Anda di halaman 1dari 16

Skripsi_haloq

Sifat Zeolit
Zeolit memiliki struktur yang menarik yaitu stuktur berongga yang biasanya
rongga ini diisi oleh air dan kation yang bisa dipertukarkan, memiliki ukuran pori
yang tertentu dan sifat-sifat fisika kimia yang sangat penting. Sifat-sifat yang penting
tersebut diantaranya adalah zeolit merupakan penyerap dan penukar ion yang sangat
selektif dan zeolit mempunyai aktivitas katalis yang spesifik dan selektif. Oleh sebab
itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, penyerap
bahan dan katalisator (Rachmawati dan Sutarti, 1994). Sifat-sifat zeolit di atas dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Adsorpsi dan Difusi.
Sifat-sifat penyerapan dan difusi zeolit karena adanya perbedaan kanal-kanal
dan rongga-rongga yang ada pada struktur zeolit. Alumina-silika tidak hanya berguna
sebagai penyaring molekul, tetapi juga dapat menunjukkan selektivitas permukaan.
b. Penukar Ion.
Sifat serapan zeolit dipengaruhi oleh muatan kation yang terkoordinasi pada atom oksigen
kerangka. Pada zeolit terhidrasi penuh, kation-kation yang bebas bergerak dapat diganti
dengan kation-kation lain.
c. Aktivitas Katalis.
Zeolit merupakan katalisator yang baik karena mempunyai pori-pori yang besar dengan
permukaan yang maksimum (Rachmawati dan Sutarti, 1994). Aplikasi zeolit lainnya yang
tidak kalah pentingnya adalah sebagai katalis heterogen. Katalis zeolit berbeda dengan jenis
padatan lainnya karena situs aktif katalitik terdistribusi secara seragam pada sebagian besar
padatannya dan pada strukturnya terdapat ruangruang kosong dan kanal-kanal yang mudah
dicapai oleh molekul-molekul reaktan
tertentu (Hamdan, 1992).
d. Dehidrasi.
Sifat dehidrasi dari zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorpsinya (Rachmawati dan
Sutarti, 1994). Zeolit dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang
menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif terinteraksi
dengan molekul yang akan diadsorpsi. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-pori
atau volume ruang hampa yang terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan
(Rachmawati dan Sutarti, 1994).
2.2.3 Zeolit Sebagai Katalis

Menurut Smith (1992), zeolit digunakan secara luas sebagai katalis dalam proses
perengkahan berdasarkan pada produksi situs asam Bronstead dan situs asam Lewis yang
terdapat dalam pori zeolit. Struktur tetrahedral yang dimiliki zeolit sangat memungkinkan
untuk digunakan sebagai pengemban dan sebagai katalis.
Rasio Si/Al di dalam kerangka zeolit tersebut sangat menentukan keasaman
zeolit. Keasaman zeolit terdiri dari asam Bronstead dan asam Lewis dimana jumlah
total asam Bronstead dan asam Lewis adalah konstan. Keasaman zeolit meningkat
dengan bertambahnya rasio Si/Al

By preparasi gasoline2.5.3. Sifat Zeolit


Sifat zeolit yang terpenting adalah sebagai penyerap yang selektif, penukar ion, dan
mempunyai sifat katalisis yang tinggi. Sifat-sifat serapan zeolit dipengaruhi oleh muatanmuatan kation. Kation-kation ini terkoordinasi pada atom oksigen. Pada zeolit terhidrasi
penuh, kation-kation mobil dapat diganti kation-kation lain tidak harus monovalen.
Penggantian kaion dengan kation lain yang berbeda ukurannya dan muatan listriknya dapat
mempengaruhi ukuran pori-pori yang akhirnya mempengaruhi sifat-sifat serapannya.
Perubahan sifat zeolit tergantung pada sifat-sifat dan ukuran kation, temperatur, tekanan,
konsentrasi larutan, dan struktur zeolit. Kationkation yang ada dalam zeolit mempengaruhi
sifat fisiknya. Berikut Adalah sifatsifat zeolit antara lain :

