Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006).
Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling
berkaitan yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Empat
komponen ini adalah passanger (janin), passage (pelvis ibu), power
(kontraksi uterus), dan psikis (status emosi ibu). Bila persalinan dimulai,
interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk
terjadinya kelahiran pervaginam spontan (Walsh, 2007).
Kemajuan persalinan pada kala I fase aktif merupakan saat yang
paling melelahkan, berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau
nyeri, dalam fase ini kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat karena
kegiatan rahim mulai lebih aktif. Pada fase ini kontraksi semakin lama,
semakin kuat, dan semakin sering yang dapat menimbulkan kecemasan.
Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa berdampak meningkatnya sekresi
adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah konstriksi pembuluh darah
sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran darah juga
menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya
proses persalinan hingga dapat menyebabkan persalinan lama (Danuatmadja,
2004). Melemahnya kontraksi rahim atau kontraksi inadekuat ini merupakan
penyebab terbanyak terjadinya partus lama (Kumarawati, 2010).
Banyak upaya untuk mengefektifkan his antara lain; teknik ambulasi,
perubahan posisi, mengosongkan kandung kemih, stimulasi putting, dan
pemberian makan dan minum serta mengurangi stressor dan kelelahan ibu
juga efektif meningkatkan frekuensi his (Kumarawati, 2010). Salah satu upaya

pengurangan stressor dan kelelahan ibu guna pengefektifan frekuensi his agar
adekuat adalah dengan massage. Massage adalah tindakan penekanan oleh
tangan pada jaringan lunak, biasanya otot

tendon atau

ligamen, tanpa

menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,


menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. (Henderson, 2006).
Kontak fisik merupakan sumber kenyamanan pada saat persalinan.
Pijatan dapat menjadi cara untuk membuat ibu menjadi rileks, mendekatkan
ibu dengan suami dan bidan serta bermanfaat pada tahap pertama persalinan
untuk mengurangi rasa sakit, menenangkan dan menentramkan diri ibu
(Stoppard, 2002). Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah
bentuk stimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan dapat
menimbulkan efek relaksasi (Moondragon, 2004). Relaksasi yang dialami ibu
merangsang

otak

untuk

menurunkan

kadar

hormon

adrenalin

dan

meningkatkan produksi oksitosin yang merupakan faktor penting timbulnya


kontraksi uterus yang adekuat (Chapman,2006)
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang (Joseph, 2010).
Menurut pendapat James (2005) yang menyatakan adanya rasa takut dan
kecemasan atau ansietas terjadi pada 90% ibu melahirkan (multi atau
primigravida).
Partus lama rata-rata di dunia menyebabkan kematian ibu sebesar 8 %
dan di Indonesia sebesar 9 %. Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa
partus lama merupakan komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak
nomor 5 di Indonesia (Amiruddin, 2006).
Komplikasi selama persalinan yang sering terjadi di Indonesia yaitu
perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus lama serta infeksi. Menurut
Depkes tahun 2004, ibu partus lama yang rawat inap di Rumah Sakit di
Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan.
Kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah Makasar tahun 2006 adalah 74

kasus dari 2552 persalinan yaitu sekitar 2,89 % dari seluruh persalinan.
Penelitian yang dilakukan Soekiman di RS Mangkuyudan di Yogyakarta
didapatkan bahwa dari 3005 kasus partus lama, terjadi kematian pada bayi
sebanyak 16,4 % (50 bayi), sedangkan pada ibu didapatkan 4 kematian
(Wahyuningsih,2010). Hasil AMP (Audit Maternal Perinatal) di Jawa Timur
yang dilakukan di RSUD Jombang yang merupakan salah satu rumah sakit
rujukan, selama periode Januari sampai Desember 11994 mendapatkan bahwa
penyulit ibu terbanyak adalah partus lama sebanyak 16 % (Saputra, 2010).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
yang dilaksanakan pada mei hingga agustus 2012 telah dirilis pada 25
september 2013 menyebutkan sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian
ibu melonjak cukup tajam. Diketahui pada 2012 Angka Kematian Ibu (AKI))
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup atau meningkat sekitar 57 persen
bila dibandingkan dengan kasus pada 2007 yang hanya sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. ( Ruslan, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengadakan
penelitian tentang Pengaruh Teknik Pijat Effleurage terhadap Kemajuan
Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida di RSIA Siti Fatimah Kota
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Adakah pengaruh teknik pijat
effleurage terhadap kemajuan persalinan kala I fase aktif pada primigravida
di RSIA Siti Fatimah Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh teknik pijat effleurage terhadap kemajuan persalinan
kala I fase aktif pada primigravida

