BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Karakteristik lingkungan kampung dengan kepadatan bangunan yang tinggi
merupakan isu penting yang melandasi desain arsitektur Rumah Indis di Koridor
Kampung Kemasan Gresik tersebut. Aplikasi strategi bioklimatik untuk lingkungan
padat dengan kondisi lingkungan yang cenderung panas dan gerah ditujukan untuk
menekan kondisi overheating dengan proses pendinginan pasif dalam upaya
menciptakan kenyamanan termal pada bangunan. Proses pendinginan pasif sangat
ditentukan oleh pendayagunaan aliran angin dan efek pembayangan matahari oleh
lingkungan seputar bangunan.
Pada kasus Rumah Indis di Koridor Kampung Kemasan Gresik ini, rumah
tipe detached mempunyai performa yang paling baik, disusul kemudian adalah
rumah tipe kopel dan yang terakhir adalah rumah tipe paralel. Indikasinya
ditunjukkan dengan K-hours yang kecil, durasi waktu nyaman yang panjang, profil
temperatur yang stabil dengan selisih penurunan temperatur di dalam terhadap
temperatur di luar bangunan yang lebih besar, dan hanya efek pembayangan matahari
yang masih kurang efektif bila dibandingkan dengan rumah tipe kopel. Beberapa
kelebihan dalam desain Rumah Indis tipe detached tersebut antara lain : orientasi
yang lebih optimal terhadap arah datang angin, proporsi bangunan yang ditunjang
keberadaan ventilasi permanen yang cukup besar, bentuk yang lebih ramping
walaupun surface to volume ratio relatif paling besar, konfigurasi elemen pengarah
191
aliran angin yang lebih banyak, tatanan ruang dalam yang langsung berhubungan
dengan luar dan konfigurasi ruang luar yang dipenuhi vegetasi sehingga lebih asri.
Pada garis besarnya arsitektur Rumah Indis di Koridor Kampumg Kemasan
Gresik ini termasuk dalam kategori bangunan kolonial yang sudah beradaptasi
sepenuhnya dengan iklim tropis lembab serta lingkungan setempat. Adaptasinya
mengambil perwujudan (transformasi) perubahan dalam ukuran dan perubahan
dalam performa. Terkait dengan keberadaan bangunan rumah di lingkungan
kampung dengan kepadatan tinggi, upaya adaptasi dilakukan antara lain dengan
membentuk : ruang-ruang agar lebih fleksibel atau menyatukan beberapa fungsi,
ukuran teras maupun koridor yang diperkecil/dikurangi namun disebar mengitari
bangunan, orientasi bangunan yang lebih bebas terhadap lintasan matahari dan angin
serta tata letak terhadap tapak, konfigurasi atap dan selubung bangunan yang spesial
untuk insulasi panas, bukaan lebar yang dapat diatur sistem bukaannya, tampilan
bangunan mirip
192
193
ditutup rapat-rapat atau bahkan digantikan dengan kaca mati (demi alasan keamanan
dan polusi udara), sehingga kinerja termal bangunan menjadi menurun.
Salah satu terapan strategi bioklimatik yang penting pada kasus ini adalah
pada desain elemen atap sebagai insulasi panas dan konfigurasi selubung bangunan
sebagai filter/modifier kontrol termal, dengan pilihan konstruksi heavyweight yang
merupakan sistem penangguhan panas untuk jangka waktu yang panjang. Tampang
bangunan senantiasa dilingkupi konfigurasi telundak (teras lebar beratap) dan
lompongan (koridor antar bangunan) sebagai elemen bangunan yang senantiasa
melekat pada wujud arsitektur di koridor kampung ini. Konfigurasi tersebut
menciptakan kualitas adaptasi bangunan terhadap iklim dan lingkungan setempat
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi bioklimatik dalam
desain Rumah Indis di Koridor Kampung Kemasan Gresik ini ternyata sangat efektif.
6.2. Saran
Aplikasi strategi bioklimatik secara lebih luas atau terpadu akan dapat
meningkatkan kualitas adaptasi bangunan menjadi lebih baik yang selanjutnya
berdampak pada kenyamanan termal. Strategi bioklimatik merekomendasikan bahwa
desain arsitektur di lingkungan dengan kepadatan bangunan yang tinggi harus
mempertimbangkan pendayagunaan aliran angin dan efek pembayangan matahari
untuk mekanisme pendinginan pasif dan kontrol termal. Pengaturan ketinggian
bangunan dalam hal ini menjadi penting untuk optimasi pencapaian tujuan tersebut.
Ketinggian bangunan yang proporsional memungkinkan perolehan aliran udara dan
pembayangan matahari secara lebih efektif. Selain itu konfigurasi rongga/lubang di
seputar koridor antar bangunan akan dapat mengurangi stagnasi aliran udara.
194
195