Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH PERALATAN INDUSTRI

SEMESTER II KELAS II A
BAB 1
PEMINDAH PANAS

OLEH :
KELOMPOK 1
1. DEWANGGA
2. RIO SANGGA WIGUNA
3. MUNAWARAH MASUD

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNNIK NEGERI SAMARINDA
2012

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera. Puji syukur alhamdulillah, kami sampaikan kehadirat Tuhan, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan tugas ini yang
berjudul : PEMINDAHAN PANAS dapat terselesaikan dengan baik, guna melengkapi
tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk nilai mata kuliah Peralatan Industri semester II
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda.

Berbagai hambatan dan kesulitan menyertai dalam penulisan laporan ini, namun
demikian dengan bantuan dan doa segala kesulitan tersebut dapat teratasi. Besar harapan
kami semoga Tugas laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukan walaupun kami menyadari bahwa Tugas laporan ini masih jauh dari sempurna.
Amien.

Samarinda, Maret 2012

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I
1.1

DEFINISI PEMINDAH PANAS

1.2

DEFINISI PANAS (KALOR)

1.3

FUNGSI PEMINDAH PANAS

1.4

PERHITUNGAN PANAS

1.5

PRINSIP PEMINDAH PANAS

1.6

ISOLASI PANAS

13

1.7

PERBEDAAN SUHU RATA-RATA

14

1.8

PERALATAN

15

1.9

ALIRAN MULTIPASS

31

1.10

ASPEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

34

Daftar Pustaka

38

BAB 1
PEMINDAH PANAS
1.1 DEFINISI PEMINDAH PANAS
Pemindah panas ( heat exchanger ) Heat exchanger merupakan alat penukar panas
(kalor). Pengertian dalam hal ini komponen dapat di fungsikan sebagai pendingin ataupun
pemanas, tergantung tinjauan manfaat yang dimaksudkan.
Tujuan pemindah panas adalah :
1. Memanaskan yaitu menaikkan suhu, merufa fasa (melarutkanm menguapkan,
melelehkan),

mempertahankan

suhu

(memberi

panas

prose

yang

membutuhkan endoterm)
2. Mendinginkan yaitu menurunkan suhu, merubah fasa (mrngumbunkan,
membekukan, dan sebagainya), mempertahankan suhu (mengambil panas
prose yang menghasilkan panas - eksoterm)

1.2 DEFINISI PANAS (KALOR)


Menurut Benyamin Thampson (1753-1814) dan James Prescout (1818-1889),
kalor merupakan satu bentuk energi. Kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah. Panas atau kalor dinyatakan juga sebagai kalori. Kalor dalam Satuan
Internasional yaitu Joule. Satu kalori didefinisikan dengan jumlah kalor yang diperlukan
untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 1C.

Kalor dan Energi Termal


Ada suatu perbedaan antara kalor (heat) dan energi dalam dari suatu babhan.
Kalor digunakan bila menjelaskan energi dari satu tempat ke tempat lain.
Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur
Energi dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya.

Satuan Kalor
Satuan kalor adalah kalori dimana, 1 kalori adalah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan temperatur 1 gram air dari 14,5C menjadi 15,5C.
Dalam sistem satuan British, 1 Btu ( British Thermal Unit) adalah kalor untuk
menikkan temperatur 1 lb (pound) air dari 63F menjadi 64F.
1 kal = 4,186 J = 3,968 x 10-3 Btu
1 J = 0,2389 kal = 9,478 x 10-4 Btu
1 Btu = 1055 J = 252,0 kal

Kesetaraan Mekanik dari Kalor


Dari konsep energi mekanik diperoleh bahwa bila gesekan terjadi pada sistem
mekanis, ada energi mekanis yang hilang, dan fari eksperimen diperoleh bahwa energi
yang hilang tersebut berubah menjadi energi termal.
Dari eksperimen yang dilakukan oleh Joule diperoleh kesetaraan mekanis
kalor :
1 kal = 4,185 joule

1.3 FUNGSI PEMINDAH PANAS


Pemindah panas atau Heat Exchanger adalah meruapakan alat untuk menukarkan
atau mengalirkan panas dari suatu fluida ke fluida lainnya.

1.4 PERHITUNGAN PANAS


Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor
1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 t1)
Dimana :
-

Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)

m adalah massa benda (kg)

c adalah kalor jenis (J/kgC)


5

(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis :

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu

Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang
digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah
kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg).

Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas
kalor (H) dan kalor jenis (c).

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda
sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis
adalah kalorimeter.

Bila harga c tidak konstan :

Catatan : untuk gas kalor jenis biasanya dinyatakan untuk satu mol bahan, dsb kalor jenis
molar,
Q = n c T

Kalor jenis beberapa bahan pada 25 C.


Bahan

c (kal/gr. Co)

Bahan

c (kal/gr. Co)

Aluminium

0,215

Kuningan

0,092

Tembaga

0,0924

Kayu

0,41

Emas

0,0308

Glas

0,200

Besi

0,107

Es (-5 C)

0,50

Timbal

0,0305

Alkohol

0,58

Perak

0,056

Air Raksa

0,033

Silikon

0,056

Air (15 C)

1,00

KALOR LATEN
Suatu bahan biasanya mengalami perubahan temperatur bila terjadi perpindahan
kalor antara bahan dengan lingkungannya. Pada suatu situasi tertentu, aliran kalor ini
tidak merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan mengalami perubahan fasa.
Misalnya padat menjadi cair (mencair), cair menjadi uap (mendidih) dan perubahan
struktur kristal (zat padat). Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi.

Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m adalah
Q=mL
dimana L adalah kalor laten.
Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap.
Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor digunakan.

Keterangan :
Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu
sampai pada 0 C kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua
menjadi air barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 C
maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian
setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali
(Q5).
Hubungan antara kalor dengan energi listrik
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk
yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah
menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi
listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik dengan
energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah
ketel listrik, pemanas listrik, dll.

Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang
dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.
W=Q
Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :
W = P.t
Keterangan :
-

W adalah energi listrik (J)

P adalah daya listrik (W)

t adalah waktu yang diperlukan (s)

Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 t1) maka diperoleh persamaan ;
P.t = m.c.(t2 t1)
Asas Black
Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian
disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan
termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor
adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan
diperoleh :
Q lepas = Q terima
m1.c1.(t1 ta) = m2.c2.(ta-t2)
Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada
benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah

digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas
bergantung pada soal yang dikerjakan.

1.5 PRINSIP PERPINDAHAN PANAS


Konduksi
Konduksi (hantaran) dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor tanpa disertai
perpindahan partikel-partikel zat perantara. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi
pada zat padat, terutama logam. Bagian-bagian dari logam mengalirkan panas, tetapi
bagian-bagian tersebut tidak berpindah.
Setiap zat padat mempunyai kemamapuan yang berbeda dalam menghantarkan
kalor. Penghantar yang baik disebut konduktor panas. Hampir semua jenis logam
tarmasuk golongan konduktor panas. Tembaga adalah salah satu konduktor panas terbaik.
Sedangkan zat padat yang kurang baik atau tidak baik menghantar kalor disebut isolator
panas. Contoh bahan yang termasuk dalam golongan isolator panas diantaranya karet,
plastik, kayu, keramik, dan kertas.
Udara juga termasuk isolator. Sifat udara sebagai isolator panas banyak
dimanfaatkan pada pambuatan pakaian di nagara-nagara yang mengalami musim dingin.
Pada musim dingin orang memakai pakaian yang pakaian yang terbuat dari wol. Pada
serat wol terdapat banyak celah berisi udara. Dengan demikian, saat dikenakan pakaian
wol itu terus terasa hangat karena udara dingin dari luar tertahan oleh udara yang ada
dibahan itu.
Konduktor dan isolator sangat bermanfaat dalam kehidupan , misalnya
- peralatan masak dan setrika terbuat dari logam yg bersifat konduktor sedangan
pegangannya dari bahan isolator
- tikar dibuat dari bahan isolator
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah
dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi.

Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi
setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan elektron
bergetar dengan amplitudi yang makin membesar. Selanjutnya bertumbukan dengan atom
dan elektron disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut
10

hingga pada atom dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui
getaran dan gerakan elektron bebas.

T1

T2
Aliran kalor

x
Bila T2 dan T1 dipertahankan terus besarnya, maka kesetimbangan termal tidak
akan pernah tercapai, dan dalam keadaan mantap/tunak (stedy state), kalor yang mengalir
persatuan waktu sebanding dengan luas penampang A, sebanding dengan perbedaan
temperatur T dan berbanding terbalik dengan lebar bidang x
Q/t = H A T/x
Untuk penampang berupa bidang datar :

T1

T2
L
H = - k A (T1 - T2 ) / L

k adalah kondutivitas termal.

11

Konduktivitas termal untuk beberapa bahan :


Bahan

k (W/m.Co)

Bahan

k (W/m.Co)

Aluminium

238

Asbestos

0,08

Tembaga

397

Concrete

0,8

Emas

314

Gelas

0,8

Besi

79,5

Karet

0,2

Timbal

34,7

Air

0,6

Perak

427

Kayu

0,08

Udara

0,0234

Untuk susunan beberapa bahan dengan ketebalan L1, L2,, ... dan konduktivitas
masing-masing k1, k2,, ... adalah :
H = A (T1 - T2 )
(L1/k1)

T1

k1

k2

L1

L2

T2

Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui zat yang disertai perpindahan partikelpartikel zat itu. Pada umumnya, konveksi terjadi pada zat cair dan gas. Kalor dindahkan
oleh zat perantara dimana bagian dari zat perantara itu ikut berpindah. Hal ini terjadi
12

karena adanya perbedaan massa jenis. Bagian zat cair yang dipanaskan akan mengalami
pemuaian, sedangkan bagian yang lain tidak mengalami pemuaian. Bagian zat cair yg
memuai masa jenis lebih kecil dari pada yang lain sehingga bagian zat cair tersebut
bergerak naik dengan mambawa kalor. seperti air yang dipanaskan , air yang berada
dibagian bawah lebih dahulu panas dibandingkan dengan yang diatas. Air tersebut
memuai sehingga masa jenisnya menjadi lebih kecil di bandingkan dengan air diatas,
maka air dibagian bawah bergaerak naik dan yang di atas bergarak turun.
Perpindahan kalor secara konveksi pada gas lebih cepat dibandingkan dengan
pada zat cair. Gas yang dipanaskan akan lebih cepat memuaidan pemuaiannya cukup
besar. Angin merupakan peristiwa aliran panas yang terjadi di alam. Angin darat dan
angin laut terjadi karena adanya aliran panas.
Panas dari lautan, sehingga udra panas didaratan akan nik dn tempatnya akan diisi
oleh udara dingin dari permukaan laut. Akibatnya, udara akan bergerak dari laut ke darat.
Angin laut dimanfaatkan oleh para nelayan untuk pulang ke darat. Adapun angin darat
terjadi pada malam hari, udara panas diatas lautan akan naik dan tempatnya akan diisi
oleh udara yang lebih dingin dari daratan, sehingga udara akan bergerak dari darat ke laut.
Angin darat dimanfaatkan oleh para nelayan untuk pergi ke laut.
Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan
dikatakan perpindahan kalor secara konveksi. Bila perpindahannya dikarenakan
perbedaan kerapatan disebut konveksi alami (natural convection) dan bila didorong, misal
dengan fan atau pompa disebut konveksi paksa (forced convection).
Besarnya konveksi tergantung pada :
-

Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).

Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).

koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :

viscositas fluida

kecepatan fluida

perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida

kapasitas panas fluida

rapat massa fluida

bentuk permukaan kontak


13

Konveksi :
H = h x A x T
Radiasi
Perambatan kalor tanpa zat perantara disebut dengan radiasi atau pancaran. Panas
matahari dapat sampai ke bumi hanya melalui radiasi, bukan melalui konduksi atau
konveksi. Perpindahan kalor secara radiasi dapat berlansung melalui ruangan hampa.
Benda yang permukaannya gelap mudah menyerap dan memancarkan radiasi
kalor, sehingga benda yang berwarna hitam merupakan benda penyerap dan pemancar
radiasi kalor yang sempurna. Sedangkan benda yang berwarna putih mengkilap
merupakan benda penyerap dan pemancar radiasi kalor yang buruk. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan sebuah alat yang disebut termoskop.
Pada proses radiasi, energi termis diubah menjadi energi radiasi. Energi ini
termuat dalam gelombang elektromagnetik, khususnya daerah inframerah (700 nm - 100
m). Saat gelombang elektromagnetik tersebut berinteraksi dengan materi energi radiasi
berubah menjadi energi termal.
Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per satuan waktu per satuan
luas pada temperatur T kelvin adalah :
E = e T4.
dimana : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4.
e : emitansi (0 e 1)

1.6

ISOLASI PANAS
Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika memilih bahan-bahan isolasi
adalah:
1. Suhu operasi sistim
2. Jenis bahan bakar yang sedang dibakar
3. Ketahanan bahan terhadap panas, cuaca dan kondisi yang merugikan
4. Konduktivitas panas bahan
14

5. Diffusivitas panas bahan


6. Kemampuan bahan bertahan pada berbagai kondisi, seperti kejutan panas, getaran
dan serangan bahan kimia.
7. Ketahanan bahan terhadap nyala/api
8. Daya tembus/permeabilitas bahan
9. Biaya total, termasuk pembelian, pemasangan dan perawatan Biaya total,termasuk
pembelian, pemasangan dan perawatan
Bahan-bahan isolasi termasuk penggunaan adalah berdasarkan type isolasi adalah:

Isolasi Suhu Menengah (90 - 325deg C), yang digunakan dalam pemanasan suhu
rendah dan peralatan pembangkit steam, jalur steam, saluran cerobong, dll. Bahan
yang paling banyak digunakan adalah magnesia 85 persen, asbes, kalsium silikat dan
serat mineral.

Isolasi Suhu Tinggi (325oC dan diatasnya), yang biasanya digunakan untuk boiler,
sistim steam lewat jenuh, pemanggang oven, pengering dan tungku. Bahan yang
paling banyak digunakan adalah asbes, kalsium silikat, serat mineral, mika, vermiculit
e, semen tahan api, silika dan serat keramik.

Dibawah ini jenis bahan isolasi berdasarkan ketahanan, penggunaan dan keuntungannya
sesuai type yang diinginkan.

Rockwool (serat mineral) Dibuat dengan melelehkan basalt dan arang dalam
sebuah kubah pada suhu sekitar 1500C.Digunakan bahan pengikat berbasis
phenol. Tersedia dalam bentuk keset, selimut, dan bentuk yang terlepas atau
dibentuk sebagai isolasi pipa.
Kegunaan: Cocok untuk suhu sampai 820oC. Digunakan terutama untuk
mengisolasi oven industri, penukar panas, pengering, boiler dan pipapipa
suhu tinggi
Keuntungan: memiliki kisaran densitas yang besar dan tersedia dalam
banyak bentuk. Bersifat *inert *secara kimia, tidak korosif dan mencapai
kekuatan mekanis selama penanganan.

Fibreglass Dibentuk dari pengikatan serat fiberglass panjang dengan resin thermo
setting membentuk selimut dan bats, papan semi kaku, papan kaku dengan
densitas tinggi dan dibentuk seperti bagian pipa.

15

Kegunaan: Cocok untuk suhu sampai 540oC. Digunakan terutama untuk


mengisolasi oven industri, penukar panas, pengering, boiler dan pipa.
Keuntungan : tidak akan hancur oleh penuaan.
Kerugian: Produk fibreglass sedikit basa-pH9 (Nilai netral pH7). Harus
dilindungi dari pengaruh pencemaran luar untuk menghindari percepatan
korosi terhadap baja.

Kalsium silikat Dibuat dari bahan kasium silikat anhidrat yang diperkuat dengan
pengikat non-asbes. Tersedia dalam bentuk lempeng berbagai ukuran.
Kegunaan : Cocok untuk suhu sampai 1050oC. Digunakan terutama untuk
mengisolasi dinding tungku, kotak pemadam, refraktori, lining gas buang
dan boiler.
Keuntungan: Struktur sel udaranya kecil, konduktivitas panasnya rendah,
dan akan menahan bentuk dan ukurannya pada kisaran suhu yang dapat
digunakan. Ringan namun memiliki kekuatan struktur yang bagus
sehingga dapat bertahan terhadap abrasi mekanik. Tidak akan terbakar
atau busuk, tahan terhadap uap air dan tidak korosif.

1.7 PERBEDAAN SUHU RATA-RATA


Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju perpindahan panas.
Suhu fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan suhu
rata-rata.
T1

T2

T2

T1

t1
t2

t2

t1

Gambar. I.2 Gambar Arah Aliran dalam Alat Penukar Panas

(T2 t 2 ) (T1 t1 )
ln(T2 t 2 ) /(T1 t1 )

(1.9)

16

Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma ( log mean
temparature difference) disingkat LMTD.

q U . A.TLMTD

(1.10)

1.8 PERALATAN
Pemindah panas dalam heat exchanger dilakukan dengan mengontakkan dua
fluida melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas atau pendingin berada dalam suatu
jaket, di dalam pipa atau diluar pipa. Luas bidang pemanas harus cukup ( sesuai
persamaan perpindahan panas dan kebutuhan panas).
Heat Exchanger
Untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan aliran lain.
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat
exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa
berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas
dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang
minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit
listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana
cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

17

Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida lain.
Proses perpindahan panas ini biasanya terjadi dari fase cair ke fase cair atau dari fase uap
ke fase cair.

Klasifikasi heat exchanger berdasarkan fungsinya yaitu:


1. Heat exchanger
Alat ini menjalankan dua fungsi yaitu :
a. memanfaatkan fluida dingin
b. menggunakan fluida panas yang didinginkan
Hampir tidak ada panas yang hilang di dalam perpindahan panas. Tipe heat exchanger
yang banyak digunakan adalah

Tipe shell and tube


Tipe ini mempunyai luas penampang perpindahan panas yang besar jika
dibandingkan dengan tipe double pipe. Oleh karena itu tipe ini banyak digunakan
dalam industri minyak dan gas bumi.

Tipe double pipa


Tipe ini dipergunakan bila aliran fluida tidak terlalu banyak (luas
perpindahan panasnya tidak terlalu besar). Tipe ini akan lebih efektif bila
digunakan dengan memakai sirip (fin), apabila fluida berbentuk vapor atau
viscous.
Terdapat banyak jenis HE, diantaranya yang akan dibahas disini adalah: liquid-to-

liquid exchanger dan steam heater.


Liquid-to-Liquid Exchanger
Yang dimaksud dengan liquid-to-liquid exchanger adalah jenis HE dimana kedua
fluida berbentuk cair (liquid phase).

Sebenarnya HE memiliki dua fungsi yang

bersamaan, yaitu memanaskan fluida dingin yang masuk sekaligus mendinginkan fluida
panas yang masuk.
Akan tetapi dari sisi sistem control (juga proses) kita harus menentukan mana dari
kedua fungsi tersebut yang paling penting, karena seperti dijelaskan diatas, hanya ada
18

satu controlled variable, apakah itu temperature fluida yang dipanaskan atau temperature
fluida yang didinginkan, tidak bisa dua-duanya. Jika tujuan utama kita adalah
memanaskan fluida maka yang akan dikontrol adalah temperature fluida yang dipanaskan
(hasil pemanasan), HE jenis ini disebut juga dengan Heater. Sebaliknya jika tujuan
utama kita adalah mendinginkan fluida, maka yang akan dikontrol adalah temperature
fluida yang didinginkan, HE jenis ini disebut juga dengan Cooler.
Untuk membedakan fluida mana yang akan dikontrol dan mana yang digunakan
sebagai pemanas atau pendingin, maka untuk selanjutnya, fluida yang dikontrol disebut
sebagai process fluida, sedangkan fluida yang kedua disebut sebagai medium fluida.
Terdapat beberapa jenis konfigurasi control yang biasa digunakan, selanjutnya
akan dibahas beberapa diantaranya. Gambar berikut adalah HE control dengan aliran
process fluida sebagai manipulated variable.

Dalam gambar diatas terlihat pengontrolan temperature process fluida dilakukan dengan
mengubah-ubah aliran process fluida yang keluar dari HE dan yang di-bypass. Dalam
konfigurasi ini, aksi kontrol bisa berupa split-range atau opposite action.

Dalam

konfigurasi split-range, sinyal kontrol 0% 50% digunakan untuk menutup control valve
keluaran HE (CV1) dan 50% 100% untuk membuka control valve bypass (CV2).
Dalam konfigurasi opposite action, jika salah satu control valve membuka, maka control
valve lainnya akan menutup atau sebaliknya. Dalam konfigurasi opposite action, selain
menggunakan dua buah two-way control valve seperti pada gambar diatas, bisa juga

19

menggunakan three-way diverter valve (yang diletakan pada inlet HE) atau three-way
mixing valve (yang diletakan pada outlet HE).
Umumnya konfigurasi seperti ini hanya untuk HE yang berfungsi sebagai Cooler seperti
pada gambar diatas. Jika konfigurasi ini diterapkan pada Heater, maka akan timbul
masalah yaitu kemungkinan terjadinya kerak/coke pada HE akibat temperature process
yang tinggi menyamai temperature medium yang masuk. Penjelasannya adalah sbb: Pada
konfigurasi diatas, pada suatu saat bisa saja terjadi control valve CV1 menutup penuh,
yang berarti tidak ada aliran process yang keluar dari HE atau dengan kata lain ada
sebagian process fluida yang tertahan dalam HE. Untuk HE yang berfungsi sebagai
Heater, pada kondisi ini temperature fluida dalam HE akan meningkat mendekati
temperatur medium, yang bisa menyebabkan terjadinya kerak/coke dalam HE.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka untuk aplikasi Heater, yang digunakan
sebagai manipulated variable adalah medium flow, seperti diperlihatkan pada gambar
berikut.

