Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN

Oleh:
DEWI ISTIYANINGSIH
NIM A1H012007

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis energi listrik di Indonesia terjadi karena pasokan listrik yang tersedia
dengan jumlah pemakaian listrik dan permintaan pemasangan baru oleh pelanggan
tidak seimbang. Saat ini, total daya pembangkit di seluruh Indonesia mencapai
29.705 MW, yang terdiri atas Jawa-Bali 22.302MW, sedangkan luar Jawa-Bali
7.403MW. Sebanyak 24.856MWdi antaranya merupakan milik PLN dengan
komposisi Jawa-Bali 19.283MWdan luar Jawa-Bali 5.573MW. Sementara itu,
sisanya milik swasta. Kebutuhan listrik untuk industri dan masyarakat sebesar
30.943 MW sehingga terjadi defisit 1.238 MW atau 3,99%. Kondisi tersebut
diperparah adanya susut jaringan, yang pada tahun 2007 sebesar 15.920.579.817
kWh atau 11,68% (BPK RI, 2007).
Potensi tenaga air dan gradien sungai yang dapat digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga air tersebar hampir di seluruh bagian hulu sungai-sungai
Indonesia dan diperkirakan dapat digunakan untuk memproduksi listrik sampai
mencapai 75.000 MW, sementara pemanfaatanya baru sekitar 2,5% dari potensi
yang ada. Turbin air sebagai alat pengubah energi potensial air menjadi energi
/putar yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak generator, pompa dan
peralatan lain. Untuk daerah/lokasi yang mempunyai sumber energi air sangatlah
menguntungkan apabila memanfaatkan teknologi turbin air.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara kerja alat mikrohidro.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja alat mikrohidro.
3. Mengetahui dan memahami bagian-bagian alat mikrohidro.

4. Mengukur dan menghitung potensi energi yang dihasilkan dari energi


mikrohidro.
5. Menghitung debit air.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber
daya air harus ditanam pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Energi air adalah energi yang telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia
yang dalam skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Pemanfaatan
energi air pada dasarnya adalah pemanfaatan energi potensial gravitasi. Energi
mekanik aliran air yang merupakan transformasi dari energi potensial gravitasi
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin atau kincir. Umumnya turbin digunakan
untuk membangkitkan energi listrik, sedangkan kincir untuk pemanfaatan energi
mekanik secara langsung dan dari energi mekanik tersebut dikonversi menjadi
energi listrik. Pada umumnya untuk mendapatkan energi mekanik aliran air ini,
perlu beda tinggi air yang diciptakan dengan menggunakan bendungan. Akan
tetapi dalam menggerakkan kincir, aliran air pada sungai dapat dimanfaatkan
ketika kecepatan alirannya memadai.
PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air yang menghasilkan listrik
kurang dari 100 kilowatt (kW) dan dapat dikerjakan oleh masyarakat secara
bergotong royong. Pembangunan PLTMH membutuhkan biaya sekitar Rp 15 juta
per 1.000 watt (Purwanto, 2011).

Secara teknis, mikro hidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber
energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu
disalurkan melalui pipa pesat (penstock) dengan ketinggian tertentu menuju
rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi, air akan menumbuk turbin
yang akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi
mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian
ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling. Dari generator akan
dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum
dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara
ringkas proses mikro hidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadi
energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada dasamya
memanfaatkan energi potensial air. Semakin tinggi jatuh air (head) maka semakin
besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping
faktor geografis yang memungkinkan, tinggi jatuh air (head) dapat pula diperoleh
dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi.

III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Prototipe PLTMH
2. Alat tulis
3. Air
B. Prosedur Kerja
1.
2.
3.
4.

Menyiapkan alt dan bahan.


Mencatat bagian-bagian dari alat prototipe PLTMH beserta fungsinya.
Mengisi drum penampung air.
Menyalakan pompa air agar air yang berada di drum mengalir keluar menuju
prototipe PLTMH.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

B. Pembahasan
Mikrohidro, adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan
tenaga air sebagai penggeraknya, misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun
alam, dengan cara memanfaatkan tinggi terjunnya (head, dalam meter) dan jumlah
debit airnya (m3/detik). Prinsip kerja PLTMH adalah memanfaatkan beda tinggi
dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran atau sungai. Air yang mengalir
melalui intake dan diteruskan oleh saluran pembawa hingga penstock, akan
memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Turbin air akan
memutar generator dan menghasilkan listrik Sedangkan pompa hidram adalah
salah satu alat yang digunakan untuk mengangkat air dari suatu tempat yang lebih
rendah ke tempat yang lebih tinggi dengna memanfaatkan energi potensial sumber
air yang akan dialirkan. Pompa hidram mengalirkanair secara kontinyu dengan
menggunakan energi potensial sumber air yang akan dialirkan sebagai daya
penggerak tanpa menggunakan sumber energi luar.
Pembangkit mikrohidro mempunyai kelemahann dan keuntungan sebagai
berikut.