a. Dehidrasi
Sifat dehidrasi zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorpsinya. Zeolit dapat melepaskan
molekul air dalam rongga permukaan yang menyebabkan medan listrik meluas ke dalam
rongga utama dan akan efektif berinteraksi dengan molekul yang akan diadsorpsi. Jumlah
molekul air sesuai dengan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk
bila unit sel kristal zeolit tersebut diaktifkan dengan jalan pemanasan.
b. Adsorbsi
Dalam keadaan normal ruang hampa kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang berada
di sekitar kation bila kristal zeolit dipanaskan pada suhu 300-4000C maka molekul air
tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan. Zeolit
juga mampu memisahkan molekul zat berdasarkan ukuran dan kepolarannya, karena adanya
pengaruh kutub antara molekul zeolit dengan zat tersebut. Molekul yang tidak jenuh atau
memiliki kutub akan lebih mudah lolos daripada yang jenuh atau yang tidak berkutub.
Selektivitas adsorbsi zeolit terhadap ukuran molekul tertentu dapat disesuaikan dengan alan:
penukaran kation, dekationisasi, dealuminasi secara hidrotermal dan
pengubahan perbandingan kadar Si dan Al.
c. Pertukaran ion
Kemampuan zeolit sebagai penukar ion tergantung pada banyaknya kation tukar pada zeolit.
Banyaknya kation tukar pada zeolit ditentukan oleh banyaknya kation Si4+ yang digantikan
oleh kation yang bervalensi tiga atau lima. Pada zeolit alam kation Si4+ yang biasanya dapat
digantikan oleh kation Al3+ , sehingga kapasitas tukar kation ditentukan oleh rasio Si/Al.
Kation tukar pada zeolit dapat dipertukarkan dengan kation lain dari golongan logam alkali
atau alkali tanah yang lain, karena kation tukar tidak terikat dalam rangka zeolit oleh empat
atom oksigen seperi Si4+dan Al3+
. Berikut contoh pertukaran kation:
Na-Zeolit + Nh4+ ->NH4-Zeolit + NA+
Na adalah logam alkali. Selanjutnya NH
-Zeolit ini dapat

membentuk H-Zeolit yang merupakan katalis asam. Berikut faktor


faktor yang mempengaruhi pertukaran ion:
1) Ukuran Rongga Zeolit, semakin besar ukuran rongga zeolit maka akan 4
semakin besar pula kemampuan pertukaran ionnya.
2) Rasio Si/Al, semakin kecil rasio Si/Al maka kapasitas tukar kation
zeolit akan semakin besar. Data kapasitas tukar kation dari beberapa jenis mineral zeolit
berdasarkan ukuran pori dan rasio Si/Al terdapat pada Tabel 2.7. Sedangkan pada Tabel 2.6.
dapat dilihat jenis reaksi pertukaran ion dengan kapasitas pertukaran ionnya (Dariyus, 2005).
3) Volume Ion, ukuran ion yang masuk dapat mempengaruhi laju dan
jumlah pertukaran ion. Contoh: ion NH4+ akan mengalami pertukaran ion yang cukup lama
karena ukuran molekulnya cukup besar dan hampir sama dengan ukuran rongga zeolit.
4) Selektifitas Ion, Setiap jenis-jenis zeolit pada umumnya memiliki urutan selektifitas ion
yang berbeda-beda. Ion dengan selektifitas yang tinggi akan dengan mudah masuk kedalam
rongga zeolit dibandingkan dengan ion yang selektifitasnya lebih rendah (Dariyus, 2005).
5) Temperatur, semakin tinggi temperatur maka akan semakin
mempercepat laju pertukaran ion.
Katalis
Zeolit merupakan katalisator yang baik karena memiliki pori-pori yang besar dengan
permukaan yang maksimum. Zeolit memiliki ciri paling khusus yang secara praktis akan
menentukan sifat khusus di dalam mineral ini, yaitu adanya ruang kosong yang akan
membentuk saluran di dalam strukturnya. Pada proses penyerapan atau katalisis, pemakaian
zeolit akan mengakibatkan difusi molekul ke dalam ruang bebas atau hampa di antara kristal
sehingga dimensi dan lokasi saluran sangat penting dalam proses difusi tersebut. Zeolit
merupakan katalis yang efektif untuk proses alkilasi hidrokarbon, isomerisasi, dan
perengkahan. Tiga sifat zeolit yang berperan dalam fungsinya sebagai katalis adalah
penyaring molekul untuk menyeleksi pereaksi, hasil antara, dan produk akhir; pusat asam;
dan rasio Si/Al. Zeolit dapat digunakan sebagai katalis untuk reaksi katalitik. Ciri paling
khusus dari zeolit adalah ruang kosong yang membentuk saluran di dalamnya. Bila zeolit
digunakan pada proses katalitik, akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang bebas antar
kristal dan reaksi kimia di permukaan saluran tersebut. Zeolit dimanfaatkan sebagai katalis
karena tersedianya pusat aktif dalam sistem pori katalis. Sistem pori ini berhubungan dengan
sifat kristal dari zeolit. Zeolit dapat berfungsi sebagai katalis asam karena kationnya dapat
dipertukarkan. Sebagai contoh, zeolit alam umumnya memiliki kation jenis alkali (misalnya

