Anda di halaman 1dari 37

BAB I

IDENTIFIKASI KASUS

Identitas Pasien
Nama

: An. E

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 15

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Bogor Utara RT. 3/9

Tanggal masuk RS

: 2 Januari 2015

Tanggal pemeriksaan : 2 Januari 2015

Anamnesis

Didapatkan dengan Autoanamnesa


Keluhan utama

: Nyeri pada kantung kemaluan

Keluhan tambahan : benkak pada kantung kemaluan

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke UGD RSAM dengan keluhan nyeri hebat pada kantung
kemaluan sebelah kanan sejak 4 jam yang yang lalu. Nyeri dirasakan terus
menerus dan bengkak pada kantung kemaluan sebelah kanan. Keluhan timbul saat
pasien sedang melakukan olahraga renang. Buang air kecil tidak mangalami
gangguan. Pasien tidak mengalami nyeri saan buang air kecil. Pasien tidak pernah
mengalami kencing bernanah. Pasien juga tidak mengalami demam. Pasien tidak
mengalami trauma pada daerah kemaluan. Pasien juga tidak pernah melakukan
hubungan seksual.

Riwayat penyakit dahulu

Keluhan serupa disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluhan serupa disangkal

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda vital :
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 76 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,6 C

Status generalis
Kepala
Bentuk

: normocephal

Rambut

: hitam, lurus

Mata

: tidak terdapat edema palpebra kanan dan kiri


konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri
sklera tidak ikterik kanan dan kiri

Hidung

: tidak terdapat pernapasan cuping hidung

Mulut

: perioral tidak sianosis

KGB

: tidak teraba pembesaran

Trakea

: berada di tengah dan tidak deviasi

Leher

Thoraks
Paru-Paru:
Inspeksi:

Bentuk dan gerak simetris dalam statis dan dinamis

Palpasi:
-

Sela iga simetris kanan dan kiri

Fremitus taktil simetris di kedua lapang paru

Nyeri tekan pada dada (-)

Perkusi:
-

sonor pada kedua hemithoraks

Auskultasi:
-

Vesikuler di seluruh lapang paru

Wheezing -/-

Ronchi -/-

Jantung :
Inspeksi
-

Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi
-

Ictus cordis tidak teraba

Perkusi
-

Batas kanan

: linea sternalis dextra ICS IV-V

Batas kiri

: linea mid clavikular sinistra

Batas atas

: linea parasternalis sinistra ICS II

Auskultasi:
-

Bunyi jantung S1, S2, normal, S3 (-), S4 (-), murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi:
-

Abdomen terlihat datar

Auskultasi:
-

Bising usus (+)

Palpasi:
-

Supel

Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas

Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi:
-

Timpani pada seluruh lapang abdomen

Ekstremitas
Ekstermitas atas:
-

Akral hangat

Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri

Tidak sianosis

Ekstermitas bawah:
-

Akral hangat

Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri

Tidak sianosis

Status lokalis
Regio skrotalis
Inspeksi:
Terlihat bengkak pada scrotum sebesar bola golf, tampak eritema
Palpasi:
NT (+), teraba testis kanan membesar sebesar bola golf, funikulus
spermatikus terasa menebal, testis tidak teraba hangat, posisi testis kanan
letaknya lebih tiggi dan lebih horizontal dari testis kiri. nyeri tidak
berkurang testis dinaikan (phren sign -). Reflek kremaster hilang.
Perkusi:
Auskultasi:
Bising usus (-)
Trasniluminasi
Negative (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Lab darah:

Hb : 13,4 g/dL

Hematokrit : 38 %

Leukosit : 7.000 /L

Trombosit : 256.000 /L

Rencana pemeriksaan urine rutin

Pemeriksaan Radiologi
-

Rencana pemeriksaan ultrasosnography doppler

Diagnosis Kerja
Torsio testisdextra

Diagnosis Banding
Epididimitis testis dextra
Hernia skrotalis

Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
-

Detorsi manual

Medikamentosa:
-

Analgetik : Asam Mefenamat 3x500mg

Operative:
-

Rencana Orchidopeksi/orchidoktomi

Prognosis
Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad socionam

: Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta
isinya yang bersifat mendadak serta menimbulkan gejala lokal dan sistemik.1

B. Etiologi
Penyebab tersering dari timbulnya akut skrotum adalah :2

Infeksi, seperti epididimitis, epididimoorchitis, orchitis, dll

Trauma, seperti saat berolahraga, bersepeda, dll

Torsio, seperti torsio testis, torsio appendiks testikularis

Penyebab lain yang jarang menimbulkan akut skrotum adalah :2

Tumor testis

Hernia inguinalis inkarserata

Kerusakan Nervus Pudendus (bicycle seat neuropathy), akibat lomba balap


sepeda, lomba pacu kuda, konstipasi berkepanjangan, dll

Tindakan Pembedahan, seperti pada post operasi hernia, post operasi


vasektomi

Batu Ginjal

Benjolan yang disertai dengan rasa tidak nyaman, berupa hidrokel,


varikokel, spermatokel, dll.

