IDENTIFIKASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: An. E
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 15
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Tanggal masuk RS
: 2 Januari 2015
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,6 C
Status generalis
Kepala
Bentuk
: normocephal
Rambut
: hitam, lurus
Mata
Hidung
Mulut
KGB
Trakea
Leher
Thoraks
Paru-Paru:
Inspeksi:
Palpasi:
-
Perkusi:
-
Auskultasi:
-
Wheezing -/-
Ronchi -/-
Jantung :
Inspeksi
-
Palpasi
-
Perkusi
-
Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Auskultasi:
-
Bunyi jantung S1, S2, normal, S3 (-), S4 (-), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi:
-
Auskultasi:
-
Palpasi:
-
Supel
Perkusi:
-
Ekstremitas
Ekstermitas atas:
-
Akral hangat
Tidak sianosis
Ekstermitas bawah:
-
Akral hangat
Tidak sianosis
Status lokalis
Regio skrotalis
Inspeksi:
Terlihat bengkak pada scrotum sebesar bola golf, tampak eritema
Palpasi:
NT (+), teraba testis kanan membesar sebesar bola golf, funikulus
spermatikus terasa menebal, testis tidak teraba hangat, posisi testis kanan
letaknya lebih tiggi dan lebih horizontal dari testis kiri. nyeri tidak
berkurang testis dinaikan (phren sign -). Reflek kremaster hilang.
Perkusi:
Auskultasi:
Bising usus (-)
Trasniluminasi
Negative (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Lab darah:
Hb : 13,4 g/dL
Hematokrit : 38 %
Leukosit : 7.000 /L
Trombosit : 256.000 /L
Pemeriksaan Radiologi
-
Diagnosis Kerja
Torsio testisdextra
Diagnosis Banding
Epididimitis testis dextra
Hernia skrotalis
Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
-
Detorsi manual
Medikamentosa:
-
Operative:
-
Rencana Orchidopeksi/orchidoktomi
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad socionam
: Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta
isinya yang bersifat mendadak serta menimbulkan gejala lokal dan sistemik.1
B. Etiologi
Penyebab tersering dari timbulnya akut skrotum adalah :2
Tumor testis
Batu Ginjal
Usia pasien. Torsio testis lebih banyak terjadi pada bayi dan anak lakilaki post pubertas. Henoch-scchonlein purpura dan torsio appendiks
Onset dan durasi nyeri. Torsio testis biasanya dimulai dengan nyeri
yang mendadak seolah-olah ada tombol yang terlempar dimana hal ini
disebabkan oleh puntiran pada funikulus spermatikus yang terjadi tibatiba sehingga membuat testis terangkat mendadak, nyeri semakin
memberat dan pasien merasa sangat tidak nyaman. Bila terdapat nyeri
yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi
dalam beberapa hari cenderung mengarahkan kepada epididimitis
ataupun torsio appendiks testis.
setelah
satu
jam
dari
terjadinya
trauma
untuk
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus
urinarius pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria dengan atau tanpa
bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah
kepada epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan
sediment urin.11,12
Pemeriksaan Radiologis
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :11,12
1. Color Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.
Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas
82-90% dan spesifitas 100%.
Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis
yang echotexture
Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum
seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.
Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis
sudah mulai terjadi.
2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk
melihat aliran darah testis.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran
darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah
iskemia akibat infeksi.
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum
merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.
TORSIO TESTIS
1. Definisi
2. Etiologi
Anomali kongenital
Undesensus Testis
Ketakutan, batuk
3. Patofisiologi
Testis merupakan organ yang ditutupi oleh tunika vaginalis pada permukaan
posterolateralnya sehingga testis memiliki sedikit kebebasan bergerak di dalam
10
4. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi, torsio testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :5,
Intravaginalis, tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis yang lebih
dikenal dengan fenomena lonceng dan bandulnya (bell and clapper
deformity), biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Tipe ini timbul
akibat ketegangan yang berlebihan pada testis. Angka kejadiannya adalah
16% dari semua kejadian torsio testis
11
5. Gejala Klinis
Timbul nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam,
mual dan muntah, serta demam. Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan
perdarahan dan persarafannya, testis tetap merupakan organ perut. Pada 50%
pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang berulang yang menghilang
spontan.7,16,17
6. Tanda Klinis
Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan dan terletak agak
tinggi di skrotum, testis letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal dari testis
kontra lateral., pada torsi yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus. Kulit skrotum menjadi udem, berwarna merah
sehingga menyulitkan palpasi serta hilangnya refleks kremaster, dan Phren
sign positif.7,16
Torsio testis yang terjadi pada masa prenatal memiliki tanda berupa massa di
skrotum yang berbentuk bulat dan keras dan pemeriksaan transiluminasi bernilai
negatif.16
7. Pemeriksaan Laboratorium5,7
Pada pemeriksaan darah, didapatkan hasil yang normal, namun pada 60%
kasus torsio terdapat peningkatan leukosit yang menandakan telah terjadi
proses infeksi
12
8. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran dari terganggunya aliran darah testis saat terjadi torsio testis tergantung
dari durasi terjadinya torsio. Pada torsio yang terjadi kurang dari 6 jam, testis yang
terkena akan menunjukkan gambaran berupa sedikit pembesaran testis dengan
sedikit penurunan echogenicity. Setelah 24 jam, gambaran echogenicity menjadi
lebih heterogen, dan hilangnya tanda-tanda viabilitas dari testis.
Kaput epididimis menjadi membesar karena terjadi kekusutan pada arteri yang
berbeda serta terdapat gambaran spiral yang berliku-liku pada funikulus
spermatikus. Viabilitas dari testis dapat ditentukan dari echogenicity yang normal,
tidak adanya penebalan dinding skrotum dan ada atau tidaknya hidrokel.
Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah sangat sulit dilakukan pada anak-anak
walaupun testis mereka dalam keadaan normal. Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 86%, spesifitas 100%, dan ketepatan 97% dalam mendiagnosis torsio
testis.
13
Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat keragu-raguan dalam melihat aliran darah
testis sehingga tidak salah dalam membedakan torsio testis dengan kondisi
lainnya. Gambaran scan dapat dikatakan abnormal bila terdapat penurunan
penangkapan proton pada testis yang terkena. Gambaran ini menunjukkan tidak
adanya aliran darah pada daerah tersebut. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas
90-100% dalam melihat aliran darah testis.
9. Diagnosis
Diagnosis torsio testis dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik
saja namun bila terdapat keragu-raguan dapat dilakukan konfirmasi diagnosis
dengan menggunakan pemeriksaan penunjang lainnya.
14
Diagnosis banding torsio testis adalah semua keadaan darurat dan akut di dalam
skrotum seperti hernia inguinalis inkarserata, epididimitis akut, hidrokel, torsio
hidatid morgagni, dll.5,17
11. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi torsio testis adalah:7,5,16
12. Komplikasi
13. Prognosis
Bila torsio testis dapat didiagnosa secara cepat dan lebih dini, maka 100% testis
masih dapat diselamatkan. Orchiopexy tidak menjamin tidak akan terjadi torsio
testis lagi di masa yang akan datang.5,7,16,23
15
EPIDIDIMITIS
1. Definisi
16
2. Etiologi
oleh Haemophilus
influenzae and N
meningitides sangat
jarang terjadi.
Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada
epididimitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria.
Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan epididimitis selain
coxsackie virus A dan varicella
Tuberkulosis
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberkulosis sering terjadi di
daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB
urogenitalis.
Penyebab
infeksi
lain
(seperti
brucellosis,
coccidioidomycosis,
17
Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke skrotum,
menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat,
pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala
yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara
penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil. Pada
pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa
nyeri jika disentuh.
18
3. Patofisiologi
Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluas ke tubuh dan hulu
epididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak
jarang berkembang abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum. Jarang
sekali epididimitis disebabkan oleh refluks dari jalan kemih akibat tekanan tinggi
intra abdomen karena cedera perut.17
4. Gejala Klinis
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari
sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli
seperti duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri
19
panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat
infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah
perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar
saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri
pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis).6
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari
bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh
testis, skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan
yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai
dengan mual dan muntah.4,17
5. Tanda Klinis
Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik
adalah :3,4,15,16,17
Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua
testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan
epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri.