Pada konfigurasi ini, control valve ditempatkan di outlet HE bukan pada


inlet. Pertimbangannya adalah jika ditempatkan di inlet dengan temperature medium
yang masih tinggi, maka pressure drop pada valve dapat menyebabkan terjadinya gas
yang bisa menurunkan performance HE. Pertimbangan lainnya adalah harga valve yang
digunakan lebih murah dan lebih awet karena service temperature-nya yang rendah.
Sangat jarang konfigurasi medium sebagai manipulated variable ini digunakan dalam
Cooler, terutama jika mediumnya adalah air (cooling water). Hal ini dikarenakan
umumnya cooling water bersifat corrosive dan tidak terlalu bersih sehingga tidak bijak
jika menempatkan control valve disitu. Akan tetapi, jika memang harus digunakan
20

terutama jika mediumnya bukan cooling water, maka control valve agar ditempatkan di
outlet untuk menghindari terjadinya gas dalam HE yang dapat menurunkan kinerja HE.
Konfigurasi bypass seperti pada contoh pertama diatas, juga cocok untuk Cross
Exchanger, dimana kedua fluida (process maupun medium) merupakan suatu process
stream, seperti HE yang digunakan pada feed-product suatu tower distilasi. Pada HE
jenis ini, flow kedua fluida tidak boleh dimanipulasi (diubah-ubah flownya) karena akan
mengganggu process distilasi.
Untuk beberapa aplikasi, HE tidak perlu dikontrol agar perpindahan panas dapat
berlangsung maksimal. Sebagai contoh pada aplikasi yang menggunakan rangkaian
HE. Pada aplikasi ini, umumnya yang dikontrol adalah HE yang terakhir karena untuk
menjaga temperature pada nilai yang dibutuhkan oleh process berikutnya, sedangkan HEHE sebelumnya tidak dikontrol.

Steam Heater
Steam heater merupakan HE jenis heater dengan steam/uap air sebagai media
pemanasnya. Sama seperti pada liquid-to-liquid exchanger, kontrol pada steam heater
juga dapat dilakukan dengan mengambil medium flow atau process flow sebagai
menipulated variable.
Gambar berikut adalah konfigurasi control dengan medium flow sebagai manipulated
variable dimana control valve diletakan pada inlet medium (steam line).

21

Pada kondisi beban tinggi, konfigurasi control ini dapat memberikan kinerja yang cukup
baik. Akan tetapi pada beban rendah, kinerja konfigurasi control ini kurang memuaskan,
penjelasannya adalah sbb: Pada beban rendah, flow/tekanan steam yang masuk heater
rendah sehingga tekanan condensate yang terjadi dalam heater juga rendah yaitu berada
dibawah tekanan atmosfir. Keadaan ini menyebabkan condenste yang terjadi tersebut
tidak bisa langsung dibuang oleh steam trap. Akibatnya akan terjadi akumulasi
condensate dalam heater hingga tekanannya mencapai tekanan kerja steam treap. Proses
akumulasi condensate dalam heater ini menyebabkan heat tranfer area yang awalnya
besar, semakin lama semakin kecil seiring dengan terakumulasinya condensate. Pada saat
pressure condensate mencapai tekanan kerja steam trap, semua condensate dalam heater
serta merta akan dibuang keluar sehingga heat transfer area heater kembali seperti
semula. Dari prespektif control, kejadian ini mencerminkan dinamika sistem kerja heater
yang berubah-ubah sehingga sulit untuk dikontrol. Untuk mengatasi permasalahan ini,
konfigurasi kontrol ini dilengkapi dengan condensate lifting/pumping trap, yang dapat
membuang condensate walaupun tekanannya masih dibawah atmosfir.
Selanjutnya mari kita lihat bagaimana jika control valve diletakan di condensate
line. Ketika beban berkurang, posisi bukaan control valve hampir menutup penuh hingga
akumulasi condensate dalam heater mencepai level tertentu dimana pengurangan heat
22

tranfer area sudah sesuai dengan beban. Pada arah perubahan beban ini (arah beban
berkurang), process dynamic sangat lamban karena menunggu akumulasi condensate di
heater. Sebaliknya ketika beban bertambah, process dynamic sangat cepat karena hanya
sedikit perubahan bukaan control valve, sudah banyak condensate yang terbuang. Dari
sisi control, process dynamic seperti ini sangat sulit untuk dikontrol. Oleh karena itu,
penempatan control valve di condensate line tidak direkomendasikan.
Salah satu konfigurasi control yang digunakan untuk mengatasi permasalahan low
condensate pressure adalah dengan menggunakan condensate level control seperti gambar
berikut.

23

Setpoint untuk level control dapat diubah-ubah untuk disesuaikan dengan beban, pada
beban rendah, setpoint level control diset tinggi, begitu pula sebaliknya. kelemahan dari
konfigurasi control ini adalah harganya yang mahal. Untuk mengatasinya, level control
dapat diganti dengan continuous drain trap, yang fungisnya sama dengan level control
tetapi harganya jauh lebih murah.
Bagaimana dengan konfigurasi control yang menggunakan process flow sebagai
manipulated variable? Konfigurasi yang sudah dibicarakan sebelumnya pada liquid-toliquid exchanger berlaku juga untuk steam heater. Gambar berikut adalah process
bypass control yang menggunakan Diverter Valve.

HE Enhanced Control
Apabila gangguan (distrubance) sering terjadi dalam pengoperasian HE, maka
konfigurasi basic control yang baru saja dibahas tidak dapat memberikan hasil yang
memuaskan. Untuk mengatasinya diperlukan konfigurasi baru yang disebut enhanced
control. Enhanced control ini dibentuk dengan menambah cascade control (untuk

24

mengatasi gangguan pada manipulated variable) dan feedforward control (untuk


mengatasi gangguan pada beban) serta kalkulasi/perhitungan pendukungnya pada
konfigurasi basic control. Sebagai contohnya adalah konfigurasi enhanced control untuk
steam heater berikut.

Konfigurasi enhanced control ini dibuat dengan asumsi gangguan yang terjadi adalah
pada process flow (gangguan beban) dan pada steam flow (gangguan manipulated
variable). Jika gangguan terjasi pada variable lainnya seperti process temperature, steam
temperature, steam pressure atau variable lainnya, maka konfigurasi enhanced control
juga akan berbeda.

Cooler
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida cair, gas dengan menggunakan
media pendingin air atau udara.
Tipe-tipe cooler, antara lain:
a. Tipe pipe coil

Spiral COIL
25

PIPE COIL

Box cooler (lebih baik/bagus yang tube-3 dan shell)

b. Tipe air cooler


media pendingin yang digunakan adalah udara
Condenser
Alat ini berfungsi untuk mengembunkan uap atau campuran uap. Sebagai media
pendingin biasanya digunakan air. Umumnya condenser memiliki tipe shell and tube dan
dapat mempunyai dua tipe yaitu tipe vertical dan tibe horizontal yang masing-masing
mempunyai keuntungan sendiri-sendiri.

Tipe-tipe condenser berdasarkan fungsi:

Partial condenser
Condenser ini memiliki fungsi hanya mengembunkan sebagian dari total
uap yang dihasilkan (kondensat) yang dipakai sebagai reflux. Condenser ini
biasanya dipasang dekat puncak dalam fraksinasi.

Overhead condenser
Condenser ini memerankan 3 hal pada
mendinginkan

uap,

mengembunkan

uap

saat bersamaan

menjadi

cairan,

yakni

kemudian

mendinginkan menjadi cairan tersebut.

Surface condenser
Condenser ini berfungsi untuk mengkondensasikan steam, yang mana
kondensasi ini dijalankan dengan tekanan vakum dari 1 sampai 1,5 inHg absolute.
Untuk membuat tekanan vakum digunakan ejector.