1. Mempunyai beberapa keuntungan yang tidak dapat dipisahkan, seperti berikut


ini:
a. Lokasi sumber daya air untuk PLTM dan PLTMH pada umunya berada di
wilayah pedesaan dan desa terpencil yang belum terjangkau jaringan
listrik.
b. Tenaga utama menggunakan air, yang merupakan sumber energi yang
abadi tidak seperti bahan bakar untuk PLTU atau PLTN yang
menggunakan bahan bakar fosil atau nuklir.
c. Biaya pengoperasian dan pemeliharan PLTMH sangat rendah jika
dibandingkan dengan PLTU atau PLTN.
d. Melayani kebutuhan aktual daya listrik di wilayah pedesaan terpencil yang
urnumnya rendah dengan daya beli masyarakat yang juga rendah.
e. PLTMH cukup sederhana untuk dimengerti dan cukup mudah untuk
dioperasikan.
f. Perkembangan mutakhir yang telah dicapai pada pengembangan turbin air,
telah dimungkinkan untuk memanfaatkan jenis turbin yang sesuai dengan
keadaan setempat.
g. Pengembangan PLTMH dengan memanfaatkan arus sungai dapat
menimbulkan manfaat lain seperti pariwisata, perikanan, irigasi dan
pengendalian banjir.
h. Meningkatkan

kegiatan

perekonomian

sehingga

diharapkan

menambah penghasilan masyarakat.


2. Adapun kelemahan PLTMH diantaranya yang paling menonjol :

dapat

a. Sangat tergantung pada aliran sungai secara alamiah.


Sedangkan aliran sungai tersebut sangat bervariasi sehingga pada umumnya
tenaga andalan atau tenaga mantap akan sangat kecil jika dibandingkan
dengan kapasitas totalnya.
b. Tidak mampu menghasilkan tenaga yang besar.
Tahap awal pengembangan pembangkit listrik mikro/minihidro tersebut
dimulai dengan mengadakan survei lapangan untuk mengetahui potensi
sungai yang akan dikembangkan menjadi PLTMH. Untuk dapat melakukan
survei tersebut perlu dilakukan beberapa persiapan yang matang sehingga
survei dapat dilaksanakan dengan baik dengan hasil sesuai yang diharapkan.
Berikut ini adalah Metode Sederhana Pengukuran Potensi Mikrohidro.
1. Pengukuran laju aliran (debit) sungai
Pengukuran debit aliran sungai dilakukan dengan menggunakan alat Current
Meter Counter. Mengingat terjadi kerusakan penunjuk/display waktu pada
peralatan Current Meter Counter maka digunakan Stop Watch untuk menghitung
waktu pengukuran. Pengukuran dilakukan di sepanjang penampang melintang
sungai dengan interval pengukuran setiap 1 (satu) meter lebar sungai.
2. Pengukuran profil/kontur sungai
Pengukuran

profil/kontur

sungai

dilakukan

dengan

menggunakan

Theodolite. Dengan alat ini dapat pula diukur jarak antar titik pengukuran tanpa
menggunakan roll meter lagi. Untuk beberapa lokasi pengukuran yang
sulit/terkendala kondisi geografis maka pengukuran jarak dilakukan dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS), walapun akan diperoleh hasil

