Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Disusun oleh:
Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
nutrien,
detoksifikasi,
mempertahankan
kualitas
selama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Pakan
Pakan atau feed adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh
ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun pangan atau food
adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh manusia. Pangan dan
pakan
mempunyai
kemiripan,
perbedaannya
terletak
pada
cara
mengandung
protein
rendah
sampai
sedang.
Ternak
lebih
mudah
mendapatkan energi dari konsentrat energi daripada yang berasal dari forage
walaupun energi bruto (GE) hampir sama. Konsentrat energi meliputi
berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil
sampingannya, berbagai macam jenis umbi, berbagai macam jenis tetes dan
yang sejenis, berbagai macam minyak dan lemak dan bahan pakan sumber
energi lain (Retnani, 2011).
Konsetrat sumber protein adalah kumpulan semua macam bahan
pakan yang mengandung protin kasar lebih dari 20%. Penggunaan
konsentrat protein terutama ditujukan untuk unggas muda, ternak tumbuh
cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, konsentrat protein
berasal dari ikan laut, hewan darat, tanaman dan asam amino sintetik.
Konsentrat protein terdiri dari tiga macam yaitu konsentrat protein hewani,
konsentrat protein nabati dan konsentrat protein sinteti (Anggorodi, 1999).
Jagung. Jagung atau zea mays merupakan bahan pakan sumber
energi dari bahan baku nabati dalam komponen penyusun pakan ternak yang
digunakan dalam proses pembuatan pakan di pabrik pakan. Jagung memiliki
energi metabolis 3.329 kcal/kg, protein kasar 8,6% dan kandungan serat
kasarnya 2,5% (Retnani, 2011). Alamsyah (2008) menyatakan bahwa jagung
sering disebut the king of cereal atau the golden grain, hal ini karena jagung
mempunyai nilai nutrien yang tinggi. Beberapa sifat jagung antara lain
palatabel, serat kasar rendah, nilai kecernaan tinggi yaitu TDN-nya sekitar
80%.
Energi
jagung
jagung
digunakan
sebagai
standar
untuk
membandingkan dengan energi dari bahan pakan butiran lain. Bila energi
jagung diberi 100 ternyata nilai energi butiran yang lain adalah kurang dari
100. Penggunaan jagung sebagai pakan dapat diberikan pada ternak dalam
keadaan masih dalam bentuk bulir utuh, sudah digiling kasar, digiling kasar
bersama tongkol dan masih dalam keadaan segar bersama tongkolnya
(Retnani , 2011). Kelebihan dan kekurangan jagung antara lain jagung kuning
mengandung pigmen kriptosantin yang sebagian dapat diubah menjadi
vitamin A di dalam tubuh ternak, kandungan protein (zein) dan mineral
rendah, kandungan sistin tinggi tetapi metionin, lisin dan triptofan rendah,
kandungan lisin dan triptofan pada jagung opaque-2 tinggi, dapat diberikan
pada semua jenis ternak (Bahnke, 1996).
Pollard.
Pollard
merupakan
limbah
dari
pengolaha
gandum.
Bekatul
merupakan
hasil
sampingan
atau
limbah
bekatul
dengan
memanipulasi
isi
bekayul
agar
diperoleh
untuk memanipulasi bekatul yaitu sekam giling, gamping, zeolit, dan limbah
tepung tapioka (onggok) Agus,(2007).
Konsentrat itik. Ransum makanan yang terdiri dari berbagai unsur
atau komponen makanan yang jumlahnya relatif kecil harus bercampur
merata (homogen), sehingga setiap kali itik makan selalu menerima makanan
dengan susunan zat yang sama (Anggorodi, 1999). Kandungan nutrien yang
terdapat dalam konsentrat itik antara lain protein kasar berkisar 40%, TDNnya 45%, BK 12,9% (Agus, 2007).