Heater
Alat ini berfungsi untuk memanaskan fluida cair atau uap dengan menggunakan
steam atau air panas yang mana dengan memberikan sensible heat.
Evaporator
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan atau menguapkan fluida cair dengan
menggunakan steam atau media panas lainnya.
Chiller
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida pada temperature rendah. Sebagai
media pendinginnya dapat digunakan air, propane, Freon, ataupun amoniak

26

Reboiler
Biasanya dihubungkan dengan dasar kolom fraksionasi atau stripper untuk
melengkapi panas pendidihan yang diperlukan untuk destilasi. Sebagai media pemanas
dapat berupa steam atau fluida panas (misalnya residu). Tipe dari alat ini adalah tipe ketel
dengan tipe shell and tube, dimana shell membesar untuk memindahkan penguapan.
Selain itu dapat digunakan furnace.
Macam-macam reboiler:

Natural Circulation / thermosiphon reboiler yang mendidih diperoleh dengan


mempertahankan head yang cukup dari liquid untuk melengkapi sirkulasi.

Forced circulation reboiler dengan menggunakan pompa untuk mendorong liquid


masuk reboiler

Air cooled exchanger (air cooler)


Air cooler exchanger digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu ambient
dengan udara. Diklasifikasikan sebagai berikut :

Forced draft
Bila letak tube pada daerah discharge dan fan

Induced draft
Bila letak tube pada daerah suction dan fan

Klasifikasi Heat Exchanger berdasarkan kontruksinya:

Fixed tube sheet


Kedua tube sheet tepat pada shell. Kelemahan dari tipe ini adalah jika perbedaan
suhu telalu besar maka tube akan bengkok

Floating Heat/tube sheet (removeable and non removeable bundles)


Satu tube sheet loates dalam shell, yang lain tepat pada shell. Tipe ini dapat
digunakan pada suhu tinggi (>200oF), dapat dioperasikan pada fluida yang kotor

U-tube, U-bundle
Hanya pada satu tube sheet dioperasikan pada tube bentuk U. dapat digunakan
pada suhu yang tinggi.

27

Kettle
Tube bundle removable sebagai tipe U dan floating head. Shell membesar untuk
memudahkan pendidihan dan penguapan.

Double pipe
Masing-masing tube mempunyai shell sendiri-sendiri untuk membentuk ruang
annulus. Biasa digunakan finned tube

Pipe coil
Tipe pipe coil yaitu:
Spiral coil
Coil yang direndam dal;am box coil yang berisi air, digunakan untuk
pemanasan dan pendinginan. Coil berbentuk spiral.
Pipe coil
Biasa dipasang pada dasar suatu tankiuntuk memanaskan isi tanki dengan
aliran steam dalam pipa. Dapat berbentuk hair pain, spiral, tipe ring.
Box coil
Pendinginan dilakukan dengan jalan mengalirkan fluida panas dalam suatu
coil yang tercelup dalam media pendingin air.

Klasifikasi Heat exchanger berdasarkan Standar TEMA.


TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Assosiation), mengklasifikasikan HE
berdasarkan perencanaan dan pembuatannya menjadi tiga kelas yaitu:

Heat exchanger kelas R umumnya digunakan untuk industri minyak dan


peralatan untuk proses tersebut.

Heat exchanger kelas C umumnya digunakan untuk keperluan komersil.

Heat exchanger kelas B umumnya digunakan untuk proses kimia.

Klasifikasi heat exchanger berdasarkan jenis alirannya:

Heat exchanger counter current (aliraran berlawanan arah), Jika aliran kedua
fluida yang mengalir dalam HE berlawanan arahnya.

Heat exchanger co-current (aliran searah), Jika aliran fluida yang didinginkan
dengan media pendinginnya searah.

Hear exchanger cross current (aliran silang), Jika aliran fluida yangmengalir
dalam HE saling memotong arah.
28

Alat Penukar Panas Dilihat dari arah Aliran dan Tube Layout
Apabila ditinjau aliran fluida alat penukar panas ini dibagi dalam tiga macam
aliran, yaitu:

Aliran sejajar

Aliran berlawanan arah atau counter flow

Aliran kombinasi
Susunan tube (tube layout) akan mempengaruhi baik bruknya perpindahan panas.

Disamping itu, pemilihan harus mempertimbangkan system pemeliharaan yang akan


dilakukan. Pembersihan tube dengan mekanikan atau secara kimiawi akan mempengaruhi
pemilihan dari tube. Selain susunannya yang terjadi, aliran laminar atau turbulen, bersih
atau kotor fluida yang mengalir. Susunan tube terdiri dari:
1. Tube dengan susunan bujur sangkar (In-line square pitch)
2. Tube dengan susunan segitiga samam sisi (Triangular pitch)
3. Tube dengan susunan berbentuk belah ketupat (Diamond square pitch)
4. Tube dengan susunan segitiga diputar 60oC (Rotated triangular pitch)

Shell and Tube Heat exchanger


Secara keseluruhan komponen utama penyusun shell and tube heat exchanger adalah:

Shell
Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligussebagai wadah
mengalirnya zat. Secara umum lintasan fluida dalam APK dapat terjadi pada dua area
lintasan yang terpisah yakni dalam shell side (sisi cangkang) dan tube side (sisi
29

tabung). Dalam menganalisa aliran fluida dalam sisi cangkang bahwa, dalam sisi
cangkang selain terdapat aliran utama B yakni aliran yang melintas tegak (main cross
flow) terhadap bundel tube, juga terdapat kebocoran (leakage) aliran seperti
kebocoran A antara baffle dengan tabung, dan kebocoran E antara baffle dengan
cangkang, serta aliran by pass C antara bundel tube dengan cangkang.

Gambar shell APK


Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas. Pada bagian ini
terdapat saluran masuk fluida yang mengalir kedalam tube.
Head bagian belakang
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas
Sekat (baffle)
Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari fluida dalam alat
penukar panas. Untuk menentukan sekat diperlukan pertimbangan teknis dan
operasional.
Macam-macam baffle yaitu:
a. Horisontal cut baffle
1. Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell
2. Baik ada dissolves gas dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam heat
exchanger maka perlu diberi notches dalam baffle
b. Vertical cut baffle
30

Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy fouling fluida.
c. Disc and doughtnut baffle
1. Fluida harus bersih, bila tidak akan terbentuk sediment dibelokkan
doughtnut
2. Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bias dilepaskan
melalui top dari doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak dapat di drain
tanpa large ports pada doughtn.
d. Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan lubanglubang untuk semua tube.
e. Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua atau beberapa
bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk perpindahan panas yang
lebih baik.
Dipasang pada Tie-rod dan Spcer, dimaksudkan untuk mengarahkan aliran didalam
shell, sehingga saluran bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan
membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas yang besar.
Luas baffle kira-kira 75 % penampang shell. Spasiantar baffle tidak lebih dekat dari 1/5
diameter shell, bila terlalu dekat akan di dapat kehilangan tekanan yang besar.
Baffles atau sekat-sekat yang dipasang pada alat penukar kalor mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
1. Struktur untuk menahan berkas tabung.
2. Damper untuk menahan atau mencegah terjadinya getaran (vibration) pada
tabung.
3. Sebagai alat untuk mengontrol dan mengarahkan aliran fluida yang
mengalir diluar tabung (sisi cangkang)

Gambar 2.11. Baffle dengan pemotongan baffle 32,65%.

31

Menurut Tunggul [20], ditinjau dari segi konstruksi, sekat dapat diklasifikasikan dalam 4
kelompok, yaitu:
1. Sekat pelat berbentuk segment (segmental baffles plate).
2. Sekat batang (rod baffles).
3. Sekat mendatar (longitudinal baffles).
4. Sekat impingment (impingiment baffles).
Menentukan jarak antara baffle dengan sekat sangat penting,sebab hal ini akan langsung
mempengaruhi banyaknya lintasan fluida yang melintang di luar tabung. Pada
konstruksinya diusahakan agar jarak baffle satu sama lain nya sama.
Dalam hal yang tidak memungkinkan, maka pada bagian-bagian ujungnya dibuat jarak
lebih kecil, tetapi harus selalu memeperhatikan letak dari nozzle pada cangkang.
Makdsunya nozzle disini adalah saliran fluida masuk tabung dan keluar dari tabung.
Jarak anatara baffle (baffle spacing atau baffle pitch) ini dikenal dua macam yaitu:

Jarak antara baffle maksimum yaitu B = diameter sebe;ah dalam cangkang.

Jarak baffle minimum yaitu: B = 1/5 diameter sebelah dalam cangkang

Apabila jarak antara baffle dibuat terlalu jarang, maka aliran fluida akan aksial sehingga
tidak dapat aliran melintang, sebaliknya kalau jarak antara buffle dibuat terlalu sempit,
maka akan menimbulkan kebocoran yang berlebihan antara baffle dan cangkang,
sehingga penurunan tekanan makin besar.
5. Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya
diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus sesuai
dengan suhu, tekanan, dan sifat korosi fluida yang mengalir.
Tube ada dua macam, yaitu:

Tube polos (bare tube)

Tube bersirip (finned tube)


Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa pipa biasa, tetapi pipa

yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari berbagai material. Umumnya
digunakan pipa berukuran diemeter luar inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa
dengan diameter luar , 1,50 dan 1,75 inch. Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG
32

(Birmingham Ware Gauge). Makin besar bilangan BWG, makin tipis pipanya.Tersedia
BWG mulaidari 8 sampai 18. Tube terpasang pada tube sheet dengan pitch 1,25 D0
(diameter luar). Formasi pipa dapat membentuk segitiga atau bujur sangkar. Susunan
tabung itu mempengaruhi besarnya penurunan tekanan aliran fluida dalam cangkang.
Penentuan susunan tabung pada alat penukar kalor sangat prinsip sekali, ditinjau dari segi
operasi dan pemeliharaan. Adapun beberapa susunan tabung alat penukar kalor menurut
Tunggul [17] meliputi:
1.Tabung (tube) dengan susunan segitiga (triangular pitch).
2.Tabung (tube) dengan susunan segitiga diputar 30o (rotated triangular atau
in-line triangular pitch).
3.Tabung (tube) dengan susunan bujur sangkar (in-line square pitch).
4.Tabung (tube) dengan susunan berbentuk belah ketupat, atau bentuk bujur
sangkar yang diputar 45o (diamond square pitch).
Susunan tabung yang segitiga merupakan susunan yang sangat popular dan baik
dipakai melayani fluida kotor/berlumpur atau yang bersih (non-fouling or fouling).
Koefisien perpindahan panasnya lebih baik dibanding dengan susunan tabung bujur
sangkar (in-line square pitch). Susunan tabung segitiga banyak dipergunakan dan
menghasilkan perpindahan panas yang baik per satu satuan penurunan tekanan (per unit
pressure drop), di samping itu letaknya lebih kompak.
Susunan bujur sangkar membentuk sudut 90o (in-line square pitch) banyak
dipergunakan, dengan pertimbangan seperti berikut:

Apabila penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada alat penukar
kalor itu sangat kecil.

Apabila pembersihan yang dilakukan pada bagian luar tabung adalah


dengan cara pembersihan mekanik (mechanical cleaning). Sebab pada
susunan seperti ini, terdapat celah anatara tabung yang dipergunakan untuk
pembersihannya.

Susunan ini memberikan perilaku yang baik, bila terjadi aliran turbulen,
tetapi untuk laminar akan memberikan hasil yang kurang baik

6. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell

33

7. Channel and pass partition


Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube, sedangkan pass
partition merupakan pembatas antara fluida yang masuk dan keluar tube.
8. Shell cover and channel cover
Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada saat pembersihan.

Fouling factor (Rd)


Dalam heat exchanger, fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki dipermukaan penukar panas yang terkontak dengan fluida kerja, termasuk
permukaan perpindahan panas. Peristiwa tersebut adalah pengedapan, pengerakan, korosi,
polimerisasi dan proses-proses biologi.
Fouling mengakibatkan kenaikan tahanan perpindahan panas, sehingga meningkatkan
biaya, baik investasi maupun perawatan. Akibatnya terjadinya fouling, ukuran penukar
panas menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu shut down dapat lebih
panjang, dan biaya perawatan meningkat.Antisipasi terhadap terjadinya fouling dalam
perancangan , dengan memiliki variable operasi dan konfigurasi yang tepat, dapat
menekan terjadinya fouling dan kerugian diatas.
Pencegahan fouling dapat dilakukan dengan tindakan :
a. Menekan potensi fouling, misalnya dengan penyaringan.
b. Menggunakan bahan konstruksi yang tahan terhadap korosi.
c. Menepatkan nozzle ( tube side dan shell side ) di permukaan tertinggi
atau

terendah pada heat exchanger, untuk menghindari terjadinya kantung-

kantung gas ataupun kantung volume fluida diam. Interface gas cair
merupakan lokasi terjadinya korosi, dan kantung udara diam memungkinkan
terjadinya pengendapan.
Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukan hambatan akibat adanya
kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam heat exchanger. Kotoran ini
berupa lumpur, polimer, dan deposit lain yang terbentuk di bagian dalam maupun bagian
luar dinding tube exchanger. Nilai ini digunakan untuk mendesain agar mengetahui
hambatan yang masih diperbolehkan selama operasi normal sebelum pembersihan.
Fouling factor tergantung pada nilai koefisien perpindahan panas ke seluruh
permukaan bersih, Uc, dan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk

34

permukaan kotor, Ud. Jika fouling factor makin besar efisiensi perpindahan panas
semakin menurun dan akibatnya pressure drop makin besar.
Secara umum yang dapat menyebabkan terjadinya fouling pada alat operasi
adalah :
1. Hard Deposit, yaitu kerak yang berasal dari hasil korosi maupun cooking
2. Porous Deposit, yaitu kerak yang berasal dari dekomposisi dari kerak keras
3. Loss Deposit, yaitu berasal dari deposit seperti lumpur dan material lunak
yang lain.

