Anda di halaman 1dari 9

HEALTH EDUCATION

ABORTUS

Oleh :

Dolario Kamagi ()
Isabella Analauw (040111129)
Anita Wijiasari (050111203)
Pembimbing :

Dr.

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2010

ABORTUS

PENDAHULUAN
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat janin yang terkecil,
yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan
disebut abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu akibat tindakan. Abortus teraupetik adalah abortus buatan yang
dilakukan atas indikasi medik.
Menurut WHO 1998, abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi
kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup diluar kandungan, bahkan
fatal jika dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak terampil serta
komplikasinnya merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi.
Di Indonesia berdasarkan Undang-undang melakukan abortus merupakan
suatu kejahatan, jadi tindak pidana yang dilarang. Pasalpasal KUHP Yang
mengatur hal ini adalah pasal 346: ancaman bagi ibu, pasal 347: ancaman bagi
pengguguran ( awam ) tanpa izin ibu, pasal 348 : ancaman bagi pengguguran
dengan izin ibu dan pasal 349 : ancaman bagi dokter, bidan atau juru obat yang
membantu pengguguran. Menurut KUHP, abortus merupakan abortus bisa terjadi
dari faktor maternal yang dipicu oleh banyak faktor seperti adanya infeksi pada
daerah genetalia, penyakit kronis yang di derita ibu (jantung, paru atau diabetes
yang tidak terkontrol) dan faktor usia sebagai akibat semakin tua usia ibu semakin
tua sel telur.

FREKUENSI
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali jika ada komplikasi; juga karena sebagian abortus spontan
hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan
frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai 50%
bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini terlambat haid beberapa hari,
sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia hamil, di Indonesia
diperkirakan ada 5 juta kehamilan per tahun. Dengan demikian diperkirakan
500.000 750.000 abortus spontan.
WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun
terdapar 20 juta kejadian abortus. Sekitar 13 % dari jumlah total kematian ibu di
seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi abortus. Di Indonesia angka kematian
ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2002/2003)
masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian abortus di
Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya terdapat 43 kasus abortus
per 100 kelahiran hidup.

DEFINISI
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup
dilluar rahim, jika beratnya kurang dari 500 gram, atau usia kehamilan kurang dari
20 minggu. Jenis-jenis abortus antara lain:
-

Abortus spontan adalah berakhirnya kehamilan yang terjadi pada umur


kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa intervensi dari luar dan berlangsung
tanpa sebab yang jelas. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan kurang
dari 20 minggu akibat tindakan. Abortus teraupetik adalah abortus buatan
yang dilakukan atas indikasi medik.

Abortus imminens adalah ditandai dengan perdarahan pada usia perdarahan


pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mules.
Pada abortus ini hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam dan tidak
disertai pembukaan (dilatasi serviks).

Abortus insipiens adalah terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu disertai mules sering dan kuat. Pada jenis ini terjadi pembukaan
atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih dalam rahim.

Abortus inkomplit terjadi pengeluran sebagian konsepsi pada usia kehamilan


kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada dalam rahim.
Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam
rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak
akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.

Abortus komplit adalah semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim


kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk.
Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil.

Abortus servikalis pegeluaran hasil konsepsi terhalang oleh ostium uteri


ekternum yang tidak membuka, sehingga menggumpal di dalam kanalis
servikalis (rongga serviks) dan terus membesar, berbentuk bundar dan
dindingnya menipis.

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi


janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Abortus habitualisme adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak susah hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Etiologi abortus ini pada
dasarnya sebabnya sama dengan abortus spontan.

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai penyebaran kuman atau


toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Abortus septik yaitu
abortus yang disertai dengan infeksi pada genitalia.

ETIOLOGI
Hal hal yang menyebabkan abortus:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau

cacat.

