belimbing tiap kali BAB, air lebih banyak dari ampas, berwarna kuning, darah (-) lendir
(-). Muntah (+) 2x, banyaknya gelas, isi apa yang diminum. Pasien minum dengan
lahap. Pasien lalu dibawa berobat ke RSUD Martapura.
Riwayat penyakit yang sama dalam lingkungan sekitar rumah pasien (+).
: Cukup bulan
Partus
: Spontan
Ditolong oleh
: Bidan
Tempat
: Rumah bidan
Tanggal
: 13 Oktober 2011
BBL
: 2500 gr
PBL
: Lupa
Keadaan lahir
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Bibir
: bibir pucat (-), sianosis (-), kelainan bentuk (-), ulkus (-),
rhagaden (-)
Mukosa pipi
Lidah
: lidah bentuk normal, warna merah ,atrofi papil (-), tremor (-)
Faring&tonsil
Leher
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultrasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: datar, simetris
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Akral hangat, pucat (-), CRT 2 detik
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin
V.
RESUME
Sejak 2 hari SMRS, pasien mengalami BAB cair + 3-4x/hari, banyaknya
gelas belimbing setiap BAB cair, air lebih banyak daripada ampas, warna kuning,
lendir (-) darah (-). Muntah (+), frekuensi 3-4x/hari, banyaknya gelas, isi apa yang
dimakan, demam (-), batuk (-), pilek (-). Anak masih mau minum, namun muntah.
Anak dibawa berobat ke bidan dan diberi dua macam sirup. Muntah berkurang.
BAB III
ANALISA KASUS
Dari alloanamnesa didapatkan penderita telah mengalami BAB cair sejak + 2 hari
SMRS frekuensi 3-4 kali/hari, air lebih banyak dari ampas. Keadaan ini sesuai dengan
batasan diare menurut WHO yaitu BAB lunak/cair dengan frekuensi 3x/hari dengan
atau tanpa darah atau lendir. Durasi diare berlangsung 2 hari, diklasifikasikan sebagai
diare akut, yaitu diare yang berlangsung <14 hari, dan frekuensi <4 episode/bulan.
BAB cair tanpa disertai darah dan lendir berarti pasien tidak menderita disentri. Pasien
tampak kehausan dan masih mau minum
dehidrasi ringan-sedang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda dehidrasi ringan-sedang, yaitu
anak terlihat rewel dan gelisah, mata cekung dan turgor perut kembali dalam 2 detik.
Menurut ibu pasien, anak ingin minum terus-menerus, lebih sering dari biasanya.
Dehidrasi dapat terjadi akibat kehilangan cairan (output) lebih banyak daripada cairan
yang masuk (input). Diare akibat intoleransi protein susu sapi dapat disingkirkan
karena tidak ada riwayat minum susu botol.
Penatalaksanaan pada kasus ini seharusnya menggunakan ORS dengan
pemantauan selama 3 jam. Namun, pasien mengalami muntah sehingga ditakutkan
rehidrasi tidak tercapai dengan pemberian ORS sehingga penggantian cairan diberikan
secara parenteral. Cairan parenteral yang diberikan adalah RL 75cc/kgBB dalam 4 jam
(gtt XLVI/menit). Oralit diberikan untuk menggantikan kehilangan cairan yang keluar
lewat BAB cair dan muntah dengan dosis 100-200 ml setiap kali BAB cair dan 50-100
ml setiap kali muntah.
Pola makan seperti sebelumnya diteruskan. Antibiotika tidak perlu diberikan
karena diare paling banyak disebabkan oleh virus, dan pemberian antibiotika tidak akan
mempengaruhi durasi dan derajat dehidrasi pada diare. Zinc 20 mg/hari diberikan
selama 10 hari guna memperbaiki fungsi mukosa usus dan mencegah kejadian diare
32