1.9 ALIRAN MULTIPASS


Aliran fluida dalam tube sering dibuat beberapa kali melewati shell. Dengan cara
ini penampang aliran dalam tube menjadi kecil dan laju linier menjadi besar, sehingga
diperoleh koefisien perpindahan panas besar.
Variable flowrate erat kaitannya dengan kecepatan alir, kecepatan alir
berhubungan erat dengan koefisien perpindahan panas. Perhatikan persamaan koefisien
perpindahan panas di tube dan shell dibawah ini :
Koefisien perpindahan panas tube,

Koefisien perpindahan panas shell,

Koefisien perpindahan panas tube dipengaruhi oleh, Re, Pr, diameter dalam tube,
viskositas, serta thermal konduktifitas, sedangkan Koefisien perpindahan panas shell
dipengaruhi oleh Re, Pr, diameter ekivalen, viskositas, serta ther
mal konduktifitas. Variable flowrate ( laju alir ) akan mempengaruhi besaran nilai
dari Re ( reynold number ), persamaan Re pada tube dapat dijabarkan dalam beberapa
bentuk :
Dimana :
35

Di = diameter dalam tube

= densitas fluida

vt = kecepatan alir ( m/s atau ft/s )

Mt = mass flowrate tube ( kg/s atau lb/s)

= viskositas

NP = jumlah pass tube

Nt = jumlah tube

Sedangkan persamaan Re untuk shell


Dimana: :

De = diameter ekivalen

= densitas fluida

vs = kecepatan alir shell ( m/s atau ft/s )

Ms = mass flowrate shell ( kg/s atau lb/s) = viskositas

Do = diameter luar tube

lb = jarak antar baffle

pt = pitch

As = cross flow area shell


Dari kedua persamaan Re baik untuk tube maupun shell diatas, kita dapat melihat

variable apa saja yang mempengaruhi nilai Re tersebut. Pada tube, menaikkan nilai
bilangan Re dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pass tube misal dari 1, ke 2, 4,
6 atau bahkan 8, namun dengan semakin besar pass tube maka diameter shell akan
semakin besar sementar diameter shell terdapat nilai limitnya . Menaikkan jumlah tube
tidak hanya memberikan efek terhadap bagian tube tetapi juga memberi efek terhadap
shell, salah satunya adalah ineffisien flow pattern pada shell. Sedangkan pada shell,
bilangan Re dapat dinaikkan dengan cara memodifikasi baffle yaitu jarak antar baffle dan
baffle cut. Dengan memperkecil jarak antar baffle kecepatan fluida pada shell dapat
dinaikkan , dengan demikian akan memperbesar nilai Re ( lihat bagian Fouling ). Dengan
demikian untuk flowarate yang rendah, sebaiknya fluida tersebut ditempatkan dibagian
shell. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa nilai koefisien perpindahan panas baik pada
tube maupun shell adalah fungsi dari dua buah bilangan yaitu Re dan Pr ( prandtl ), Pr
adalah fungsi dari kapasitas panas, viskositas dan thermal konduktifitas. Jika pada tube,
36

Re berbanding terbalik dengan nilai viskositas, maka bilangan Pr, nilai Pr berbanding
lurus dengan viskositas, namun begitu bilangan Re lebih dominan dari pada bilangan Pr,
sehingga untuk meningkatkan koefisien perpindahan panas baik pada tube dan shell lebih
cenderung dilakukan usaha usahan untuk menaikkan nilai bilangan Re dari pada
bilangan Pr.
Aliran fluida pada heat exchanger
Prinsip perpindahan panas adalah proses perpindahan dari suhu tinggi ke suhu yang
rendah.Jadi perbedaan suhu merupakan gaya pendorong perpindahan panas.Panas dapat
berpindah dengan tiga cara yaitu:
1. Konduksi (Conduction), Perpindahan panas melalui kontak langsung antara
permukaan. Contoh, Ketika tangan kita kedinginan kita akan merasa nyaman
memegang gelas panas atau pada saat panas kita berbaring diatas lantai yang sejuk.
2. Konveksi (Convection), Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam hal ini
adalah udara, artinya panas tubuh dapat dihilangkan bergantung pada aliran udara
yang melintasi tubuh manusia. Contoh, Kita akan merasa nyaman bila terkena
hembusan angina pada saat kita berkeringat.
3. Radiasi ( Radiation), perpindahan panas berdasrkan gelombang eletromagnetik, tubuh
manusia mendapat panas dari pancaran panas yang lebih tinggi dan tubuh manusia
dapat akan memancarkan panasnya secara radiasi ke setiap objek yang mempunyai
suhu lebih dingin dari manusia. Contoh, Kita akan merasa lebih panas berada di
bawah atap seng saat matahari terik, hal ini disebabkan suhu seng jauh diatas suhu
tubuh manusia sehingga akan memancarkan panasnya ke tubuh kita melalui rambatan
panas.
4. Penguapan ( Evaporation), perpindahan panas karena perbedaan lapisan udara (steck
effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh lapisan udara dingin.

Perpindahan panas konveksi-konduksi


Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang dilakukan oleh
molekul-molekul fluida (cair atau gas), molekul-molekul tersebut membawa sejumlah
panas pada saat molekul-molekul tersebut menyentuh bidang yang akan dipanaskan.

37

Maka sebahagian panas akan diserap dan sebahagian lagi akan dipantulkan seperti dilihat
pada gambar dibawah ini:

GambarPerpindahanpanaskonveksi-konduksi
Panas yang diserap secara konveksi adalah:
Qkonv = h.A (TA T1) (2.1)
Dimana:

Qkonv = Panas yang diserap secara konveksi (Watt)

h = Koefisien perpindahan panas konveksi (Watt/m2.K)

A = Luas bidang yang dipanaskan (m2)

TA = Temperatur fluida (K)

T1 = Temperatur permukaan dinding (K)

Sedangkan perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari satu
bagian benda padat ke bahgaian lain benda padat tersebut. Perpindahan panas konduksi
juga dapat terjadi dari suatu benda padat ke benda padat yang lain jika ada kontak fisik
(bersinggungan), tetapi molekul benda padat yang satu tidak berpindah ke benda padat
yang lain. Jumlah panas yang merambat melalui benda padat adalah :
Qkond = K.A (dt/dx) (2.2)
Dimana:

Qkond = Panas yang diserap secara konduksi (Watt)

K = Koefisien perpindahan panas konduksi (Watt/ m2.K)

A = Luas bidang yang dipanaskan (m2)

(dt/dx) = Gradien suhu

38

1.10 Aspek Operasi dan Pemeliharaan


Salah satu masalah utama dalam pemeliharaan heat exchanger menyangkut
pengendapan kotoran pada permukaan bidang perpindahan panas. Hal ini menyebabkan
peningkatan tahanan panas (koefisien perpindahan panas mengecil). Fouling juga
menambah tahanan terhadap aliran fluida. Bertambahnya tambahan memperbesar beda
suhu rata-rata (LMTD).
Endapan yang membentuk kerak pada suatu tempat dapat mengakibatkan
pemanasan yang berlebihan pada tempat tersebut yang dapat merusak pipa (tube).
Biasanya shell and tube heat exchanger dirancang dengan luas bidang pemanas yang
berlebihan dari seharusnya sehingga penurunan koefisien perpindahan panas tidak
langsung mengakibatkan penyimpangan besar kinerja heat exchanger tersebut. Bila
fouling telah melewati harga tertentu, kemampuan pelat tidak lagi sebagaimana
disyratkan. Sebelum hal ini terjadi alat harus segera dihentikan untuk pembersihan.
Kinerja heat exchanger dapat dievaluasi dengan membuat neraca panas. Untuk
mmudahkan kapan penghentian harus dilakukan , maka dilakukan pengamatn perubahan
LMTD dan kehilangan tekanan pada tube.
Bila harga perbedaan tekanan dan LMTD telah tercapai suatu harga tertentu,
berarti fouling sudah cukup banyak dan harus dihentikan untuk pembersihan. Tiap heat
exchanger punya harga batasnya sendiri-sendiri yang berlainan dan perlu diamati untuk
menetapkan jadwal pembersihan, operasi yang tepat akan memperpanjang selang waktu
pemebrsihan dan umur heat exchanger.
Saat yang paling menentukan justru pada waktu start-up dan shut-down. Pada
saat ini dapat terjadi kejutan panas (perubahan suhu tiba-tiba) dan hantaman hidrolik yang
dapat menimbulkan tegangan-tegangan berlebihan dan tidak seimbang yang dapat
merusak sambungan-sambungan, tubes, packing atau timbul kebocoran-kebocoran.
Laju alir dalam shell yang terlalu besar dapat menimbulkan vibrasi yang sangat
membahayakan.

