Anda di halaman 1dari 29

KASUS ALDA RIZMA

Kematian Alda rizma


Akibat Over Dosis
Kelompok 2:
Hapni nopriana
Helvia anggreanie
Indra yunison
Limson jaya H
Jenny destafiani

Misteri kematian artis cantik alda rizma di


hotel Grand Menteng,Matraman mulai
tersingkap.
Hasil otopsi Tim Forensik Rumah Sakit
Cipto mangunkusumo menunjukan,Alda
tewas karena over dosis amphetamine.
Tim forensik juga menemukan bekas luka
tusukan jarum suntik.

Pihak kepolisian hingga kini masih


terus menyelidiki peristiwa kematian
artis penyanyi Alda Risma.
Kapolres Jakarta Timur Kombes
Robinson Manurung menduga,besar
kemungkinan tewasnya Alda di
akibatkan over dosis narkoba.

Jenis narkoba yang digunakan Alda adalah


Amphetamine dan Meta amphetamin,bahan
yang biasa terdapat dalam sabu-sabu. Alda
yang akan dikenal publik dengan
tembang,aku tak biasa tewas semalam saat
menginap dihotel Grand Mentang di jalan
Matraman Raya,Jakarta Timur.

Kematian Alda terkait narkoba juga


dikuatkan dengan hasil pemeriksaan
otopsi.Menurut seorang petugas
Forensik di Rumah Cipto
Mangunkusumo,dari pemeriksaan di
tubuh Alda ditemukan beberapa luka
jarum suntik.

Daftar obat dan alat medis yang dikonsumsi korban


menjelang kematiannya

Obat tidur
Omeprazol
Infus Ringer Laktat
Domicum (Milos)
Neurobion
Diazepam (Valium)
Provovol (Diprivam)
Obat untuk menghilangkan bengkak akibat suntikan
30 keping alkohol usap
Jarum suntik 5 buah

Fakta hasil visum jenazah


Korban
Hasil pemeriksaan pada perut alda ditemukan shabu cair
Pada empedu dan ginjal ditemukan residu narkotika berupa
morfin.Dari hasil analisa ginjal korban kemungkinan pemakaian
narkotika ini sudah dalam jangka waktu lama minimal satu
tahun, dan residu ini bisa dipastikan tidak diperoleh dari
minuman keras ataupun obat-obatan yang baru dikonsumsi.
Pada urine korban ditemukan zat psikotropika golongan
amfetamin dan metamfetamin dengan kadar yang tinggi.

Pada tubuh korban ditemukan senyawa propovol dan


benzodentin yang merupakan penyebaba utama kematian
alda. Selain itu juga ditemukan obat tidur dan obat
penenang diperkirakan dari domicum.

Ditemukan 20-25 bekas luka akibat suntikan yang


menyebar pada kaki, tangan, dan paha (yang merupakan
suntikan baru), dan ditemukan adanya pembuluh darah
yang pecah akibat suntikan .
Korban diperkirakantelah meninggal dalam waktu 8 jam.
Adanya cairan putih yang terdapat pada kemaluan korban
yang timbul akibat pecahnya kemaluan korban, terjadi
karena jenazah telah meninggal lebih dari 8 jam.
Keluarnya darah pada mulut yang terjadi akibat tekanan
obat sehingga pembuluh darah terbuka dan terjadi
gangguan pada otak dan paru-paru.

Farmakokinetik dan
Farmakodinamik Obat
A. Diazepam (Valium)
Obat ini menyebabkan tidur,penurunan kesadaran, dan tidak
berefek analgesik. Diazepam digunakan untuk menimbulkan
sedasi basal pada anastesia regional, dan untuk anatesi pada
penderita kardiovaskuler.
Di hati, diazepam dimetabolisme menjadi metabolit yang
aktif, antara lain N-desmetil diazepam yang juga aktif ,
dengan t1/2 plasma yang panjang antara 4-122 jam.
Sdangkan t diazepam sendiri antara 20-54 jam .
Pemberian diazepam secara IV menimbulkan menimbulkan
takhikardia sedang dan depresi nafas ringan serta kegagalan
sirkulasi dan henti nafas pada orang sehat yang
mendapatkan suntikan 20mg diazepam IV secara cepat.