pengukuran yang kurang akurat. Pengukuran ini dilakukan oleh 3 orang petugas,
yaitu 1 orang mengoperasikan Thedolite, 1 orang memegang patok meter/Yalon, 1
orang memasang/memegang bak ukur di patok meter/Yalon yang sedang dibidik.
3. Pengukuran tinggi jatuh (head)
Pengukuran beda ketinggian (head) dilakukan dengan menggunakan
Theodolite. Pengukuran dilakukan di sepanjang sungai dari hulu sungai, yang
diperkirakan merupakan lokasi dam, sampai hilir, yang diperkirakan tempat
instalasi mesin pembangkit.
4. Pengamatan demografis
Pengamatan demografis dilakukan pada masyarakat di daerah PLTMH akan
dibangun. Pemngamatan demografis ini meliputi kuantitas, komposisi, dan
distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu serta perubahan-perubahannya.
Serta mengamati tentang pembangunan sosial, ekonomi, budaya, politik,
lingkungan, dan keamanan pada masyarakat tersebut. Yang dapt digunakan untuk
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi pertumbuhan penduduk
pada masa mendatang.
Setelah hasil dari pengukuran metode sederhana potensi untuk membuat
PLTMH, maka selanjutnya membuat bagian-bagian PLTMH. Bagian-bagian
PLTMH yang paling umum digunakan terdapat pada gambar sebagai berikut.

Gambar 1. Bagian-bagian PLTMH.


Dari gambar diatas berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian PLTMH
sebagai berikut;
1. Mercu Bendung (Wier) Bangunan yang berada melintang sungai yang
berfungsi untuk membelokkan arah aliran air
2. Bangunan Pengambilan (Intake) Bangunan yang berfungsi mengarahkan air
dari sungai masuk ke dalam Saluran Pembawa (Headrace).
3. Bak Penangkap Pasir (Sand Trap) dapatmenjadi satu (terintegrasi) dengan
bangunan ini.
4. Saluran

Pembawa

(Headrace)

Bangunan

yang

berfungsi

mengalirkan/membawa air dari Intake ke Forebay.


5.

Headrace dapat juga terbuat dari pipa.

6.

Bak Penampungan (Forebay) Bangunan yang mempunyai potonganmelintang


(luas penampang basah) lebih besar dari Headrace yang berfungsi
untukmemperlampat aliran air.

7. Saringan (Trash Rack) Terbuat dari plat besi yang berfungsi menyaring
sampah-sampah atau puing-puing agar tidakmasuk ke dalam bangunan
selanjutnya.
8. Trash Rack diletakkan pada posisi melintang di bangunan Intake atau Forebay
dengan kemiringan 65 - 75
9.

Saluran Pembuangan (Spillway) Bangunan yang memungkinkan agar


kelebihan air di dalam Headrace untukmelimpah kembali ke dalam sungai.

10. Pipa Pesat (Penstock) Pipa bertekanan yangmembawa air dari Forebay ke
dalam Power House.
11. Rumah Pembangkit (Power House) Bangunan yang di dalamnya terdapat
turbin, generator dan peralatan control.
12. Tailrace Saluran yang berfungsi mengalirkan/membawa air dari turbin
kembali ke sungai.
13. Jaringan Transmisi Terdiri dari tiang, kabel dan aksesoris lainnya (termasuk
trafo; jika diperlukan) yang berfungsi mengalirkan energi listrik dari Power
House ke konsumen (rumah-rumah dan pabrik).
Setelah PLTMH berfungsi maka dilakukan analisis kelayakan PLTMH
tersebut pada masyarakat. Aspek kelayakan PLTMH yang di analisis antara lain
mekanikal elektrikal, social budaya, lingkungan dan keberlanjutan dari PLTMH.
Berikut ini adalah penjelasan tentang aspek kelayakan PLTMH tersebut.
1. Ekonomi
Studi

ini

dimaksudkan

untuk

meyakinkan

bahwa

cost

(biaya

pembangunan PLTMH ini) masih lebih kecil bila dibandingan dengan total

benefit. Total benefit ini akan memberikan capital asset kepada masyarakat
pemilik/pengguna. Studi ini juga akan memberikan informasi kepada institusi
pengelola bahwa pengelola akan mampu mengelola dan melakukan operasi serta
pemeliharaan. Selain dari pada itu, studi ini dimaksudkan juga untuk
menginformasikan apakah proyek dapat merubah atau justru mengurangi
pendapatan per kapita penduduk setempat. Seperti, seberapa besar tingkat
pendapatan per kapita penduduk, pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga
kerja setempat atau UMR dan lain-lain. Pengumpulan data dalam di lapangan
meliputi :
a. Sumber dan besarnya dana investasi/pinjaman.
b. Tenggang waktu pinjaman/masa pengembalian pinjaman.
c. Besarnya angsuran pinjaman.
d. Bunga pinjaman.
e. Iuran bulanan oleh masyarakat.
f. Besarnya penyusutan.
g. Batas maksimum ketersediaan dana dari penyandang dana.
h. Nilai/besarnya kontribusi masyakat.
i. Tingkat inflasi.
2. Lingkungan
Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan untuk
meyakinkan kepada instansi terkait serta masyarakat setempat, bahwa tidak ada
dampak yang serius terhadap kerusakan lingkungan sehubungan dengan akan
dibangunnya PLTMH di lokasi tersebut. Juga disampaikan apabila ada dampak