Na+), jika kation ini dipertukarkan dengan NH4

Yang diikuti pemanasan, maka pada

permukaan zeolit akan terdapat ion H+ Secara katalitik, ion berfungsi sebagai pusat aktif (inti
aktif).
Zeolit Sebagai Katalis Selektif Bentuk
Zeolit dimanfaatkan sebagai katalis didasarkan pada tersedianya
pusat aktif dalam sistem pori katalis dan pori tersusun atas satu atau lebih
ukuran yang seragam. Sistem pori ini berhubungan dengan sifat kristal
zeolit. Ukuran pori yang sesungguhnya terbentuk dari struktur cincin pada
praktiknya menjadi lebih kecil (bervariasi) dengan adanya kation-kation
pada permukaan zeolit.
Selektifitas bentuk dari katalis dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Selektifitas Reaktan, yaitu terjadi bila hanya sebagian dari reaktan yang hanya bisa
menjangkau situs aktif didalam pori zeolit. Hal ini berarti hanya komponenkomponen reaktan yang selektif saja yang dapat masuk kedalam pori zeolit (Bathia,
1988). Sesuai dengan Gambar 2.7, maka berdasarkan selektifitas bentuk dari zeolit,
hanya karbon dengan rantai lurus saja yang dapat melewati pori-pori zeolit dan tidak
untuk karbon berantai cabang

2. Selektifitas Produk, yaitu terjadi bila hanya produk reaksi yang berukuran tertentu
yang dapat berdifusi keluar dari rongga zeolit. Produk yang lebih besar dari ukuran
jendela pori-pori zeolit akan tinggal didalamnya sehingga akan mendeaktivasi katalis
atau dapat bereaksi lebih lanjut dan membentuk produk reaksi yang lebih kecil
sehingga dapat keluar meninggalkan rongga zeolit (Bathia, 1988).

3.
Selektifitas Keadaan Transisi. Selektifitas keadaan transisi terjadi bila reaksi-reaksi tertentu
dapat dicegah karena keadaan transisi yang dibutuhkan oleh suatu reaksi tidak dapat dicapai
dalam rongga zeolit. Misalnya membutuhkan ruang yang lebih besar daripada ruang yang ada
rongga zeolit (Setyawan, 2003).
Penyaring atau pemisah
Zeolit memiliki kemampuan untuk memisahkan berdasarkan perbedaan ukuran, bentuk dan
polaritas dari suatu molekul yang disaring. Zeolit dapat memisahkan suatu zat atau molekul
gas dalam suatu campuran tertentu karena mempunyai ruang hampa yang cukup besar dengan
garis tengah yang bermacam-macam antara 2 - 8, tergantung jenis zeolit. Volume dan
ukuran garis tengah ruang hampa dala kisi-kisi kristal menjadi dasar kemampuan zeolit untuk
bertindak sebagai penyaring molekul
Muhammad rilian
Katalis Heterogen