Faktor

-faktor

yang

menyebabkan

kelainan

dalam

pertumbuhan:
a) Kelainan kromosom: sering terjadi pada abortus spontan ialah trisomi,
dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b) Lingkungan kurang sempurna: bila keadaan di endometrium tempat
implantasi kurang sempurna.
c) Pengaruh dari luar: virus, obat obatan.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain.
4. Kelainan traktus genetalia
Retroversio

uteri,

mioma

uteri,

kelainan

bawaan

uterus

dapat

menyebabkan abortus.

INSIDEN
Wanita muda lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku abortus adalah
mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita
remaja yang berusia dibawah 19 tahun. Belum menikah jika terjadi kehamilan
diluar nikah.

PATOLOGI
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan desidua basalis perubahan
nekrotik di dalam jaringan jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan.
Hal tersebut dapat menyebabkan ovum dapat terlepas seluruhnya atau sebagian
dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus, sehingga merangsang kontraksi
uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.

MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
3. Rasa mules atau kram perut di daerah simfisi, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Pemeriksaan Ginekologi:

Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada / tidak jaringan hasil konsepsi,


tercium atau tidak bau busuk dari vagina.

Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada / tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada / tidak jaringan
berbau busuk dari ostium.

Vaginal toucher: portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat digoyang, tidak nyeri saat pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dann tidak nyeri.

DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa dari gejala dan tanda serta
pemeriksaan abdomen dan payudara, serta teoritis diperlukan tehnik pemeriksaan
vaginal. Pada beberapa pemeriksaan perlu penggunaan spekulum untuk melihat
dilatasi serviks dan memeriksa apakah perdarahan berasal dari uterus atau dari

luar uterus. Selain dari gejala klinis dan pemeriksaan ginekologi, dapat dibuktikan
bahwa janin telah mati intra uterin dengan cara observasi dan USG.

KOMPLIKASI
Komplikasi dini yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan oleh
aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk pembuahan masih
tertanam dalam uterus. Sepsis merupakan salah satu komplikasi aborsi yang
paling fatal. Infeksi yang serius yang jarang ditemukan adalah infeksi bakteri
anaerob yang menyebabkan gas gangren dan tetanus. Keadaan ini terjadi akibat
pengggunaan alat yang tidak bersih. Jika aborsi septik disebabkan oleh
mikroorgannisme yang sangat virulen dan dibiarkan tidak diatasi, pasien dapat
mengalami syok septik.
Selain itu juga komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah
perdarahan, perforasi dan syok. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya. Perforasi uterus pada kerokan dapat
terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Syok terjadi karena
perdarahan (syok hipovolemik).

TINDAKAN
Secara umum, pengelolahan abortus bergantung pada manifestasi klinis,
umur kehamilan, ada tidaknya komplikasi dan faktor umur.
1. Dilatasi dan kuretase.
2. Penyedotan (suction kuretase).
3. Dilatasi bertahap.
4. Histeroktomi
Pengolahan dengan komplikasi: bila ada perdarahan dengan syok maka
dilakukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian infus, kalau perlu
diberikan tranfusi darah; apabila keadaan umumnya baik maka dialakukan
kuretase dengan menggunakan sendok kuret dan diberi antibiotika dan
uterotonika.

Pengoalahan tanpa komplikasi: kuretase sendok dan kuretase vakum.


Penderita yang datang dengan atau tanpa penyulit langsung dilakukan
pengosongan rahim kemudian diberikan antibiotika.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosatro H, Saifudin AB, Rachinhadhi T. Abortus. Dalam: Abortus.
Ilmu bedah kebidanan. Edisi: pertama cetakan ke tujuh. Jakarta Bina
Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2007.216-19
2. Mokhtar Rustam. Abortus. Dalam: Synopsis Obstetri edisi 2 jilid 2.
Jakarta EGC, 1998 : 41-55
3. Manuaba I.B.G , Manuaba Chandranita I.A, Manuaba Fajar I.B.G,
Pengantar Obstetri Ginekologi: Jakarta: EGC, 2007 : 683-718
4. Anonymous.

Abortus.

Available

http://id.wikipedia.org/wiki/gugur_kandungan#klasifikasi_abortus

at:

Anda mungkin juga menyukai