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kontraksi uterus dan pembukaan serviks pada ibu inpartu
kala I fase aktif pada primigravida yang diberi teknik pijat effleurage
b. Mengidentifikasi kontraksi uterus dan pembukaan serviks pada ibu inpartu
kala I fase aktif pada primigravida yang tidak diberi teknik pijat effleurage
c. Menganalisa pengaruh teknik pijat effleurage terhadap kemajuan
persalinan kala I fase aktif pada primigravida
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat pengembangan ilmu
Dengan diketahuinya pengaruh teknik pijat effleurage terhadapa kemajuan
persalinan kala 1 fase aktif maka diharapkan dapat menambah informasi
dan ilmu dasar untuk masyarakat umum dalam mengatasi masalah
persalinan dengan metode nonfarmakologis yang tidak menimbulkan efek
samping.
2. Manfaat aplikatif
Dengan diketahuinya pengaruh teknik pijat effleurage maka informasi ini
dapat digunakan pada puskesmas atau RS untuk kemajuan persalinan ibu
primigravida dengan metode nonfarmakologi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Wiknjosastro, 2007)
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu.(JNPK KR, 2008)
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan
melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Saifuddin, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006).
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng
teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plesenta, ketuban,
dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah,
2009).
2. Tanda dan gejala persalinan
a. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal dua kali dalam sepuluh menit) (JNPK-KR, 2008).
b. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan
serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks) (Manuaba,
2010).
c. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan serviks (JNPK-KR, 2008).

d. Dapat disertai ketuban pecah (Manuaba, 2010).


3. Penyebab Mulainya Persalinan
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
mungkin

merupakan

faktor

yang

dapat

mengganggu

sirkulasi

uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi (Manuaba,


2010).
b. Teori penurunan progesteron dan esterogen
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu (Sumarah, 2009). Villi koriales mengalami
perubahan-perubahan, sehingga kadar esterogen dan progesteron
menurun (Wiknjosastro, 2007)
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas
otot

rahim,

sehingga

sering terjadi kontraksi

braxton hicks.

Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka


oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai
(Manuaba, 2010).
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin

dianggap

dapat

memicu

terjadinya

persalinan.

(Manuaba,2010) Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke


15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus (Wikjosastro,
2007).

e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis


Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933
mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci
menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan
maturitas janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut
disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan
mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan (Manuaba, 2010).
f. Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk
pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan (Wiknjosastro, 2007).
g. Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi
uterus dapat dibangkitkan (Wiknjosastro, 2007)
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Persalinan
a. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga
kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila
serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong,
yang

disebut

kekuatan

sekunder,

dimana

kekuatan

ini

memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer


berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan
lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu,

kontraksi dihantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk


gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Kekuatan
sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong
keluar. Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha
mendorong ke bawah ini yang disebut kekuatan sekunder.
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tatapi
setelah dilatasi serviks lengkap. Kekuatan ini penting untuk
mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Jika dalam
persalinan

seorang

wanita

melakukan

usaha

volunteer

(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.


Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan
trauma pada serviks (Sumarah, 2009). Kekuatan kontraksi otot
rahim yang normal mempunyai sifat kontraksi otot rahim mulai
dari salah satu tanduk rahim, fundus dominan menjalar ke
seluruh otot rahim, kekuatannya sperti memeras isi rahim
(Manuaba, 2010) .
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan (Sumarah, 2009). Dalam
proses persalinan pervaginam janin harus melewati jalan lahir ini
(Wiknjosastro, 2005).
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Passanger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta

juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai


bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta
jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal
(Sumarah, 2009). Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan
karena besar dan posisinya (Wiknjosastro, 2005).
d. Psycology (Psikologi Ibu)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat
jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang
disampaikan

kepadanya.

Wanita

bersalin

biasanya

akan

mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai. Perilaku dan


penampilan wanita serta pasangannya merupakan petunjuk
berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya.
Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam
melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir
mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan
dalam mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari
orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses
persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan
rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam
kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri
non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan dan yang
paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk
dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif
proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009).
Psikologi ibu yang cemas dapat mempengaruhi power ibu,
dalam hal ini kontraksi uterus. Kecemasan yang timbul pada ibu
jika tidak ditangani dengan tepat akan memicu hormon stress
pada hipotalamus yang dapat menyebabkan ketegangan otot
tubuh termasuk ketegangan pada otot uterus sehingga kontraksi

uterus menjadi inadekuat. Ketakutan, kecemasan, kesendirian,


stres dan kemarahan yang berlebihan dapat menyebabkan
pembentukan

katekolamin

dan

menimbulkan

kemajuan

persalinan yang melambat. Efek kecemasan ibu dalam persalinan


adalah diproduksinya kadar ketekolamin yang berlebihan pada
kala I yang menyebabkan penurunan aliran darah ke rahim,
penurunan kontraksi rahim, lamanya kala I yang lebih panjang,
turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang
tersedia untuk janin (Simkin, 2005). Bila ibu yang sedang
melahirkan merasa cemas dan takut menghadapi lingkungan baru
atau wajah baru, mereka akan mengeluarkan adrenalin.
Adrenalin menghambat pelepasan oksitosin yang diperlukan
untuk kemajuan persalinan (Chapman, 2006).
Salah satu

penanganan kecemasan ibu inpartu melalui

pemberian musik lembut (musik klasik) yang dapat membuat ibu


menjadi rileks, mengurangi ketegangan otot, dan menekan
produksi hormon stress (Champbell, 2002). Begitu ibu menjadi
relaks dan tenang, otaknya akan kembali ke mode primitif dan
oksitosin akan mengalir. Ia akan segera dibanjiri dengan endorfin
yang menghilangkan nyeri. (Chapman, 2006)
e. Psycian (Penolong)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin.
Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan, ini
harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan
bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko
potensial. Pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik
dapat berupa observasi yang cermat (Herlina, 2009).

5. Persalinan Kala I Fase Aktif


Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase
transisi. Pembukaan umumnya dumulai dari tiga sampai empat sentimeter (
atau pada akhir fase laten) hingga 10 sentimeter (atau akhir kala satu
persalinan). Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan
durasi yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat (Varney, 2007).
Kontraksi menjadi cenderung teratur, nyerinya sedang, dan biasanya terjadi
skitar sekali tiap 2-5 menit, dan berlangsung antara 45 detik sampai sekitar
60 detik. Ketika persalinan menjadi semakin kuat, serviks akan terus
membuka dan kontraksi menjadi lebih kuat dan semakin nyeri (sekali tiap
2-3 menit berlangsung 60 detik atau lebih (Chapman, 2006). Lamanya kala
I dapat bervariasi bila dihubungkan dengan paritas, pasien primipara
biasanya mengalami kala I yang lebih lama (6-18 jam) dari pasien
multipara (2-10 jam) (Hacker, 2001). Frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih).

Berdasarkan

kurva

Friedman,

diperhitungkan

pembukaan

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam (Manuaba,


2010).
a.

Kemajuan Persalinan Kala I Fase aktif


Kemajuan persalinan kala I fase aktif ditandai dengan adanya
kontraksi uterus yang adekuat sehingga dilatasi serviks dapat terjadi
disertai adanya penurunan kepala sesuai dengan partograf. Pada kala I,
"Powers" (his atau kontraksi otot uterus) dapat bersifat tidak adekwat
atau tidak efektif. Pasien dengan kemajuan persalinan normal
memiliki his yang efektif dan adekwat baik dalam hal durasi atau

frekuensi kontraksi uterus. Kontraksi uterus yang tidak adekwat dapat


menyebabkan gangguan kemajuan persalinan yaitu yang berlangsung
kurang dari 40 detik dan atau frekuensi his kurang dari 2 kali setiap 10
menit (Widjanarko, 2009). Kemajuan persalinan normal adalah
kemajuan berjalan sesuai dengan partograf (Saifuddin, 2006).
Psikologis ibu yang cemas dan khawatir dapat mengganggu
kontraksi uterus yang seharusnya adekuat menjadi inadekuat.
Kekhawatiran dan kecemasan yang teramat sangat bisa membuat otototot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena
dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit
dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan.
Bahkan bisa sampai terhenti (Amalia, 2009). Namun, kecemasan
tingkat sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. (Maramis, 2005)
b. Parameter Kemajuan Persalinan Kala I Fase aktif
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (
Wiknjosastro, 2008). Tujuan utama penggunaan partograf adalah
untuk mencatat hasul observasi dan kemajuan persalinan dan
mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal
(Wiknjosastro, 2008). Halaman depan partograf mencantumkan bahwa
observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan menyediakan
lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, termasuk kemajuan persalinan (Wiknjosastro, 2008).