Katalis heterogen adalah katalis yang memiliki fasa yang berbeda dengan reaktan. Dengan
kata lain, interaksi antara substrat dan katalis berada dalam fasa yang berbeda. Kelebihan
katalis heterogen dibandingkan dengan katalis homogen adalah proses pemisahannya dengan
produk yang dihasilkan lebih mudah, diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit, korosi
pada reaktor minimal, dan pada umumnya dapat diregenerasi untuk mendapatkan katalis
yang hampir sama dengan katalis yang belum dipakai dalam reaksi katalisis Pada proses
katalis heterogen terjadi tahapan reaksi (siklus katalitik) sebagai berikut
:
a. Transport reaktan ke permukaan katalis.
b. Interaksi antara reaktan dengan katalis (proses adsorpsi pada
permukaan katalis).
c. Reaksi antara spesies-spesies teradsorpsi menghasilkan produk
(terbentuk intermediet yang stabil / reaktif).
d. Desorpsi produk dari permukaan katalis.
e. Transport produk menjauhi katalis.

Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan
sebagai bahan pangan. Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok
yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Minyak

goreng biasanya digunakan

sebagai media menggoreng bahan pangan, penambah cita rasa, ataupun shortening yang
membentuk tekstur pada pembuatan roti.
By konversisenyawaabemenjadihidrokarbon
Bila zeolit digunakan pada proses katalitik maka akan terjadi difusi molekul kedalam ruang
kosong antar kristal dan reaksi kimia juga terjadi dipermukaan saluran tersebut.

Zeolit

merupakan katalis yang cukup efektif digunakan pada proses cracking, isomerization, dan
hydrocarbon alkylation. Peran zeolit sebagai katalis berdasarkan pada tiga sifatnya, yaitu: 1)
Penyaring molekul, sifat sebagai penyaring

molekul yang dimiliki oleh zeolit dapat

dimanfaatkan untuk menyeleksi reaktan, hasil antara dan produk akhir yang terlibat dalam
proses katalitik oleh katalis zeolit. 2) Pusat asam, adanya pusat asam pada zeolit dapat

memberikan medium yang kondusif (lebih reaktif) untuk proses katalitik. 3) Rasio Si/Al,
semakin tinggi rasio Si/Al yang tinggi akan menyebabkan keasaman tinggi. Setiap jenis zeolit
mempunyai batas rasio Si/Al yang berbeda-beda. Setiadi dan Astri Pertiwi 2007
Proses kalsinasi yang dilakukan meningkatkan jumlah situs asam secara

signifikan.

Pemanasan saat kalsinasi menyebabkan hilangnya amorf, maupun pengotor organik dari
katalis. Situs asam yang tertutup oleh amorfus ataupun

pengotor organik tidak dapat

menyerap basa adsorbat. situs asam yang mulanya tertutup oleh pengotor menjadi teraktivasi
dan dapat menyerap basa adsorbat sehingga terjadi kenaikan jumlah situs asam.
By digital preparasi karakterisai
Katalis homogen adalah katalis yang memiliki fasa yang sama
dengan reaktan, sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam
fase berbeda (Thomas and Thomas, 1967). Persyaratan kunci dalam
katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau larutan diadsorpsi
kepermukaan katalis. Tahapan reaksi pada sistem katalis heterogen, yaitu :
1. Transport reaktan ke permukaan katalis
2. Interaksi reaktan dengan katalis, dimana terjadi pelemahan ikatan dari
molekul yang teradsorb
3. Reaksi molekul reaktan yang teradsobsi dengan membentuk senyawa
intermediet dan menghasilkan produk
4. Desorpsi produk dari permukaan katalis
5. Transport produk menjauhi katalis

Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak dan minyak yang digunakan dalam makanan sebagian
besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai asam lemak.
Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri maupun rumah
tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi minyak goreng bekas,
maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut agar
tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak goreng dapat dilakukan
dengan pemurnian melalui proses adsorbsi dengan adsorben zeolit alam yang telah diaktifkan
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati,atau minyak hewani. Salah satu pemanfaatan bahan
dari minyak nabati adalah limbah minyak goring bekas (minyak jelantah).
Biodiesel yang berasal dari minyak jelantah sifatnya ramah lingkungan, tidak mencemari air,
udara, maupun tanah karena mudah terurai secara biologis dan bahan bakunya dapat
diperbaharui. Pemakaian minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dapat
meminimalisir pencemaran lingkungan akibat limbah minyak goreng yang berasal dari
industri industri rumah tangga. Dengan memakai limbah minyak goreng tersebut juga dapat
mereduksi biaya produksi biodiesel yang tergolong mahal, dikarenakan terbatasnya
ketersediaan bahan baku dan harganya yang relatif tinggi.

