NIM
Mata Kuliah
Dosen Pengasuh
: HUSEINSYAH
: 1309300050007
: Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
: Dr. T. M. Jamil, M.Si
ditawarkan oleh para pengritik ini, kami mengambil posisi yang berbeda menyangkut
isu validitas. Kami mengusulkan beberapa pedoman umum untuk menilai penelitian
etnografis dan mengkaji persoalan utama untuk mengukuhkan rancangan-rancangan
alternative bagi pendekatan klasik terhadap ilmu sosial ini, dengan merumuskan
landasan maksud/tujuan bagi etika etnografis yang dapat ditempatkan dalam ekologi
ilmu pengetahuan. Kemudian kami memusatkan perhatian pada model etnografi,
yakni realism analitik, yang didasarkan pada pandangan bahwa dunia murni itu
sendiri.
B. Etnografi Dalam Perpektif
Sepanjang para pakar melaksanakan penelitian kualitatif atau etnografis, maka
mereka sesungguhnya telah mengkaji proses penelitian. Pada awal pengatian abat
(XX) dan sepanjang beberapa dasawarsa berikutnya, ilmu pengetahuan dan wawasan
tentang proses dan masalah penelitian kualitatif telah diterbitkan secara tertulis,
sekaligus dikomunikasikan secara lisan. Dalam antropologi, Franz Boas dan
mahasiswa mahasiswanya menyampaikan secara lisan tradisi etnografis mereka
yang menyeluruh dan dinamis. Harus diakui bahwa kalangan antropolog dan
sosiolog, meskipun acara historis berbeda preferensinya atas masyarakat
eksotik/asing atau kelas bawah perkotaan. Pendekatan mereka tetap saja nyaris
sama. Dalam sosiologi, Robert Park dan ngomunikasikan wawasan dan pandangan
mereka kepada kalangan sendiri dan para pengikut baru. Sepanjang 1960 an hingga
1970, muncullah ulasan dan analisis etnografi yang lebih tajam, yakni aliran refleksi
dalam penelitian kualitatif.
Satu makna refleksivitas adalah bahwa peneliti ilmiah merupakan bagian dan
anggota dari setting, konteks, dan kebudayaan yang dicoba dipahami dan
direpresentasikan olehnya. Dengan memegang teguh aliran refleksif, para peneliti
kualitatif yang semangkin bertambah jumlahnya pun mulai mengapresiasi apa makna
refleksivitas bagi validitas penelitian etnografis dan kualitatif. Muncullah apresiasi
baru terhadap persoalan-persoalan dan isu lama dalam etnografi, hal ini karena
semakin banyakna kalangan pakar yang menyadari bahwa persoalan tradisional
menyangkut perizinan masuk atau akses ke dalam setting/konteks, relasi-relasi
pribadi dengan para anggota dalam setting, bagaimana data penelitian lapangan
dipahami dan dicatat, dan sejumlah persoalan pragmatis lainnya ternyata
menimbulkan implikasi penting terhadap sesuatu yang dilaporkan oleh seorang
Nilai-nilai yang berbeda yang terungkap dalam paparan tentang atau upaya
untuk mencari validitasi benarnya telah dikaji oleh banyak peneliti yang menitik
beratkan pada kekuasaan, meliputi kebudayaan ideology, gender, bahasa/teks, dan
relevansi/advokasi. Berbagai para pakar kebudayaan termasuk tulisan-tulisan yang
terkait dengan ideology, termasuk feminism, telah berupaya untuk mengidentifikasi
lanadasan dan ansumsi tersirat dari klaim-klaim validitas/ilmu pengetahuan.
