1.
PENDAHULUAN
Sejarah yang panjang telah mencatat dan mengokohkan bahwa prinsip dasar
kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dalam kehidupan negara di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai
kesatuan organisasi. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengemban amanat
untuk menjalankan tugas pemerintahan melalui peraturan perundang-undangan. Dalam
suatu sistem pemerintahan yang demokratis, pembuatan undang-undang dan
penggunaan sumber daya publik harus dapat membawa kewajiban bagi pihak yang
memperoleh
mandat
untuk
melaksanakan
tugas-tugas
tersebut
untuk
keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi
secara transparan, efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
luas. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran yang cerdas melalui
inovasi sistem informasi akuntansi (Indra Bastian, 2002).
Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu organisasi
sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang
releven, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Dengan sistem informasi
akuntansi yang layak dapat dihasilkan suatu laporan yang mampu memberikan berbagai
informasi yang berguna bagi pihak-pihak pengambil keputusan. Kemampuan untuk
mengelola informasi secara efektif di dalam pemerintahan sangat penting karena dapat
menjadi dasar untuk memperoleh Good Government Governance. Hal ini dalam
mengelola keuangan rumah tangganya sendiri, pemerintah harus mampu melaksanakan
sistem pengelolaan keuangan yang baik. Sebuah sistem informasi akuntansi yang layak
merupakan syarat utama suatu pengelolaan keuangan yang baik, yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari setiap organisasi.
Mengingat begitu pentingnya penerapan sistem informasi akuntansi dalam suatu
organisasi pemerintahan, maka tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu
organisasi tidak memiliki sistem informasi akuntansi yang memadai. Instansi tersebut
mungkin tidak dapat memproses transaksinya secara jelas, terinci dan terstruktur.
Kemudian instansi pemerintahan tersebut mungkin tidak akan memperoleh informasi
yang berkualitas yang diperlukan untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan
yang menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup organisasi. Dalam rangka
penerapan sistem informasi akuntasi, pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa
tidak terdapat kesalahan atau penyimpangan sehingga diperlukan metode pengawasan
intern yang memadai dan dapat memberikan bantuan untuk memverifikasi transaksitransaksi agar dapat telusuri dana-dana sesuai dengan tujuannya serta mengecek
otoritas, efisiensi dan keabsahan pembelajaran dana. Oleh karena itu, sangat penting
dalam suatu pemerintahan mempunyai sistem informasi akuntansi yang mengedepankan
orang-orang, prosedur, data, software dan infrastruktur teknologi informasi yang
nantinya akan menghasilkan informasi akuntansi berupa laporan keuangan yang sangat
diperlukan dalam dunia pemerintahan. Dengan sistem informasi akuntansi diharapkan
semuanya akan berjalan terstruktur dan sesuai dengan prosedur/ pedoman yang berlaku
keuangan
dilaksanakan
berdasarkan
penatausahaan
keuangan,
pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa tidak terdapat kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperlukan metode pengawasan intern yang memadai dan dapat
memberikan bantuan untuk memverifikasi transaksi-transaksi agar dapat telusuri danadana sesuai dengan tujuannya serta mengecek otoritas, efisiensi dan keabsahan
pembelajaran dana. Oleh kerena itu pemerintah perlu memiliki sistem informasi
akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan
tetapi sistem informasi akuntansi tersebut hendaknya mendukung pada pencapaian
kinerja. Karena penilaian Pemerintah yang baik dapat dilihat dari pencapaian kinerja
Pemerintah itu sendiri, pengukuran dalam pencapaian kinerja sangat penting untuk
menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik
yang baik.
Di Pemerintahan Kota Tasikamalaya Pengawasan secara intern di masing-masing
organisasi dilakukan oleh atasan langsung dan oleh Inspektorat Kota Tasikmalaya
dengan melakukan pemeriksaan reguler. Hasil pemeriksaan di tinjau dari Sistem
Pengendalian Intern, mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan masih ditemukan
kelemahan pada bidang pengawasan terutama pengawasan atasan langsung kepada
bawahan di Pemerintah Kota Tasikmalaya sehingga masih ditemukan penyimpanganpenyimpangan dalam pelaksanaan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan atasan
langsung.