Ereksi yang berkepanjangan

Untuk menentukan diagnosis dari akut skrotum dilakukan melalui :11,13


1. Anamnesa
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :

Usia pasien. Torsio testis lebih banyak terjadi pada bayi dan anak lakilaki post pubertas. Henoch-scchonlein purpura dan torsio appendiks

testis terjadi pada anak laki-laki prepubertas dan epididimitis dapat


dijumpai pada anak laki-laki postpubertas. Henoch-schonlein purpura
sebagai bagian dari proses infeksi sistemik yang menimbulkan
vaskulitis sering menyebabkan epididimitis dimana 38% anak-anak
yang menderita Henoch-scchonlein purpura juga mengalami nyeri
pada skrotumnya.

Onset dan durasi nyeri. Torsio testis biasanya dimulai dengan nyeri
yang mendadak seolah-olah ada tombol yang terlempar dimana hal ini
disebabkan oleh puntiran pada funikulus spermatikus yang terjadi tibatiba sehingga membuat testis terangkat mendadak, nyeri semakin
memberat dan pasien merasa sangat tidak nyaman. Bila terdapat nyeri
yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi
dalam beberapa hari cenderung mengarahkan kepada epididimitis
ataupun torsio appendiks testis.

Riwayat trauma. Adanya riwayat trauma tidak mengesampingkan


diagnosis torsio testis. Terjadinya trauma pada skrotum saat
berolahraga sering menimbulkan nyeri dalam waktu singkat. Perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut bila didapatkan adanya nyeri
menetap

setelah

satu

jam

dari

terjadinya

trauma

untuk

mengesampingkan diagnosis ruptur testis dan torsio akut.

Adanya riwayat hidrokel saat lahir serta undescensus testisdapat


menjadi predisposisi terjadinya hernia inguinalis ataupun torsio testis.

Adanya gejala pada infeksi pada traktus urinarius lebih mengarahkan


diagnosa kepada epididimitis ataupun orkhitis. Gejala ini juga diikuti
oleh gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, mual atau muntah
serta adanya riwayat pernah menderita infeksi pada traktus urinarius,
pemasangan alat pada saluran kemih, trauma maupun tindakan
pembedahan. Kebanyakan proses inflamasi yang terjadi pada anak-

anak tidak hanya berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh


bakteri tapi juga disebabkan oleh virus, trauma, atau adanya refluks
urin.

2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan terhadap abdomen untuk mencari adanya nyeri


pada regio flank dan distensi vesika urinaria.

Pemeriksaan pada region inguinal dilakukan untuk menentukan secara


jelas adanya hernia inguinalis, bengkak maupun eritema.

Pemeriksaan pada genitalia dimulai dengan melakukan inspeksi pada


skrotum. Kedua sisi diperiksa untuk melihat adanya perbedaan ukuran
yang nyata, derajat bengkak, eritema, perbedaan ketebalan kulit dan
posisi testis. Terdapatnya bengkak yang unilateral tanpa diikuti
perubahan warna kulit menandakan adanya hernia atau hidrokel. Bila
kulit skrotum terlihat mengkilat, gambaranblue dot sign dari testis
ataupun appendiks epididimis yang infark akan terlihat. Palpasi
dimulai dari daerah inguinal untuk menyingkirkan hernia inguinalis
inkarserata. Kemudian dilanjutkan dengan mempalpasi di daerah
funikulus. Adanya funikulus spermatikus yang menebal dan teraba
lembut mendukung torsio tests, sedangkan bila teraba lembut saja
mengindikasikan epididimitis. Anak laki-laki diperiksa sambil berdiri
sehingga dapat dilihat posisi testis. Adanya peninggian dari salah satu
testis menandakan adanya torsio testis.

Pemeriksaan refleks kremaster. Refleks kremaster negatif pada torsio


testis dan tetap positif pada torsio appendiks epididimis.

Pemeriksaan transiluminasi untuk membedakan hidrokel dengan


hernia.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus
urinarius pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria dengan atau tanpa
bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah

kepada epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan
sediment urin.11,12

Pemeriksaan Radiologis
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :11,12
1. Color Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.
Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas
82-90% dan spesifitas 100%.
Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis
yang echotexture
Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum
seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.
Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis
sudah mulai terjadi.