negatif maka sudah ada program untuk mengurangi dampak tersebut. Tidak kalah
pentingnya adalah menumbuhkan pemahaman pentingnya pemeliharaan alam
sekitarnya kepada masyarakat dan instansi setempat.
3. Sosial budaya
Studi ini dimaksudkan untuk mengkaji tentang dampak keberadaan program
terhadap kehidupan masyarakat setempat, kebiasaan adat setempat, kehidupan
hubungan sosial dan perekonomian masyarakat. Studi ini menunjukkan bahwa
sosialisasi kepada masyarakat dan konsumen dilakukan mulai dari tahap
penyusunan program. Dengan demikian masyarakat melalui kepala desa dan atau
tokoh masyarakat menerima makna dan tujuan program dimaksud.
4. Keberlanjutan
Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara
menyeluruh bahwa pembangunan PLTMHdi lokasi dimaksud layak untuk
diwujudkan. Kesimpulan layak atau tidaknya ini merupakan hasil kesimpulan
studi kelayakan berbagai aspek yang terkait dengan pembangunan suatu PLTMH
di lokasi dimaksud yang mencakup aspek teknis seperti sipil, mekanikal,
elektrikal, jaringan, maupun non teknis seperti aspek sosial budaya, ekonomi,
kelembagaan dan lingkungan (Damanik,et.al, 2009).
Dari aspek kelayakan PLTMH diatas maka dapat kita gunakan untuk
mempersiapkan tentang manfaat lain PLTMH sebagai pembangkit listrik. Salah
satu hal yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dan sebagai
penggerak untuk mesin penggilingan padi dan pemipil jagung. Selain manaat

tersebut hasil energi listrik yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan untuk sumber
enegri pada alat dan mesin pengering.
Dilihat dari manfaat yang telah ada PLTMH memang sangat cocok untuk
dikembangkan di daerah pedesaan. Selain dilihat dari manfaat PLTMH,
pembuatan PLTMH dengan energi listrik yang diasilkan sebesar <200 kw seingga
dapat mencukupi kebutuhan listrik suatu desa yang jauh dari jangkauan listrik
Negara. perawatan PLTMH yang mudah juga sebagai salah satu alasan untuk
dikembangkannya PLTMH di daerah pedesaan.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Praktikum energi air dilakukan di halaman belakang laboratorium Teknologi
Pertanian Uiversitas Jendral Soedirman menggunakan prototipe mikrohidro.
Prototipe tersebut terdiri dari alat mikro hidro dan pompa air serta bak penampung
air. Cara kerja yaitu bak penampung diisi air hingga penuh. Kemudian masukkan
selang pengangkat air ke bak penampung dan selang keluarannya dimasukkan ke
dalam alat mikrohidro. Sehingga air memutar baling-baling pada alat dan
meneruskannya

pada

gear

untuk

meneruskannya

pada

dinamo

untuk

menghasilkan energi listrik. Prinsip kerja prototipe mikrohidro adalah adanya


aliran air dari sumber yang memutar baling-baling kemudian putaran tersebut
diteruskan paa gear yang dilanjutkan ke dinamo untuk menghasilkan energi listrik.
B. Saran
Semua praktikan dapat datang tepat waktu dan menjaga ketertiban pada saat
praktikum

DAFTAR PUSTAKA
Damanik,et.al. 2009. Pedoman Studi Kelayakan PLTMH. Direktorat Jenderal
Listrik Dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi Dan Sumber Daya
Mineral, Jakarta
Purwanto. 2011. Analisis Finansial Dan Ekonomi Pembangkit Listrik Mikrohidro
Di Berapa Lokasi, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. JURNAL Penelitian
Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 4
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius, Yogjakarta
BPK RI. 2007. Hasil Pemeriksaan Subsidi Listrik Tahun 2007. Perusahaan
Listrik Negara (Persero). Nomor : 05/Auditama VII/PDTT/06/2008,
Tanggal: 2 Juni 2008. Badan PemeriksaKeuanganRepublik Indonesia,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai