Oleh :
ABDI NUSA PERSADA NABABAN, S. Ked
ANITA NUR KHARISMA, S. Ked
ELLYSABETH DIAN YVS, S. Ked
RIA RENTA ULI SIRAIT, S. Ked
PRESEPTOR :
dr. Cecep Sulaiman Iskandar, Sp. PD, FINASIM
I.
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat / Tgl. Lahir /Umur
Suku Bangsa
Status Perkawinan
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Maryunah
: Perempuan
: 45 th
: Jawa
: Menikah
: Islam
: Pedagang
: SMP
: Sribawono
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesa
Keluhan Utama
Keluhan tambahan
7 tahun yang lalu os diketahui memiliki penyakit Diabetes Mellitus dan tidak rutin
mengkonsumsi obat DM.
Cacar
( ) Malaria
(
(
(
(
(
(
(
Cacar Air
Difteri
Batuk Rejan
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
(
(
(
(
(
(
(
)
)
)
)
)
)
)
( ) Demam
Rematik
Akut
( ) Pneumonia
( ) Pleuritis
( ) Tuberkulosis
Riwayat Keluarga :
Umur
Hubungan
(th)
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara(kakak)
Anak-Anak
)
)
)
)
)
)
)
( )
Disentri
Hepatitis
Tifus Abdominalis
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi
( ) Ulkus Ventrikuli
( ) Ulkus Duodeni
( ) Gastritis
( ) Batu Empedu lain-lain :
( ) Operasi
() Kecelakaan
Jenis
Kelamin
Keadaan kesehatan
Penyebab
Meninggal
Perempuan
DM tipe 2
Ya
Tidak
Hubungan
ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Kulit
() Bisul
() Kuku
()
()
Rambut
Kuning / Ikterus
()
Keringat malam
()
Sianosis
() Gatal
Kepala
(-) Trauma
(-) Sinkop
(-)
(-)
Sakit kepala
Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri
(-) Sekret
(+) Anemis
(-)
(-)
()
( -)
( -)
( -)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
( -)
( -)
( -)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Mulut
( -) Bibir
( -) Gusi
( -) Selaput
( -)
(+)
( -)
Lidah
Gangguan pengecap
Stomatitis
Tenggorokan
( -) Nyeri tenggorokan
( -)
Perubahan suara
Leher
( -) Benjolan
( -)
Nyeri leher
Jantung / Paru-Paru
( -) Nyeri dada
( -) Berdebar
( -) Ortopnoe
(-)
(-)
(-)
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
()
( -)
(+)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Telinga
( -) Nyeri
( -) Sekret
Hidung
( -) Trauma
( -) Nyeri
( -) Sekret
( -) Epistaksis
( -) Muntah darah
( -) Sukar menelan
() Nyeri perut, kolik
Nyeri ulu hati dan perut kanan atas
( -)
( )
( -)
( -)
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan
( -)
( -)
( )
(-)
()
( -)
( -)
Kencing nanah
Kolik
Oliguria dan warna pekat seperti teh
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat
Katamenis
( -) Leukore
( ) Lain-lain
( -)
( )
Perdarahan
Haid
( ) Haid terakhir
() Teratur
( -) Gangguan haid
(-)
(- )
( -)
(-)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
( -)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
Ekstremitas
( -) Bengkak
( -) Nyeri sendi
( -)
( -)
Deformitas
Sianosis
BERAT BADAN
Berat badan dulu (kg)
Berat badan sekarang (kg)
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap ( )
Turun ( )
Naik ( )
: 80 kg
: 53 kg
RIWAYAT HIDUP
Tempat lahir
Ditolong oleh
( ) Sekolah Kejuruan
: :::-
ASPEK KEJIWAAN
Tingkah laku
: Wajar
Alam perasaan
: Biasa
Proses pikir
: Wajar
( ) Polio
: 3x sehari
: 3 piring sehari dengan porsi cukup
: kurang variasi
: kurang
Pendidikan
( ) SD
() SLTP
( ) SLTA
( ) Kursus
( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan
Pekerjaan
Keluarga
Lain-lain
( ) DPT
( ) Akademi
KULIT
Warna
Efloresensi
Jaringan parut
Pigmentasi
Pertumbuhan rambut
Pembuluh darah
Suhu raba
Lembab/kering
Turgor
Ikterus
Lapisan lemak
Edema
Lain-lain
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
coklat
bekas luka di kaki
normal
tidak terlihat
afebris
kering
baik
anikterik
cukup
-
:
:
:
:
wajar
simetris
hitam, lurus, tidak mudah dicabut
tidak ada kelainan
MATA
Exopthalmus
: Enopthalmus
: Kelopak
: normal
Lensa
: jernih
Konjungtiva
: anemis
Visus
: menurun
Sklera
: anikterik
Gerakan mata
: baik ke segala arah
Lapangan penglihatan : normal
Tekanan bola mata : normal/palpasi
Deviatio konjugae
: Nystagmus
: TELINGA
Tuli
Selaput pendengaran
Lubang
Penyumbatan
Serumen
Perdarahan
Cairan
:
:
:
:
:
:
:
-/-/-/-/-/-/-/-
MULUT
Bibir
Tonsil
Langit-langit
Bau pernapasan
Gigi geligi
Trismus
Faring
Selaput lendir
Lidah
:
:
:
:
:
:
:
:
:
tidak sianosis
T1-T1 tenang
normal
tidak ada
banyak yang tanggal, caries
tidak hiperemis
tidak ada kelainan
tidak kotor
LEHER
Tekanan Vena Jugularis (JVP)
Kelenjar tiroid
Kelenjar limfe
: normal
: tidak teraba pembesaran
: tidak teraba pembesaran
DADA
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
PARU-PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: simetris
: normal
: normal
DEPAN
: simetris kiri dan kanan, scar +
: Fremitus taktil dan vokal kiri = kanan
: Kiri : Sonor
: Kanan
: Sonor
: Kiri
: Vesikuler +/+, Ronki -/+, Wheezing -/: Kanan
: Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
BELAKANG
: simetris kanan dan kiri, scar +
: Fremitus taktil dan vokal kiri = kanan
: Kiri
: sonor
: Kanan
: sonor
: Kiri
: Vesikuler +/+, Ronki -/+, Wheezing -/: Kanan
: Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
JANTUNG
Inspeksi
: tidak terlihat ictus cordis
Palpasi
: tidak teraba ictus cordis
Perkusi
batas pinggang jantung
: linea parasternal sinistra ICS II
batas kanan jantung
: linea parasrenal dextra ICS IV
batas kiri jantung
: linea midclavicula sinistra ICS V
Auskultasi
: BJ I dan II Normal, murmur (-), gallop(-)
PEMBULUH DARAH
Arteri temporalis
Arteri karotis
Arteri brakhialis
Arteri radialis
Arteri femoralis
Arteri poplitea
Arteri tibilias posterior
PERUT
Inspeksi
Palpasi
Dinding perut
:
:
:
:
:
:
:
: simetris, cembung
: nyeri tekan (+) epigastrium, hipokondrium
sinistra, lumbal sinistra, dan iliaca sinistra
: tidak teraba
: tidak teraba
: Ballotemen (-)
: shifting dullness ()
: bising usus (+) normal
Hati
Limpa
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
ANGGOTA GERAK
Lengan
Otot
Tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Lain-lain
:
:
:
:
:
:
Kanan
tidak ada kelainan
normal
eutrofi
normal, nyeri(-)
normal
5/5
: ditemukan
: (-)
: normal
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: 5/5
: (-) / (-)
Kiri
tidak ada kelainan
normal
eutrofi
normal, nyeri(-)
normal
5/5
Refleks
Refleks tendon
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Kremaster
Refleks kulit
Refleks patologis
:
:
:
:
:
:
:
Kanan
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
tidak ditemukan
Kiri
normal
normal
normal
normal
normal
normal
normal
tidak ditemukan
LABORATORIUM
Hematologi ( 7 Juni 2014)
Hb, Ht
: Hb = 14,1 g/dL
Ht = 40,1 %
eritrosit
: 5,26 juta/ l
Leukosit
: 9.300/l
Trombosit
: 328.000/l
MCV
: 77,2 fl
MCH
: 26,8 pg
MCHC
: 34,7 gr/ dL
(12-16,0 gr/dl)
(38-47%)
(3,08-5,05 juta/ l)
(4100-10.700/ul)
(150.000-450.000/ul)
(80-92 fl)
(27-31 pg)
(32-36 gr/ dL
: 26 mg/dl
: 1,72 mg/dl
: 238 g/dl
: 12 mg/dl
: 16 mg/dl
(15-40 mg/dl)
(0,6-1,1 mg/dl)
RINGKASAN
Anamnesa
Os datang dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya
keluhan yang dirasakan adalah sering buang air kecil tetapi yang keluar sedikit dan
merasa masih mengganjal bila habis buang air kecil. Keluhan disertai dengan perut
yang melilit. Sebelumnya os pernah mengalami kecelakaan yang mengenai kandung
kemihnya sekitar 3 tahun yang lalu. Sebelum datang ke RSAY, os berobat ke
Puskesmas untuk dipasang kateter dan merasa lebih enak untuk buang air kecil.
