Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semen yang di ejakulasikan selama aktivitas seksual pria, terdiri atas cairan
dan sperma yang beralsal dari vas deferens(kira-kira 10 persen dari
keseluruhan semen), cairan vesikula seminalis (hampir 60 persen), caira
kelenjar prostat (kira-kira 30 persen), dan sejumlah kecil kelenjar mukosa,
terutama kelenjar bulbouretra. Jadi bagian terbesar semen adalah cairan
vesikula seminalis, yang merupakan cairan terakhir yang di ejakulasikan dan
berfungsi untuk mendorong sperma melalui duktus ejakulatorius dan uretra.
pH rata-rata campuran sekitar 7,5. Cairan prostat yang bersifat basa lebih
menetralkan keasaman yang ringan dari bagian semen lainnya. Cairan prostat
membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari vesikula seminalis
dan kelenjar mukosa membua semen menjadi agak kental. Selain itu, enzim
pembekuan dari cairan prostat menyebankan fibrinogen cairan vesikula
seminalis membentuk koagulum fibrin yang lemah, yang menahan semen di
daerah vagina yang lebuh dalam, tempat servik uterus berada.Koagulum
kemudian di larutkan 15 sampai 30 menit kemudian karena terjadinya lisis
oleh fibrinolisin yang dibentuk profibrinolisin prostat.Pada menit pertama
setelah ejakulasi, sperma masih relative tidak bergerak, yang mungkin di
sebabkan oleh viskositas koagulum.Sewaktu koagulum di larutkan, sperma
secara simulatan menjadi sangat motil.
Spermatozoon merupakan gamet jantan tunggal yang telah masak (melalui
proses spermatogenesis) dan siap membuahi ovum. Spermatozoon berbeda
pengertiannya dengan semen maupun spermatozoa. Semen merupakan nama
lain dari mani yang diejakulasikan pria (terdiri dari plasma semen dan
spermatozoa itu sendiri), sedangkan spermatozoa merupakan jamak

spermatozoon

(spermatozoon

dalam

jumlah

yang

banyak).

Selama

berhubungan seksual, volume semen yang biasa diejakulasikan rata-rata


adalah 3,5 ml dan setiap satu ml semen rata-rata mengandung 120 juta
spermatozoon. Bila diamati lebih dekat, sperma terlihat persis seperti sebuah
mesin yang khusus didesain untuk mengangkut muatan genetis. Dalam
muatan ini terdapat 23 kromosom yang dimiliki oleh laki-laki. Segala
informasi mengenai tubuh manusia, bahkan hingga seluk-beluknya yang
paling kecil, tersimpan dalam kromosom ini. Spermatozoa adalah sel gamet
jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satu-satunya sel yang
memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya sangat
khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua,
yaitu mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah
mengaktifkan program perkembangan telur.
Sperma yang sering disebut juga mani atau semen adalah ejakulat yang
berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari
kelenjar prostat, kelenjar2 lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma
merupakan salah satu elemen penting dalam penilaian fertilitas atau
infertilitas. Pemeriksaan sperma meliputi maksroskopis (hal-hal yang terlihat
dengan mata telanjang), mikrospkopis, kimia dan imunologi.
Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses
pembuahan, pewaktuan setiap tahapan pembuahan, kelainan dari bentuk
sperma dan bagaimana cara melakukan pemeriksaannya akan dijelaskan lebih
lanjut.
1.2 Rumusan masalah ?

Bagaimana definisi dan struktur sperma ?

Bagaimana proses terbentuknya sperma atau speratogenesis ?

Apa saja kelainan bentuk sperma ?

Apa saja pemeriksaan analisis sperma ?