Karenanya berbeda, maka titik-titik keberangkatan tulisan para pakar diatas sering
kali bertemu. Yang menjadi dasar argumentasi dari banyak paparan tersebut adalah
bahwa validitas seyogianya dikesampingkan sama sekali sebagai sebuah konsep yang
praktis atau dikualifikasi secara radikal, auah konsep yang praktis atau dikualifikasi
secara radikal, ataupun ataupun dipisah dengan tanda penghubung Sebagian
besar dari ungkapan berikut ini telah dilontarkan, secara sinis, dengan mengunakan
kata-kata gabung seperti validitas pengganti, validitas katalitik, validitas, validitas
terinterogasi, validitas transgresif, validitas imperial, validitas simulasi/ironis, validitas
tempat, dan validitas yang penting menyenangkan (baca Atkinson, 1990, 1992; Esner
& Peshkin, 1990; Guba, 1990; Hammersley, 1990, 1992; Lather, 1993; Wolcoot,
1991). Sikap-sikap utama terhadap validitas diuraikan berikut ini.
1. Validitas-sebagai-kebudayaan (VAC: validity-as-culture) sangat terkenal
dikalangan pakar ilmu sosial. Klaim dasarnya menyatakan bahwa pakar
etnografi merefleksikan, menerapkan, mereproduksi, menulis, dan kemudian
membaca sudut pandang kebudayaannya sendiri untuk others (pihak lain).
Sudut pandang merupakan terdakwa dalam validitas. Solusinya mencakup
upaya-upaya untuk menyertakan lebih banyak sudut pandang, meliputi
upaya untuk menilai kembali cara peneliti memandang misi dan tema
penelitian.
Atkinson
(1992)
menyatakan
bahwa
etnografi
dapat
D.
i.
Penyajian alitik
j.
Laporan neratif
apakah laporan etnografis itu sebaliknya disajikan misalnya dalam bentuk kisah
realis kesaksian pribadi atau impresionis (Van Maanen, 1988). Bahwa terdapat
perbedaan tegas yang muncul dalam teks antara data atau bahan dengan analisis.
Ciri khas danBahwa terdapat perbedaan tegas yang muncul dalam teks antara data
atau bahan dengan analisis. Ciri khas dan proses penyusunan komunikasi sangatlah
penting bagi teknik bagaimana etnografi diproduksi sebagai bagaimana etnografi
diproduksi sebagai sebuah dokumen. Beruntungnya, karya-karya ilmiah etnografis
sebelumnya dalam bidang logika media dan terutama ciri khas dan pengunanaan
format, atau bagaimana pengalaman didefinisikan, diketahui, disusun, diri khas dan
pengunanaan format, atau bagaimana pengalaman didefinisikan, diketahui, disusun,
dipilih, dan disajikan, membantu kita untuk mempersiapkan diri menghadapi
berbagai persoalan yang telah disaksikan oleh penulis post-modern dan pakar lainya
selama tahun-tahun belakangan ini.
E. Kesimpulan
Etnografi refleksif telah banyak mengajari kita sepanjang dua dasawarsa ini, dan
tak diragukan lagi bahwa dalam dasawarsa berikutnya akan mengajari kita lebih
banyak lagi. Namun pelajaran yang dapat dipetik dari ajaran-ajarannya masih belum
benar-benar jelas. Kami telah berupaya untuk memaparkan sebagian persoalan utama
dan paparan-paparannya yang paling menarik mengenai etnografi, disertai dengan
kerangka konseptual untuk merumuskan paling menarik mengenai etnografi, disertai
dengan kerangka konseptual untuk merumuskan ulang validitas, validitas interpretif,
sekaligus beberapa prinsip atau pedoman umum untuk menilai penelitian kualitatif,
terutama penelitian etnografis.
Uraian pada penjelasan diatas menunjukan kepada kita bahwa sesunguhnya
penelitian kualitatif sedang dalam puncak-puncaknya saat ini, ada banyak pokok
bahasan(topic) baru yang mengemuka melalui berbagai macam wacana dahulu, topiktopik tersebut berada dibawah kendali perspetif positivism dan post-positivisme.
Sekarang ada banyak cara untuk menuli, membaca, menguji, mengevaluasi, dan
mengang ada banyak cara untuk menuli, membaca, menguji, mengevaluasi, dan
mengaplikasikan teks plikasikan teks penelitian kualitatif. Bidang yang kompleks ini
mendorong kemunculan penilaian refleksif yang akan menjadi topic utama.