Sebelum mengeluhkan sulit buang air kecil,os mengaku badannya cepat lelah, sering
gatal-gatal, penglihatan kabur, dan penurunan berat badan. Os memiliki riwayat
kencing manis sejak 7 tahun yang lalu. Adik os juga memiliki sakit yang sama dengan
os yaitu kencing manis.
Pemeriksaan Fisik
-
Keadaan umum
Kesadaran
Compos Mentis
Tekanan Darah
110/80mHg
Nadi
80 x/menit
Pernafasan
16 x/menit
Suhu
36,2 C
Mata
Abdomen
Laboratorium
Hematologi ( 7 Juni 2014)
Hb, Ht
: Hb = 14,1 g/dL
Ht = 40,1 %
eritrosit
: 5,26 juta/ l
Leukosit
: 9.300/l
Trombosit
: 328.000/l
MCV
: 77,2 fl
MCH
: 26,8 pg
MCHC
: 34,7 gr/ dL
(12-16,0 gr/dl)
(38-47%)
(3,08-5,05 juta/ l)
(4100-10.700/ul)
(150.000-450.000/ul)
(80-92 fl)
(27-31 pg)
(32-36 gr/ dL
: 26 mg/dl
: 1,72 mg/dl
: 238 g/dl
: 12 mg/dl
: 16 mg/dl
(15-40 mg/dl)
(0,6-1,1 mg/dl)
Sulit buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu, sakit bila BAK dan rasa
tidak puas sehabis BAK
Mata
Abdomen
DL
UL
USG Abdomen
Rencana pengelola
Non medikamentosa :
1. hindari makanan/minuman yang mempengaruhi pola berkemih
2. latihan otot dasar panggul
3. pemasangan kateter
4. diet Karbohidrat, lemak, protein, natrium, serat, dan pemanis buatan
5. latihan jasmani 3-4x/minggu 30 menit
Medikamentosa :
1. IVFD RL 20 tpm
2. Nateglinid tab 3x120 mg
3. Metformin tab 2x 500mg
Pencegahan.
Kontrol gula darah tiap bulan
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanctionam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Retensi Urin
Definisi
Etiologi
Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu
akibat obstruksi, infeksi, farmakologi, neurologi, dan faktor trauma. Obstruksi pada
saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang mengelilinginya
seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis,
paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari
sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan
leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab yang
terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi
yang menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen
saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut, yaitu
peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar
tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia, vulvovaginitis,
dan lain-lain. Obat-obatan juga ada yang menyebabkan retensi urin seperti bahn
anti kolinergik, obat simpatomimetik seperti dekongestan oral. Penyebab terakhir
adalah akibat trauma atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung yang paling
sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya
pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga
jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda. Selain itu, tidak jarang juga terjadi cedera
pasca bedah akibat kateterisasi atau instrumentasi
Patofisiologi
Gambaran Klinis
Diagnosis
Pada pasien dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, maka anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lengkap, pemeriksaan rongga pelvis, pemeriksaan
Penatalaksanaan
2. Diabetes Mellitus
A. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
B.
Etiologi
Diabetes melitus tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor imunologi dan
faktor lingkungan. Sedangkan Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik
dan faktor- faktor risikonya.
