Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PENGAWASAN INTERN DAN

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP


KINERJA PEMERINTAHAN
(Survei pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah
Kota Tasikmalaya)
Anggi Fawzi (083403044)
e-mail: fawzianggi@yahoo.co.id
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi
Abstract
This study aimed to determine (1) internal control, accounting information system, and the
performance of the Government at the Department of City Tasikmalaya (2) the relationship
between internal control and accounting information systems at the Department located in City
Tasikmalaya (3) effect of partially or simultaneously internal control and accounting
information systems on the performance of government in the City Tasikmalaya. The research
method used in this research is descriptive analytical survey approach. The method of analysis
used is the analysis of the correlation coefficient and path coefficient analysis with the help of
software SPSS 17.0 for windows to process the questionnaire data. The results showed that: (1)
internal control, accounting information systems and the performance of the Office of the
Government in the City Tasikmalaya excellent category, (2) The relationship between internal
control and accounting information systems at the Department of City Tasikmalaya its
relatively strong with a correlation coefficient of 0.709 (t-count = 3.014, sig = 0.015); (3) There
is a significant effect of partially or simultaneously internal control and accounting information
systems on the performance of government in the City Tasikmalaya (F-count= 26,350, sig =
0,000).
Keywords: accounting information systems, governance performance, and internal control.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengawasan intern, sistem informasi akuntansi
dan kinerja Pemerintahan pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya (2) hubungan antara
pengawasan intern dan sistem informasi akuntansi pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya
(3) pengaruh secara parsial maupun simultan pengawasan intern dan sistem informasi akuntansi
terhadap kinerja pemerintahan yang berada di Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan survei.
Metode analisis yang digunakan yaitu analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien jalur
dengan bantuan software spss 17.0 for windows untuk mengolah data kuesioner. Hasil
penelitian menunjukan bahwa: (1) Pengawasan intern, sistem informasi akuntansi dan kinerja
Pemerintahan pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya termasuk kategori sangat baik; (2)
Hubungan antara pengawasan intern dan sistem informasi akuntansi pada Dinas yang berada di
Kota Tasikmalaya tergolong kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,709 (t-hitung=3,014, sig =
0,015); (3) Terdapat pengaruh signifikan secara parsial maupun simultan pengawasan intern dan
sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintahan yang berada di Kota Tasikmalaya (Fhitung = 26,350, sig = 0,000).
Kata Kunci

: kinerja pemerintahan, pengawasan intern, dan sistem informasi akuntansi.

1.

PENDAHULUAN
Sejarah yang panjang telah mencatat dan mengokohkan bahwa prinsip dasar

kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dalam kehidupan negara di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai
kesatuan organisasi. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengemban amanat
untuk menjalankan tugas pemerintahan melalui peraturan perundang-undangan. Dalam
suatu sistem pemerintahan yang demokratis, pembuatan undang-undang dan
penggunaan sumber daya publik harus dapat membawa kewajiban bagi pihak yang
memperoleh

mandat

untuk

melaksanakan

tugas-tugas

tersebut

untuk

mempertanggungjawabkan atas tindakan mereka secara terbuka kepada rakyat dan


stakeholder yang telah memberikan mandat tersebut.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah memungut jenis pendapatan
dari rakyat yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan
kepada rakyat, pelaksanaan pembangunan dan banyak kegiatan yang harus
dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut, Pemerintah Daerah diberi
wewenang untuk melaksanakan urusan pembangunan sebagai urusan rumah tangganya
sendiri yang disebut dengan otonomi. Sebagaimana yang dimaksudkan di dalam
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diamandemen
dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UndangUndang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang
diamandemen dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Salah satu wewenang yang menjadi
urusan rumah tangganya sendiri adalah bidang keuangan daerah. Pengurus keuangan ini
diantaranya adalah penyelenggaraan penyusunan pertanggungjawaban dan pengawasan
Keuangan Daerah sebagaimana yang dimaksud di dalam Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2005.
TAP MPR No. XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta
Perimbangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No.
25 Tahun 1999 sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah (Mardiasmo; 2002).
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka diperlukan sistem pengelolaan

keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi
secara transparan, efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
luas. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran yang cerdas melalui
inovasi sistem informasi akuntansi (Indra Bastian, 2002).
Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu organisasi
sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang
releven, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Dengan sistem informasi
akuntansi yang layak dapat dihasilkan suatu laporan yang mampu memberikan berbagai
informasi yang berguna bagi pihak-pihak pengambil keputusan. Kemampuan untuk
mengelola informasi secara efektif di dalam pemerintahan sangat penting karena dapat
menjadi dasar untuk memperoleh Good Government Governance. Hal ini dalam
mengelola keuangan rumah tangganya sendiri, pemerintah harus mampu melaksanakan
sistem pengelolaan keuangan yang baik. Sebuah sistem informasi akuntansi yang layak
merupakan syarat utama suatu pengelolaan keuangan yang baik, yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari setiap organisasi.
Mengingat begitu pentingnya penerapan sistem informasi akuntansi dalam suatu
organisasi pemerintahan, maka tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu
organisasi tidak memiliki sistem informasi akuntansi yang memadai. Instansi tersebut
mungkin tidak dapat memproses transaksinya secara jelas, terinci dan terstruktur.
Kemudian instansi pemerintahan tersebut mungkin tidak akan memperoleh informasi
yang berkualitas yang diperlukan untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan
yang menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup organisasi. Dalam rangka
penerapan sistem informasi akuntasi, pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa
tidak terdapat kesalahan atau penyimpangan sehingga diperlukan metode pengawasan
intern yang memadai dan dapat memberikan bantuan untuk memverifikasi transaksitransaksi agar dapat telusuri dana-dana sesuai dengan tujuannya serta mengecek
otoritas, efisiensi dan keabsahan pembelajaran dana. Oleh karena itu, sangat penting
dalam suatu pemerintahan mempunyai sistem informasi akuntansi yang mengedepankan
orang-orang, prosedur, data, software dan infrastruktur teknologi informasi yang
nantinya akan menghasilkan informasi akuntansi berupa laporan keuangan yang sangat
diperlukan dalam dunia pemerintahan. Dengan sistem informasi akuntansi diharapkan
semuanya akan berjalan terstruktur dan sesuai dengan prosedur/ pedoman yang berlaku

yang menggambarkan tahapan dalam proses, sehingga akan dihasilkan informasi


keuangan yang berkualitaas dan akurat terutama laporan keuangan yang keberadaannya
sangat penting dan dibutuhkan pertanggungjawabannya. Apabila sistem informasi yang
dikelola telah baik, maka kualitasnya pun akan baik. Karena salah satu kriteria sistem
informasi akuntansi yang baik adalah menghasilkan informasi yang berkualitas.
Pengelolaan

keuangan

dilaksanakan

berdasarkan

penatausahaan

keuangan,

pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa tidak terdapat kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperlukan metode pengawasan intern yang memadai dan dapat
memberikan bantuan untuk memverifikasi transaksi-transaksi agar dapat telusuri danadana sesuai dengan tujuannya serta mengecek otoritas, efisiensi dan keabsahan
pembelajaran dana. Oleh kerena itu pemerintah perlu memiliki sistem informasi
akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan
tetapi sistem informasi akuntansi tersebut hendaknya mendukung pada pencapaian
kinerja. Karena penilaian Pemerintah yang baik dapat dilihat dari pencapaian kinerja
Pemerintah itu sendiri, pengukuran dalam pencapaian kinerja sangat penting untuk
menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik
yang baik.
Di Pemerintahan Kota Tasikamalaya Pengawasan secara intern di masing-masing
organisasi dilakukan oleh atasan langsung dan oleh Inspektorat Kota Tasikmalaya
dengan melakukan pemeriksaan reguler. Hasil pemeriksaan di tinjau dari Sistem
Pengendalian Intern, mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan masih ditemukan
kelemahan pada bidang pengawasan terutama pengawasan atasan langsung kepada
bawahan di Pemerintah Kota Tasikmalaya sehingga masih ditemukan penyimpanganpenyimpangan dalam pelaksanaan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan atasan
langsung.
Hal ini menggambarkan bahwa kinerja Pemerintahan belum dinyatakan baik, oleh
karena itu dilakukannya pengawasan intern dan sistem informasi akauntansi yang baik
dapat menggambarkan bagaimana kinerja pemerintahan untuk menunjukan pencapaian
hasil yang dicapai. Dalam hal ini, pelaksanaan pengawasan yang efektif dan efisien
sangat penting untuk menghindari adanya penyimpangan yang terjadi sebagai bagian
dari sistem informasi akuntansi. Oleh karena itu, para pemimpin harus mengetahui