Minyak Sisa Penggorengan

Minyak sisa penggorengan atau yang sering disebut minyak jelantah adalah minyak limbah
yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur,
minyak samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga umumnya, yang dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner. Akan
tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa
yang bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan (Raharjo. S. 2007).
Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi,
membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Awal dari kerusakan minyak goreng
adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada
tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng
berulang kali. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh
atau akrolein. (F.G Winarno, 2004). Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi.
Maka, minyak goreng berulang kali atau yang disebut minyak jelantah telah mengalami
penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat
menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan
yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi
gliserol dan FFA (free fatty acid) atau asam lemak jenuh. (Ketaren, 2005).
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis
tumbuhan. Contohnya, minyak jagung, kanola, kelapa, dan kelapa sawit yang kemudian
menghasilkan produk dengan nama SME (Soybean Methyl Ester), RME (Rapeseed Methyl
Ester), CME (Coconut Methyl Ester), dan POME (Palm Oil Methyl Ester) (Budiman, 2004).
Biodiesel dapat dibuat dari berbagai bahan alam yang mengandung trigliserida, baik minyak
pangan (edible oil) maupun minyak bukan pangan (non-edible oil). Indonesia juga memiliki
beragam tumbuhan yang potensial digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Menurut
Budiman (2004), proses pembuatan biodiesel adalah proses transesterifikasi antara minyak

nabati dengan metanol dan katalis dengan suhu 70oC. Biodiesel memiliki kelebihan antara
lain tidak diperlukan modifikasi mesin, memiliki cetane number tinggi, ramah lingkungan,
memiliki daya pelumas yang tinggi, aman, dan tidak beracun. Keunggulan dari biodiesel ini
antara lain dapat melindungi mesin, meningkatkan efisiensi pembakaran, dan ramah
lingkungan. Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut.
Melalui proses-proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi senyawa-senyawa
lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak bebas (Ketaren, 1996).
Kandungan asam lemak bebas inilah yang kemudian akan diesterifikasi dengan metanol
menghasilkan biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya ditransesterifikasi dengan
metanol, yang juga menghasilkan biodiesel dan gliserol. Dengan kedua proses tersebut maka
minyak jelantah dapat bernilai tinggi.

By jurnal pisang goreng


Minyak goreng juga membuat makanan menjadi renyah, kering, dan berwarna
keemasan/kecoklatan, akan tetapi jika minyak goreng digunakan secara berulang kali akan
membahayakan kesehatan (Widayat dkk., 2006). Minyak goreng berfungsi sebagai
penghantar panas, serta penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori pada bahan pangan
yang digoreng. Minyak goreng dapat diproduksi dari berbagai macam bahan mentah,
misalnya kelapa, kopra, kelapa sawit, kacang kedelai, biji jagung (lembaganya), biji bunga
matahari,
biji zaitun (olive), dan lain-lain (Widayat dan Haryani, 2006).
Umumnya, minyak goreng (nabati) mengandung asam lemak jenuh yang bervariasi. Asam
lemak jenuh berpotensi meningkatkan kolestrol darah, sedangkan asam lemak tak jenuh dapat

menurunkan kolestrol darah. Dalam penurunan kolestrol darah tersebut dapat dikatakan
bahwa asam lemak tak jenuh tunggal lebih efektif (Khomsan, 2010).
Kerusakan minyak atau lemak akibat pemanasan pada suhu tinggi (200-250C) akan
mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit, misalnya diarhea,
pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker dan menurunkan nilai cerna lemak.
Namun, kerusakan minyak juga bisa terjadi selama penyimpanan. Penyimpanan yang salah
dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida pada minyak
lalu membentuk gliserol dan asam lemak bebas.Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kadar asam lemak bebas dalam minyak bekas penggorengan
berulang makanan jajanan dan minyak hasil ekstraksi pisang goreng.