Pada diabetes melitus tipe 1 yang autoimun, individu yang peka secara genetik
tampaknya memberikan respon terhadap kejadian-kejadian pemicu yang diduga
berupa infeksi virus (Coxsackie B4, gondongan, dan virus lain) dengan memproduksi
autoantibodi terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi
insulin. Bukti kelainan genetik diabetes tipe 1 adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe
histokompatibilitas HLA (human leucocyte antigen) spesifik yaitu DW3 dan DW4
yang memberi kode kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi
monosit-limfosit. Protein-protein ini mengatur respon sel T yang jika terjadi kelainan,
fungsi limfosit T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan
sel-sel pulau Langerhans. Selain itu, juga terdapat peningkatan antibodi terhadap selsel pulau Langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel
beta. Obat-obat tertentu juga dapat memicu proses autoimun pada pasien diabetes
melitus tipe 1.
Diabetes melitus tipe 2 mempunyai pola familial yang kuat. Untuk diabetes melitus
tipe 2 pada kembar monozigot indeksnya hampir 100%. Risiko berkembangnya
diabetes melitus tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak
cucunya. Jika orangtua menderita diabetes melitus tipe 2, rasio diabetes dan non
diabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% membawa (carrier) diabetes melitus
tipe 2. Pada diabetes melitus tipe 2, terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor yang dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
pada membran sel yang responsif terhadap insulin atau ketidaknormalan reseptor
insulin intrinsik. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor
insulin dengan sistem transpor glukosa.
C.
Klasifikasi
Klasifikasi diabetes ADA (American Diabetes Association)
D.
Faktor Risiko
Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat dimodifikasi.
1.
2.
3.
Jenis kelamin
Diabetes melitus tipe 2 sedikit lebih banyak pada perempuan usia tua daripada
laki-laki.9 Rodrigo P.A. Barros, Ubiratan Fabres Machado2 and
Jan-ke
4.
Usia
Diabetes melitus tipe 2 mengenai individu berusia >40 tahun9 atau >45 tahun.10
Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. WHO menyebutkan bahwa tiap kenaikan satu dekade umur,
kadar glukosa darah puasa akan naik sekitar 1-2 mg/dl dan 5,6-13 mg/dl pada 2
jam post prandial.
intoleransi glukosa pada usia lanjut saat ini masih belum jelas atau belum
seluruhnya diketahui selain faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti menurunnya
ukuran masa tubuh dan naiknya lemak tubuh mengakibatkan kecenderungan
timbulnya penurunan kerja insulin pada jaringan sasaran. Timbulnya gangguan
toleransi glukosa pada usia lanjut semula diduga karena menurunnya sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Sementara ahli lain menemukan bahwa terjadi
kenaikan kadar insulin pada 2 jam post prandial yang diduga disebabkan oleh
karena adanya resistensi insulin.
Goldberg dan Coon menyebutkan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan
terjadinya kenaikan glukosa darah sehingga pada golongan usia yang semakin
tua, prevalensi gangguan toleransi glukosa akan meningkat, demikian pula
prevalensi diabetes melitus.
Timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan oleh empat faktor,
yaitu:
a.
b.
c.
d.
Perubahan neuro-hormonal, khususnya insulin-like growth factor-1 (IGF1) dan dehidroepandrosteron (DHEAS) plasma. Penurunan IGF-1 akan
mengakibatkan
penurunan
ambilan
glukosa
karena
menurunnya
6.
7.
Prediabetes
Kondisi dimana gula darah lebih dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk
diklasifikasikan sebegai diabetes melitus tipe 2.
Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 yang dapat dimodifikasi
1.
2.
3.
Hipertensi
Hipertensi dan beberapa medikasi yang digunakan untuk mengobatinya dapat
meningkatkan risiko diabetes. Ada hubungan yang kuat antara resistensi insulin
dan hipertensi. Akan tetapi masih belum jelas kondisi mana yang menyebabkan
kondisi yang lain. Data lain menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah
dapat mempengaruhi area sekresi insulin di pankreas sehingga memicu
peningkatan glukosa darah. Kelompok berisiko terkena diabetes adalah yang
memiliki tekanan darah 140/90 mmHg.
4.
Dislipidemia
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes
adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL,
sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.
Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas, walaupun tidak
semua orang yang obesitas mengalami hiperkolesterolemia. Pada 38% pasien
dengan indeks masa
tubuh
27 adalah
penderita hiperkolesterolemia.
5.
Fredrickson
I
IIa
IIb
III
Klasifikasi dislipidemia
Hiperkolesterolemia
Dislipidemia kombinasi
Dislipidemia remnant
IV
V
Dislipidemia endogen
Dislipidemia campuran
Peningkatan lipoprotein
Kilomikron
LDL
LDL + VLDL
VLDL remnant (IDL)+
kilomikron
VLDL
VLDL + kilomikron
Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan glukosa darah dan memicu resistensi insulin.
Perokok berat (merokok >20 batang/hari) berisiko dua kali lipat menjadi
diabetes jika dibandingkan dengan bukan perokok.
6.
Minum alkohol
Minum alkohol >1 gelas/hari untuk perempuan dan >2 gelas.hari untuk lakilaki berisiko terkena diabetes. Peminum berat bisa menyebabkan inflamasi
kronik pankreas (pankreatitis) dimana dapat merusak kemampuan pankreas
untuk mensekresikan insulin sehingga memicu diabetes.
Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
terkait dengan resistensi insulin
2.
3.
Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya.
4.
E.
Manifestasi klinis
A. Dehidrasi
Diabetes melitus (Peningkatan kadar glukosa darah)
Peningkatan glukosuria
Peningkatan urin output (poliuri)
Dehidrasi
Peningkatan rasa haus
Konsumsi air meningkat (polidipsi)
Gambar Skema Mekanisme Terjadinya Dehidrasi pada Diabetes Melitus
penurunan
energi(ATP)
rasa lapar
polifagi
F. Komplikasi
Komplikasi diabetes terdiri dari komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi
akut yang dapat terjadi adalah koma hipoglikemia, ketoasidosis dan hyperosmolar
hypergycemic state (HHS). Sedangkan komplikasi kronik yaitu makroangiopati
pembuluh darah tepi, jantung dan otak, mikroangiopati termasuk retinopati diabetik
dan nefropati diabetik, neuropati diabetik, rentan infeksi TB paru, gingivitis dan
infeksi saluran urinarius, serta kaki diabetik.
Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik.
Prevalensi disfungsi ereksi pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup
tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan problem psikis.
G.
Pengelolaan
Tujuan
jangka
pendek
pengelolaan
diabetes
melitus
adalah
untuk
1.
Penyuluhan (edukasi)
Penyuluhan atau edukasi penderita diabetes adalah pendidikan dan latihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes melitus
yang diberikan kepada setiap pasien diabetes melitus, anggota keluarganya,
kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan
kesehatan.
2.
3.
Latihan jasmani
Prinsip latihan jasmani pada penderita diabetes melitus.
a.
b.
c.
Durasi
: 30 menit
d.
Jenis
4.
5.
Insulin
Defisiensi
insulin mungkin berupa deisiensi insulin basal, insulin prandial atau keduanya.
Deisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa,
sedangkan deisiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah
makan.
Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap
deisiensi yang terjadi.
Sasaran pertama terapi hiperglikemia adalah mengen dalikan glukosa darah basal
(puasa, sebelum makan). Hal ini dapat dicapai dengan terapi oral maupun insulin.
Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah basal adalah
insulin basal (insulin kerja sedang atau panjang).
Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien rawat jalan dapat dilakukan dengan
menambah 24 unit setiap 34 hari bila sasaran terapi belum tercapai.
Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai, sedangkan A1C belum
mencapai target, maka dilakukan pengendalian glukosa darah prandial
(mealrelated). Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah
prandial adalah insulin kerja cepat (rapid acting) atau insulin kerja pendek (short
acting). Kombinasi insulin basal dengan insulin prandial dapat diberikan subkutan
dalam bentuk 1 kali insulin basal + 1 kali insulin prandial (basal plus), atau 1 kali
basal + 2 kali prandial (basal 2 plus), atau 1 kali basal + 3 kali prandial (basal
bolus). Insulin basal juga dapat dikombinasikan dengan OHO untuk menurunkan
glukosa darah prandial seperti golongan obat peningkat sekresi insulin kerja
pendek (golongan glinid), atau penghambat penyerapan karbohidrat dari lumen
usus (acarbose).
Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
respons individu, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
III.
ANALISA KASUS
Hematologi
Urine lengkap
USG Abdomen
c. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO yang
dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75g
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Pemasangan kateter
Drainase suprapubik
Edukasi
Latihan jasmani
Intervensi medis
DAFTAR PUSTAKA
8. Weber,