Anda di halaman 1dari 17

Tinjauan

Pustaka

Demam

Berdarah Dengue

Disusun oleh :
Gamaswara, S.Ked
Nim :

2007730058

FAKULTAS

KESEHATAN

DAN

KEDOKTERAN
PRODI

KEDOKTERAN

MUHAMADIYAH JAKARTA

UNIVERSITAS

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tinjauan pustaka dengan judul dermatitis ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tinjauan pustaka ini penulis buat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian
kegiatan kepaniteraan klinik di puskesmas kecamatan Jagakarsa tahun 2011.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan tinjauan pustaka ini. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan penyusunan tinjauan pustaka ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing kepaniteraan klinik drg. Dewi, dr.
Asri, dr. Khotib, dr. Tuti yang telah memberikan gambaran tentang penyusunan tinjauan
pustaka ini. Terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu dalam tahap
pengumpulan reffrensi, analisis materi dan penyusunan tinjauan pustaka ini.
Semoga tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
instansi puskesmas dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta,

Februari 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang............................................................................................

1.2 Tujuan.........................................................................................................
BAB II. TEORI
2.1

Definis .............................................................................................................

2.2

Etiologi dan Epidemiologi.................................................................................

2.3

Patofisiologi.......................................................................................................

2.4

Gejala klinis dan terapi....................................................................................

2.5

Pencegahan dan prognosis

BAB III. PENUTUP


3.1

Kesimpulan..................................................................................................

3.2

Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Siapa yang tidak tahu bila kita menyebut kata demam berdarah? Tentu semua masyarakat
indonesia telah paham benar tentang apa itu DBD, hanya kesadaran mereka saja yang kurang
dalam mencegah DBD itu yang mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit ini.
DBD merupakan salah satu penyakit tropis yang banyak menimbulkan kematian di Indonesia.
Awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Sangat disayangkan bila insiden
penyakit demam berdarah ini semakin bertambah dan semakin banyak pasien mengalami
komplikasi seriu dikarenakan menyebarnya virus ini.
I.2

Tujuan
Tinjauan pustaka tentang penyakit demam berdarah ini dibuat dengan tujuan :
Menjelaskan mengenai penyakit demam berdarah secara klinis ilmu kedokteran
Menjadi bahan penjelasan untuk pengetahuan pasien demam berdarah di puskesmas
sehinggga mereka dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit demam berdarah
ini.
Pertimbangan untuk dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat mengingat
kurangnnya kesadaran akan bahaya penyakit ini
Sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukannya penelitian mengenai penyakit
demam berdarah ini Sebagai salah satu penilaian dan kegiatan dalam pelaksanaan
kegiatan kepaniteraan di puskesmas.

BAB II
PEMBAHASAN TEORI

II.1 Demam Berdarah Dengue


Definisi

Demam Dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot,
sendi, dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam
berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah demam dengue
yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.

Etiologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever


(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family
Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Dan virus ini mempunyai
empat serotipe

yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Semuanya terdapat di Indonesia namun yang terbanyak adalah DEN-3. infeksi


salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda
tergantung dari serotipe virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di
negara-negara tropis dan sub tropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda.
Epidemiologi
Infeksi virus dengue telah berada di Indonesia sejak abad ke 18, dilaporkan oleh David Bylon
seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virusdengue dikenal sebagai penyakit

demam lima hari kadangkala disebut juga demam sendi. Disebut demikian oleh karena
demam menghilang dalam lima hari, disertai nyeri sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala hebat.
Pada saat itu infeksi virus dengue merupakan penyakit yang ringan dan tidak pernah
menyebabkan kematian, tetapi sejak tahun 1968 mulai dilaporkan adanya padien demam
berdarah dengue yang meninggal di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang
sangat tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD ini sangat
kompleks, yaitu
1. pertumbuhan penduduk
2. urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkontrol
3. tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik
4. peningkatan sarana transportasi
Morbiditas dan mortalitas infeksi dengue dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
status imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, faktor
keganasan virus, dan kondisis geografis setempat. Setelah kurun waktu 30 tahun sejak
ditemukan virus dengue di negara kita, jumlah orang yang menderita penyalit demam
berdarh dengue makin lama makin bertambah dan menyebar di 27 propinsi di Indonesia..
Pada suhu yang panas (28-32 C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk aedes akan
tetap bertahan hidup dalam jangka waktu lama. Di Indonesia, oleh karena suhu udara dan
kelembaban tidak selalu sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit
agak berbeda. Di Jawa pada umumnya infeksi dengue terjadi pada awal Januari,
meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada bulan April-Mei setiap tahun.
Patofisiologi
Banyak sekali perdebatan mengenai patofisiologi dari penyakit ini yang dimana semua
sumber dan referensi mempunyai catatan dan bukti yang kuat.
Salah satunya adalah patofisiologi Volume Plasma.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan antara
DD dengan DBD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, terjadinya
hipotensi, trombositopenia.. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut, nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh
darah. Meningginya nilai hematokrit pada kasus syok menimbulkan dugaan bahwa syok

terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskular (ruang interstisial dan
rongga serosa) melalui kapiler yang rusak. Bukti ysng mendukung dugaan ini ialah
meningkatnya berat badan, ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus, dan terdapatnya edema.
Pada sebagian besar kasus, plasma yang menghilang dapat diganti secara efektif,
dengan memberikan plasma atau ekspander plasma. Pada masa dini dapat diberikan cairan
yang mengandung elektolit. Syok terjadi secara akut dan perbaikan klinis terjadi secara cepat
dan drastis. Sedangkan pada otopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang
bersifat destruktif atau akibat radang, sehingga menimbulkan dugaan bahwa perubahan
fungsional dinding pembuluh darah agaknya disebabkan oleh mediator farmakologis yang
bekerja secara cepat. Gambaran mikroskop elektron biopsi kulit pasien DBD pada masa akut
memperlihatkan kerusakan dinding endotel vaskuler yang mirip dengan luka akibat anoksia
atau luka bakar. Gambaran itu juga mirip dengan binatang yang diberi histamin atau serotonin
atau dibuat keadaan trombositopenia.
2. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar
kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah
pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa konvalesens dan nilai
normal biasanya tercapai 7-10 hari sejak permulaan sakit. Trombositopenia yang
dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dari pendeknya
masa hidup trombosit diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit. Dugaan mekanisme
lain trombositopenia ialah depresi fungsi megakariosit. Penyelidikan dengan radioisotop
membuktikan bahwa penghancuran terjadi dalam sistem retikuloendotelial, limpa dan hati.
Penyebab penigkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa faktor dapat
menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, kerusakan sistem
endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau secara terpisah. Lebih
lanjut fungsi trombosit pada DBD terbukti menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti ditemui kompleks imun dalam peredaran darah. Trombositopenia dan gangguan
fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.

Patogenesis
Sebenarnya mekanisme tentang penyakit ini masih banyak simpang siur dan banyak
mekanismenya, salah satu teori mengatakan bahwa demam berdarah dengue
ditularkan melalui saliva nyamuk Aedes aegepty dan masuk kedalam organ manusia
lalu menyebar ke sirkulasi darah setelah bereplikasi dan
Gejala Klinis
Gejala klinis yang disebabkan oleh Infeksi virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai
sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam dengue tergantung
pada umur penderita, pada balita dan anak-anak kecil biasanya berupa demam, disertai ruamruam makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan
demam ringan, atau demam tinggi ( > 39 derajat C ) yang tiba-tiba dan berlangsung 2-7 hari,
disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah, dan
ruam-ruam.
Bintik-bintik pendarahan di kulit sering terjadi, kadang-kadang disertai bintik-bintik
pendarahan dan konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu
hati, nyeri di tulang rusuk kanan ( costae dexter ), dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang
demam mencapai 40-41 derajat C, dan terjadi kejang demam pada balita.

DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya,
oleh :
1. Demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
2. Manifestasi pendarahan
3. Hepatomegali atau pembesaran hati
4. Kadang-kadang terjadi shock manifestasi pendarahan pada DHF, dimulai dari test
torniquet positif dan bintik-bintik pendarahan di kulit ( ptechiae ). Ptechiae ini bisa
terjadi di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi, juga bisa terjadi pendarahan
hidung, gusi, dan pendarahan dari saluran cerna, dan pendarahan dalam urine.
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat :

1. Derajat I

: Demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan

adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar.


2. Derajat II

: Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan,

pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.


3.

Derajat III

Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan

lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.
4. Derajat IV

: Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak

dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.

Setelah demam 2-7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan
sirkulasi darah, penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin dan mengalami
perubahan tekanan darah dan denyut nadi. Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala
ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan.

Demam pada DBD mempunyai siklus demam yang khas disebut Siklus Pelana Kuda
Demam Pelana Kuda

Ciri-ciri Demam DBD atau Demam Pelana Kuda

Hari 1 3 Fase Demam Tinggi


Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu
dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.
Hari 4 5 Fase KRITIS
Fase

demam

turun

drastic

dan

sering

mengecoh

seolah

terjadi

kesembuhan.

Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya Dengue Shock Syndrome


Hari 6 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi: (Sudoyo, 2006)

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

Terdapat minimal 1 dari manifestasi berikut:


o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, atau purpura
o Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain.
o Hematemesis atau melena

Trombositopenia

Minimal 1 tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:


o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
o Penurunan hematokrit

>20% setelah

mendapat

terapi

cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.


o Tanda

kebocoran

hipoproteinemia.

plasma

seperti

efusi

pleura,

asites,

atau

Klasifikasi derajat infeksi virus dengue:

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan
darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma baru.
(Sudoyo, 2006)
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi
antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi
adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG. (Sudoyo,
2006)

Parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain: (Sudoyo, 2006)

Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemukan
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfositosis
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.

Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan dtemukannya peningkatan


hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.

Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Diner, atau FDP


pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.

SGOT/SGPT (serum alanin aminotranferase): dapat meningkat.

Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

Golongan darah atau cross match (uji cocok serasi); bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.

Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

IgM: terdeteksi mulai hati ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90
hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG
mulai terdeteksi hari ke-2.

Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam berdarah dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama
cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara
bermakna. (Sudoyo, 2006)

Seorang yang tersangka menderita DBD diruang Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan trombosit, bila: (Sudoyo, 2006)
o Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat
dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke Poliklinik dalam waktu 24
jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap 24 jam) atau bila
keadaan penderita memburuk segera kembali ke IGD.
o Hb, Ht, normal tetapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat.
o Hb, Ht, dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat.

Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:

Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian


cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht trombo dilakukan
tiap 12 jam.

Bila Hb, Ht meingkat >20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan
sesuai dengan protocol penatalaksanan DBD dengan peningkatan Ht > 20%

Meningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan sebanyak
5%. Pada keadaan ini terapi awal cairan adalah dengan memberikan infus cairan kristaloid
sebanyak 6-7 ml kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila
terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrit turun, frekuensi nadi turun,
tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infuse dkurangi menjadi 5
ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan yang
menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infuse dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila
dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan dapt dihentikan 24-48 jam
kemudian.
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratories didapatkan tandatanda koagulasi intravascular diseminata (KID). (Sudoyo, 2006)

Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan langkah 3M plus:

1. Menguras bak air dan tempat tempat penampungan air


2. Menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk
3. Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.
Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh
larva nyamuk seperti abate.Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama
beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu. Di
tempat yang sudah terjangkit DHF dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging,
tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang
dipakai. Di samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat
ditemukannya nyamuk dewasa. Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang
yang tidur di siang hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di
pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat
nyamuk yang dioleskan.

Prognosa
Prognosis dari pasein dengan diagnosis dbd sangatlah tergantung dari ketepan diagnosis dan
ketepatan therapi nya. Bila terlambat di gantikan cairannya mungkin anak bisa dehidrasi berat
dan bila itu terjadi, kemungkinan nya fatal untuk pasien. Juga kenal tanda tanda syok yang
sangat mengancam jiwa, terutama bila anak anak yang menjadi korbannya.

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Demam berdarah dengue sebenarnya sangat bisa dicegah dengan menjaga kesehatan dan
higiene lingkungan tinggal, jangan biarkan nyamuk menggigit anda. Dan ketepatan diagnosis
dan ketepatan terapi akan sangat menentukan prognosis dari penyakit ini. Demam berdarah
ini sangat membahayakan jiwa bila sudah menimbulkan komplikasi yang sangat serius
seperti syok. Dan bisa sampai menyebabkan kematian, maka dari itu coba lah mendiagnosis
dan memberikan terapi kepada pasien dengan sangat teliti dan membuat faktor komplikasi
tersebut menjadi kecil untuk menghindari kemungkinan kemungkinan yang akan muncul
seperti yang telah saya sebutkan tadi.
III.2 Saran
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka tentang demam berdarah ini, penulis
menyarankann perlu adanya sanitasi lingkungan, mungkin dengan pemberantasan
sarang nyamuk akan membuat kesempatan larva dan jentik nyamuk untuk hidup akan
menjadi semakin kecil dan mengurangi angka insiden kejadian dari demam berdarah
dengue ini.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Sudoyo, dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen ilmu penyakit dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.

2.

Tjokronegoro, Arjatmo, Hendra Utama. Demam Berdarah Dengue. Fakultas


Kesehatan Universitas Indonesia. Jakarta: 2005

3.

Tosca Enterprise, Pediatricia. 2010

4.

Gardna, Herry, Heda Melinda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi 3. Bandung : 2005

5.

sylvia and price, patofisiologi . 2007

6.

pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO. 2009

Anda mungkin juga menyukai