B. Domicum (Milos)
Diindikasikan untuk premedikasi , induksi anastesi dan penunjang
anastesi umum, sedasi untuk tindakan diagnostik dan anastesi lokal.
Mulai kerja obat ini cepat , yaitu dalam 30 menit, dan bertahan
sampai 5-7 jam dan terikat pada protein plasma sebanyak 96%.
Metabolismenya berjalan dengan cepat dan sempurna (6080%),menjadi metabolit aktif 1-hidriksimetil-midazolam, yang
dikeluarkan lewat urine melalui glukoronida. Pada dosis diatas 0,10,15 mg/kg BB akan timbul efek samping berupa hambatan
pernafasan yang bersifat fatal, nyeri, dan tromboflebitis pada
tempat injeksi. Dosis untuk premedikasi oral 25 mg, diberikan 45
menit sebelum pembedahan, pemberian IV 2,5 mg.

C. Propofol (Diprivan)
Derivat isopropenol ini digunakan untukinduksi dan pemeliharaan
anastesi umum. Setelah injeksi IV propovol dengan cepat disalurkan
ke otak, jnatung,hati dan ginjal yang kemudian disusul dengan
redistribusi yang cepat ke otot, kulit, tulang dan lemak.
Redistribusi ini menyebabkan kadar dalam otak menurun dengan
cepat. Dihati propofol dirombak menjadi metabolit-metabolit
inaktif yang dieksresikan melalui urin. Propofol menurunkan tekanan
arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan
karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung.
Efek samping yang muncul akibat penggunaan obat ini adalah sesak
napas dan depresi sistem kardiovaskular (hipotensi dan
bradikardia), eksitasi ringan dan tromboflebitis.

D. Amfetamin dan metamfetamin


Merupakan psikotropika golongan II.Amfetamin dan
derivatnya menyebabkan peningkatan amin biogenik. Dosis
yang berlebihan bisa menyebabkan intoksikasi akut. Efek
sampingnya : gejala sentral berupa kegelisahan, pusing
kepala, tremor, refleks hiperaktif, insomnia dan kadangkadang euforia. Stimulasi sentral disebabkan oleh kelelahan
fisik. Gejala kardiovaskuler, gangguan saluran cerna dan
diakhiri dengan konvulsi, koma, dan kematian karena
pendarahan otak.

Analisa Kasus dari Segi


Farmasi

Alda sudah sejak lama mengkonsumsi obat tidur. Dalam penggunaan


jangka panjang obat tidur bisa menimbulkan ketergantungan dan
untuk pencapaian efek yang sama akan timbul toleransi. Kondisinya
akan lebih berbahaya jika penggunaannya bersamaan dengan alkohol
seperti yang dilakukan Alda. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
efek kerja dari obat tidur yang memungkinkan terjadinya
keracunan.
Alkohol yang telah digunakan dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan penekanan fungsi otak. Konsumsi alkohol dalam
kondisi perut kosong akan menstimulasi produksi asam lambung, dan
keadaan inilah yang menyebabkan Feri membeli Omeprazol yang
dapat menghambat produksi asam lambung melalui penghambatan
pompa proton