biodiese_minyak goreng_isalmi
Minyak goreng bekas merupakan minyak yang berasal dari sisa minyak penggorengan bahan
makanan. Minyak goreng bekas maupun minyak nabati yang baru tersusun atas gliserida yang
mempunyai rantai karbon panjang, yaitu ester antara gliserol dengan asam karboksilat. Perbedaan
minyak goreng bekas dengan minyak nabati yang baru terletak pada komposisi asam lemak jenuh dan
tak jenuhnya. Minyak goreng bekas memiliki kandungan asam lemak jenuh lebih besar dari minyak
nabati yang baru. Hal ini disebabkan pada proses penggorengan terjadi perubahan rantai tak jenuh
menjadi rantai jenuh pada senyawa penyusunnya. Komposisi asam lemak tak jenuh minyak jelantah
adalah 30% sedangkan asam lemak jenuh 70% (Kusuma,2003).
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nabati
misalnya: minyak sawit, minyak kelapa, minyak kemiri, minyak jarak pagar, dan
minyak berbagai tumbuhan yang mengandung trigliserida.

Biodiesel memiliki kelebihan lain dibanding dengan solar, yakni:

1. Angka setana lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik
dibanding dengan minyak solar.
2. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian sehingga dapat terus diperbaharui.
3. Ramah lingkungan karena tidak ada emisi gas sulfur.
4. Aman dalam penyimpanan dan transfortasi karena tidak mengandung racun.
5. Meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia.
6. Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil dan menengah sehingga bisa
diproduksi di daerah pedesaan.
10

Pada prinsipnya, proses pembuatan biodiesel sangat sederhana.


Biodiesel dihasilkan melalui proses yang disebut reaksi esterifikasi asam lemak
bebas atau reaksi transesterifikasi trigliserida dengan alkohol dengan bantuan
katalis dan dari reaksi ini akan dihasilkan metil ester/etil ester asam lemak dan
gliserol.

By Biodiesel bio_mgb_sri purnomo


dapat menggantikan minyak solar maupun sebagai campuran minyak solar tanpa modifikasi mesin.
Biodiesel sebagai bahan campuran solar memiliki beberapa keuntungan diantaranya mempunyai
kadar belerang yang jauh lebih kecil dibandingkan bahan bakar lain dan juga biodiesel dapat
meningkatkan daya pelumasan yang membuat mesin menjadi lebih awet dan juga bersih. Biodiesel
memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas solar, sehingga biodiesel
memiliki daya pelumas yang sangat baik dari pada bahan bakar solar.

Bio WCO
Ma and Hanna
[61] reported that methanol can react with triglycerides quickly and the alkali catalyst is easily
dissolved in it. However, due to its low boiling point, there is a large explosion risk associated with
methanol vapors which are colorless and odorless. Both methanol and methoxide are extremely
hazardous materials that should be handled carefully. It should be ensured that one is not exposed to
these chemicals during biodiesel production. Short-chain alcohols (e.g. methanol, ethanol) can be
used for

this reaction. Methanol has some advantages such as higher reactivity and less possibility of
decreasing the reaction rate by steric hindrance when compared to other alcohols, since it has the
lowest carbon chain [6]. However, the main process for the production of methanol currently uses
natural gas, making it non-renewable and environmentally incorrect, besides being toxic. In Brazil,
the use of anhydrous ethanol has become more advantageous, since it is produced on a large scale and
is a product of biomass, thus biodegradable and non-toxic to the environment [4]. Chongkhong S,
Tongurai C, Chetpattananondh R. Continuous esterication for
biodiesel production from palm fatty acid distillate using economical process.
Renewable Energy 2009;34(4):1059e63.
Melaporkan bahwa metanol dapat bereaksi dengan trigliserida cepat dan katalis alkali mudah larut di
dalamnya. Namun, karena titik didih yang rendah, ada risiko ledakan besar yang terkait dengan uap
metanol yang tidak berwarna dan tidak berbau. Kedua metanol dan metoksida adalah bahan yang
sangat berbahaya yang harus ditangani dengan hati-hati. Perlu dipastikan bahwa seseorang tidak
terkena bahan kimia ini selama produksi biodiesel. Alkohol rantai pendek (misalnya metanol, etanol)
dapat digunakan untuk Reaksi ini. Metanol memiliki beberapa keunggulan seperti reaktivitas yang
lebih tinggi dan kemungkinan kurang penurunan laju reaksi dengan halangan sterik bila dibandingkan
dengan alkohol lain, karena memiliki rantai karbon terendah [6]. Namun, proses utama untuk
produksi metanol saat ini menggunakan gas alam, sehingga tidak terbarukan dan tidak benar
lingkungan, selain menjadi beracun. Di Brazil, penggunaan etanol anhidrat telah menjadi lebih
menguntungkan, karena diproduksi dalam skala besar dan merupakan produk biomassa, sehingga
biodegradable dan tidak beracun ke lingkungan [4].