Hal ini menggambarkan bahwa kinerja Pemerintahan belum dinyatakan baik, oleh
karena itu dilakukannya pengawasan intern dan sistem informasi akauntansi yang baik
dapat menggambarkan bagaimana kinerja pemerintahan untuk menunjukan pencapaian
hasil yang dicapai. Dalam hal ini, pelaksanaan pengawasan yang efektif dan efisien
sangat penting untuk menghindari adanya penyimpangan yang terjadi sebagai bagian
dari sistem informasi akuntansi. Oleh karena itu, para pemimpin harus mengetahui
siklus pencatatan yang ada pada sistem informasi akuntansi yang menggambarkan
tahapan dalam proses.
Permasalahan yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pengawasan intern, sistem informasi akuntansi dan kinerja Pemerintahan
pada Dinas yang berada di Kota Tasikamalaya?
b. Bagaimana hubungan antara pengawasan intern dan sistem informasi akuntansi pada
Dinas yang berada di Kota Taikmalaya?
c. Bagaimana pengaruh secara parsial maupun simultan pengawasan intern dan sistem
informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintahan yang berada di Kota
Tasikmalaya?
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengawasan intern, sistem informasi akuntansi dan kinerja
Pemerintahan pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya.
b. Untuk mengetahui hubungan antara pengawasan intern dan sistem informasi
akuntansi pada Dinas yang berada di Kota Tasikmalaya.
c. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial maupun simultan pengawasan intern dan
sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintahan yang berada di Kota
Tasikmalaya.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
melayani penelitian yang dilakukan oleh peneliti. (4) Dinas merupakan suatu entitas
akuntansi pemerintah daerah yang didasarkan pada pengertian bahwa pengukuran
kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. (5) Mekanisme pencatatan
yang digunakan oleh setiap dinas sama. (6) Dalam struktur pemerintah daerah, dinas
merupakan suatu unit kerja yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintahan
daerah. Maka diperoleh sampel sebanyak 11 dinas dari 23 OPD pada Pemerintah Kota
Tasikmalaya.
2.2 Pengukuran Variabel
Variabel independen (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2008:59). Yang termasuk
variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: X 1: Pengawasan Intern
diukur menggunakan kuesioner dengan indikator (1) Menentukan standar kegiatan; (2)
Mengukur kegiatan yang dilakukan; (3) Membandingkan pelaksanaan yang telah
dilaksanakan dengan standar yang telah ditentukan; (4) Melaksanakan tindakan koreksi.
X2 : Sistem Informasi Akuntansi diukur menggunakan kuesioner dengan indikator: (1)
Orang-orang/SDM; (2) Prosedur-prosedur; (3) Data; (4) Software; (5) Infrastuktur
teknologi informasi.
Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:59). Yang termasuk variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Kinerja Pemerintahan diukur menggunakan kuesioner
dengan indikator: (1) Responsivitas; (2) Responsibilitas; dan (3) Akuntabilitas.
3.
PEMBAHASAN
Sehingga t-hitung (3,014) > t-tabel (2,262), maka H0 ditolak dan Ha diterima bahwa
terdapat hubungan antara Pengawasan Intern dengan Sistem Informasi Akuntansi.
Hasil pengujian hipotesis tersebut didukung oleh konsep Iriyansyah (2000) yang
menyatakan bahwa pengawasan pada sistem informasi akuntansi baik oleh DPRD
maupun pengawasan fungsional pada prinsipnya tidak akan mengalami banyak
hambatan apabila sistem akuntansi yang diterapkan sudah baik.
3.2 Pengaruh
Pengawasan
Intern
Secara
Parsial
Terhadap
Kinerja
Pemerintahan.
Berdasarkan perhitungan pada spss didapat koefisien beta
atau 24,8%.
pengaruh
tersebut
dilakukan
uji
signifikansi
<
dengan
cara
dengan .
= 0,05, sebesar
sebesar 0,026
Ha diterima, menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% Pengawasan Intern (X1)
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan (Y).
Hasil pengujian hipotesis ini sesuai dengan konsep Robert J Mockler yang dikutip
oleh Sentanoe Kertonegoro (2001:95) yang menyatakan bahwa Pengawasan intern
adalah sebagai usaha sistematis untuk menetapkan standar kegiatan dengan tujuan
perencanaan, menyusun sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan yang
dilakukan dengan standar, menentukan, serta mengukur pertimpangan dan melakukan
tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber dipergunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan dilakukan pada
semua tingkatan manajemen. Para pemimpin tingkat atas pengawasan dilakukan pada
seluruh bagian atau unit pemerintah. Sedang pada tingkat menengah dan bawah,
pengawasan dilakukan pada unit pimpinannya masing-masing
atau 26,0%.
pengaruh
tersebut
dilakukan
uji
signifikansi
dengan
dengan .
<
cara
= 0,05, sebesar
sebesar 0,023
yaitu
sebesar 0,868. Dari hasil analisis terlihat bahwa pengujian secara keseluruhan
memperoleh nilai signifikansi 0,000 dimana nilai 0,000 < 0,05. Dengan menggunakan
uji F, F-hitung diperoleh 26,350 sedangkan F-tabel dengan
menunjukkan nilai 4,46. Hal ini berarti F-hitung (26,350) > F-tabel (4,46). Dengan
demikian maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa
variabel Pengawasan Intern dan Sistem Informasi Akuntansi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan.
4.
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Pengawasan Intern
dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Pemerintahan pada pemerintah Kota
Tasikmalaya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengawasan intern pada Dinas Pemerintahan Kota Tasikmalaya berdasarkan
tanggapan responden didapat total skor sebesar 725 sehingga dapat dikategorikan
sangat baik. Sistem Informasi Akuntansi pada Dinas Pemerintahan Kota
Tasikmalaya berdasarkan tanggapan responden didapat total skor sebesar 872
sehingga dapat dikategorikan sangat baik. Kinerja Pemerintahan pada Dinas
Pemerintahan Kota Tasikmalaya berdasarkan tanggapan responden didapat total skor
sebesar 701 sehingga dapat dikategorikan sangat baik.
b. Pengawasan Intern dan Sistem Informasi Akuntansi pada Dinas yang berada di Kota
Tasikmalaya mempunyai tingkat hubungan kuat dengan diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,709.
c. Pengawasan Intern berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan
yang berada di Kota Tasikmalaya sebesar 24,8%. Sistem Informasi Akuntansi
berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pemerintahan yang berada di Kota
Tasikmalaya sebesar 26,0%. Selanjutnya Pengawasan Intern dan Sistem Informasi
10
11
Ferry Laurensius Sihalolo dan Abdul Halim. 2005. Pengaruh Faktor-faktor Rasional,
Politik dan Kultur Organisasi Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Instansi
Pemerintah. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) Solo VII. 774-790.
Hair, Joseph F. Jr, Ralph E., Anderson, Ronald K., Tatham, William C. Blok. 1998.
Multivariate Analysis, 8th Edition. New Jersey: Prentice inc.
I Ketut Yadnyana & Made Mertha. 2008. Pengaruh Kemampuan Manajemen terhadap
Kualitas Informasi Akuntansi pada Hotel Berbintang di Bali. Buletin Studi
Ekonomi ISSN 1410-4628 Vol 13
Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto. 2003. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Instruksi Presiden Nomor 1 tentang Pedoman Pengawasan Melekat.
Islamy. 2008. Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara. Malang: FIA
Unibraw.
Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 17 Ayat 2.
Kertonegoro, Sentanoe. 1993. Prinsip dan Praktek Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Jakarta : Rineka Cipta.
Kertonegoro, Sentanoe. 2001. Prinsip dan Teknik Manajemen. Bandung : Mandar Maju.
Krismiaji. 2002. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: AMP YKPN.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1997. Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia. Jakarta: Toko Agung.
Levine dkk. Tangkilisan. 1990. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Manullang. 1992. Pengawasan Melekat. Bandung: Alfabeta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI.
Mills. L dan K. Newberry. 2001. The Influence of Tax and Nontax Costs on Book-tax
Repor-ting Differences. The Journal of the American Taxation Association
Moch. Pabundu Tika. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Jakarta: Bumi Aksara
Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi .Surabaya: Ghalia
Indonesia.
Nawawi. 2000. Pengawasan Intern. Bandung: Alfabeta.
Nisa Noor Wahid. 2008. Pengaruh Siklus Anggaran dan Pengawasan Intern Terhadap
Good Governance Pemerintah Daerah. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Siliwangi.
Nur Indrianto, Bambang S. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Manajemen dan
Akuntansi. BPFE Yogyakarta.
Pahala Nainggolan. 2004. Cara Mudah Memahami Akuntansi. Jakarta: PPM
Rambat Lupiyadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek. Jakarta:
Salemba Empat.
Rawls, John. 2006. A Theory of Justice, Teori Keadilan. Diterjemahkan oleh Uzair
Fauzan dan Heru Prasetyo. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Romney, Marshall B dan Paul John Steinbart. 2004. Accounting Information Systems.
Jakarta: Salemba Empat.
12
13