini
Kronologi Dugaan Korupsi Hadi Purnomo)
Hukum

Nasional
Hukum
Diperiksa KPK, Darmin Tidak Tahu Kasus Hadi Purnomo

Diperiksa KPK, Darmin Tidak Tahu Kasus


Hadi Purnomo
Slamet Riadi
Selasa, 12 Agustus 2014 01:17 WIB
JAKARTA - Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution selesai menjalani pemeriksaan
sebagai saksi terkait penyidikan kasus dugaan korupsi permohonan keberatan pajak yang diajukan Bank
Central Asia (BCA).
"Ya saya itu dipanggil untuk jadi saksi, untuk kasus Pak Hadi Purnomo. Tapi kan saya itu jadi Dirjen, Pak
Hadi Purnomo, sudah enggak di situ lagi kan," kata Darmin di Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta,
Kamis (11/8/2014).
Dia mengaku tidak mengetahui kasus yang menjerat mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak, Hadi
Purnomo. "Substansinya terjadi sebelum saya datang di (menjabat dirjen) pajak," tandasnya.
Seperti diketahui, Hadi ditetapkan tersangka terkait kapasitasnya yang pernah menjabat Direktur
Jenderal (Dirjen) Pajak tahun 2002 hingga 2004.
KPK menduga Hadi melakukan penyalahgunaan wewenang dengan memerintahkan Direktur Pajak
Penghasilan (PPh) mengubah hasil telaah dan kesimpulan Direktorat PPh terhadap permohonan
keberatan wajib pajak yang diajukan BCA. Sejauh ini, KPK menduga, kasus tersebut menimbulkan
kerugian negara sebesar Rp375 miliar.

Anda mungkin juga menyukai