Preparasi NiAktivitas katalitik dari zeolit dihubungkan dengan keberadaan situs asam yang
muncul dari unit tetrahedral [AlO4-] pada kerangka. Situs asam ini bisa berkarakter asam
Bronsted maupun asam Lewis. Zeolit alam yang telah di dealuminasi dengan asam akan
memberikan permukaan gugus hidroksil yang merupakan sisi asam Bronsted. Jika zeolit tidak
stabil pada larutan asam, situs Bronsted dapat dibuat dengan mengubah zeolit menjadi garam

NH4+ kemudian memanaskannya sehingga terjadi penguapan NH3 dengan meninggalkan


proton (Gambar 2.6)
Pemanasan

yang

berlebihan

akan

menyebabkan

rusaknya

struktur

kristal

(Trisunaryanti,2002) dimana hal tersebut menyebabkan keluarnya air dari situs Bronsted
(Gambar 2.7) menghasilkan ion Al terkoordinasi 3 yang mempunyai sifat akseptor pasangan
elektron sebagai asam Lewis (Gates, 1992).
Metode difraksi sinar X digunakan untuk mengetahui struktur dari lapisan tipis yang
terbentuk. Sampel diletakkan pada sampel holder difraktometer sinar X. Proses difraksi sinar
X dimulai dengan menyalakan difraktometer sehingga diperoleh hasil difraksi berupa
difraktogram yang menyatakan hubungan antara sudut difraksi 2 dengan intensitas sinar X
yang dipantulkan. Untuk difraktometer sinar X, sinar X terpancar dari tabung sinar X. Sinar
X didifraksikan dari sampel yang konvergen yang diterima slit dalam posisi simetris dengan
respon ke fokus sinar X. Sinar X ini ditangkap oleh detektor sintilator dan diubah menjadi
sinyal listrik. Sinyal tersebut, setelah dieliminasi komponen noisenya, dihitung sebagai
analisa pulsa tinggi. Teknik difraksi sinar x juga digunakan untuk menentukan ukuran kristal,
regangan kisi, komposisi kimia dan keadaan lain yang memiliki orde yang sama.

b. Pemanfaatan sebagai Katalis Hidrorengkah


Penggunaan penting dari zeolit adalah sebagai katalis heterogen. Kebanyakan katalis
zeolit digunakan dalam penyulingan minyak bumi, misalnya penggunaan zeolit Y yang
ultrastabil dalam hidrorengkah katalitik.
Zeolit digunakan sebagai katalis dalam proses hidrorengkah karena
memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Mempunyai situs asam yang aktif (Dyer, 1998)

Zeolit mempunyai situs asam Bronsted yang ditimbulkan oleh gugus hidroksil dalam
struktur pori zeolit. Gugus hidroksil biasanya dibentuk dengan pertukaran kation amonium
atau polivalen diikuti oleh kalsinasi. Hidrogen akan berikatan dengan oksigen membentuk
gugus hidoksil yang menggambarkan situs asam Bronsted. Zeolit terprotonasi melalui
pemanasan lebih lanjut akan terjadi dehidroksilasi struktur membentuk situs asam Lewis
yang ditunjukkan oleh gambar 3. Situs Lewis tersebut belum stabil, karena masih adanya uap
air. Ia dapat
distabilkan dengan mengeluarkan Al dari kerangka membentuk situs Lewis
sebenarnya yang diperlihatkan pada Gambar 4.
2) Selektivitasnya tinggi terhadap reaktan (Dyer, 1998)
Zeolit dengan ukuran pori yang spesifik memiliki sifat selektif dalam
mengadsorpsi molekul. Suatu molekul dapat teradsorpsi secara baik dalam rongga
zeolit. Sifat sifat zeolit yang demikian, spesifik untuk satu jenis zeolit dan
mengacu pada sifat kristalin sebagai suatu adsorben. Selama proses katalisis, sifat
ini akan menghasilkan selektivitas katalis yang tinggi.
3) Stabil terhadap pemanasan tinggi.
Reaksi hidrorengkah adalah reaksi endoterm sehingga umumnya
membutuhkan temperatur yang tinggi maka diperlukan katalis yang mempunyai
stabilitas terhadap kerusakan struktur pori pada pemanasan tinggi.