2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk
melihat aliran darah testis.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran
darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah
iskemia akibat infeksi.
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum
merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.

TORSIO TESTIS

1. Definisi

Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya


gangguan aliran darah pada testis.7

Gambar 4. Torsio Testis20

2. Etiologi

Etiologi terjadinya torsio testis adalah :7,16

Anomali kongenital

Undesensus Testis

Aktivitas seksual dan aktivitas yang berlebihan

Trauma tumpul yang mengenai skrotum

Perubahan suhu yang mendadak

Ketakutan, batuk

Celana yang terlalu ketat

3. Patofisiologi

Testis merupakan organ yang ditutupi oleh tunika vaginalis pada permukaan
posterolateralnya sehingga testis memiliki sedikit kebebasan bergerak di dalam
10

skrotum. Secara fisiologis m. cremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati


dan menjauhi rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal untuk testis.
Adanya kelainan penyangga testis yang berupa insersi tunika vaginalis yang tinggi
di funikulus spermatikus menyebabkan testis dan funikulus spermatikus dapat
mengalami torsi di dalam tunika vaginalis jika bergerak secara berlebihan
(intravaginal torsi), biasanya digambarkan sebagai lonceng dengan bandulnya
(bell clapper deformity).7,17
Terjadinya puntiran pada funikulus spermatikus dan testis di dalam tunika
vaginalis mengakibatkan timbulnya gangguan perdarahan testis mulai dari
bendungan vena yang menimbulkan oklusi arteri sampai iskemia yang dapat
menyebabkan nekrosis dan gangrene.5,7,17
Putaran torsi berkisar antara 180o-720o, namun derajat yang menimbulkan oklusi
pembuluh darah dimulai dari 450o-720ohingga terjadinya iskemia pada arteri.17

4. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi, torsio testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :5,

Ekstravaginalis, tipe ini terjadi pada masa neonatus, umumnya karena


terjadi sebelum testis terfiksasi sempurna pada masa prenatal sehingga
terjadi puntiran testis pada fiksasi testis di bagian proksimal tunika
vaginalis di masa perkembangannya. Angka kejadiannya adalah 5% dari
semua kejadian torsio tertis dan berhubungan dengan berat badan lahir
yang lebih. Torsio tipe ini dapat pula disebabkan oleh undesensus testis.

Intravaginalis, tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis yang lebih
dikenal dengan fenomena lonceng dan bandulnya (bell and clapper
deformity), biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Tipe ini timbul
akibat ketegangan yang berlebihan pada testis. Angka kejadiannya adalah
16% dari semua kejadian torsio testis

11

5. Gejala Klinis

Timbul nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam,
mual dan muntah, serta demam. Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan
perdarahan dan persarafannya, testis tetap merupakan organ perut. Pada 50%
pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang berulang yang menghilang
spontan.7,16,17

6. Tanda Klinis

Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan dan terletak agak
tinggi di skrotum, testis letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal dari testis
kontra lateral., pada torsi yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus. Kulit skrotum menjadi udem, berwarna merah
sehingga menyulitkan palpasi serta hilangnya refleks kremaster, dan Phren
sign positif.7,16

Torsio testis yang terjadi pada masa prenatal memiliki tanda berupa massa di
skrotum yang berbentuk bulat dan keras dan pemeriksaan transiluminasi bernilai
negatif.16
7. Pemeriksaan Laboratorium5,7

Hasil pemeriksaan urinalisis biasanya normal, namun pada 30% kasus,


ditemukan adanya leukosit pada urin.

Pada pemeriksaan darah, didapatkan hasil yang normal, namun pada 60%
kasus torsio terdapat peningkatan leukosit yang menandakan telah terjadi
proses infeksi

Pemeriksaan C-Reactive Protein (protein fase akut) dapat digunakan untuk


membantu membedakan inflamasi yang disebabkan oleh epididimitis dan
proses noninflamasi yang disebabkan oleh torsio testis. Peningkatan nilai
CRP menunjukkan adanya suatu proses peradangan akut.

12

8. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologist yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan


diagnosa torsio testis adalah :5,7,16

Color Doppler Ultrasonography

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah arteri yang


menuju testis sehingga dapat diketahu kelainan yang terjadi pada testis dan
pembuluh darahnya.

Gambaran dari terganggunya aliran darah testis saat terjadi torsio testis tergantung
dari durasi terjadinya torsio. Pada torsio yang terjadi kurang dari 6 jam, testis yang
terkena akan menunjukkan gambaran berupa sedikit pembesaran testis dengan
sedikit penurunan echogenicity. Setelah 24 jam, gambaran echogenicity menjadi
lebih heterogen, dan hilangnya tanda-tanda viabilitas dari testis.

Kaput epididimis menjadi membesar karena terjadi kekusutan pada arteri yang
berbeda serta terdapat gambaran spiral yang berliku-liku pada funikulus
spermatikus. Viabilitas dari testis dapat ditentukan dari echogenicity yang normal,
tidak adanya penebalan dinding skrotum dan ada atau tidaknya hidrokel.

Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah sangat sulit dilakukan pada anak-anak
walaupun testis mereka dalam keadaan normal. Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 86%, spesifitas 100%, dan ketepatan 97% dalam mendiagnosis torsio
testis.

13

Gambar 5. GambaranColor Doppler ultrasonogram menunjukkan adanya


penurunan aliran darah pada testis kiri dibandingkan dengan testis kanan
pada pasien yang telah mengalami torsio testis selama 4 jam.11

Nuclear Scintigraphy

Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat keragu-raguan dalam melihat aliran darah
testis sehingga tidak salah dalam membedakan torsio testis dengan kondisi
lainnya. Gambaran scan dapat dikatakan abnormal bila terdapat penurunan
penangkapan proton pada testis yang terkena. Gambaran ini menunjukkan tidak
adanya aliran darah pada daerah tersebut. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas
90-100% dalam melihat aliran darah testis.

9. Diagnosis

Diagnosis torsio testis dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik
saja namun bila terdapat keragu-raguan dapat dilakukan konfirmasi diagnosis
dengan menggunakan pemeriksaan penunjang lainnya.

14

10. Diagnosis Banding

Diagnosis banding torsio testis adalah semua keadaan darurat dan akut di dalam
skrotum seperti hernia inguinalis inkarserata, epididimitis akut, hidrokel, torsio
hidatid morgagni, dll.5,17

11. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi torsio testis adalah:7,5,16

Terapi konservatif berupa Detorsi manual yaitu mengembalikan testis ke


posisi awalnya dengan memutar ke arah beralawanan dengan arah torsi.
Tindakan ini cukup menyakitkan dan memerlukan tindakan bedah definitif
lanjutan untuk memfiksasi testis.

Tindakan operasi dilakukan tergantung dari usia pasien dilakukan


orchidopeksi bila testis masih dapat diselamatkan dan orchidektomi bila
testis sudah nekrosis.

12. Komplikasi

Torsio testis merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang urologi. Diagnosis


torsio testis harus sudah dapat ditegakkan antara 6-8 jam sejak timbulnya gejala.
Komplikasi yang timbul akibat terjadinya torsio testis yang tidak terdiagnosa lebih
awal adalah terjadinya infark pada testis, infeksi, dan akhirnya harus kehilangan
testis untuk selamanya. Akibat dari kehilangan testis akan menimbulkan gangguan
fertilitas dan kosmetik.Hal ini terjadi pada 55-85% kasus5,7,

13. Prognosis

Bila torsio testis dapat didiagnosa secara cepat dan lebih dini, maka 100% testis
masih dapat diselamatkan. Orchiopexy tidak menjamin tidak akan terjadi torsio
testis lagi di masa yang akan datang.5,7,16,23

15

EPIDIDIMITIS

1. Definisi

Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis.


Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di
belakang testis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.3

Gambar 2. Anatomi Epididimis3

Berdasarkan timbulnya nyeri, epididimitis dibedakan menjadi epididimitis akut


dan kronik. Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya
dalam beberapa hari sedangkan pada epididimitis kronik, timbulnya nyeri dan
peradangan pada epididimis telah berlangsung sedikitnya selama enam minggu
disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum.4

16

2. Etiologi

Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien, sehingga


penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :3,4,15,16

Infeksi bakteri non spesifik


Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus,Klebsiella)
menjadi penyebab umum terjadinya epididimitis pada anak-anak, dewasa
dengan usia lebih dari 35 tahun dan homoseksual. Ureaplasma
urealyticum, Corynebacterium,Mycoplasma, and Mima polymorpha juga
dapat ditemukan pada golongan penderita tersebut. Infeksi yang
disebabkan

oleh Haemophilus

influenzae and N

meningitides sangat

jarang terjadi.

Penyakit Menular Seksual


Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang
dari 35 tahun dengan aktivitas seksual aktif. Infeksi yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Trichomonas dan
Gardnerella vaginali juga sering terjadi pada populasi ini.

Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada
epididimitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria.
Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan epididimitis selain
coxsackie virus A dan varicella

Tuberkulosis
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberkulosis sering terjadi di
daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB
urogenitalis.

Penyebab

infeksi

lain

(seperti

brucellosis,

coccidioidomycosis,

blastomycosis, cytomegalovirus [CMV], candidiasis, CMV pada HIV)

17

dapat menjadi penyebab terjadinya epididimitis namun biasanya hanya


terjadi pada individu dengan sistem imun tubuh yang rendah atau
menurun.

Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks.

Vaskulitis (seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak) sering


menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi sistemik.

Penggunaan Amiodarone dosis tinggi


Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung
dengan dosis awal 600 mg/hari 800 mg/ hari selama 1 3 minggu secara
bertahap dan dosis pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone
dosis tinggi ini (lebih dari 200 mg/hari) akan menimbulkan antibodi
amiodarone HCL yang kemudian akan menyerang epidididmis sehingga
timbullah gejala epididimitis. Bagian yang sering terkena adalah bagian
cranial dari epididimis dan kasus ini terjadi pada 3-11 % pasien yang
menggunakan obat amiodarone.

Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke skrotum,
menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat,
pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala
yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara
penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil. Pada
pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa
nyeri jika disentuh.

18

Tindakan pembedahan seperti prostatektomi.


Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya infeksi
preoperasi pada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13% kasus yang
dilakukan prostatektomi suprapubik.

Kateterisasi dan instrumentasi


Terjadinya epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun pemasangan
instrumentasi dipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar
hingga ke epididimis.

3. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana diperkirakan


terjadinya epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung
bakteri, dari uretra pars prostatika menuju epididimis melalui duktus ejakulatorius
vesika seminalis, ampula dan vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang
terjadi di prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genitourinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi
sewaktu miksi. Setiap kateterisasi maupun instrumentasi seperti sistoskopi
merupakan faktor resiko yang sering menimbulkan epididimitis bakterial.4,17

Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluas ke tubuh dan hulu
epididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak
jarang berkembang abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum. Jarang
sekali epididimitis disebabkan oleh refluks dari jalan kemih akibat tekanan tinggi
intra abdomen karena cedera perut.17

4. Gejala Klinis

Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari
sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli
seperti duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri

19

panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat
infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah
perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar
saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri
pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis).6

Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari
bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh
testis, skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan
yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai
dengan mual dan muntah.4,17

5. Tanda Klinis

Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik
adalah :3,4,15,16,17

Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua
testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan
epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri.
Setelah beberapa hari, epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah
karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas,
merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus
spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri.

Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal

Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum
diangkat ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada
testis. Namun pemeriksaan ini kurang spesifik.

Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis.

Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu


adanya pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.

Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan

20

Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital


pada traktus urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll.

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya suatu


infeksi adalah:4,16,17

Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat dengan shift to


the left (10.000-30.000/l)

Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi

Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak

Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.

Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

7. Pemeriksaan Radiologis
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :4,6,16,18

1. Color Doppler Ultrasonography

Pemeriksaan ini

memiliki

rentang kegunaan

yang luas dimana

pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis


dengan penyebab akut skrotum lainnya.

Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien
(seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa)

Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran


darah pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri
testikularis cenderung meningkat.

Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum


sebagai komplikasi dari epididimitis.

Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan


epididimis yang disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan
menimbulkan gambaran echoyang heterogen pada ultrasonografi.

21

Gambar 3. HasilColor Doppler sonogram di atas menunjukkan peningkatan


aliran darah epididimis akibat adanya proses inflamasi4

2. Nuclear Scintigraphy

Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk


mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan
memakai ultrasonografi.

Pada epididimitis akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan


kontras

Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah


iskemia akibat infeksi.

Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu

Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit
dalam melakukan interpretasi

3. Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG abdomen


Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali kongenital pada
pasien anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.

22

8. Diagnosis
Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui :4
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Pemeriksaan penunjang lainnya

9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding epididimitis meliputi :4,15,17,19
1. Orkitis
2. Hernia inguinalis inkarserata
3. Torsio testis
4. Seminoma testis
5. Trauma testis

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis


dan bedah, berupa :
a. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang
sering digunakan adalah :3,4,6,15,

Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti


resisten terhadap kuman gonorhoeae

Sefalosforin (Ceftriaxon)

Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan


digunakan pada pasien yang alergi penisilin

Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi


infeksi bakteri non gonokokal lainnya

Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti :16

23

Pengurangan aktivitas

Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama


dua sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada
skrotum.

Kompres es

Pemberian analgesik dan NSAID

Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra

Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi :4,

Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan
orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis.
Diagnosis tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat
dilakukan orchiectomy.

Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan
oleh kronik epididimitis pada 50% kasus.

Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.

11. Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah :3,4
1. Abses dan pyocele pada skrotum
2. Infark pada testis
3. Epididimitis kronis dan orchalgia
4. Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus
epididimis
5. Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
6. Fistula kutaneus

24

12. Prognosis

Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan
adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner
seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa
terjadi.6

TRAUMA TESTIS

1. Definisi

Trauma testis didefinisikan sebagai trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang
menimbulkan pembengkakan pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan
intratestikular dan berbagai macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.9

2. Etiologi
Berbagai macam jenis trauma yang terjadi pada skrotum berupa :8,9
Avulsi, dapat disebabkan oleh :
- Serangan binatang dan orang lain
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Mutilasi diri sendiri
Trauma tumpul, dapat disebabkan oleh :
- Aktivitas berolahraga
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Diserang oleh orang lain.
Trauma tajam (tembus), dapat disebabkan oleh :
- Diserang oleh orang lain dan binatang
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Memutilasi diri sendiri

25

3. Patofisiologi

Adanya trauma tumpul maupun trauma tajam pada daerah skrotum menimbulkan
cedera pada skrotum.9

4. Gejala Klinis

Pada ananmnesis didapatkan riwayat terjadinya trauma, tidak ada demam, dan
segera setelah terjadinya trauma timbul rasa nyeri hebat, disertai mual, muntah
dan kadang sinkop.9,17

5. Tanda Klinis

Pada inspeksi tampak ekimosis, hematom, pembesaran skrotum, luka, dan


hilangnya sebagian kulit (skin avulsi). Pada palpasi, testis dapat tidak teraba atau
testis membesar dan nyeri, didapatkan adanya cairan atau darah di dalam
skrotum.9,17

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan urin penting untuk membedakan dengan penyebab pembesaran


intraskrotal lainnya, dan membantu mengetahui ada atau tidaknya hematuria
sehingga dapat diketahui adanya trauma pada urethra dan traktus urinarius. Kultur
urin dan cairan luka dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi dan
kuman penyebab infeksi. Pemeriksaan ini penting terutama pada luka tusuk.9,17
7. Pemeriksaan Radiologis8,9

Color Doppler Ultrasonografi dengan atau tanpa kontras


- Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui organ-organ yang terkena saat
trauma tumpul terjadi, dilihat dari anatomi organ intraskrotum yang abnormal
dan aliran darah testis.

26

- Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan bila didapatkan adanya hematom


intratestikular dan ekstratestikular dengan tunika albuginea yang masih utuh.
- Tidak adanya aliran darah menuju testis mengindikasikan adanya torsio
testis, vascular avulsion, trombosis pada funiculus spermaticus sehingga
perlu dilakukan penanganan segera.

Retrograde urethrography
Pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra
yang dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda trauma pada urethra
seperti hematuria dan prostat yang melayang pada pemeriksaan colok dubur.

CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur
anatomi intratestikular, dan perfusi pada setiap organ. CT scan yang dilakukan
adalah CT scan abdominopelvik.

8. Diagnosis

Diagnosis definitif trauma testis ditentukan dengan melakukan eksplorasi.


Ultrasonografi skrotum dapat memberi gambaran akurat kerusakan testis sehingga
dapat dihindari eksplorasi yang tidak perlu.17

9. Diagnosis Banding

Dengan ananmnesis yang baik mengenai riwayat trauma, pemeriksaan fisik,


laboratorium dan ultrasonografi, trauma testis dapat dibedakan dengan torsio
testis, tumor testis, epididimitis, maupun hidrokel.17

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan trauma testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

27

Konservatif
Terapi konservatif dilakukan bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri tekan
minimal, atau pada ultrasonografi tidak terbukti terdapat ruptur testis. Terapi
konservatif terdiri dari elevasi skrotum, aplikasi kantong es, dan pemberian
antibiotik. Antibiotik diberikan terutama pada kasus skin avulsion dan luka tusuk
pada daerah skrotum.9,17

Tindakan Bedah
Tindakan bedah yang dilakukan tergantung dari jenis trauma, seperti :9,24
- Trauma tumpul pada skrotum
Eksplorasi skrotum dilakukan untuk menyelamatkan testis, mencegah infeksi,
mengontrol perdarahan, dan mempercepat pemulihan. Bila terjadi ruptur
epididimis, maka tindakan yang dilakukan adalah epididimektomi sedangkan
bila terjadi torsio testis maka tindakan yang dilakukan adalah orchidopexy.
- Trauma tusuk (tembus) pada skrotum
Bila terjadi ruptur total pada pembuluh darah, dapat dilakukan reanastomosis
mikrovaskular, sedangkan bila terjadi trombosis pada funikulus spermatikus,
maka perlu dilakukan mikroreimplantasi.
- Skin avulsion
Pada keadaan ini yang perlu dilakukan pertama kali adalah debridement. Bila
hanya kehilangan sebagian besar, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah
melakukan penutupan dengan menjahitkan antar bagian luka dengan benang
yang diserap dan menggunakan jarum yang atraumatik. Bila kulit yang hilang
hampir seluruhnya maka perlu dilakukan skin grafting.

11. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat terjadinya trauma pada skrotum adalah :9
Infeksi dan timbulnya jaringan nekrotik
Fournierss gangren
Atrofi testis

28

12. Prognosis

Viabilitas dari skrotum sangat tergantung pada devaskularisasi jaringan yang


baik.9

HERNIA INGUINALIS INKARSERATA

1. Definisi

Hernia inguinalis inkarserata adalah suatu hernia ireponibilis yang sudah


mengalami gangguan vaskularisasi, disertai tanda-tanda ileus obstruktif akibat
terjepitnya usus di dalam anulus inguinalis. Hernia ireponibilis keadaan dimana
sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis dan tidak dapat kembali ke cavum abdominalis kecuali dengan bantuan
operasi.. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung, yang
merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut ke dalam skrotum sesaat
sebelum bayi dilahirkan.17

2. Anatomi

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang


merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurisis m.transversus
abdominis, di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh
annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus
eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi funikulus
spermatikus pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.17

29

Gambar 6. Hernia Inguinalis10

Nervus ilioinguinalis dan iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis,


sekitar kanalis inguinalis, dan funikulus spermaticus, serta sensibilitas kulit di
regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian
proksimomedial.17

3. Etiologi

Terjadinya hernia inguinalis inkarserata disebabkan oleh terjepitnya usus pada


kanalis inguinalis sehingga menyebabkan timbulnya gangguan vaskularisasi dan
tanda-tanda ileus obstruktif.17

4. Patofisiologi

Terjepitnya isi hernia pada annulus inguinalis akan menyebabkan gangguan


perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga
terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

30

Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.17

5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan


gambaran obstruksi usus seperti perut kembung, muntah, obstipasi, dengan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi
strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi gangguan toksik akibat
gangrene, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius. Penderita
mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia, nyeri akan menetap karena
rangsangan peritoneum, dan pasien menjadi lebih gelisah disertai demam dan
menggigil.17

6. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tanda-tanda dehidrasi dan peningkatan


suhu tubuh. Pada inspeksi yang ditemukan adalah benjolan kemerahan yang tidak
dapat dimasukkan lagi, pada palpasi didapatkan nyeri tekan di daerah skrotum dan
distensi abdomen, pada perkusi abdomen didapatkan perut kembung dan
hipertimpani, sedangkan pada auskultasi didapatkan hiperperistaltik usus
dan metallic sound. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal bila telah
terjadi komplikasi.17

7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik.17

31

8. Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari hernia inguinalis inkarserata adalah keluhan akut skrotum
lainnya dan ileus obstruktif.1
9. Penatalaksanaan19

Penanganan Hernia Inkarserata


Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah
operasi secepatnya untuk menghilangkan ileus.
Jenis operasi :
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong

b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutup dan memperkuat
fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis
dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint
tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus
abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

32

Pada hernia inkarserata dapat diperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada isi
hernia berdasarkan perhitungan waktu, yaitu :
- kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat dianggap isi hernia baru saja
terjepit
- 24-48 jam : isi hernia mulai mengalami iskemik
- 48-72 jam : mulai terjadi ganggren
- 3 hari : isi hernia nekrosis

Selain dengan perhitungan waktu, keadaan isi hernia juga dapat dilihat dari :
-

warna usus (membiru, iskemik atau nekrosis)

penilaian vaskularisasi. Untuk penilaian vaskularisasi berikan NaCl hangat


selama 5 menit pada usus, bila terjadi perubahan warna dari kebiruan menjadi
kemerahan berarti usus masih baik (viable) bila setelah pemberian NaCl
hangat warna usus tetap biru berarti usus telah mengalami nekrosis (nonviable), harus direseksi secara end to end

kemampuan peristaltik usus


bila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltik berarti keadaan usus
masih baik (viable)

Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non-viable, maka setelah
herniotomi dilakukan reseksi usus non-viable tadi lalu lubang hernia
ditutup dengan hernioraphy dan hernioplasty.

Bila keadaan umum pasien jelek, usus non-viable, maka untuk tahap awal
tetap

dilakukan

herniotomy

kemudian

usus

yang non-viable tadi

dikeluarkan dan diletakkan di atas paha yang dikenal dengan


istilah VORLAGERUNG (letakkan di muka/ di luar). Dibuat lubang pada
usus untuk keluarnya feses. Setelah keadaan umum pasien membaik baru
operasi dapat dilanjutkan.