Garam. Garam sering disebut sebagai natrium klorida. Garam terdiri
atas natrium (39%) dan klorin (59%) yang diperlukan oleh sapi untuk
pemeliharaan dan produksi. Kebutuhan zat-zat tersebut biasanya tercukupi
dalam pakan. Aturan penambahan garam untuk mencukupi kebutuhan
natrium adalah 14 gram untuk pemeliharaan dan 28,3 gram untuk setiap
tambahan 13,6 kg produksi susu harian. Misalnya, sapi yang memproduksi
27,2 kg susu harus mengkonsumsi 71 g garam per hari. Garam harus
tersedia secara bebas untuk sapi-sapi dan ternak muda dalam bentuk balok
atau serbuk agar dapt dikonsumsi sesuai kebutuhan masing-masing
(Anggorodi, 1999).
Molases atau tetes gula tebu. Tetes gula tebu merupakan hasil
ikutan penggilingan tebu untuk dijadikan gula. Tetes gula tebu mengandung
gula hingga 77 % dan protein kasar sebesar 3.5%. tetes gula tebu berwarna
coklat kemerahan, kalau dicicip terasa manis. Oleh karena itu, tetes banyak
digunakan pada pakan sapi untuk menambah nafsu makan ternak. Bahan
pakan ini dapat dimanfaatkan untuk mengontrol debu pada pakan kering
(Agus, 2007).
Tepung tapioka. Tepung tapioka adalah produk samping ekstraksi
pati singkong. Tepung ini juga disebut produk sampingan tapioka. Tepung
tapioka mempunyai kandungan protein rendah, tetapi tinggi kandungan
karbohidrat non strukturalnya dan mengandung 72% pati (%BK). Kandungan
energi pada tepung tapioka sedikit lebih rendah daripada biji barley. Bahan
perekat atau pengikat diperlukan untuk mengikat komponen bahan pakan
agar mempunyai struktur yang kompak sehingga tidak mudah hancur, dan
mudah dibentuk pada proses pembuatannya. Bahan perekat yang biasa
digunakan dalam pembuatan pakan ternak berbentuk pellet antara lain
tapioka, sagu, tepung gaplek, dan agar-agar. Bahan perekat dapat digunakan
dengan cara dicampurkan secara langsung dengan bahan baku pakan lain
pada saat masih kering atau dapat dibuat adonan tersendiri dan dicampurkan
terakhir sebelum dilakukan pencetakan pellet (Agus, 2007).
Tahapan pembuatan pellet antara lain grinding atau pencacahan,
mixing atau pencampuran dan pelleting atau pembuatan pellet.
Grinding atau pencacahan
Grinding adalah proses pengurangan ukuran partikel bahan dari
bentuk kasar menjadi ukuran yang lebih halus untuk menyempurnakan
proses mixing yaitu hasil pencampuran yang merata dan menghindari
segregasi partikel-partikel bahan (Retnani, 2011). Grinding atau pencacahan
akan
memperkecil
ukuran
partikel
pakan,
meningkatkan
kecernaan
khususnya bagi butiran yang bijinya keras. Partikel yang lebih kecil akan
memperluas
permukaan
sehingga
kecernaannya
akan
meningkat,
meningkat,
dari
proses
grinding
atau
pencacahan
antara
lain
pakan
sehingga
bisa
diperoleh
hasil mixing
yang
lebih
homogen.
penyebaran
yang
spesifik.
Tujuan
mixing
adalah
untuk
akan mengefisienkan
Materi
Grinding
Alat. Alat yang digunakan antara lain karung dan hammer mill namun
tidak melakukan praktikum grinding tetapi diperkenalkan mesin untuk grinding
antara lain hammer mill, disk mill, willey mill.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah biji jagung
Mixing.
Alat. Alat yang digunakan adalah mesin pencampur jenis vertikal.
Bahan. Bahan yang digunakan jagung giling, dedak halus, pollard,
garam, premix, konsentrat itik.
Pelleting.
Alat. Alat yang digunakan yaitu plastik, ember, timbangan, mesin
pellet.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah dedak halus, pollard, molases,
konsentrat itik, jagung giling, tepung tapioka, air.
Metode
Grinding. Tidak melakukan proses grinding tetapi hanya dijelaskan
cara penggunaan mesin grinding dan dijelaskan tentang mesin grinding yaitu
hammer mill, disk mill, willey mill.
Mixing. Bahan pakan ditimbang dan dicampur sesuai formulasi.
Urutan pencamuran dari bahan pakan yang mempunyai komposisi terbesar.
Pencampuran bahan pakan menggunkan vertical mixer. Lama pencampuran
bahan pakan selama praktikum dibedakan menjadi 3 macam yaitu lama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Grinding
Grinding merupakan proses penggilingan atau penghancuran partikel
pakan menjadi lebih kecil. Tujuan penggilingan adalah meningkatkan luas
permukaan,
memudahkan
penanganan,
memudahkan
pencampuran,
Mixing
Bahan pakan yang digunakan untuk mixing Proporsi bahan yang
digunakan yaitu jagung giling 17.5 %, dedak halus 35%, Pollard 35%, Garam
2 %, Premix 2%, Konsentrat itik 8.5 %. Penimbangan bahan pakan dilakukan
melalui perhitungan menggunakan kandungan nutrien tiap bahan terhadap
100 kg total berat keseluruhan bahan pakan. Jumlah bahan pakan yang
digunakan harus sesuai dengan kandungan nutriennya untuk memenuhi
kebutuhan ternak. Sugihartina (2013) menjelaskan bahwa proporsi bahan
harus sesuai dengan imbangan nutrien yang terkandung dalam pakan.
Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan dengan timbangan yang
mempunyai tingkat ketelitian tinggi terutama untuk bahan-bahan dengan
jumlah kecil seperti vitamin, mineral, kalsium, asam amino kristal, pemacu
pertumbuhan, dan lain-lain.
Sampel bahan diambil tiap 5 menit, 10 menit dan 15 menit.
Berdasarkan hasil praktikum sampel yang paling bagus adalah sampel yang
diambil pada saat 15 menit. Sampel yang diambil pada saat 15 menit sudah
merata seluruh komponen bahan pakan dan homogen sedangkan sampel
yang diambil pada saat 5 menit belum merata dan ukuran partikel bahan
masih kasar dan sampel yang diambil pada saat 10 menit sedikit lebih merata
dan ukuran partikel bahan pakan mulai agak halus. Alamsyah (2008), juga
menjelaskan bahwa mixer tipe vertikal berkapasitas diatas 1000 kg per mix,
digunakan untuk mencampur bahan pakan dalam keadaan kering. Satu kali
mix memakan waktu berkisar 15 sampai 20 menit, tergantung bahan yang
digunakan. Berdasarkan data yang dibandingkan dengan literatur tentang
lama pencampuran bahan pakan hingga homogen yang dilakukan di
praktikum sesuai dengan literatur.
Mixing atau pencampuran merupakan proses pencampuran atau
mengkombinasikan dengan menggerakkan dua atau lebih materi untuk
pemasukan
bahan
berdasarkan
ukuran
partikel
dapat
butiran dan berat dari masing-masing bahan pakan yang akan dicampur
disamping sistem kerja alat dalam mencampur.
Hasil mixer yang baik harus memiliki kesamaan kadar bahan pakan di
tiap-tiap
bagian
atau
tercampur
merata
(homogen).
Diperlukan
uji
Pelleting
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pellet diantaranya
adalah bahan pakan hasil mixing (pollard, bekatul, bekatul jagung dan
garam), molasses , tepung tapioka. Proporsi bahan pakan hasil mixing
(pollard, bekatul, bekatul jagung dan garam) 85%, molasses 5% dan tepung
tapioka 10%. Pellet yang dihasilkan pada praktikum kompak, tidak mudah
pecah dan bentuknya silindris.
Pelleting diproses menggunakan mesin pelletizer. Penggunaan mesin
pellet bertujuan untuk membentuk bahan pakan menjadi kompak dan
memiliki bentuk seperti tabung atau silindris dengan ukuran yang
disesuaikan. Bahan pakan yang telah dimixing masih dalam bentuk mesh
kemudian di masukan kedalam pelletizer dan di tekan kemudian keluar
menjadi bentuk pellet. Sugihartina (2013) menjelaskan bahwa sistem kerja
mesin pellet adalah dengan mendorong bahan pakan campuran didalam
tabung besi atau baja mengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan
(die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang-lubang berdiameter 2
pendingin
(cooler ).
Fungsi
cooler
untuk mendinginkan
atau
lebih
menghambat/memusnahkan
mengurangi
mikroorganisme
bagian
yang
yang
terbuang,
merugikan
dan
mempercepat laju aliran bahan (flow ability). ( Yatno dan Purwanti ,2010).
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pelleting yang dilakukan
sebelum dimasukan ke dalam pelletizer di beri tambahan air secara langsung
karena tidak ada alat steam. Steam pada dasarnya bertujuan untuk
memperbaiki kualitas pellet yang merupakan preconditioning sebelum
dilakukan pencetakan menjadi bentuk pellet dengan tujuan untuk mengetahui
apakah proses tersebut akan mempengaruhi kualitas (fisik) dari pellet bila
dibandingkan dengan tanpa steam. Kualitas pellet tersebut dicerminkan
dalam kandungan air, Aw, organoleptik dan ukuran kehalusan serta
ketahanan benturan. ( Yatno dan Purwanti ,2010).
Dasar proses peleting yaitu dengan penambahan bahan perekat. Pada
saat praktikum digunakan bahan perekat berupa tepung tapioka dan
molasses. Selama proses pencampuran dilakukan pengadukan secara
manual dengan tujuan untuk mendapatkan adonan yang kompak sehingga
ketika dimasukkan ke dalam mesin pelletizer tidak mudah hancur. Menurut
Retnani (2011) menyatakan tepung tapioka banyak mengandung pati dan
pada saat pengukusan pati akan diubah menjadi zat perekat atau gelatin oleh
uap panas. Penambahan air dapat dilakukan di luar seperti halnya pada
pembuatan kanji atau puding. Setelah penambahan air maka terbentuklah
suatu suspensi yang apabila dipanaskan akan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Anwar, S., Y. Umardani. 2012. Pengujian Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro
Pisau Hammer Mill Pada Mesin Penggiling Jagung Pt. Charoen
Pokphand Indonesia Cabang Semarang. Journal Foundry.
Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Cetakan
Pertama.PT.Citra Aji Parama, Yogyakarta.
Alamsyah, A. 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Ardana
Media, Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1999. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Bahnke, K. C. 1996. Feed Manufacturing Technology : Current Issues and
Challenges. Animal Feed Science. 62 : 49-57.
Gunawan, D. 2010. Pedoman pembangunan pabrik pakan skala kecil dan
proses pengolahan pakan. Direktorat budidaya ternak non
ruminansia. Direktrorat Jendral Peternakan.
Retnani, I. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Ghalia. Bogor
Rosida dan Martini. 1999. Pengujian homogenitas campuran pakan dengan
pengukuran kadar nacl. Balai Penelitian Ternak CIA. Bogor.
Sugihartina,
E.
2013.
Teknologi
pembuatan
pellet.
Http://www.scribd.com/doc/57364412/teknologi-pembuatan-pelet.
Diakses pada tanggal 5 november 2014 pukul 21.00 wib.
Suparjo. 2010. Pengawasan mutu pada pabrik pakan ternak. Laboratorium
makanan ternak universitas jambi. Jambi.
Yanto, S. Purwanti. 2010. Pengaruh Steaming Dan Lama Penyimpanan
Terhadap Sifat Fisik Pakan Burung Perkutut . JITP Vol. 1 No. 1