4) Luas permukaannya yang besar.


Reaksi katalitik berlangsung pada permukaan katalis sehingga semakin
besar luas permukaan katalis maka makin banyak molekul yang dapat
mengadakan reaksi katalitik. Luas permukaan yang besar disebabkan banyaknya
pori yang berkaitan erat proses difusi reaktan untuk mencapai sisi aktif zeolit

sehingga proses hidrorengkah dapat berjalan efektif.

Apriliyani, Kurnia. 2007. Pengaruh Perbandingan Mol Mg/Al dalam Katalis Mg-Al
Hidrotalsit terhadap Reaksi Heterogen Katalisis

Transesterifikasi Minyak Jarak

dengan Metanol. Depok: Universitas Indonesia.

Wibowo, Widayanti. 2004. Hand Out Kuliah Kapita Selekta Kimia Fisik III :
Katalis Heterogen dan Reaksi Katalisis. Depok : Departemen Kimia
FMIPA UI.
Bond, G.C. 1987. Heterogenous Catalysis : Principles and Applications. London:
Clarendon Press, Oxford.
Gates, B.C. (1992). Catalytic chemistry. New York : John Wiley and Sons,
Inc.

Lee et al., 2009


Hamdan, H. (1992). Introduction to zeolite synthesis, characterization and
modifications. Malaysia : Universiti Teknologi Malaysia.

Freedman, B., E.H. Pryde dan T.L. Mount. 1984. Di dalam K. Krisnangkura dan R.
Simamahamnop. 1992. Continous Transmethylation of Palm Oil in Organic
Solvent. JAOCS. Vol 69 No. 2 Februari.

4 Chongkhong S, Tongurai C, Chetpattananondh R. Continuous esterication for


biodiesel production from palm fatty acid distillate using economical process.
Renewable Energy 2009;34(4):1059e63.

Budiman, B. T., 2004. Penggunaan Biodiesel sebagai Bahan Bakar Alternatif.


Prosiding Seminar Prospek Biodiesel di Indonesia, Serpong, 12 Agustus 2004.
Hariyadi, P., Andarwulan, N, Nuraida, L., dan Sukmawati, Y. (Eds).
Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Bogor.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta.

Skoog. D. A. 2000. Fundamentals of Analytical Chemistry. Publisher: Brooks Cole.

Hamdan, H. 1992. Introduction to Zeolites: Synthesis, Characterization, and


Modification. Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia
Campbell, I. M. 1988. Catalysis at Surface. New York: Chapman and Hall Ltd.

Dyer, A. 1988. Introduction to Zeolite Moleculer Sieves. Great Britain: Jhon Wiley &
Sons Inc.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Perrtama. Jakarta: UI Press.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Smith, K. 1992. Solid Support and Catalyst in Organic Synthesis. London: Ellis
Horwood PTR.
Mc Nair, H. & Bonelli, E. J. 1988. Dasar Kromatografi Gas. Bandung: Penerbit ITB.
Rachmawati, M. & Sutarti, M. 1994. Zeolit: Tinjauan Literatur. Jakarta: Pusat
Dokumentasi dan Informasi LIPI.

Setiadi dan Pertiwi, A., 2007, Preparasi


dan Karakterisasi Zeolit Alam untuk
Konversi Senyawa ABE menjadi
Hidrokarbon, Prosiding Kongres dan
Simposium Nasional Kedua MKICS
2007. ISSN : 0216-4183
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai