Anda di halaman 1dari 6

3.

Analisa DO dalam Air


Oksigen Terlarut
DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air. Kemampuan air
dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian air.
Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada urutan
kedua setelah Nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya bagi kehidupan ikan dan udang, Oksigen
menempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang untuk pernafasannya harus
dalam bentuk terlarut dalam air, karena udang tidak dapat memanfaatkan Oksigen langsung dari
udara.
Analisis Oksigen Telarut
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
b. Metoda elektrokimia
Metode Winkler
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar
oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis
terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan
membebaskan molekul Iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan
indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH) 2 + O2 MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH) 2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler


Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi
iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan
standar kaliumbikromat yang tepat.Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan
standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih
akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan H+ 24 cara DO meter, harus diperhatikan suhu

dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang
digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan
pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya
bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan cara
WINKLER penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar
amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke
senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena
I2mudah menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi
kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.

Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Oksigen Terlarut


Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :
1. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut akan
menurun.
2. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen
terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan
untuk pernapasan dan oksidasi bahan bahan organik dan anorganik.
Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :
1. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut
akan naik.
2. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen
terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.
3. Mengurangi bahan bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik dalam
air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.
4. Diusahakan agar air tersebut mengalir.
Aerasi
Aerasi merupakan metode pengolahan dalam pengaturanpenyediaan udara pada bak aerasi, dimana
bakteri aerob akan memakanbahan organik didalam air limbah dengan bantuan oksigen.
Penyediaanudara yang lancar dapat mencegah terjadinya pengendapan di dalam bakaerasi. Adanya
endapan mengakibatkan terjadinya penahanan pemberianoksigen ke dalam sel, dengan demikian
mengakibatkan timbulnya situasibakteri anaerobic.
Aerasi yang diberikan pada suatu perairan yang tidak terdapat proses fotosintesis akan sangat
berpengaruh terhadap kondisi perairan tersebut dan ikan yang ada di dalamnya. Adanya aerasi yang

diberikan penurunan oksigen terlarut akibat dari proses respirasi ikan atau perombakan bahan
organik akan segera teratasi. Aerasi diharapkan dapat mensuplai kebutuhan oksigen untuk
dekomposisi dan respirasi ikan.
Hukum Proust (Ketetapan Perbandingan)
Menyatakan bahwa dalam suatu senyawa perbandingan massa unsur-unsur
penyusunannya selalu tetap. Contoh :
Fe

FeS

Keterangan

7g

4g

11 g

8g

4g

11 g

Sisa Fe = 1 gram

14 g

9g

22 g

Sisa S = 1 gram

22 g

14 g

33 g

Sisa Fe = 1 gram,
Sisa S = 2 gram

Besi (Fe) dan belerang (S) akan bereaksi membentuk besi-belerang (FeS) dengan perbandingan
massa selalu 7 : 4.
H2

O2

H2O

Keterangan

1g

8g

9g

2g

8g

9g

Sisa H2 = 1 gram

2g

17 g

18 g

Sisa O2 = 1 gram

4g

25 g

27 g

Sisa H2 = 1 gram,
Sisa O2 = 1 gram

Hidrogen (H) akan bereaksi dengan oksigen (O) membentuk molekul air (H2O) dengan
perbandingan massa selalu 1 : 8.
Jadi molekul oksigen memiliki konstanta 8 terhadap air.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam


satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan

bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.


Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri
dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi
tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat
menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun
anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya,
sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan.

Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain


digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses
sintesa sel serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD
ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang
sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah
konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik
tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak
pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.

Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan
menginkubasikan contoh air pada suhu 20 0C selama lima hari. Untuk
memecahkan bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20 0C
sebenarnya dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya
diambil waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut
hanya dapat mengukur kira-kira 68 persen dari total BOD (Sasongko, 1990).

Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari

pencemaran organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel
maka aktivitas bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih
rendah dari yang semestinya (Mahida, 1981). Pada Tabel di bawah. dapat dilihat
waktu yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik di dalam air.

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida,


adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya
kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup
rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan
pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.
Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara
titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4,
H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat
memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika, 1984).

Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahan bahan organik


pada suhu 200C

2. - Teknik pengambilan sampel air sungai / danau


o

Pegang botol pada bagian agak kebawah (1/2 bagian dari botol).

Celupkan kedalam air sungai sedalam kira-kira 20 cm dengan bibir sedikit


menghadap keatas, tetapi apabila ada aliran dalam air sungai / danau mulut botol
harus menghadap arah datangnya aliran air.

Bungkusan tutup botol baru dibuka dengan mukanya menghadap kebawah, lalu
botol langsung ditutup.

Anda mungkin juga menyukai