6. Perspektif Islam Tentang Persalinan


Persalinan atau penciptaan manusia dijelaskan dalam beberapa ayat alquran. Salah satu ayat tentang penciptaan manusia atau persalinan yaitu
terdapat dalam QS: Faathir/35 : 11

Artinya: Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air
mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan
tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan
sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan
tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab
(Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah
mudah (QS. Faathir/35:11)
B. Konsep Teknik Pijat Effleurage
1. Definisi Teknik pijat/massage effleurage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau
perubahan posisi sendi guna guna menurunkan nyeri, menghasilkan
relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. (Handerson, 2006)
Kontak fisik merupakan sumber kenyamanan pada saat persalinan.
Pijatan dapat menjadi cara untuk membuat ibu menjadi relaks,
mendekatkan ibu dengan suami dan bidan serta bermanfaat pada tahap
pertama persalinan untuk mengurangi rasa sakit, menenangkan dan
menentramkan diri ibu. (Stoppard, 2002)

2. Manfaat Teknik pijat/massage dalam Persalinan


a. Massage atau usapan ringan dapat meningkatkan produksi oksitosin
endogen, sehingga merangsang kontraksi uterus (Simkin, 2011)
b. Massage dapat meningkatkan oksitosin yang berhubungan dengan
kenyamanan dan kepuasan (Ericbrown, 2012)
c. Massage menurunkan hormon stress dan meningkatkan hormon
oksitosin (Beckel, 2012)
d. Meningkatkan fungsi fisiologis
Sentuhan yang nyaman dan emosional mendukung peningkatan
level oksitosin, oksitosin membantu menurunkan kecemasan (Stager,
2011)
e. Lama Persalinan
Sentuhan yang nyaman membantu mempercepat persalinan dan
menurunkan augmentasi kontraksi dengan menggunakan oksitosin
sintetik, dan menggunakan rangsangan massage pada abdomen yang
efektif dapat meningkatkan kekuatan dan atau frekuensi kontraksi.
(Stager, 2011)
3. Jenis Massage
Salah satu jenis massage yang berupa usapan ringan adalah teknik pijat
effleurage. Teknik pijat effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan
lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini
menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan
dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan
dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak
lepas dari permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di
punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi.
Teknik pijat effleurage dapat memberikan efek relaks dan tenang.
Effleurage atau pijatan pada

abdomen yang teratur dengan latihan

pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari

nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek
distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem
kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena
massage membuat relaksasi otot (Moondragon, 2004).
4. Teknik massage effleurage
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area

pubis atas sampai

umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis,


ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi
usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat
dilakukan beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu
apakah tekanan sudah tepat. (Gadysa, 2009).
b) Pasien dalam posisi berbaring atau setengah duduk, lalu letakkan
kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu
telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini
dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
Pemberian teknik pijat effleurage sebaiknya diberikan dengan
frekuensi yang konstan dan tidak berubah-ubah. (Pillitteri,2009). Gerakan
teknik pijat effleurage adalah seperti mengusap kepala bayi dengan
menggunakan kelima jari tanpa ada penekanan berarti yang dapat
dilakukan pada abdomen ataupun punggung. (Simkin,2008).
Masase dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama
persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20
menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit,
karena masase (pijat) merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorpin
yang merupakan pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman.
(Danuatmadja, 2004)

Gambar 2.1 Cara Teknik pijat effleurage


5. Efek Samping Teknik pijat effleurage
Teknik pijat effleurage merupakan salah satu teknik nonfarmakologi
yang tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat
persalinan dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. (Gadysa,
2009)
6. Konsep Massage terhadap Kontraksi Uterus Kala I Fase Aktif
Massage merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kontraksi
persalinan. Massage terbukti dapat menurunkan kaddar hormon stress
dalam tubuh yaitu adrenalin. Faktanya, stress dapat berkontribusi dalam
menghambat atau menurunkan kontraksi uterus. Massage dapat membantu
menurunkan produksi kaddar hormon adrenalin dan membuat ibu yang
bersalin menjadi relaks (Leino, 2006). Relaksasi yang dialami ibu
merangsang otak untuk menurunkan kadar hormon adrenalin dan
meningkatkan produksi oksitosin yang merupakan faktor penting
timbulnya kontraksi uterus yang adekuat (Chapman, 2006).
Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit
setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit,
karena masase (pijat) merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorpin
yang merupakan pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman.
(Danuatmadja, 2004)

