Anda di halaman 1dari 21

Penempatan pasien TB

Pokja PPIRS Tk Pusat

Biodata
Nama : dr. Rizandiny
Riwayat Pendidikan : S1 Kedokteran Umum Univ. YARSI
Riwayat Pekerjaan:

2009-2010 Dokter Umum RS Bersalin Citra Medistra Batam


2010-2011 Dokter Umum PTT Kabupaten Karimun KEPRI
2011-2012 Dokter Umum RSUD Kota Tanjungpinang KEPRI
2012-2014 Dokter Umum RSUD Provinsi KEPRI
2014-sekarang Dokter Umum RSUD Embung Fatimah Batam

Latar Belakang
Menurunkan angka kesakitan TB perlu upaya
kuratif, promotif & preventif termasuk upaya
Pencegahan & Pengendalian infeksi TB di RS

CDC telah merekomendasikan suatu kewaspadaan


isolasi yang harus diberlakukan untuk semua
penderita baik yang dirawat maupun yang tidak
dirawat

Pengertian
Penempatan pasien TB merupakan upaya
memisahkan pasien untuk mencegah dan
mengurangi penularan.
Pemisahan adalah tindakan yang dilakukan untuk
membatasi resiko penularan penyakit yang diduga
telah kontak dengan penderita penyakit menular
tertentu

Pengertian
Ruang isolasi
Sistem
penempatan kohort

Tahapan
Ruang yang digunakan pertukaran udara > 12 ACH
Letakan pasien di dalam satu ruangan tersendiri, jika tidak
tersedia berdasarkan dengan sistim Kohort
Tekanan negatif dengan hepa filter
Natural ventilasi
Kombinasi natural ventilasi dan mekanik dengan kipas angin
dan ekshaus fan
Jaga pintu tertutup
petugas yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai
: respirator partikulat
masker bedah/masker 4 lapis bagi pasien dan keluarga

ventilasi mekanik

Sistim penempatan Kohort


Menempatkan pasien dengan diagnosis yang
sama dalam 1 ruangan yang sama
Ventilasi natural/alami : pertukaran udara
difasilitasi untuk > 12x/jam
Bila tidak memungkinkan maka dibantu ventilasi
mekanik, diberi kipas angin yang diarahkan ke
suatu jendela atau diarahkan didinding yang telah
disiapkan ekshaus fan
Minimal jarak antar TT >1,8 m

Rekomendasi WHO
- Ventilation rate ruangan dgn risiko tinggi penularan
melalui udara : > 12 ACH (airchanges per hour).

- Rumus :

ACH = Laju Pertukaran Udara per jam


Volume ruangan

Pertimbangan saat
penempatan pasien
Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar
dengan exhaust ke area yang tidak ada orang lain lalu lalang
Pasien TB yang telah mendapat OAT selama 2 bulan atau
bila terjadi konversi sputum (BTA - ) maka aman bila
dikumpulkan dengan pasien lain

Penempatan pasien
Sesama pasien TB dapat dirawat kohorting
dengan pasien TB lainnya
Pasien HIV reaktif tidak boleh dirawat kohorting
dengan pasien TB
Pasien HIV TB boleh dirawat kohorting pasien TB
Pasien TB dengan BTA positif belum mendapat
terapi OAT tidak boleh dikumpulkan dengan pasien
TB yang telah mendapat terapi OAT 2 bulan
maupun pasien HIV
Pasien baru sebaiknya dipisahkan dari pasien TB
yang lain dan pasien HIV

Lima Langkah Penatalaksanaan pasien


Untuk Mencegah Infeksi TB di RS
Langkah

1.

2.

Kegiatan

Keterangan

Triase

Pengenalan segera pasien suspek atau konfirm TB adalah langkah pertama.


Hal ini bisa dilakukan dengan menempatkan petugas untuk menyaring pasien dengan
batuk lama segera pada saat datang di fasilitas. Pasien dengan batuk 2 minggu,
atau yang sedang dalam investigasi TB tidak dibolehkan meng-antri dengan pasien
lain untuk mendaftar atau mendapatkan kartu. Mereka harus segera dilayani
mengikuti langkah-langkah dibawah ini.