Indikasi Vorlagerung :

usus non-viable

KU pasien jelek

Narcose (pembiusan) yang lama

33

Penatalaksanaan hernia inguinalis inkarserata pada anak dilakukan dengan pasien


dipuasakan, dipasang sonde lambung, infus rumatan dan disuntikkan sedatif
sampai pasien tertidur dalam posisi Tredelenberg. Dengan tertidur, diharapkan
tekanan intraperitoneal akan normal kembali dan diharapkan isi kantong hernia
akan masuk kembali ke rongga peritoneal. Bila dalam waktu 6 jam setelah pasien
tertidur, hernia tidak berhasil direduksi, herniotomi harus dilakukan dengan
segera.2

Pada bayi dan anak yang mempunyai anatomi inguinal yang normal, tindakan
herniotomi hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan
annulus inguinalis ke ukuran yang semestinya.2

10. Komplikasi

Komplikasi hernia inguinalis inkarserata adalah infeksi, hematom skrotalis,


hidrokel, hernia inguinalis rekurens, dan bila isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.2

11. Prognosis

Prognosis hernia inguinalis inkarserata tergantung dari lamanya isi hernia terjepit
dan penanganan yang diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Perbaikan
klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10
tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada
saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia
yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien
dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak
langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantung.
Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum
pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar.17

34

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada
skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan
sistemik yang memerlukan penanganan yang segera tepat, dan adekuat.
Menentukan diagnosis akut skrotum bukanlah suatu hal yang mudah karena akut
skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab dan area pemeriksaan
yang lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit sehingga perlu
diketahui lebih banyak tentang ciri-ciri yang membedakan dari tiap faktor
penyebab.

35

DAFTAR PUSTAKA

1. John N. Krieger. Epididimitis. Dalam: Smiths General Urology 6th ed.


2003.h:189-95
2. Francis X. Schneck, Mark F. Bellinger. Abnormalities of the testis and
scrotum and their surgical management. Dalam: Walsh : Campbells
Urology 8th ed. 2002.h:267-77
3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Epididimitis, Orkitis, Torsio Testis. Buku
Ajar Ilmu Bedah edisi 3. 2010. EGC Jakarta. h:914-918
4. G.A Luzz, T.S. OBrein. Acute Epididymitis. BJU Int. 2001;87,747-755
5. Street,

E, et all. Management of epididymo-orchitis guideline. 2010.

BAASH. h:1-9
6. Giovanni Grechi, Vincenzo Li Marzi. Testicular Torsion. Glenns Urology
Surgery 5th ed. 1998. h.:70-75
7. Gerald H. Jordan. Scrotal Trauma. Glenns Urology Surgery 5th ed. 1998,
h:22-31
8. Jack W. McAnich. Injuries to the scrotum . Smiths General Urology
6th ed. 2003.h:22-35
9. Valerie J. Halpin, L. Michael Brunt. Hernia. Washington Manual Surgery.
2002.h:89-95
10. Arif, Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Trauma skrotum. 2000. Media
Aesculapius. Jakarta.h:313,383
11. Corinne Deurdulian, et al. US Acute Scrotal Trauma: Optimal Technique,
Imaging, Findings and Management, Radiographics. RSNA Radioghrapic.
2007;27:357-69
12. Laris E. Galejs and Evan J. Kass. Diagnosis and Treatment of Acute
Scrotum. AAFP J. 1999;19(4)
13. Khairi A, et all. Acute Scrotum in Children; Should All Testes Still Be
Explored?. Annals of Pediatric Surgery. 2007. 3( 2):1-5

36

14. S

Khan,

Rehman,

Chughtai,

Sciullo,

Mohan,

Rehman. Anatomical Approach to Scrotal Emergencies: A New Paradigm


for the Diagnosis and Treatment of the Acute Scrotum. The Internet
Journal of Urology. 2009. 6 (2)
15. Yusuf H avusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J
Pediatrics. 2005; 72(3) :201-4
16. Christina

B.

Epididimitis.

2014.

http://emedicine.medscape.com/article/436154-overview
17. Oreoluwa

Testicular

Torsion.

2014.

http://emedicine.medscape.com/article/2036003-overview
18. Anonymous. Epididimitis and Orchitis. 2011. American Urology
Association. http://www.urologyhealth.org/urology/index.cfm?article=114
19. Robert

A.

M,

MD.

Scrotal

Trauma.

2013.

http://emedicine.medscape.com/article/441272-overview

37

Anda mungkin juga menyukai