39

TLMTD

Bulan

10

Gambar I.3 Grafik perubahan Kehilangan Tekanan dan Beda Suhu Rata-rata terhadap
waktu.
Pemeliharaan dan Inspeksi Jadwal
Pemeriksaan rutin dari pendingin asam akan memastikan bahwa exchanger akan
menyediakan operasi yang bebas masalah sepanjang kehidupan tanaman.
Bergeser

Memantau dan mencatat pembacaan sistem proteksi anodik

Lakukan pengukuran ketebalan shell dan nozel

Periksa tabung dan sisi shell untuk padatan build-up, puing-puing,


fouling, dll Bersihkan pendingin jika diperlukan.

Penutupan

Pemeliharaan

Referensi Elektroda

Kalibrasi cek elektronik

Elektroda referensi memeriksa

Katoda pemeliharaan

dalam 3 bulan

Setelah Tahun

pertama

pertama

Tidak diperlukan

Ya

Tahunan

Ya

40

Utama dan Pin Katoda

Tergantung pada

Tidak diperlukan

Ya

Shell Side - Asam

Ya

Ya

Ya

Tabung Side - Air

Ya

Ya

Ya

pemeriksaan terakhir

Shell Side Asam


Setelah tiga bulan pertama operasi pendingin harus diperiksa secara internal
melalui port inspeksi terletak di shell. Kondisi shell, permukaan tabung dan semua
terlihat internal harus diperiksa dan catatan terbuat dari sana kondisi. Setelah itu, sisi shell
harus diperiksa setiap tahun.
Tabung Side Air
Setelah kepalan tangan tiga (3) bulan operasi, pendingin harus diperiksa dengan
menghapus air meliputi pemeriksaan kotak pelabuhan. Kondisi kotak air, las tubesheet
dan kotak tabung harus diperiksa dan catatan terbuat dari kondisi mereka. Jika ada puing
memblokir tabung, selimut kotak air akhir harus dihapus dan tabung setiap diperiksa
untuk memastikan bahwa mereka jelas di sepanjang jalurnya. Secara khusus tabung harus
diperiksa untuk akumulasi lumpur atau skala. Pendingin harus diperiksa minimal sekali
setahun setelah pemeriksaan tiga bulan awal.
Kecepatan-kecepatan air yang tinggi dalam tabung selama operasi normal
umumnya efektif dalam menjaga skala dan pembentukan lumpur untuk minimum. Jika
tabung harus perlu dibersihkan, hydroblasting menggunakan tombak dianjurkan. Jika
masih tidak bersih, turbining mekanik mungkin diperlukan. Produsen umumnya
menyediakan layanan purna jual untuk melakukan inspeksi asam dingin dan perawatan
jika diperlukan.
Pembersihan
Petunjuk pabrik untuk membersihkan pendingin asam harus diikuti. Berikut ini
adalah pedoman umum untuk membersihkan pendingin asam pada kedua tabung dan sisi
shell.
41

Tabung Side
Fouling atau scaling pada sisi tabung pendingin asam dapat dengan mudah
dihilangkan dengan hydroblasting setiap tabung. Jika masih tidak bersih turbining
mekanik tabung masing-masing dapat dilakukan.
Jika kalsium fosfat skala berat telah terjadi sisi tabung mungkin perlu dibersihkan
secara kimiawi. Sebuah solusi panas dari asam format (<12% berat @ 65-95 oC) dapat
kembali disirkulasikan melalui tabung untuk menghapus scaling. Sebagai unit
dibersihkan konsentrasi asam akan menurun. Asam format tambahan harus ditambahkan
untuk menjaga konsentrasi asam asli. Ketika konsentrasi asam tetap konstan untuk
periode waktu, unit ini bersih.
Shell Side
Membersihkan dari sisi shell hanya dapat dilakukan dengan cara kimia. Solusi
2% berat natrium hidroksida kembali beredar melalui sisi shell dari pendingin pada suhu
80 sampai 95 o C. Natrium hidroksida pekat ditambahkan untuk menjaga pH larutan
pembersih di atas pH 8.

Solusi pembersih harus beredar selama minimal 2 jam.

Ketika pembersihan kimia selesai, solusi kaustik harus benar-benar terkuras dari
pendingin dan unit-benar memerah dengan air segar. Ketika semua air dikeringkan dari
pendingin siap untuk dikembalikan ke layanan.
Dalam semua kasus, air dengan klorida rendah harus digunakan untuk larutan
kimia pembersih dan peralatan untuk pembilasan sesudahnya.
Tube plugging
Jika tabung bocor ditemukan, tabung harus terpasang sebelum pendingin dapat
dikembalikan ke layanan. Jika banyak tabung telah terpasang, kinerja termal pendingin
mungkin tidak lagi memadai dan dingin harus kembali tabung atau diganti.
Tube plugging kit biasanya tersedia dari produsen. Plug baik plug sepotong
meruncing atau plug meruncing dua bagian dan cincin terbuat dari Alloy 20. Paket ini
juga termasuk alat seperti alat untuk membesarkan lubang, sikat kawat, drive socket, dan
memotong cairan untuk stainless steel.
Secara umum, prosedur untuk memasukkan sebuah tabung adalah sebagai berikut:
42

Menggunakan sikat kawat baja stainless membersihkan area di sekitar tabung.

Cuci daerah tersebut dengan air dan benar-benar kering

Rim keluar tabung. Alat reaming juga akan dipotong menjadi wajah las tabungke-tubesheet untuk membuat permukaan datar untuk pengelasan.

Masukkan potongan cincin sehingga duduk rata pada wajah las tabung-ketubesheet.

Pasang konektor meruncing dan mengatur dengan pukulan tajam beberapa dengan
paluiip

Mengelas steker ke ring dan cincin ke wajah tubesheet menggunakan manikmanik terus menerus.

43

DAFTAR PUSTAKA
Donald Q. Kern, Process Heat Transfer, McGraw-Hill
E.E Ludwig, Applied Process Design for Chemical & Petrochemcial Plant Vol.3rd Ed, Gulf
Professional Publishing
R.K.Sinnot, Chemical Engineering Design Vol.6 4th Ed, 2005, Elsevier
R.Mukherjee, Pratical Thermal Design of Shell and Tube Heat Exchanger, 2004, Begell
House
Warren, McCabe, Unit Operasi Teknik Kimia Jilid 1, Erlangga
Max S. Peter & K.D Timmerhaus, Plant Design & Economic for Chemical Engineer 4th Ed,
McGraw-Hill
Kevin D. Rafferty, PE.Geo-Panas Pusat.Gene Culver.Heat Exchanger
Taufik, Moh.Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.www.cikiprud.blogspot.com
http://asro.wordpress.com/.../process-equipment-control-1-heat-exchanger
http://blog.unsri.ac.id/Chemeng%20Sai/opp/thermal-design-shell-tube-heat-exchangeri/mrdetail/13807
http://langkahpetualang.wordpress.com/2009/09/10/heat-exchanger/
http://www.acehforum.or.id/showthread.php?t=12502&page=1
http://wikipedia.org/isolasipanas
http://wikipedia.org/panas

44

Anda mungkin juga menyukai