Penyuluhan

Meng-instruksi-kan pasien yang tersaring diatas untuk melakukan etiket batuk. Yaitu
untuk menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin. Kalau perlu berikan
masker atau tisu untuk membantu mereka menutup mulutnya

3.

Pemisahan

4.

Pemberian
pelayanan
segera

5.

Rujuk
untuk
investigasi/
pengobatan TB

Pasien yang suspek atau kasus TB melalui pertanyaan penyaringan harus


dipisahkan dari pasien lain, dan diminta menunggu di ruang terpisah dengan
ventilasi baik serta diberi masker bedah atau tisu untuk menutup mulut dan hidung
pada saat menunggu.
Pada tempat pelayanan terpadu, pasien dengan gejala di-triase ke baris depan untuk
mendapatkan pelayanan segera (misalnya VCT HIV, kunjungan ulang obat), agar
segera dapat dilayani dan mengurangi waktu orang lain terpajan pada mereka.
Ditempat pelayanan terpadu, usahakan agar pasien yang hanya datang untuk
pelayanan HIV mendapatkan layanan HIV sebelum layanan untuk ODHA dengan TB.
Pemeriksaan diagnostik TB sebaiknya dilakukan ditempat pelayanan itu, tetapi bila
layanan ini tidak tersedia, fasilitas perlu membina kerjasama baik dengan sentra
diagnostik TB untuk merujuk pasien dengan gejala TB. Selain itu, fasilitas perlu
mempunyai kerjasama dengan sentra pengobatan TB untuk menerima rujukan
pengobatan bagi pasien terdiagnosa TB.

Etika Batuk

TemPO
Tem Temukan kasus TB
P Pisahkan
O Obati

Transport pasien
Pasien yang didiagnosis menderita TB atau suspek TB
tidak izinkan mereka meninggalkan tempat isolasi kecuali untuk
pelayanan kesehatan penting
Pindahkan pasien melalui jalur yang dapat mengurangi
kemungkinan terpajannya staf, pasien lain atau pengunjung
Bila pasien dapat menggunakan masker bedah, maka pasien
dipakaikan masker. bila pasien tidak dapat menggunakan
masker, petugas kesehatan harus menggunakan respirator

Kesimpulan
Penempatan Pasien TB merupakan upaya mencegah
penularan TB dari pasien kepada orang lain baik itu pasien
lain, pengunjung maupun petugas kesehatan
Pasien yang terbukti BTA positif harus dirawat diruang isolasi
atau bila tidak tersedia pengelompokkan sesuai sistem
kohort
Ada syarat dan tertentu ruangan perawatan pasien TB dan
alur masuknya pasien sejak masuk hingga keluar RS dan
fasyankes untuk menghindari penularan.
TEMPO (Temukan, Pisahkan, Obati)

terimakasih

Studi Kasus
Tn. M datang ke RS A untuk berobat
karena batuk berdahak yang tidak sembuhsembuh selama sebulan. Batuk disertai
penurunan berat badan. Sesampainya di
pendaftaran poli klinik Tn. M mengantri
selama 30 menit. Karena hari sudah agak
siang maka Tn.M menunggu untuk
dipanggil masuk ke poli Paru dan harus
menunggu selama 2 jam di ruang tunggu.

Studi Kasus (lanjutan)


Ruang tunggu merupakan ruangan berAC dengan jendela
dan pintu yang tertutup. Ruang tunggu sesak dan ramai diisi
oleh pasien yang ingin berobat ke poli klinik lainnya. Selama
diruang tunggu tak henti-hentinya Tn.M batuk. Setelah
dilakukan pemeriksaan di poli, Tn. M disarankan untuk
periksa dahak. Tn.M disarankan berjalan sendiri untuk
periksa dahak di lab yang letaknya dilantai 2.
Apa saja yang harus diperhatikan pd kasus ini?

Anda mungkin juga menyukai