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Factor-faktor yang mempengaruhi
kemajuan persalinan

Passage

Passanger

Penolong

Psikologis

a. Dukungan
b. Mobilisasi dan
perubahan posisi
c.Akupresur
d. Rangsangan
puting susu
e.Terapi air
f. Kompres hangat
pada fundus
g. Pemecahan
Selaput ketuban
h. Oksitosin
i. Sentuhan yang
nyaman
- Massage
Counterpressure

- Teknik pijat
effleurage

Power

Relaksasi
Hormon
Adrenalin
menurun

Kemajuan kala I
fase aktif

Kontraksi
tidak
adekut, pembukaan
serviks < 1cm/jam
(primi)

Kontraksi
adekuat,
pembukaan serviks
1cm/jam (primi)

Hormon
Oksitosin
meningkat
Kontraksi
Uterus

B. Kerangka Penelitian
Kemajuan persalinan
kala 1 fase aktif

Teknik pijat
effleurage

C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2008).
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian teknik pijat
effleurage pada ibu inpartu
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemajuan persalinan kala
I fase aktif.
D. Defenisi Operasional Variabel
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam 2008). Definisi operasional
dalam penelitian ini akan dijelaskan pada tabel

No

Variabel

Definisi
Operasional

Skala
Parameter

Alat

Pengukura

Ukur

n
a) Diberikan

Pemberian

Melakukan

Teknik

massage dari

selama 20

Diberikan

pijat

atas symphisis

menit

teknik pijat

effleurage

ke arah pusat

b) Jenis massage

lalu melingkar

adalah teknik

ke luar

pijat effleurage

abdomen

Nominal

Kriteria

Kelompok I:

effleurage

Kelompok II:
Tidak

dengan 2

diberikan

tangan secara

teknik pijat

searah

effleurage

Kemajuan

Dimulai dari

a) Kontraksi

Nominal

Partograf Kontraksi <

persalinan

pembukaan 3-4

uterus yang

adekuat,

kala I fase

cm yang

adekuat

pembukaan

aktif

disertai

b) Dilatasi servik

serviks

kontraksi

< 1cm/jam

uterus yang

(primi)

adekuat diikuti
pembukaan

Kontraksi

serviks dan

adekuat,

penurunan

pembukaan

bagian

serviks

terendah janin

1cm/jam

hingga

(primi)

pembukaan
lengkap
E. Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh pemberian massage effleurage terhadap kemajuan persalinan
kala I fase aktif pada primigravida di RSIA Siti Fatimah Makassar

BAB 4
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk
mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman
atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik komparasi
karena peneliti mencoba mengkaji adanya pengaruh teknik pijat effleurage
terhadap kemajuan persalinan kala I fase aktif pada primigravida. Pendekatan
yang digunakan adalah cross sectional. Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti

untuk

dipelajari

dan kemudian

ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).


Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu inpartu kala I
primigravida di RSIA Siti Fatimah Makassar. Pada tanggal minggu kedua
bulan januari-februari 2014.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subyek yang diteliti yang
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu inpartu kala I primigravida di
RSIA Siti Fatimah Makassar yaitu sebanyak 15 responden.

Kriteria inklusi dan ekslusi


Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap

anggota

populasi

yang dapat

diambil

menjadi

sampel

(Notoatmodjo, 2010).
Kriteria Inklusi antara lain :
a. Ibu yang bersedia diteliti
b. Primigravida
c. Usia 20 35 tahun
d. Hamil aterm (37-41 minggu)
e. Inpartu kala I fase aktif
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi variabel inklusi dari studi karena pelbagai sebab. (Nursalam,
2008).
Kriteria eksklusi antara lain :
a. Tinggi badan < 145 cm
b. TFU < 30 cm atau > 32 cm
c. Ibu inpartu yang mengalami distosia saat kala I fase aktif.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSIA Siti Fatimah Kota Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu ke2 bulan Januari hingga
Februari 2015.
D. Pertimbangan Etik
Etika penelitian dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian
dengan menekankan etika penelitian yang meliputi :
1.

Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)


Lembar ini diberikan kepada subjek yang akan diteliti, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani


persetujuan tersebut. Jika menolak untuk diteliti, maka tidak akan
memaksa dan tetap akan menghormati hak-haknya.
2.

Tanpa nama (anonymity)


Kerahasiaan

responden

dijaga

oleh

peneliti

dengan

tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup


memberi kode.
3.

Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilampirkan
sebagai hasil riset (Hidayat, 2007).

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
telapak tangan dan partograf untuk menilai kemajuan persalinan yang terjadi
pada kala I fase aktif.
F. Validitas dan Reliabilitas
Dua karakteristik alat ukur penelitian yang harus diperhatiakan peneliti
adalah validitas dan reliabiltas. Validitas (kesahihan) menunjukkkan sejauh
mana ketepatan suatu alat ukur dalam megukur suatu data sedangkan
reliabilitas () adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakaan oleh orang yang bebeda terhadap gejala yang sama dan degan
alaat ukur yang sama.(Hartono, 2006).
Dalam penelitian ii alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang
sudah baku berdasarkan literature sehingga tidak perlu lagi diuji validitas dan
reliabilitasnya. Alat ukur yang digunakan adalah topograf untuk mencatat
hasul observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal (Wiknjosastro, 2008)

G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. (Nursalam 2008).
Metode pengumpulan data yang diterapkan pada penelitian ini adalah
setiap parturien yang datang dilakukan anamnesa dan disesuaikan dengan
kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah memenuhi kriteria inklusi, lalu peneliti
memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar
persetujuan. Jika calon responden bersedia, peneliti memberikan teknik pijat
effleurage pada Kelompok I dan tidak memberikan teknik pijat effleurage
pada Kelompok II, setelah itu, selama kala I fase aktif peneliti menilai
kemajuan persalinan menggunakan partograf. Setelah kala I fase aktif selesai,
lembar partograf disimpan oleh peneliti untuk dilakukan pengolahan data.
Jalannya Penelitian
1) Melakukan identifikasi terhadap parturien yang sesuai dengan kriteria
inklusi pemilihan sampel.
2) Memberikan penjelasan, tujuan penelitian, prosedur penelitian kepada
parturien memenuhi kriteria inklusi, kemudian memberikan formulir
informed consent untuk menjadi subjek penelitian. Bagi subjek
penelitian yang menyetujui langsung menandatanganinya.
3) Melakukan anamnesa dan melengkapi data yang terdiri dari identitas
ibu (nama, usia, pendidikan, pekerjaan, paritas dan usia kehamilan).
4) Peneliti melakukan teknik pijat effleurage pada ibu inpartu selama 20
menit dalam satu jam saat ibu mengalami kontraksi uterus yaitu
massage dilakukan selama 10 menit setiap 30 menit (saat kontraksi
berlangsung). Massage dilakukan dengan posisi ibu berbaring
terlentang atau setengah duduk dengan cara dua tangan diletakkan
pada abdomen ibu, tangan mengusap abdomen secara melingkar,

gerakan mengusap seperti mengusap kepala bayi tanpa ada tekanan


berarti, dimulai dari fundus uteri, 1 putaran dihitung selama 3 detik,
dilakukan berulang-ulang dan teratur selama 10 menit.
5) Peneliti melakukan penilaian kemajuan persalinan selama kala I fase
aktif dengan menggunakan partograf
H. Analisa Data
Data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan lembar observasi,
diedit dan diberi kode kemudian diolah. Selanjutnya data dianalisis untuk
menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis data yang
dipergunakan pada penelitian ini dilakukan secara bertahap, meliputi analisis
univariabel dan bivariabel

1.

Analisis univariabel
Analisis

univariabel

dilakukan

untuk

mendapatkan

gambaran

karateristik masing-masing variabel penelitian dengan menyajikan


distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi ini menggambarkan
jumlah dan presentasi dari setiap variabel yang ada. Variabel yang
disajikan meliputi usia ibu, pendidikan ibu.
2.

Analisis bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk melihat hubungan antara 2
variabel. Variabel yang akan dilihat adalah variabel bebas dan variabel
terikat .Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaru teknik
pijat effleurage dengan kemajuan persalinan menggunakan uji chi square.

PENGARUH TEKNIK PIJAT EFFLEURAGE TERHADAP KEMAJUAN


PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF PADA IBU PRIMIGRAVIDA

Oleh
Nama

: Firda Rezki Amalia

Nim

: 70300111022

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014

Anda mungkin juga menyukai