1.3 Tujuan

Mengetahui definisi dan struktur sperma

Mengetahui proses terbentuknya sperma

Mengetahui kelainan bentuk dari sperma

Mengetahui jenis pemeriksaan sperma

1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memeuhi tugas Kimia Klinik

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Sperma istilah berasal dari kata Yunani ()''''sperma (yang berarti
"benih") dan mengacu ke sel-sel reproduksi laki-laki. Dalam jenis reproduksi
seksual dikenal sebagai anisogamy dan oogamy, ada perbedaan ditandai
dalam ukuran gamet dengan yang lebih kecil yang disebut sel "laki-laki" atau
sperma.
Sel sperma adalah gamet jantan, atau sel-sel yang berfungsi dalam
reproduksi seksual, sebelum pembuahan. Gamet bergabung dengan gamet
lain, dalam hal ini sel telur perempuan, untuk membentuk zigot. Sebuah zigot
adalah ovum, atau telur, setelah pembuahan. Sperma adalah singkatan dari
spermatozoon, dan spermatozoa dalam bentuk jamak.
Spermatozoon merupakan gamet jantan tunggal yang telah masak (melalui
proses spermatogenesis) dan siap membuahi ovum. Spermatozoon berbeda
pengertiannya dengan semen maupun spermatozoa. Semen merupakan nama
lain dari mani yang diejakulasikan pria (terdiri dari plasma semen dan
spermatozoa itu sendiri), sedangkan spermatozoa merupakan jamak
spermatozoon

(spermatozoon

dalam

jumlah

yang

banyak).

Selama

berhubungan seksual, volume semen yang biasa diejakulasikan rata-rata


adalah 3,5 ml dan setiap satu ml semen rata-rata mengandung 120 juta
spermatozoon. Bila diamati lebih dekat, sperma terlihat persis seperti sebuah
mesin yang khusus didesain untuk mengangkut muatan genetis. Dalam
muatan ini terdapat 23 kromosom yang dimiliki oleh laki-laki. Segala
informasi mengenai tubuh manusia, bahkan hingga seluk-beluknya yang
paling

kecil,

tersimpan

dalam

kromosom

ini.

Perlu diketahui juga bahwa spermatozoon ini memiliki ukuran yang sangat

kecil yaitu dengan panjang 0,05 m, sehingga disebut sebagai sel terkecil
dalam tubuh manusia. Untuk mampu membuahi ovum, spermatozoon harus
memiliki bentuk yang normal dan mampu bergerak secara progressif (lurus
ke depan). Spermatozoon tersebut biasanya memiliki kemampuan berenang
hingga 1-4 mm per menit. Spermatozoon harus menggetarkan ekornya lebih
dari 1000 kali hanya untuk berenang 1,25 cm atau inci (Siti Aisyah, 2010)
Pada mamalia, spermazoon atau sperma diproduksi di testis laki-laki.
Testis, atau testis, menghasilkan lebih dari 4 juta sperma baru setiap jam. Selsel sperma yang dihasilkan oleh pembelahan sel yang disebut meiosis, yang
menghasilkan masing-masing sel sperma memiliki 23 kromosom, yang
merupakan setengah dari kromosom yang ditemukan di setiap sel lainnya
dalam tubuh manusia kecuali untuk telur wanita, yang juga mengandung
hanya 23. Ketika bergabung, namun, mereka membuat syarat 46 kromosom,
sepasang terdiri dari satu kromosom dari laki-laki dan satu dari perempuan,
diperlukan untuk perkembangan yang sehat.
Tidak semua sel sperma dilepaskan ke dalam vagina akan bertahan
berjalanan sampai leher rahim ke saluran tuba. Hanya sel sperma hidup yang
sehat dan lurus akan memiliki kesempatan untuk mencapai sel telur, suatu
prestasi yang membutuhkan sperma mikroskopis untuk berenang sampai satu
jam. Jika tidak ada sel telur untuk dibuahi, sel-sel sperma dapat tetap hidup
hingga lima hari atau lebih dalam saluran reproduksi wanita
Ada tiga bagian pada sel sperma yang sehat. Ada sebuah kapsul kepala
yang berisi inti, bagian tengah disebut mitokondria dan ekor panjang disebut
flagel. Inti mengandung materi genetik dari 23 kromosom. Mitokondria
dalam tubuh sel sperma menyediakan energi untuk aktivitas berenang
diperlukan untuk sperma untuk mencapai sel telur. Sisi gerakan sisi flagel
dimungkinkan oleh kontraksi alternatif dari serat protein yang membentuk
ekor, memberikan dorongan untuk mencapai sel telur wanita setelah sperma

telah memasuki vagina. Ada antara 200-500000000 sel sperma dalam


ejakulasi tunggal.

B. Struktur Sel Sperma


Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan
ekor (flagellata). Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung
kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi
untuk menembus lapisanlapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian
tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai
sumber energi untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai
alat gerak (Anonim, 2009).
1. Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5
mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk
oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala sperma
mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior
kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk
topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan

mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase,


proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan Corona Penetrating
Enzim (CPE) yang semuanya penting untuk penembusan ovum (sel
telur) pada proses fertilisasi (Anonim, 2009).
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh
membran akrosom yang terdiri dari dua lapis, yaitu membran akrosom
dalam (inner acrosomal membran) dan membran akrosom luar (outer
acrosomal membran). Secara molekuler susunan kedua membran
akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan
plasma membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi
akrosom sedang membran akrosom dalam menghilang. Bagian
ekuatorial akrosom merupakan bagian penting pada spermatozoa, hal
ini karena bagian anterior pada akrosom ini yang mengawali
penggabungan dengan membran oosit pada proses fertilisasi berubah
menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa
(Anonim, 2009).
2. Badan
Terdapat sebuah mitokondria berbentuk spiral dan berukuran besar,
berfungsi sebagai penyedia ATP/ energi untuk pergerakan ekor.
3. Ekor
Ekor dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
a.

Bagian tengah (midpiece)

b.

Bagian utama (principle piece)

c.

Bagian ujung (endpiece).

Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter yang


makin ke ujung makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron.
Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama

panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5
mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan
mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop electron (Anonim,
2009).
Mitokondria sebagai pembangkit energi pada spermatozoa. Principle
piece

dibungkus

oleh

sarung

fibrous

(fibrous

sheath)

yang

perbatasannya disebut anulus. Sarung fibrous bentuknya terdiri dari


kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui rusuk-rusuk. Ke
arah sentral ada semacam tonjolan yang memegangi cincin nomor 3, 8
dari aksonema. Keduanya (tahanan rusuk dan pegangan cincin
aksonema) memberikan gerak tertentu
Gerakan maju-mundur ekor (gerakan flagella) memberikan motilitas pada
sperma.Gerakan ini di sebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal secara
ritmis di antara tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema.
Energy untuk proses inidi suplai dalam bentuk adenosine trifosfat yang di
sintesis oleh mitokondria di badan ekor.
Sperma yang normal bergerak dalam medium cair dengan kecepatan 1 sampai
4 mm/menit. Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk bergerak
melalui traktus genitalia pada wanita untuk mencapai ovum

C. SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis adalah

proses

pembentukan

dan

pemasakan

spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan


dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta
menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara
berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan
diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel sel spermatogonia
dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu

pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan


hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan
ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus
terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah

besar

sel

epitel

germinal

disebut spermatogonia (spermatogonium

(sel
=

epitel

tunggal).

benih)

yang

Spermatogonia

terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri,
sebagian

dari

spermatogonia

berdiferensiasi

melalui

tahap-tahap

perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.


Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi
memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron. Proses
pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:

LH (Luteinizing Hormone)
merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada
masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.

FSH (Folicle Stimulating Hormone)


merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa

disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis


dan membutuhkan waktu selama 2 hari.

Hormon Testosteron
Hormon testosteron (androgen) merupakan hormon yang dihasilkan
oleh testis Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ
Seks primer

pada saat embrio dan mendorong spermatogenesis.

Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi danciri


kelamin sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi
bidang.
Hormon Gonadotropin
Hormon ini dihasilkan oleh hipotalamus dibagian dasar dari otak.
Hormon ini akan merangsang kelenjar hipofidid bagian depan
(anterior) untuk mengeluarkan hormon FSH dan LH.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang
akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe
A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian,
setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti


selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan
dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin
banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit
sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian
membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid
yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II
memiliki inti yang gelap.
3.

Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang
meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk
seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang
menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.

Spermiogenesis dapat dibagi menjadi tiga fase :


a. Fase golgi

Sitoplasma spermatid mengandung kompleks Golgi di dekat


inti, mitokondria, sepasang sentriol, ribosom bebas, dan tubulus
retikulum endosplasma halus. Granula proakrosom berkumpul di
kompleks Golgi dan kemudian menyatu membentuk satu granula
akrosom yang terdapat dalam vesikel akrosom.
b. Fase akrosom
Vesikel dan granula akrosom menyebar untuk menutupi
belahan anterior inti yang memadat yang dikenal akrosom.
Akrosom

mengandung

beberapa

enzim

hidrolitik,

seperti

hialuronidase, asam fosfatase, neuraminidase, dan protease. Jadi,


akrosom berfungsi sebagai lisosom.
c. Fase pematangan
Sitoplasma residu dibuang dan difagositosis oleh sel Sertoli
dan spermatozoa dilepaskan ke dalam lumen tubulus (Junqueira,
2007).

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen


Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada
hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan
kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar
tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi,
seorang laki-laki penyebab infertilitas pada pria lebih bersifat
multifaktor; dapat berasal dari kelainan saluran kemih serta daerah
kemaluan, infeksi kelenjar aksesori pria, naiknya suhu kantung
kemaluan (skrotum), pelebaran pembuluh darah balik di skrotum
(varikokel), gangguan hormon, kelainan genetik, serta faktor
imunologi pria. Dari 30-40% kasus, ditemukan bahwa gangguan
terdapat pada hasil analisis cairan spermatozoa dan tidak berhubungan
dengan riwayat atau kelainan pada pemeriksaan laboratorium
endokrin. Gangguan yang tidak diketahui penyebabnya disebut
infertilitas pria idiopatik. Kelainan cairan spermatozoa yang
ditemukan

dapat

berupa

penurunan

jumlah

spermatozoa

(oligospermia), turunnya kecepatan spermatozoa (astenozospermia),


dan kelainan bentuk pada spermatozoa (teratozospermia).
dapat mengeluarkan 300 400 juta sel spermatozoa.
D. Gangguan Proses dan Pembentukan Sperma
1. Defisiensi Testikular (Kegagalan Pembentukan Spermatozoa)
Merupakan gangguan dalam pembentukan spermatozoa yang
berasal dari penyebab selain gangguan pada kelenjar hipotalamushipofisis di otak dan sumbatan pada saluran kemaluan pria. Jenis
ini merupakan salah satu kelainan tersering dari penyebab
infertilitas

pada

pria.

Beberapa

penyebab

yang

dapat

mengakibatkan keadaan ini antara lain adalah tidak terbentuknya


biji kemaluan (testis), kelainan pembentukan testis, kelainan
genetik (sindrom Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y, dan mutasi
gen lainnya), trauma, terpuntirnya testis, infeksi testis, faktor luar
(efek samping obat-obatan, radiasi, suhu panas), varikokel, dan
pembedahan yang dapat mencederai pembuluh darah pada testis.
2. Azoospermia
Jenis kelainan di mana tidak di temukan adanya sel sperma dalam
semen atau air mani pada saat pria mengalami ejakulasi. Gangguan
ini terjadi akibat adanya penyumbatan di vas deverens sehingga
sperma tidak bisa keluar dan bercampur denagn air mani. Penyebab
lain yang mungkin terjadi adalah testis gagal dalam memproduksi
sperma. Karena tidak ada benih yang di keluarka saat berejakulasi
maka pria azoospermia tidak bisa menghamili pasanagnnya atau
istrinya. Meskipun kondisi tersebut tidak selalu di berarti mandul,
terutama jika testis penderita masih bisa memproduksi sperma.
Kecualiu jika organ reproduksi tersebut telah rusak maka keadaan
inilah yang menyebabkan pria di katakan mandul.

.
3. Varikokel
Juga merupakan penyebab utama kemandulan pada laki-laki.
Varikokel disebabkan oleh melebarnya pembuluh darah balik
(vena) yang terdapat pada saluran spermatozoa testis. Pelebaran ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah testis dan menghangatkan
suhu testis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung lama, maka
akan menyebabkan kerusakan pada testis sehingga fungsi utamanya
sebagai pabrik spermatozoa menjadi terganggu. Gejala varikokel
hampir tidak dirasakan atau disadari oleh penderitanya. Beberapa
penderita hanya merasakan ketidaknyamanan pada testis yang
terkena, namun itupun sangat jarang. Varikokel dapat diperiksa
dengan pemeriksaan langsung oleh dokter melalui perabaan atau
dipastikan dengan USG Doppler.
4. Hipogonadisme
Ditandai dengan adanya gangguan fungsi testis yang dapat
berpengaruh

pada

pembentukan

spermatozoa

dan

atau

pembentukan hormon testosteron. Gangguan fungsi testis ini


disebabkan oleh tiga faktor besar, antara lain gangguan pada testis
atau yang disebut sebagai hipogonadisme hipergonadotropik
primer, gangguan pada produksi hormon gonadotropin-releasing
hormone (GnRH), dan gonadotropin (FSH,LH) atau yang disebut
sebagai hipogonadisme hipogonadotropik sekunder serta gangguan
insensitivitas hormon androgen.
5. Kriptokidismus
Merupakan keadaan saat dalam kantong kemaluan tidak terisi
testis. Keadaan ini merupakan kelainan bawaan paling sering pada
pria, dan ditemukan 2-5% pada bayi laki-laki yang baru lahir. Pada

20% kasus, ditemukan testis berada di rongga perut. Penyebab


kriptorkidismus
pengaturan

bersifat

sistem

multifaktor,

endokrin

dan

antara

lain

gangguan

gangguan
pada

gen.

Kriptorkidismus nantinya dapat mengganggu fungsi testis sehingga


dapat menyebabkan keadaan infertilitas.
6. Infeksi Kelenjar Aksesori Pria
Dapat terjadi di saluran uretra (uretritis), kelenjar prostat
(prostatitis), testis (orkitis), dan epididimis (epididimitis). Infeksi
ini bisa diakibatkan karena bakteri, trauma, dan reaksi alergi.
Pemilihan terapi pada infertilitas pria berdasarkan atas penyebab
infertilitas. Secara umum, terapi dapat dilakukan dengan terapi
obat-obatan dan atau terapi pembedahan. Pada keadaan tertentu,
terapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik reproduksi
bantuan (assisted reproduction).
7. Oligospermia
Oligosperma ini adalah jenis kelainan di mana jumlah sel sperma
sangat sedikit atau kurang dari kadar normal dalam air mani.
Dalam setiap 1 ml air mani seharusnya terdapat 20 juta sel sperma,
kurang dari jumlah itulah yang di sebut aligospermia. Para dokter
meyakini bahwa perubahan pola hidup dan mengurangi stress dapat
meningkatkan jumlah sperma. Hindari berendam di air bersuhu
lebih dari 36o C selama lebih dari 15 menit. Oligospermia ini juga
dapat menyebabkan pria mandul jika di biarkan tanpa pengobatan
dan tidak mempedulikan pola makan dan gaya hidup.

8. Asthenozoospermia
Gangguan sperma ini merupakan gerekan sperma yang rendah,
kondisi ini terjadi jika sperma yang di keluarkan oleh pria saat
ejakulasi tidak memiliki kekuatan untuk berenang denagn cepat
melalui lapisan mukosa rahim menuju ovarium untuk membuahi
sel telur. Gerakan sperma sendiri sebenarnya bermacam-macam,
dari jutaan sel yang di ejakulasi seorang pria, beberapa sperma
dapat bergerak cepat dan lincah, sementara yang lain bergerak
lambat dan berkelok-kelok. Jika jumlah sperma yang bergerak
cepat kurang dari standar normalnya maka itulah yang di maksud
dengan Asthenozoospermia.
9. Teratorspermia
kondisi di mana bentuk sperma abnormal sangat banyak dan
jumlah morfologi sperma normal kurang dari 30%. Penyebab
teratospermia ini belum diketahui pasti tetapi beberapa penyakit
seperti celiac dan crohn di sebut-sebut berhubungan dengan kondisi
ini. Adanya kelainan hormonal dan kelainanpada testis infeksi dan
tumor juga turut mempengaruhi morfologi sperma. Sampai
sekarang jiga belum di temukan obat untuk tertospermia.
Pemberian testorteron, vitamin E dan C , anti oksidan dan bahkan
opersi belum sepenuhnya dapat menyembuhkan kondisi ini. Oleh

karena itu penderita perlu mempertimbangkan metode pembuahan


lain sperti program bayi tabung untuk mendaptkan anak.

Anda mungkin juga menyukai