Penggunaan amfetamin akan menyebabkan perangsangan sistim saraf pusat,


dan akan menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah.
Seperti halnya penggunaan obat tidur tadi, penggunaan yang berulang dari
amfetamin akan menyebabkan timbulnya toleransi sehingga dosis
penggunaan harus selalu ditingkatkan sedangkan bila dilakukan penghentian
mendadak akan mengakibatkan depresi yang berlebihan.
Kondisi Alda yang overdosis tidak dapat diatasi dengan penggunaan
neurobion. Memang benar kalau neurobion dapat digunakan juga untuk
mengatasi rasa nyeri (neuralgia) tapi pada kondisi ini tidak dapat digunakan
untuk mengatasi keracunan. Begitu juga dengan penggunaan diazepam yang
diberikan oleh Feri, yang kemungkinan ditujukan untuk mengatasi terjadinya
kejang yang merupakan salah satu tanda terjadinya keracunan. Pemberian
diazepam untuk mengatasi keracunan pada sistim saraf pusat dilakukan bila
keracunan tidak disebabkan oleh kondisi hipoksia (berhentinya denyut
jantung karena kekurangan oksigen). Tetapi pada kasus Alda kemungkinan
korban telah mengalami hipoksia diakibatkan oleh konsumsi amfetamin dan
obat tidur yang berlebihan yang dapat memaksa kerja jantung, sehingga
pemberian diazepam tidak tepat.

Penggunaan oral diazepam biasanya 2-4 kali sehari dengan


dosis 2-10 mg, sedangkan pemberian melalui IV hanya 5-10
mg dengan menyuntikan secara perlahan . Akan tetapi Feri
memberikan Diazepam melalui suntikan dengan dosis yang
sangat besar yaitu 400 mg. Hal ini sudah pasti
memperparah kondisi hipoksia korban dan dapat
menyebabkan henti nafas seketika. Karena dosis 20 mg
diazepam saja melalui IV dengan pemberian cepat sudah bisa
menimbulkan depresi pernafasan. Belum lagi jika dilihat
bahwa diazepam menghasilkan metabolit yang aktif dengan
waktu paruh yang lama.

KASUS
AUGUSTIANNE
SINTA DAME
MARBUN
Hapni Nopriana
Helvia Anggreanie
Indra Yunison
Jenny Destaviani
Limson Jaya H

PENDAHULUAN
Kasus ini disebabkan oleh pemberian
dosis antibiotik berlebihan, ginjal
Anne, istri Hotman Paris Hutapea,
rusak. Perempuan bernama lengkap
Augustianne Sinta Dame Marbun itu
sempat pula muntah-muntah hampir
setiap 10 menit selama beberapa hari.

Selain itu, dia juga mengeluh sakit


pinggang sehingga kondisinya
melemah dari hari ke hari. Hotman
menjelaskan, kerusakan ginjal istrinya
diketahui berdasarkan diagnosa
dokter dari RS Mount Elizabeth,
Singapura. "Istri saya diberi
antibiotik ciprofloxacin dalam dosis
tinggi, selama berhari-hari,"

Dosis yang dikonsumsi adalah 1500 mg/hari.Ia


telah mengkonsumsi 20 butir selama 1 minggu.
Akibatnya Anne mengalami :

Muntah-muntah,tubuhnya lemas
Penurunan fungsi ginjal sekitar 72 % atau tinggal 18 %
Unsur kreatinin dalam darah meningkat hingga angka
5,07-1,20 mg/dl dan meningkat hingga 6,60 mg/dl (
keadaan normal 0,07-1,20 mg/dl )

Bila mencapai angka 7 maka harus


cuci darah karena gagal ginjal.
Antibiotik yang digunakan adalah
ciprofloxacin yang bekarja melawan
bakteri dengan menghambat
reproduksinya ,dosis yang digunakan
per oral adalah 400-500 mg.

Dalam hal ini menurut dokter di singapura,tidak


perlu diberikan antibiotika kepada pasien yang
menjalani pengobatan .
Kalaupun diberikan cukup sekali saja dan
menjelang pasien dioperasi yakni 1 hari /setengah
hari sebelum operasi.
Anne telah mengkonsumsi antibiotik melebihi dosis
normal/hari sebelum dioperasi dalam seminggu.

Tinjauan penyakit dan


Patofisiologi :
CIN atau Neoplasia serviks intrapitelial yaitu penyakit
prakanker yang menyerang epitel rahim.
Gejala spesifik untuk penyakit ini tidak ada, namun dapat
terjadi pendarahan di awal penyakit dan biasanya kanker
baru diketahui setelah stadium lanjut.
Terapi dan tindakan :
Dilakukan pengangkatan rahim yang didahului pemberian
Ciprofloxacin 500 mg 3 kali sehari selama 7 hari (20 butir)

Tinjauan farmakologi
Ciproflokxacin
Mekanisme kerja:
Antibiotik golongan fluorokuinolin ini bekerja dengan cara
menghambat enzym DNA gyrase pada bakteri.
Merupakan antibiotik Broad spectrum (aktif terhadap bakteri
gram positif dan negatif)
Dosis:
Bervariasi, maksimal 1000 mg/hari (2 x 500 mg/hari) untuk
dewasa, kecuali untuk infeksi parah dosis ditingkatkan
menjadi 750 mg 2 kali sehari

Efek samping:
Gangguan saluran cerna: mual, muntah, diare, dan sakit perut.
Gangguan SSP : sakit kepala, pusing, gelisah, insomnia, dan euforia.
Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria
Peningkatan sementara nilai enzym hati, terutama pada pasien yang
pernah mengalami kerusakan hati.
Efek terhadap renal : Nefritis interstisial, gagal ginjal, polyuria,
pendarahan uretal, retensi urin.

Peringatan dan Perhatian:


Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan ginjal
Dapat menyebabkan kristaluria, sehingga dosis tidak boleh
berlebihan
Jangan mengkonsumsi produk yang mengandung kalsium selama
menggunakan ciprofloxacin.
Pemberian bersama antasid (Al(OH)3) atau Mg(OH)2 akan
menurunkan bioavaibilitas

Tinjauan Farmakokinetik
1.

Absorbsi
Diserap dengan cepat dan baik di saluran cerna.
Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 1-2 jam setelah
pemberian obat.
2. Distribusi
Ikatan dengan protein serum rendah sekitar 20-40%
Distribusi dengan baik ke berbagai organ tubuh
Melintasi sawar plasenta, ASI, dan cairan amnion
Konsentrasi tertinggi terdapat pada jaringan paru-paru, uterus,
kelenjar prostate, ginjal, hati dan ovarium
3. Metabolisme
Dimetabolisme sebagian di hati

Dimetabolisasikan menjadi empat metabolit aktif yaitu :


1. Desetilen siprofloksasin
2. sulfosiprofolksasin
3. Oxosiprofloksasin
4. N-formilsiprofloksasin
Eliminasi
Dieliminasi melalui urin (55%) dan feses (39%)
Bioavaibilitas mutlak obat mencapai 70 % tanpa kehilangan
berarti pada efek metabolisme lintasan pertama
T1/2 eliminasi 3-5 jam
Cipro diekskresi lebih banyak melalui ginjal, diketahui t1/2
eliminasinya panjang pada fungsi ginjal normal yaitu 3-5 jam,
makanya cukup diberikan 2 kali sehari 500 mg

ANALISA KASUS
Penggunaan ciprofloxacin dengan dosis 3x sehari 500 mg
selama 7 hari (20 butir) menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap fungsi ginjal dimana penurunannya sekitar 72% atau
tinggal 18% yang berfungsi. Selain itu, unsur kreatinin dalam
darahnya meningkat hingga 5,67 mg/dl dan meningkat hingga
6,6 mg/dl. Kadar ini belum mencapai tahap gagal ginjal
(mencapai angka 7 mg/dl) sehingga belum perlu dilakukan cuci
darah. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi akibat penggunaan
cipro dalam dosis tinggi.
Kalaupun diinginkan penggunaan cipro dalam dosis yang tinggi
(1500mg/hari) sebaiknya diberikan dengan regimen 2x 750
mg/hari. Hal ini berkaitan dengan t/2 eliminasinya yang
nantinya akan berpengaruh terhadap bioavailabilitas dan efek
yang ditimbulkannya.

Penggunaan cipro dengan dosis tinggi harus


mendapatkan pengawasan dari dokter. selama
penggunaan cipro diharapkan tidak mengkonsumsi
makanan atau minuman yang mengandung kalsium
dan obat-obat antasida. Antasida yang
mengandung (Al(OH)3) atau Mg(OH)2 akan
menurunkan bioavaibilitas paling banyak 90%.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai