hanyalah milik Allah SWT saja. Dengan demikian, mohon bapak/ibu dosen
memakluminya.
Tujuan tugas ini adalah untuk menjelaskan tentang salah satu materi
pembahasan mata kuliah media pembelajaran, yaitu mengenai TEORI
PEMBELAJARAN.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada orang
orang yang telah membantu saya untuk mengerjakan tugas ini. Semoga tugas
ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah
terhadap siapa saja yang membacanya.
Akhir kata, demi kesempurnaan tugas yang telah saya buat ini, saya
mengharapkan kritik dan saran dari siapa saja yang membaca makalah ini.
Penulis
Daftar isi
PENDAHULUAN ...........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
II
BAB I: BELAJAR
A. Pengertian Belajar ...............................................................................
ii
B. Persepsi ................................................................................................ 17
C. Atensi.................................................................................................... 18
BAB V: TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
A. Pengertian Teori Belajar Behavioristik .............................................. 20
B. Tujuan Pembelajaran Behaviorisme................................................... 21
C. Pandangan Para Ahli........................................................................... 22
D. Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme...................................... 32
E. Implikasi Teori Belajar Behaviorisme ................................................ 33
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik .................. 34
BAB VI: TEORI BELAJAR HUMANISTIK
A. Tokoh Pentinga Teori Belajar Humanistik......................................... 36
B. Implikasi Teori Belajar Humanistik ................................................... 40
C. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa .............. 41
BAB VII: TEORI BELAJAR KOGNITIF
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif....................................................... 43
B. Pemikiran Para Tokoh Teori Belajar Kognitif ................................... 44
BAB VIII: TEORI PENGOLAHAN INFORMASI
A. Pengertian Teori Pengolahan Informasi Menurut Para Tokoh ......... 52
B. Diagram Pemrosesan Informasi.......................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
iii
BELAJAR
A. Pengertian Belajar
a. Menurut Skinner ( 1985 )
Memberikan definisi belajar adalah Learning is a process of
progressive behavior adaption. Yaitu bahwa belajar itu merupakan
suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
b. Menurut Morgan, dkk ( 1984 )
Memberikan definisi mengenai belajar Learning can be defined as
any relatively permanent change in behavior which accurs as a result
of practice or experience. Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai
akibat belajar karena latihan (practice) atau karena pengalaman (
experience ).
B. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip prinsip Belajar cms-formulasi Berikut ini disajikan sepuluh
prinsip belajar yang semestinya diketahui oleh seorang trainer dan juga
mesti disadari oleh seseorang yang ingin belajar lebih efektif. Item-item
berikut disarikan dari buku The Trainers Handbook, Mitchell, 1987:
a. Mempelajari apa yang siap untuk dipelajari
b. Kita pelajari yang terbaik dari apa yang pernah kita lakukan
c. Kita belajar dari Kesalahan
d. Kita belajar lebih mudah terhadap sesuatu yang kita kenal
e. Kita menyukai adanya perbedaan sense dalam belajar
f. Kita belajar secara metodik dan sistematik
g. Kita tidak dapat mempelajari sesuatu yang tidak dimengerti
h. Kita belajar melalui latihan
i. Kita belajar lebih baik ketika kita mengetahui kemajuan kita
j. Kita menanggapi dengan lebih baik ketika apa yang kita pelajari
disajikan secara unik terhadap setiap orang
Gaya belajar
Setiap individu memiliki perbedaan kemampuan, ternyata hal tersebut
juga berlaku pada kecerdasan. Kecerdasan merupakan kemampuan dalam
memecahkan suatu persoalan serta menciptakan suatu produk dengan berbagai
sudut pandang dan terjadi dalam kondisi yang nyata. Hal ini diungkapkan oleh
Psikolog terkenal Prof. Howard Gardner, berangkat dari hal tersebut tentu akan
ada banyak manfaat jika dapat mengetahui macam-macam tipe kecerdasan.
Baik nantinya akan digunakan sebagai pengetahuan untuk dapat
mengoptimalkan kemampuan diri, atau sebagai profesi seperti pendidik yang
tentu perlu memahami kelebihan dan kekurangan peserta didiknya, atau
bahkan sebagai seorang direktur yang mengetahui kemampuan karyawanya
sehingga bisa menempatkanya pada posisi yang sesuai. Oleh karena itu kali ini
akan di paparkan tipe-tipe kecerdasan beserta cirri-cirinya menurut Prof.
Howard Gardner atau lebih sering dikenal dengan Delapan Tipe Kecerdasan
menurut Gardner.
A. Kecerdasan Linguistik (Word Smart)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Orang yang
memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah
kata-kata saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya gemar
mengisi TTS, bermain scrable, membaca, dan bisa mengartikan bahasa
tulisan dengan jelas.
Ciri-cirinya: Senang bermain dengan kata-kata, menikmati
membaca, diskusi dan menulis, suka membumbui percakapan dengan halhal menarik yang baru saja Ia baca atau dengar, suka mengerjakan tekateki silang,bermain scrable atau bermain puzzle. Dapat mengeja dengan
sangat baik, senang bermain dengan kata-kata. Jika Seseorang memiliki
kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok untuk Ia adalah jurnalis,
penyair, atau pengacara.
NEUROSAINS
A. Defenisi Neurosains
Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf
yang ada di dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai
kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan
kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori Neurosains, sistem saraf dan
otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia.
Neurosains dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang
terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini
dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak akan
mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem
saraf, utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan
pikiran. Studi tentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang
bagaimana kita merasa dan berinteraksi dengan dunia luar dan
khususnya apa yang dialami manusia dan bagaimana manusia
mempengaruhi yang lain (Schneider, 2011).
B. Otak Sebagai Struktur yang Kompleks
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa otak masing-masing yang
beratnya hanya tiga pon, mempunyai 100 miliar neuron, 16 kali lebih
banyak dari jumlah penduduk bumi, atau kira-kira sama banyaknya
dengan jumlah bintang di galaksi Bimasakti. Setiap neuron mempunyai
cabang hingga 10 ribu cabang dendrit, yang dapat membangun sejumlah
satu kuadrilion koneksi komunikasi. Jumlah yang dahsyat itu ternyata
hanya setengah dari jumlah neuron yang dibekalkan Tuhan kepada kita
pada empat bulan pertama kehamilan.
Masing-masing neuron memperoleh jati dirinya yaitu sebagai
neuron visual atau neuron pendengaran ketika neuron tersebut berhenti
di suatu tempat yang nantinya akan menjadi tempat datangnya informasi
visual atau pendengaran. Pada saat inilah, setiap neuron membangun
dendrit dan akson untuk berkomunikasi dengan dendrit dan akson
lainnya. Akson dan dendrit berkomunikasi dengan mengirimkan zat
kimia, neurotransmiter, melalui sinapsis. Setiap neuron dimungkinkan
mampu berkomunikasi melalui 100.000 sinapsis. Zat-zat kimia disebut
secara teknis sebagai faktor trofik yang mengatur di mana dan bagaimana
akson harus berhubungan serta membuat koneksi-koneksi.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa selama perjalanan, neuronneuron merayap di atas sel-sel glial, yang menjadi penunjuk jalan,
pelindung, dan pemeliharanya. Terdapat dua macam sel glial: yang
pertama mengontrol metabolisme dan fungsi neuron, yang lainnya
membungkus akson dengan zat lemak yang disebut mielin. Mielin
mengatur seberapa cepat akson menyampaikan informasi. Setelah neuron
mencapai tujuannnya, sel-sel glial masih tetap tinggal, walaupun bentuk
dan sifat-sifat molekulnya berubah. Tempat dimana berhentinya suatu
neuron, menentukan sikap-sikap kita dan sikap kita.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa perjalanan neuron dari
tempat asal ke tempat tujuan tidak selalu berjalan mulus. Terdapat
neuron yang berhenti di tengah jalan, ada yang terus berjalan untuk
menghidupkan atau mematikan pengendalian genetis yang terdapat di
dalamnya, serta ada juga neuron yang mati karena pengaruh lingkungan.
Banyak faktor yang mengganggu migrasi neuron yang berasal dari
lingkungan termasuk radiasi, mutasi genetis, obat-obatan, dan stres.
Apabila tidak ada gangguan dalam lingkungan prenatal (sebelum
kelahiran), bayi lahir dengan bekal sebanyak 100 miliar neuron dengan
koneksi-koneksi awal, akan tetapi otak masih belum terbentuk secara
sempurna. Otak neonatal hanyalah sebuah lukisan berbentuk sketsa,
yang sama sekali belum sempurna dan lingkunganlah yang akan
melengkapinya atau bahkan akan mengabaikannya. Penyempurnaan otak
ini memiliki batas waktu dan inilah yang disebut jendela peluang. Proses
penyempurnaan koneksi-koneksi dendrit akan terhenti, begitu jendela
peluang tertutup.
Waktu tiga tahun adalah waktu peluang bagi mata untuk
memperkuat koneksi dan jika waktu tiga tahun terlewati, maka sketsa
sistem visual bayi akan tetap menjadi sketsa. Setelah tiga tahun, jendela
peluang akan tertutup. Sousa mengungkapkan bahwa jendela peluang ini
adalah periode ketika otak memerlukan jenis-jenis masukan tertentu
untuk menciptakan atau menstabilkan struktur yang bertahan lama.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa jendela peluang tersebut
bukan hanya terdapat pada proses penglihatan, tetapi juga kemampuan
linguistik, gerakan, perasaan, musik, matematika, logika, dan
sebagainya. Jendela peluang ini adalah periode kritis dan masa
terbukanya jendela-jendela peluang ini berbeda-beda. Jendela peluang
untuk belajar bahasa mulai terbuka pada usia dua bulan. Bayi menguasai
sekitar sepuluh kata per hari, sehingga ia menguasai sekitar 900 kata
pada usia tiga tahun, dan terus-menrus meningkat sampai 3.000 kata
pada usia lima tahun.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa jendela peluang untuk
berbahasa tetap terbuka sepanjang hidup kita. Tetapi beberapa komponen
Kerja
Otak
yang
Berkaitan
dengan Kecakapan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
yang
nampak
dengan
21
didik menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan peserta
didik secara individual.
C. Pandangan Para Ahli
Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya adalah Thorndike,
Watson, Chark Hull, Edwin Guthrie, Pavlov, Skinner, Robert Gagne dan
Albert Bandura. Pada dasarnya para penganut aliran behavioristik setuju
dengan pengertian belajar diatas, namun ada beberapa perbedaan
pendapat diantara mereka. Setiap dari pelopor pelopor ini memberikan
kontribusi yang kuat bagi perkembangan teori ini dari awal
perkembangannya hingga sekarang. Secara singkat, berturut-turut akan
dibahas karya- karya para tokoh aliran behavioristik, sebagai berikut :
1. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, teori behavioristik adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan atau
gerakan / tindakan.
Jadi perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak dapat
diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan Teori Connectionism.
Dasar-dasar teori Connectionism dari Edward L. Thorndike
(1874-1949) diperoleh juga dari sejumlah penelitian yang dilakukan
terhadap perilaku binatang. Penelitian-penelitian Thorndike pada
dasarnya dirancang untuk mengetahui apakah binatang mampu
memecahkan masalah dengan menggunakan reasoning atau akal,
dan atau dengan mengkombinasikan beberapa proses berpikir
dasar.
Dalam penelitiannya, Thorndike menggunakan beberapa jenis
binatang, yaitu anak ayam, anjing, ikan, kucing dan kera.
Percobaan yang dilakukan mengharuskan binatang-binatang
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
7. Robert Gagne
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of
learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian
mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk
mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis
multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain
software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong
guru untuk merencanakan instruksional pembelajaran agar
suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling
rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih
tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus
mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar
dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang
lebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal,
diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang
lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya
gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
8. Albert Bandura
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare
alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal
dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri.
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor
yang berproses
dalam belajar observasi adalah:
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik
pengamat.
32
33
34
Kekurangan
1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil
yang diamati dan diukur.
2) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa ( teori skinner ) baik hukuman verbal
maupun fisik seperti kata kata kasar , ejekan , jeweran yang justru
berakibat buruk pada siswa.
35
36
tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau
sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan
merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya.
Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan
siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun
dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada
materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si
siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut
dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti
dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran
kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah
persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin
berkurang
pengaruhnya
terhadap
perilakunya.
Jadi,
hal-hal
yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
b. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu
ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
37
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih
maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi
tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan
yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan
seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar
ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
c. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai
anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang
agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi
klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931,
sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk
mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia
menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara
bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
38
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsipprinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan
murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar.
f.
39
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri
sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu
empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi
perusakan
pada
peralatan
sekolah,
serta
siswa
menjadi
lebih
spontan
dan
40
dapat
berperanan
sebagai
seorang
siswa
yang
turut
juga
pikirannya
dengan
tidak
menuntut
dan
juga
tidak
memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia
harus
tetap
waspada
terhadap
ungkapan-ungkapan
yang
41
siswa
untuk
peka
berpikir
kritis,
memaknai
proses
42
yang
baru
dapat
berasimilasi
dengan
pengetahuan
individu
terbangun
melalui
proses
interaksi
yang
43
yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara
utuh masuk ke pikiran dan perasaannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam
diri
manusia
proses interaksi
aktif dengan
44
Pendidik
yang
menyajikan
pembelajara
tanpa
pada
kesimpulan
tertentu,
maka
barulah
dapat
peran
dalam
dan
inisiatif
kegiatan
peserta
didik,
pembelajaran.
serta
Piaget
lingkungannya.
Menerapkan
teori
Piaget
dalam
perkembangan
intelektual.
Teori
Piaget
45
peserta
didik
akan
mampu
membedakan
dan
46
penyeimbangan
(equilibration).
Asimilasi
adalah
proses
asimilasi
mengembangkan
dan
akomodasi.
pemahamannya
Agar
peserta
sekaligus
didik
menjaga
dapat
stabilitas
b) David Ausubel
Menurut Ausubel, peserta didik akan belajar dengan baik jika
apa yang disebut pengatur kemajuan belajar (advance organizers)
didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
mereka. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi
umum yang mencakup semua materi pelajaran yang akan dibahas
dalam proses pembelajaran. Ausubel meyakini bahwa advance
organizers dapat memberikan tiga manfaat, yakni :
Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual tentang materi
pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan anatara
apa yang sedang dipelajari saat ini dengan apa yang akan
dipelajari.
Mampu membantu peserta didik untuk memahami bahan belajar
secara lebih mudah.
47
berdasarkan
pada
pandangan
kognitif
tentang
48
melaksanakan
eksperimen,
mengumpulkan
dan
dengan
strategi
diskoveri-inkuiri
memiliki
untuk
membangkitkan
menyelesaikan
rasa
ingin
tahu
permasalahan.
(curiosity),
dan
3)
4)
Dapat
Dapat
menyadari,
bahwa
belajar
dengan
strategi
ini
49
Tahap Enaktif
Dalam tahap ini peserta didik secara langsung dilibatkan
dalam kegiatan memanipulasi (mengutak-atik) objek. Pada tahap
ini peserta ini peserta didik mempelajari sesuatu pengetahuan
secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau
menggunakan situasi nyata. Dengan cara ini peserta didik akan
mengetahui dan memahami sesuatu dari proses berbuat atau
melakukan sesuatu.
Tahap Ikonik
Kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam tahap ini
berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang dimanipulasinya (Winataputra, 1993). Tahap
ikonik adalah tahapan pembelajaran suatu pengetahuan yang
dipresentasikan dalam bayangan visual, gambar atau diagram
yang menggambarkan situasi konkret yang terdapat pada tahap
enaktif.
Dalam
hal
ini
peserta
didik
tidak
langsung
Tahap Simbolik
Pada tahap ini peserta didik memanipulasi simbol-simbol
atau lambang-lambang objek tertentu (Winataputra, 1993).
Dalam tahap simbolik ini pembelajaran direpresentsikan dalam
bentuk simbol-simbol abstrak yaitu simbol arbitrer yang dipakai
berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang
bersangkutan, baik simbol verbal maupun lambang-lambang,
atau rumus-rumus. Teori belajar Brunner ini didasarkan pada
dua asumsi, yaitu :
50
hal-hal
yang
mempunyai
kemiripan
untuk
mengelompokan
hal-hal
tertentu
atau
51
informasi.
Robert
M.
Gagne
adalah
seorang
psikolog
52
Teknologi
Pembelajaran
Modern.
Edgar
Dale
konsep
desain
pembelajaran
menjadi
semakin
hidup.
Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini
memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah
informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang
dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi
Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisikondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif
yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase,
yaitu:
a. motivasi;
b. pemahaman;
c. pemerolehan;
d. penyimpanan;
e. ingatan kembali;
f. generalisasi;
53
g. perlakuan;
h. umpan balik.
b) Pandangan Slavin
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan
pemrosesan,
penyimpanan,
dan
pemanggilan
kembali
Registrasi
penginderaan
menerima
sejumlah
besar
54
episodik,
jangka
panjang yang
mengemukakan
bahwa
perolehan
pengetahuan
baru
penyimpanan
informasi
(storage),
dan
diakhiri
dengan
(retrieval).
Ingatan
terdiri
dari
struktur
informasi
yang
55
strategi
pembelajaran
yang
berpijak
pada
teori
pemrosesan informasi:
a. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol;
b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek;
c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap;
d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang
ingin dicapai;
e. Adanya
transfer
belajar
pada
lingkungan
kehidupan
yang
sesungguhnya;
f. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing
individu;
g. Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang
tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk
kerja yang diharapkan.
e) Pandangan Zigler dan STevenso
Teori pemrosesan informasi
individu memproses
56
diambil kembali
Menurut
pendekatan
ini
anak
didik
secara
bertahap
belajar
kognitif
memandang
belajar
sebagai
proses
57
Tapi
kemampuannya
bisa
dalam
juga
terjadi
mengingat
karena
informasi
seseorang
yang
kehilangan
telah
ada
di
58
terlihat
pada
diagram
di
atas,
suatu
jika
59
Inderawi
yang
stimulusnya
mendapat
perhatian
dari
seseorang. Dengan kata lain, MJPd tidak akan terbentuk di dalam otak
siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut.
MJPd ini menurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama
lagi, yaitu sekitar 20 detik. Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang
perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat penting untuk
diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama
proses pembelajaran di kelasnya.
Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau
masukan dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya
suatu informasi yang disampaikan para guru tersebut. Karenanya,
untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di
samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang
tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: Anak-anak,
bagian ini sangat penting. Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru
ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis,
memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk
materi
suara
dengan materi,
yang
patut
dihargai
dari
seorang
guru
selama
proses
60
pengulangan
merupakan
kata
kunci
dalam
proses
61
DAFTAR PUSTAKA
JuFri, Wahab. A. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka
Peka Cipta.
Kalat, W. J. 2010. Biopsikologi. Bandung: Salemba Humanika
PENGANTAR TEORI PEMBELAJARAN
62
63