Setelah beberapa hari, epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah
karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas,
merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus
spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri.
Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum
diangkat ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada
testis. Namun pemeriksaan ini kurang spesifik.
20
6. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita
7. Pemeriksaan Radiologis
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :4,6,16,18
Pemeriksaan ini
memiliki
rentang kegunaan
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien
(seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa)
21
2. Nuclear Scintigraphy
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit
dalam melakukan interpretasi
22
8. Diagnosis
Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui :4
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan Laboratorium
d. Pemeriksaan penunjang lainnya
9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding epididimitis meliputi :4,15,17,19
1. Orkitis
2. Hernia inguinalis inkarserata
3. Torsio testis
4. Seminoma testis
5. Trauma testis
10. Penatalaksanaan
Sefalosforin (Ceftriaxon)
23
Pengurangan aktivitas
Kompres es
Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi :4,
Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan
orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis.
Diagnosis tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat
dilakukan orchiectomy.
Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan
oleh kronik epididimitis pada 50% kasus.
Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.
11. Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah :3,4
1. Abses dan pyocele pada skrotum
2. Infark pada testis
3. Epididimitis kronis dan orchalgia
4. Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus
epididimis
5. Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
6. Fistula kutaneus
24
12. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan
adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner
seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa
terjadi.6
TRAUMA TESTIS
1. Definisi
Trauma testis didefinisikan sebagai trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang
menimbulkan pembengkakan pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan
intratestikular dan berbagai macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.9
2. Etiologi
Berbagai macam jenis trauma yang terjadi pada skrotum berupa :8,9
Avulsi, dapat disebabkan oleh :
- Serangan binatang dan orang lain
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Mutilasi diri sendiri
Trauma tumpul, dapat disebabkan oleh :
- Aktivitas berolahraga
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Diserang oleh orang lain.
Trauma tajam (tembus), dapat disebabkan oleh :
- Diserang oleh orang lain dan binatang
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Memutilasi diri sendiri
25
3. Patofisiologi
Adanya trauma tumpul maupun trauma tajam pada daerah skrotum menimbulkan
cedera pada skrotum.9
4. Gejala Klinis
Pada ananmnesis didapatkan riwayat terjadinya trauma, tidak ada demam, dan
segera setelah terjadinya trauma timbul rasa nyeri hebat, disertai mual, muntah
dan kadang sinkop.9,17
5. Tanda Klinis
6. Pemeriksaan Laboratorium
26
Retrograde urethrography
Pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra
yang dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda trauma pada urethra
seperti hematuria dan prostat yang melayang pada pemeriksaan colok dubur.
CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur
anatomi intratestikular, dan perfusi pada setiap organ. CT scan yang dilakukan
adalah CT scan abdominopelvik.
8. Diagnosis
9. Diagnosis Banding
10. Penatalaksanaan
27
Konservatif
Terapi konservatif dilakukan bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri tekan
minimal, atau pada ultrasonografi tidak terbukti terdapat ruptur testis. Terapi
konservatif terdiri dari elevasi skrotum, aplikasi kantong es, dan pemberian
antibiotik. Antibiotik diberikan terutama pada kasus skin avulsion dan luka tusuk
pada daerah skrotum.9,17
Tindakan Bedah
Tindakan bedah yang dilakukan tergantung dari jenis trauma, seperti :9,24
- Trauma tumpul pada skrotum
Eksplorasi skrotum dilakukan untuk menyelamatkan testis, mencegah infeksi,
mengontrol perdarahan, dan mempercepat pemulihan. Bila terjadi ruptur
epididimis, maka tindakan yang dilakukan adalah epididimektomi sedangkan
bila terjadi torsio testis maka tindakan yang dilakukan adalah orchidopexy.
- Trauma tusuk (tembus) pada skrotum
Bila terjadi ruptur total pada pembuluh darah, dapat dilakukan reanastomosis
mikrovaskular, sedangkan bila terjadi trombosis pada funikulus spermatikus,
maka perlu dilakukan mikroreimplantasi.
- Skin avulsion
Pada keadaan ini yang perlu dilakukan pertama kali adalah debridement. Bila
hanya kehilangan sebagian besar, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah
melakukan penutupan dengan menjahitkan antar bagian luka dengan benang
yang diserap dan menggunakan jarum yang atraumatik. Bila kulit yang hilang
hampir seluruhnya maka perlu dilakukan skin grafting.
11. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat terjadinya trauma pada skrotum adalah :9
Infeksi dan timbulnya jaringan nekrotik
Fournierss gangren
Atrofi testis
28
12. Prognosis
1. Definisi
2. Anatomi
29
3. Etiologi
4. Patofisiologi
30
Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.17
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan Fisik
7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik.17
31
8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari hernia inguinalis inkarserata adalah keluhan akut skrotum
lainnya dan ileus obstruktif.1
9. Penatalaksanaan19
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutup dan memperkuat
fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis
dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint
tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus
abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
32
Pada hernia inkarserata dapat diperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada isi
hernia berdasarkan perhitungan waktu, yaitu :
- kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat dianggap isi hernia baru saja
terjepit
- 24-48 jam : isi hernia mulai mengalami iskemik
- 48-72 jam : mulai terjadi ganggren
- 3 hari : isi hernia nekrosis
Selain dengan perhitungan waktu, keadaan isi hernia juga dapat dilihat dari :
-
Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non-viable, maka setelah
herniotomi dilakukan reseksi usus non-viable tadi lalu lubang hernia
ditutup dengan hernioraphy dan hernioplasty.
Bila keadaan umum pasien jelek, usus non-viable, maka untuk tahap awal
tetap
dilakukan
herniotomy
kemudian
usus
Indikasi Vorlagerung :
usus non-viable
KU pasien jelek
33
Pada bayi dan anak yang mempunyai anatomi inguinal yang normal, tindakan
herniotomi hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan
annulus inguinalis ke ukuran yang semestinya.2
10. Komplikasi
11. Prognosis
Prognosis hernia inguinalis inkarserata tergantung dari lamanya isi hernia terjepit
dan penanganan yang diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Perbaikan
klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10
tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada
saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia
yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien
dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral. Kekambuhan tidak
langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantung.
Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum
pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar.17
34
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada
skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan
sistemik yang memerlukan penanganan yang segera tepat, dan adekuat.
Menentukan diagnosis akut skrotum bukanlah suatu hal yang mudah karena akut
skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab dan area pemeriksaan
yang lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit sehingga perlu
diketahui lebih banyak tentang ciri-ciri yang membedakan dari tiap faktor
penyebab.
35
DAFTAR PUSTAKA
BAASH. h:1-9
6. Giovanni Grechi, Vincenzo Li Marzi. Testicular Torsion. Glenns Urology
Surgery 5th ed. 1998. h.:70-75
7. Gerald H. Jordan. Scrotal Trauma. Glenns Urology Surgery 5th ed. 1998,
h:22-31
8. Jack W. McAnich. Injuries to the scrotum . Smiths General Urology
6th ed. 2003.h:22-35
9. Valerie J. Halpin, L. Michael Brunt. Hernia. Washington Manual Surgery.
2002.h:89-95
10. Arif, Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Trauma skrotum. 2000. Media
Aesculapius. Jakarta.h:313,383
11. Corinne Deurdulian, et al. US Acute Scrotal Trauma: Optimal Technique,
Imaging, Findings and Management, Radiographics. RSNA Radioghrapic.
2007;27:357-69
12. Laris E. Galejs and Evan J. Kass. Diagnosis and Treatment of Acute
Scrotum. AAFP J. 1999;19(4)
13. Khairi A, et all. Acute Scrotum in Children; Should All Testes Still Be
Explored?. Annals of Pediatric Surgery. 2007. 3( 2):1-5
36
14. S
Khan,
Rehman,
Chughtai,
Sciullo,
Mohan,
B.
Epididimitis.
2014.
http://emedicine.medscape.com/article/436154-overview
17. Oreoluwa
Testicular
Torsion.
2014.
http://emedicine.medscape.com/article/2036003-overview
18. Anonymous. Epididimitis and Orchitis. 2011. American Urology
Association. http://www.urologyhealth.org/urology/index.cfm?article=114
19. Robert
A.
M,
MD.
Scrotal
Trauma.
2013.
http://emedicine.medscape.com/article/441272-overview
37