siklus pencatatan yang ada pada sistem informasi akuntansi yang menggambarkan
tahapan dalam proses.
Permasalahan yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pengawasan intern, sistem informasi akuntansi dan kinerja Pemerintahan
pada Dinas yang berada di Kota Tasikamalaya?
b. Bagaimana hubungan antara pengawasan intern dan sistem informasi akuntansi pada
Dinas yang berada di Kota Taikmalaya?
c. Bagaimana pengaruh secara parsial maupun simultan pengawasan intern dan sistem
informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintahan yang berada di Kota
Tasikmalaya?
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengawasan intern, sistem informasi akuntansi dan kinerja
Pemerintahan pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pengawasan intern dan sistem informasi
akuntansi pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya.
c. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial maupun simultan pengawasan intern dan
sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintahan yang berada di Kota
Tasikmalaya.
2.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research, artinya
penelitian ini akan menjelaskan secara mendalam hubungan sebab akibat antara variabel
penelitian atau tentang sesuatu hal (Ahmad, 2003). Metode pengumpulan data yang
digunakan survei yaitu suatu metode yang menggunakan pengumpulan data utamanya
dengan menggunakan kuisioner dari sampel terpilih (Sekaran, 2003:250). Teknik
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel non
probability sampling dengan pendekatan purposive sampling (sampling bertujuan).
Adapun pertimbangan yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut, (1) Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah (PP Nomor. 8
Tahun 2003). (2) Dinas merupakan perangkat daerah yang berdasarkan Undang-Undang
dalam memperhatikan pelayanan publik. (3) Dinas merupakan lembaga pelayanan
masyarakat yang senantiasa dapat melayani setiap kebutuhan masyarakat, salah satunya
5

melayani penelitian yang dilakukan oleh peneliti. (4) Dinas merupakan suatu entitas
akuntansi pemerintah daerah yang didasarkan pada pengertian bahwa pengukuran
kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. (5) Mekanisme pencatatan
yang digunakan oleh setiap dinas sama. (6) Dalam struktur pemerintah daerah, dinas
merupakan suatu unit kerja yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintahan
daerah. Maka diperoleh sampel sebanyak 11 dinas dari 23 OPD pada Pemerintah Kota
Tasikmalaya.
2.2 Pengukuran Variabel
Variabel independen (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2008:59). Yang termasuk
variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: X 1: Pengawasan Intern
diukur menggunakan kuesioner dengan indikator (1) Menentukan standar kegiatan; (2)
Mengukur kegiatan yang dilakukan; (3) Membandingkan pelaksanaan yang telah
dilaksanakan dengan standar yang telah ditentukan; (4) Melaksanakan tindakan koreksi.
X2 : Sistem Informasi Akuntansi diukur menggunakan kuesioner dengan indikator: (1)
Orang-orang/SDM; (2) Prosedur-prosedur; (3) Data; (4) Software; (5) Infrastuktur
teknologi informasi.
Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:59). Yang termasuk variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Kinerja Pemerintahan diukur menggunakan kuesioner
dengan indikator: (1) Responsivitas; (2) Responsibilitas; dan (3) Akuntabilitas.
3.

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Pengawasan Intern dengan Sistem Informasi Akuntansi


Koefisien korelasi hubungan variabel Pengawasan Intern dengan Sistem Informasi
Akuntansi adalah sebesar 0,709 atau 70,9%, yang mana hubungan antara variabel
Pengawasan Intern dengan Sistem Informasi Akuntansi tergolong kuat. Dari koefisien
korelasi

dapat diperoleh koefisien determinasi

sebesar 0,502 berarti

bahwa 50,2% variabilitas dari Sistem Informasi Akuntansi mempunyai hubungan


dengan Pengawasan Intern. Berdasarkan hasil pengujian pada spss didapat t-hitung
sebesar 3,014. Sedangkan t-tabel dengan db = n-2 = 9 pada =0,05 sebesar 2,262.

Sehingga t-hitung (3,014) > t-tabel (2,262), maka H0 ditolak dan Ha diterima bahwa
terdapat hubungan antara Pengawasan Intern dengan Sistem Informasi Akuntansi.
Hasil pengujian hipotesis tersebut didukung oleh konsep Iriyansyah (2000) yang
menyatakan bahwa pengawasan pada sistem informasi akuntansi baik oleh DPRD
maupun pengawasan fungsional pada prinsipnya tidak akan mengalami banyak
hambatan apabila sistem akuntansi yang diterapkan sudah baik.
3.2 Pengaruh

Pengawasan

Intern

Secara

Parsial

Terhadap

Kinerja

Pemerintahan.
Berdasarkan perhitungan pada spss didapat koefisien beta

= 0,498. Hal ini

menunjukkan pengaruh langsung Pengawasan Intern terhadap Kinerja Pemerintahan


sebesar
Selanjutnya

atau 24,8%.
pengaruh

tersebut

dilakukan

uji

signifikansi

membandingkan t-hitung dengan t-tabel dan membandingkan


Diperoleh t-hitung sebesar 2,375 dan t-tabel dengan db n-2 = 9 dan
2,262, sehingga t-hitung (2,375) > t-tabel (2,262). Diperoleh
sehingga

<

dengan

cara

dengan .
= 0,05, sebesar
sebesar 0,026

(0,05). Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan

Ha diterima, menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% Pengawasan Intern (X1)
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan (Y).
Hasil pengujian hipotesis ini sesuai dengan konsep Robert J Mockler yang dikutip
oleh Sentanoe Kertonegoro (2001:95) yang menyatakan bahwa Pengawasan intern
adalah sebagai usaha sistematis untuk menetapkan standar kegiatan dengan tujuan
perencanaan, menyusun sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan yang
dilakukan dengan standar, menentukan, serta mengukur pertimpangan dan melakukan
tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber dipergunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan dilakukan pada
semua tingkatan manajemen. Para pemimpin tingkat atas pengawasan dilakukan pada
seluruh bagian atau unit pemerintah. Sedang pada tingkat menengah dan bawah,
pengawasan dilakukan pada unit pimpinannya masing-masing

3.3 Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Secara Parsial Terhadap Kinerja


Pemerintahan
Berdasarkan perhitungan pada spss didapat koefisien beta

= 0,510. Hal ini

menunjukkan pengaruh langsung Pengawasan Intern terhadap Kinerja Pemerintahan


sebesar
Selanjutnya

atau 26,0%.
pengaruh

tersebut

dilakukan

uji

signifikansi

dengan

dengan .

membandingkan t-hitung dengan t-tabel dan membandingkan


Diperoleh thitung sebesar 2,806 dan t-tabel dengan db n-2 = 9 dan
2,262, sehingga t-hitung (2,806) > t-tabel (2,262). Diperoleh
sehingga

<

cara

= 0,05, sebesar
sebesar 0,023

(0,05). Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan

Ha diterima, menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% Sistem Informasi


Akuntansi (X2) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan (Y).
Hasil pengujian hipotesis tersebut didukung oleh konsep Mardiasmo (2002), yang
menyatakan bahwa untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan
informasi akuntansi untuk menentukan indikator kinerja. Indikator kinerja tersebut ada
yang bersifat finansial dan non finansial. Akuntansi dapat memberikan informasi yang
dapat dimengerti, relevan, sederhana, akurat. Adapun informasi yang dihasilkan oleh
Sistem Informasi Akuntansi mempunyai keunggulan yaitu kemudahannya untuk
dipahami. Dengan Sistem Informasi Akuntansi dapat diperoleh informasi yang dapat
diperbandingkan, karena informasi yang dicatat dengan Sistem Informasi Akuntansi
harus berkelanjutan dan konsisten.
3.4 Pengaruh Pengawasan Intern dan Sistem Informasi Akuntansi Secara
Simultan terhadap Kinerja Pemerintahan
Pengaruh secara simultan berdasarkan perhitungan SPSS, dimana

yaitu

sebesar 0,868. Dari hasil analisis terlihat bahwa pengujian secara keseluruhan
memperoleh nilai signifikansi 0,000 dimana nilai 0,000 < 0,05. Dengan menggunakan
uji F, F-hitung diperoleh 26,350 sedangkan F-tabel dengan

= 0,05 dan db = n-k-l = 8

menunjukkan nilai 4,46. Hal ini berarti F-hitung (26,350) > F-tabel (4,46). Dengan
demikian maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa
variabel Pengawasan Intern dan Sistem Informasi Akuntansi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan.

Pemaparan tersebut didukung oleh konsep Mamur (2011:188) mengemukakan


bahwa Pengawasan intern merupakan pengawasan yang dibentuk dalam kelembagaan
itu sendiri untuk mengamankan dalam rangka memperlancar penyelenggaraan tugas.
Dalam hal ini pengawasan intern harus dilaksanakan dengan baik agar tujuan yang
diharapkan oleh seluruh manusia dalam kelembagaan dapat terwujud dengan sebaikbaiknya dan menunjang kesejahteraan seluruh anggota kelembagaan yang bersangkutan.
Untuk memperoleh jaminan yang cukup dari sasaran kinerja perlu melancarkan dan
memperlakukan pengawasan-pengawasan yang efektif terhadap suatu aktivitas, salah
satunya pada Sistem Informasi Akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi merupakan
tatabuku atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan
berdasarkan prinsip-prinsip, standar-standar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu
untuk menghasilkan informasi aktual di bidang keuangan.

4.

PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Pengawasan Intern
dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Pemerintahan pada pemerintah Kota
Tasikmalaya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengawasan intern pada Dinas Pemerintahan Kota Tasikmalaya berdasarkan
tanggapan responden didapat total skor sebesar 725 sehingga dapat dikategorikan
sangat baik. Sistem Informasi Akuntansi pada Dinas Pemerintahan Kota
Tasikmalaya berdasarkan tanggapan responden didapat total skor sebesar 872
sehingga dapat dikategorikan sangat baik. Kinerja Pemerintahan pada Dinas
Pemerintahan Kota Tasikmalaya berdasarkan tanggapan responden didapat total skor
sebesar 701 sehingga dapat dikategorikan sangat baik.
b. Pengawasan Intern dan Sistem Informasi Akuntansi pada Dinas yang berada di Kota
Tasikmalaya mempunyai tingkat hubungan kuat dengan diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,709.
c. Pengawasan Intern berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan
yang berada di Kota Tasikmalaya sebesar 24,8%. Sistem Informasi Akuntansi
berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan yang berada di Kota
Tasikmalaya sebesar 26,0%. Selanjutnya Pengawasan Intern dan Sistem Informasi

Akuntansi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan


yang berada di Kota Tasikmalaya sebesar 86,8% secara langsung dan tidak langsung,
dan dipengaruhi faktor lain sebesar 13,2%.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas,
penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi kemajuan Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya maupun pada peneliti
selanjutnya, adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bagi Dinas dan Pemerintah Kota Tasikmalaya
Diharapkan pada setiap Dinas di Kota Tasikmalaya dapat melaksanakan
pengawasan intern dan sistem informasi Akuntansi dengan sebaik mungkin sesuai
dengan perturan dan prosedur yang ada.
Untuk mengefektifkan aktivitas dan mencegah terjadinya penyelewengan
khususnya pada pencatatan, pelaksanaan Pelaksanaan sistem informasi akuntansi
diharapkan setiap Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya melaksanakan
Pengawasan Inten secara maksimal
Dalam sistem informasi akuntansi, selain mempersipakan sistem yang baik
hendaknya sumber daya manusianya harus terlebih dahulu dipersipakan. Apabila
menggunakan sumber daya manusia yang telah ada maka terlebih dahulu
dilakukan pendidikan dan pelatihan untuk memberikan pengetahuan yang cukup,
mengenai sistem secara terprogram dan berkelanjutan oleh Pemerintah Daerah.
Pemberian penghargaan dan hukuman yang adil bagi para staf perlu ditingkatkan,
sehingga hal tersebut dapat memicu motivasi para staf untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik sehingga secara akumulasi dapat mewujudkan pencapaian
Kinerja Pemerintahan khususnya Pemerintah Daerah yang lebih baik.
Kinerja pemerintahan pada Dinas Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam klasifikasi
sangat baik hal ini seharusnya dipertahankan atau juga dapat ditingkatkan lagi
pada segi pelayanan terhadap publik. Sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja
pemerintahan, pihak Dinas Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya perlu
memberikan pemahaman akan pentingnya pengawasan intern dan sistem
informasi akuntansi.

10

b. Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian yang sama. Diharapkan
pembuatan kuesioner yang lebih terarah dan ketepatan responden penelitian,
supaya lebih bisa menghasilkan informasi statistik yang mendekati keadaan real
dilapangan. Dalam melakukan penelitian dibidang Akuntansi Pemerintahan masih
banyak ruang kosong khususnya pada bidang akuntansi keuangan daerah, oleh
karena itu masih banyak kajian yang cukup menarik dan menantang di bidang
akuntansi sektor publik. Disarankan untuk menambah atau merubah variabel yang
tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain mengenai Pengawasan intern,
Anggaran Kinerja, Kemampuan manajemen, Perencanaan, Komitmen organisasi
dan masih banyak hal lainnya yang dapat dijadikan variabel dalam penelitian
selanjutnya yang kemudian dapat diperbandingkan dengan hasil penelitian
penulis.
PUSTAKA
Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.
Achmad Bachrudin, Harapan L., Tobing. 2004, Analisis Data Untuk Penelitian Surveu
Dengan menggunakan Lisrel 8. FMIPA, Unpad Bandung.
Arifin Sabeni, Imam Gozali. 1995. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi 4.
Yogyakarta. BPFE.
Azhar Susanto dan La Midjan. 1993. Sistem Informasi Akuntansi II, Pendakatan Sistem,
Praktika Penyusunan Metode dan Prosedure. Bandung: Lembaga Informasi
Akuntansi.
Bastian Tangkilisan. 2001. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Charles. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Cucu Cunayah. 2006. Pengaruh Pengawasan Intern dan Panatausahaan Keuangan
Daerah Terhadap Kinerja Pemerintahan Daerah. Skripsi pada Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi.
Coe, C K. 1989. Public Financial Management. Englewood Cliffs N. J : Prentice Hall.
Conover, W K. 1980. Practical Non Parametric Statistic 2 Ed. Texas Tech University,
john wiley&sons, New York Chichester Brisbance Toronto Singaphore.
Cooper, Donald R., Pamela S., Schindler. 2005. Business Research Methode. 7th Edition
Mc Graw-Hill International Edition, Boston.
Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Dwiyanto Tangkilisan. 1995. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Ferry Laurensius. 2005. Membangun Kultur Kinerja pada Organisasi Sektor Publik.
Manajemen Usahawan Indonesia. 42.

11

Ferry Laurensius Sihalolo dan Abdul Halim. 2005. Pengaruh Faktor-faktor Rasional,
Politik dan Kultur Organisasi Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Instansi
Pemerintah. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) Solo VII. 774-790.
Hair, Joseph F. Jr, Ralph E., Anderson, Ronald K., Tatham, William C. Blok. 1998.
Multivariate Analysis, 8th Edition. New Jersey: Prentice inc.
I Ketut Yadnyana & Made Mertha. 2008. Pengaruh Kemampuan Manajemen terhadap
Kualitas Informasi Akuntansi pada Hotel Berbintang di Bali. Buletin Studi
Ekonomi ISSN 1410-4628 Vol 13
Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto. 2003. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Instruksi Presiden Nomor 1 tentang Pedoman Pengawasan Melekat.
Islamy. 2008. Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara. Malang: FIA
Unibraw.
Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 17 Ayat 2.
Kertonegoro, Sentanoe. 1993. Prinsip dan Praktek Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Jakarta : Rineka Cipta.
Kertonegoro, Sentanoe. 2001. Prinsip dan Teknik Manajemen. Bandung : Mandar Maju.
Krismiaji. 2002. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: AMP YKPN.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1997. Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia. Jakarta: Toko Agung.
Levine dkk. Tangkilisan. 1990. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Manullang. 1992. Pengawasan Melekat. Bandung: Alfabeta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI.
Mills. L dan K. Newberry. 2001. The Influence of Tax and Nontax Costs on Book-tax
Repor-ting Differences. The Journal of the American Taxation Association
Moch. Pabundu Tika. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Jakarta: Bumi Aksara
Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi .Surabaya: Ghalia
Indonesia.
Nawawi. 2000. Pengawasan Intern. Bandung: Alfabeta.
Nisa Noor Wahid. 2008. Pengaruh Siklus Anggaran dan Pengawasan Intern Terhadap
Good Governance Pemerintah Daerah. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Siliwangi.
Nur Indrianto, Bambang S. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Manajemen dan
Akuntansi. BPFE Yogyakarta.
Pahala Nainggolan. 2004. Cara Mudah Memahami Akuntansi. Jakarta: PPM
Rambat Lupiyadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek. Jakarta:
Salemba Empat.
Rawls, John. 2006. A Theory of Justice, Teori Keadilan. Diterjemahkan oleh Uzair
Fauzan dan Heru Prasetyo. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Romney, Marshall B dan Paul John Steinbart. 2004. Accounting Information Systems.
Jakarta: Salemba Empat.

12

Sondang P. Siagian Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan.


Jakarta: PT. Refika Aditama.
Subarsono. 2005. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung:
Transito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
T. Hani Handoko. 2001. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Uma Sekaran. 2003. Research Methode for Bussines: Askill Building Aproach, John
Wiley and Jons.
Widodo, Joko. 2005. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. JawaTimur: Anggota
IKAPI Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai